1 Tinea Pedis Dipake
1 Tinea Pedis Dipake
Oleh :
NGESTI PUTRI RAHAYU
NIM : 201503030
Oleh :
NGESTI PUTRI RAHAYU
NIM : 201503030
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Puji Syukur Alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi Muhammad
SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh Khauf dan Roja’ kepada Allah SWT,
sebagai penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala Ridho-Nya yang telah
memberiku kekuatan dan senantiasa mengiringi dalam setiap langkahku. Proposal
skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Ayahanda tercinta dan Ibunda tersayang yang telah menorehkan segala kasih
sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tidak kenal lelah dan batas
waktu, yang selalu mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta
memberikan kasih sayang yang teramat besar, juga selalu mengerti semua
keluh kesahku.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, yang saya sayangi selaku
dewan penguji yang selama delapan semester memberikan ilmu di bidang
kesehatan lingkungan.
3. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid), yang saya sayangi selaku dosen
pembimbing yang senantiasa membimbing saya untuk menyusun skripsi ini.
4. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes, yang saya sayangi selaku dosen
pembimbing yang senantiasa dengan sabar membimbing saya mengerjakan
skripsi ini sampai selesai.
5. Segenap dosen yang telah mengajarkan saya selama delapan semester di
Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas ilmu yang telah diberikan.
6. Teman-temanku yang sama-sama berjuang, memberi semangat dalam
terselesaikannya skripsi ini.
7. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini terutama
Mba Rani dan tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
8. Almamaterku tercinta STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
KATA PENGANTAR
viii
disaat semangat penulis mulai goyah dan selalu menemani disaat suka dan
duka.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
ix
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2019
ABSTRAK
x
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH
ABSTRACT
According to Indonesia ' s health profile in 2015 which showed that skin
disease and subcutaneous tissue were ranked third out of 10 most diseases in
outpatients in hospitals throughout Indonesia. The prevalence of skin diseases in
the world where Tineapedis is included shows 20-25% (WHO, 2013). Factorsthat
cause Athlete' s foot are bad environment and daily habits, viruses, and poor use
of SPE. The purpose of this study is to determine the relationship between the use
of self protective equipment and the event of Athlete' s foot towards scavengers.
This type of research uses an observational analytic method with a
crossectional approach. The sampling technique in the study is simple random
sampling. Data is analyzed by using the chi-square test.
The results of this study indicate that the scavengers in TPA
MricanPonorogo Regency are mostly poor in the use self protective equipment
(64.4%), most of the scavengers have already used SPE but are still sick (82.2%)
and there is a connection between the use of self protective equipment and the
event of Athlete' sfoot disease (TineaPedis) towards scavengers in TPA Mrican,
Ponorogo Regency with p value = 0.017 (RP = 1.006-2.205).
Based on the results of the study , it is expected that scavengers always
maintain personal hygiene, wash socks and gloves after use, maintain the
cleanliness of the scavengers' living environment and wash their feet with soap
before and after wearing socks and boots, then dry with a clean cloth.
xi
DAFTAR ISI
xii
4.2.2 Sampel ............................................................................. 30
4.3
Teknik Sampling ......................................................................... 32
4.4
Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 33
4.5
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............... 34
4.5.1 Variabel Penelitian........................................................... 34
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 34
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 35
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 36
4.7.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 36
4.7.2 Waktu Penelitian.............................................................. 36
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 37
4.8.1 Cara Pengumpulan Data .................................................. 37
4.8.2 Jenis Data ......................................................................... 37
4.9 Teknik Analisis Data ................................................................... 37
4.10 Analisa Data ................................................................................ 39
4.11 Etika Penelitian ............................................................................ 40
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ................................................. 42
5.1.1 Keadaan Geografis Desa Mrican .................................... 42
5.1.2 Kependudukan dan Luas Daerah/wilayah ....................... 43
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................ 43
5.2.1 Hasil Analisa Univariat ................................................... 44
5.2.2 Hasil Analisis Bivariat ..................................................... 46
5.3 Pembahasan ................................................................................. 47
5.3.1 Gambaran Alat Pelindung Diri Pemulung di TPA
Mrican Kabupaten Ponorogo ........................................... 47
5.3.2 Gambaran Penyakit Tinea pedis (Kutu Air) terhadap
Pemulung di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo ............. 48
5.3.3 Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan Kejadian Penyakit Kutu Air (Tinea Pedis)
Terhadap Pemulung di TPA Mrican Kabupaten
Ponorogo .......................................................................... 50
5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 53
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 54
6.2 Saran 54
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
DAFTAR ISTILAH
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
Tinea pedis atau yang sering disebut dengan kutu air merupakan
dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari kaki dan telapak kaki.
Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari hari
banyak yang bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk. Selain
itu, sering juga di jumpai pada pekerja dengan kaki yang sering basah.
2015).
jamur. Tinea pedis merupakan infeksi dermatofit atau infeksi karena jamur
yang paling sering terjadi pada manusia, terjadi pada 70% orang dewasa.
disebut dermatofitosis akibat kerja antara lain Tinea Pedis (Kumar et al,
et al, 2011).
Tinea pedis atau yang disebut juga athlete’s foot adalah satu infeksi
jamur superfisial pada kulit kaki yang sering terjadi pada kasus
1
2
infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korprosis merupakan tipe yang paling
bahwa penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari
10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se- Indonesia
Italia sebesar 20,4% sesuai data Rumah Sakit Bari Policclinio tahun 2005-
pedis di Propinsi Bali tahun 2016 sebesar 9,11%, sedangkan kasus Tinea
data laporan di seluruh rumah sakit tahun 2010 menunjukkan angka 122,076
kasus baru untuk penyakit infeksi kulit dimana Tinea pedis termasuk
sehari-hari yang buruk, perubahan iklim, virus, bakteri, alergi, daya tahan
kulit, rambut, kuku dan juga untuk menggunakan keratin sebagai sumber
nutrisi untuk bertahan hidup. Salah satu infeksi kulit tersebut adalah infeksi
kulit pada sela jari kaki dan telapak kaki yang disebabkan oleh jamur atau
yang lebih dikenal sebagai kutu air atau Tinea pedis atau ringworm of the
foot atau Athlete’s foot. Resiko dan dampak kesehatan yang paling umum
sampah. Penyakit kulit akibat kerja pada pemulung merupakan salah satu
perorangan.
jamur, infeksi bakteri, virus, parasit, gangguan kulit dan keluhan lainnya.
Infeksi tersebut mengenai sela jari kaki dan telapak kaki terutama yang
memakai kaos dan sepatu yang tertutup. Keadaan yang panas dan lembab
yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai. Rata-
rata pemulung tidak menggunakan sarung tangan dan hanya sebagian kecil
yang memakai sarung tangan kain dengan kondisi yang sudah tidak layak
dapat terjadi karena tumpukan sampah yang ada merupakan tempat yang
dan alas kaki atau sepatu menderita tinea pedis dan 2 responden
menggunakan sepatu, kaos kaki dan sarung tangan tidak menderita tinea
pedis. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui, apakah terdapat hubungan
Pemakaian alat pelindung diri (APD) sangat penting bagi para pekerja
dengan benar dan negatif apabila tidak dipakai dengan benar. Efek negatif
infeksi jamur Tinea pedis. Tinea pedis sering menyerang orang yang bekerja
tertutup setiap hari. Pemakaian alat perlindungan (celana panjang, kaos kaki
dan sepatu tertutup menyebabkan terjadi kaki basah dan lembab pada
pemulung. Tempat yang lembab merupakan media yang sangat bagus bagi
diharapkan agar dapat lebih meningkatkan kesadaran agar lebih patuh dalam
penggunaan APD (sepatu boots) saar bekerja karena hal ini sangat berkaitan
dengan tinea pedis, untuk instansi kebersihan diharapkan lebih tegas dan
6
Pelindung Diri (APD) dengan kejadian penyakit Tinea Pedis (Kutu Air)
Kab.Ponorogo “.
pemulung.
pemulung.
pemulung.
7
2. Bagi Pemulung
penyakit kulit.
di TPA Mrican.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
diri, Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat
8
9
berikut :
kerja.
pemakainya.
10
memakainya.
peringatan.
tersedia di pasaran.
10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standart yang
ditetapkan.
kulit dilapisi metal dengan sol dan karet tebal dan kuat.
kimia.
masing-masing pekerjaan.
menggerinda).
11. Jas hujan (Rain Coat). Berfungsi melindungi dari percikan air
mencuci alat).
antara lain :
kuman penyakit.
Selain alat pelindung tubuh juga ada alat lain yang berguna
lain :
yang sesuai, seperti sarung tangan yang terbuat dari karet, dan sepatu
boot. Alat pelindung diri ini harus dijaga kebersihannya, hal ini
gatal pada kulit ini timbul salah satunya karena fakor dari kebersihan
salah satu jenis dari baju pengaman sebagai alat pelindung badan.
Alat ini berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari
percikan api, panas, dingin, cairan kimia dan oli. Bahan baju kerja
dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastik atau kain yang dilapisi
adalah baju lengan panjang dengan ukuran dan kain yang pas ,tidak
Jenis alat pelindung kaki seperti sepatu karet hak rendah. Alat
pelindung kaki dapat terbuat dari kulit yang dilapisi Asbes atau
dan sepatu karet anti listrik. Alat pelindung kaki (safety shoes)
Selain itu pemakaian kaus kaki dengan bahan yang tidak dapat
yang lebih baik, hal ini terkait dengan status giziyang mempengaruhi
sepatu tertutup dalam waktu yang lama dapat menjadi faktor risiko
keras.
penyakit.
sela jari dan telapak kaki. Pada umumnya sering terjadi pada orang
menyengat dan terbakar. Infeksi pada daerah lain seperti tinea crusis
pedis. Tinea pedis sering menyerang orang dewasa usia 20-50 tahun
yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci mobil dan motor,
petani, pemungut sampah atau orang yang setiap hari harus memakai
2.2.2 Epidemiologi
2.2.3 Patofisiologi
jaringan terkeratinisasi.
Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi suhu dan
kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga
aktivasi sistem kekebalan tubuh. Keadaan basah dan hangat dalam sepatu
worm of the footatau kutu air. Beberapa faktor lain penyebab Tinea
lebih sering terjadi daripada sosial ekonomi yang lebih baik, hal ini
1. Lingkungan
dengan baik.
2. Perilaku
dalam mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan fisik
sandal.
3. Genetik
lingkungan.
4. Pelayanan Kesehatan
mereka.
2.3 Kerangka Teori
Kerangka Teori H.L Blum yang meliputi Lingkungan, Perilaku, Genetika dan Pelayanan Kesehatan.
26
BAB 3
antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti) (Nursalam,
2011).
Keterangan :
: Diteliti
: Berhubungan
bebas/ independen adalah Alat Pelindung Diri (APD), peneliti ingin meneliti
27
28
Hipotesis Ha :
Ponorogo.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
2017).
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).
4.2.1 Populasi
29
30
4.2.2 Sampel
dapat diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Sujarweni,
berikut :
1. Kriteria Eksklusi
𝑁
n=
1+𝑁(𝑑)2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
𝑁
n=
1+𝑁(𝑑)2
50
n=
1+50 (0,05)2
50
n=
1+50 (0,0025)
50
n=
1+0,125
50
n=
1,125
32
n = 44,44
n = 45
atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi
2. Membuat kertas undian yang diberi nama pemulung dan nomor urut.
masing-masing.
sampel.
33
Populasi
Pemulung yang ada di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 60 orang.
Sampel
Pemulung di TPA yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 45 orang
Tehnik Sampling
simple random sampling
Instrumen Penelitian
Observasi
Pengumpulan Data
Observasi
Analisa Data :
Chi Square
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel
air).
Variabel Definisi
Parameter Alat ukur Skala Kriteria Skor
Independen Operasional
Alat APD adalah 1. Pemakaian Observasi Nominal Buruk = 0=
Pelindung suatu alat yang sepatu boots. <50% dari Buruk
Diri mempunyai 2. Dikatakan total skor
kemampuan baik jika jawaban
untuk memakai “Tidak”
melindungi perlengkapan
pemulung dari alat pelindung Baik = 1=
potensi bahaya diri. >50% dari Baik
di TPA Mrican 3. Penggunaan total skor
berupa sepatu kaos kaki jawaban
dan kaos kaki. dengan bahan “Ya”
wool/nylon.
4. Dikatakan
baik jika
menggunakan
sepatu yang
anti air.
Penyakit Penyakit kutu 1. Penyakit kutu Observasi Nominal Sakit jika 0=
Kutu Air air merupakan air dengan hasil Sakit
(Tinea infrksi karena gejala ruam observasi
Pedis) jamur. Penyakit bersisik yang positif
kutu air sering menyebabkan
terjadi di sela- gatal,
sela jari kaki menyengat Tidak sakit 1=
dan telapak kaki dan terbakar. jika hasil Tidak
pada pemulung 2. Kulit tampak observasi sakit
di Tpa Mrican. kemerahan negatif
Biasanya terjadi dan gatal.
pada pemulung 3. Lepuh pada
yang kaki bisa
berkeringat berkerak atau
banyak dan menjadi borok
memakai sepatu
tertutup dan
ketat.
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
mengetahui penggunaan APD pemulung dan penyakit kutu air yang terdapat
TANGGAL
KEGIATAN
ACC
1. Pengajuan Judul Skripsi 4 Februari 2019
Penyusunan dan bimbingan
2. 26 Februari - 12 April 2019
proposal skripsi
3. Ujian seminar proposal 16 Mei 2019
4. Revisi proposal 20 Mei – 31 Mei 2019
Pengumpulan data dan
5. 6 Juli – 20 Juli 2019
Penelitian
Penyusunan dan bimbingan
6. 22 Juli – 2 Agustus 2019
skripsi
7. Ujian seminar skripsi 9 Agustus 2019
8. Revisi skripsi 10 Agustus - 24 Agustus 2019
37
1. Observasi
1. Data Primer
observasi.
2. Data Sekunder
1. Editing
2. Coding
No Variabel Coding
1 Alat Pelindung Diri 0 = buruk
1 = baik
2 Penyakit Kutu Air 0 = sakit
1 = tidak sakit
3. Entry
4. Tabulating
1. Analisa Univariat
diri), variabel terikat (kejadian penyakit tinea pedis atau kutu air).
2. Analisis Bivariat
2011).
statistik Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α, < 0,05).
p < 0,05. Pada studi cross sectional estimasi resiko relatif dinyatakan
faktor resiko.
= 0,05 (5%).
nilai expected count < 5 dengan jumlah sel 0 (.0%), maka nilai p-value
lain :
peneliti saja.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas pada
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan
Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Penyakit Kutu Air terhadap
responden, sedangkan penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan
data khusus. Data umum terdiri dari karakteristik responden meliputi nama, umur,
jenis kelamin, setelah data umum dipaparkan dilanjutkan dengan data khusus
yang didasarkan pada variabel yang diteliti, yaitu alat pelindung diri
42
43
a. Sawah : 353,570 m2
b. Irigasi : 327,360 m2
e. Tegalan/kebunan : 73,690 m2
Hasil penelitian terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum
alatpelindungdiri.
44
1. Data Umum
2. Data Khusus
berikut :
(64,4%).
yang diuji dengan Uji Chi Square. Dari hasil uji silang antara
sebagai berikut :
Kejadian Penyakit
Alat Kutu Air
Pelindung Tidak
Sakit
Diri Sakit Total p-
N % N % N % Value RP (95%CI)
Buruk 27 93,1 2 6,9 29 100 1,490
Baik 10 62,5 6 37,5 16 100 0,017 (1,006-2,205)
Total 37 82,2 8 17,8 45 100
Sumber : Data Primer 2019.
baik.
5.3 Pembahasan
No.8 Tahun 2010 tentang alat pelindung diri, bahwa APD yang
benda tajam, namun juga menjaga kebersihan dan kontak antara kulit
bagian kaki dengan berbagai macam bakteri dan parasit yang ada di
menggunakan sepatu entah itu sepatu yang baik atau buruk dan
jamur yang paling sering terjadi pada manusia dan menyerang pada
diri yang kurang baik serta kurangnya dalam menjaga kebersihan diri
dalam waktu yang lama dapat menjadi faktor resiko terkena Tinea
dengan subur.
sepatu boots yang masih kurang baik seperti hanya memakai sepatu
tidak cuci setelah beberapa kali pakai juga bisa menjadi faktor resiko
Alat pelindung diri baik yaitu APD yang lengkap serta dengan
kondisi yang baik tidak lusuh maupun rusak dan sesuai standart alat
pada kaki, jika personal hygiene pemulung tidak baik atau kurang
50
kutu air.
Kabupaten Ponorogo.
sepatu tertutup dengan waktu yang lama dan sering serta bertambahnya
APD yang buruk, APD yang sudah tidak layak di pakai namun tetap
51
kebersihan APD yang digunakan, jika sudah tidak layak pakai atau
sudah rusak ia selalu meggantinya dengan yang baru jadi tidak sampai
penuh dari pemakaian APD saat bekerja. Pemakaian APD sepatu sangat
luka atau cidera karena benda tajam, namun juga menjaga kebersihan
dan kontak antara kulit bagian kaki dengan berbagai macam bakteri dan
penting selalu menggunakan sepatu entah itu sepatu yang baik atau
buruk dan sudah cukup untuk menghindarkan dari benda tajam atau
kutu air. Kebersihan kaos kaki atau alas kaki, harus selalu menggantinya
sepatu dengan bahan kain dengan kondisi lembab dan kotor. Sehingga
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian penyakit kutu air
6.2 Saran
Dengan cara :
54
55
digunakan.
kaki dan sepatu boots, lalu dikeringkan dengan kain yang bersih.
A.M. Sugeng Budiono, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja. Semarang: Universitas Diponegoro
Budimulja, Unandar. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Dinkes Bangli. 2017. Laporan SP2TP Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun
2016. Bangli: Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli.
Djuanda, A. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
57
58
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
NO :.................
Umur : .................................
Lampiran 5
NO :.................
Umur : .................................
Lampiran 6
Input Data
Alat Pelindung
No Umur Jenis Kelamin Kutu Air
Diri
1 2 0 1 0
2 2 0 0 0
3 2 0 0 0
4 2 0 1 0
5 2 1 0 0
6 2 1 1 1
7 2 0 0 0
8 2 0 1 1
9 1 1 0 0
10 1 0 1 1
11 0 0 0 0
12 1 0 1 0
13 2 0 0 0
14 2 0 1 0
15 3 1 0 0
16 2 1 0 0
17 1 1 0 0
18 3 1 1 0
19 2 1 0 1
20 1 0 0 0
21 2 1 0 0
22 3 0 1 0
23 1 1 0 1
24 3 0 1 0
25 3 1 0 0
26 3 0 0 0
27 3 1 0 0
28 2 1 1 1
29 3 0 0 0
30 1 0 1 1
31 1 0 1 1
32 2 0 0 1
33 2 0 0 1
34 2 1 1 1
35 3 1 0 1
36 1 1 0 1
37 2 0 0 1
66
Alat Pelindung
No Umur Jenis Kelamin Kutu Air
Diri
38 2 0 1 0
39 3 0 0 1
40 3 1 0 1
41 3 1 0 1
42 2 0 0 1
43 2 1 0 1
44 2 1 0 1
45 3 1 1 0
67
Lampiran 7
1. Umur
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Jenis Kelamin
Sex
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
APD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
4. Kutu Air
KA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
APD * KA Crosstabulation
KA
baik Count 10 6 16
Total Count 37 8 45
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,84.
Risk Estimate
N of Valid Cases 45
71
Lampiran 8
DOKUMENTASI
Lampiran 9
Kartu Bimbingan
74
Lampiran 10