Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN HATI NURANI DAN TANGGUNG JAWAB DALAM

PROFESI PADA PERISTIWA NUREMBERG TRIALS ADOLF


EICHMANN

Paper

Disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Hukum Etika dan Profesi

Dosen : Mohammad Alvi Pratama, S. Fil.,M.Phil

oleh :

Rozy Harry Subagja (191000115)

Kelas C

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
Hati Nurani dan Tanggung Jawab dalam Profesi pada Peristiwa Nuremberg Trials
Adolf Eichmann
Nuremberg Trials atau sidang pengadilan Nuremberg merupakan acara
persidangan yang ditangani oleh Mahkamah Militer internasional (IMT) yang
dibuka di Nuremberg, Jerman. Perdana diadakan pada 20 November 1945
persidangan ini mengadili pejabat tinggi Nazi, perisidangan diadakan untuk
mengadili terhadap kejadian yang telah dilakukan oleh pihak Nazi, terutama para
penjahat perang Nazi atas hal – hal kejahatan yang sudah mereka lakukan kepada
kaum Yahudi, yang disebut dengan Holocaust. dilakukan Di mana Mahkamah
Militer Internasional merupakan pengadlan yang dibentuk oleh pemerintahan
negara – negara sekutu pemenang perang (encyclopedia holocaust, n.d), forum
persidangan ini dibentuk oleh para negara oleh Britania Raya, Uni Soviet, Prancis
dan Amerika Serikat. Persidangan terus berlanjut, namun setelah tahun 1945
persidangan yang diakukan mayoritas untuk mengadili pejabat dan petugas
tingkat rendah dari pejabat tinggi Nazi yang sebelumnya telah lebih dahulu
disidang, baik itu di pejabat Nazi maupun pejabat Jerman. Persidangan Nuremberg
dilakukan dengan mempertimbangkan bukti – bukti yang berdasar pada dokumen
yang ditulis oleh pihak – pihak Nazi, karena agar persidangan tak dianggap
bergantung padakesaksian yang bias atau cacat, sehingga tidak berdasar pada
kesaksian saksi mata. Persidangan dipimpin oleh Robert Jackson (Jaksa kepala
Amerika). Terhadap 24 orang pejabat tinggi Nazi, ditambah seorang industrialis
yang bernama Gustav Krupp, untuknya dalam putusan sidang pendahuluan dia
dikecualikan dalam proses peradilan karena kondisinya yang sakit – sakitan.
Putusan atas peridangan pengadilan ini menjatuhkan 12 orang hukuman mati, 3
orang penjara seumur hidup, 4 orang hukuman penjara 10 tahun sampai 20 tahun
dan 3 orang dibebaskan dengan tuntutan yaitu. Selain dilakukan kepada pelaku
yang melakukan tindakan di wilayah Jerman, juga terhadap para pelaku yang
melakukan tindakan di luar Jerman seperti Uni Soviet, Polandia, Inggris, Prancis
dan lainnya, sehingga sejumlah persidangan dilakukan di wilayah di mana pelaku
melakukan tindakannya tersebut. Salah satunya Adolf Eichman (pejabat tinggi
dengan jabatan mantan letnan kolonel Security Sevice) yang merupakan pelaku
perencana dan pelaksana atau konseptor Holocaust terutama deportasi atas
orang Yahudi, Eichmann diadili di Yerusalem, Israel. Pada pengadilan Adolf
Eichmann di Yerusalem atas perannya dalam Holocaust sebagai konseptor,
berakibat adanya 15 dakwaan diantaranya terlibat dalam kejahatan terhadap
orang Yahudi, kejahatan melawan kemanusiaan dan kejahatan perang selama

1
rezim Nazi berkuasa utamanya saat perang dunia 2 (Jena, 2009). Namun,
Eichmann menganggap dirinya tak berasalah. Hal terebut didasari dengan fakta
melalui pengakuan Eichmann jika dia orang yang tiba – tiba masuk ke dalam inti
Nazi, dia tidak memiliki inisiatif masuk ke Nazi serta adanya paksaan saat masuk,
tak berfikir panjang atas masuknya dia ke Nazi, tidak mempunyai tujuan ketika
masuk ke Nazi, tidak mengetahui program dari Nazi dan ketika mendengar
rencana Adolf Hitler bahwa Eichmann akan mendapatkan bagian penting dalam
rencana final solution untuk melakukan pelenyapan fisik orang – orang Yahudi ia
tidak mengharapkan untuk melakukan dan mendapat bagian seperti itu, sehingga
hal tersebut memperlihatkan jika ia hanya menjalankan perintah atasan dan saat
melakukan sesuatu dia hanya mengikuti apa yang diperintah (Jena, 2009) serta
pembela Eichmann memberikan pernyataan jika Eichmann tidak akan merasa
menyesal dan bersalah dihadapan hukum atas semua perbuatanya, melainkan
merasa bersalah kepada Tuhan. Atas pernyataan Eichmann dan pembelanya
tersebut para hakim tidak memberikan respons sama sekali. Pada kahirnya
putusan menyatakan Eichmann dijatuhkan hukuman gantung yang menjadi akhir
hayatnya.

Hati nurani merupakan salah satu sumber dalam proses manusia ketika
berpikir mengambil suatu tindakan dan berprilaku. Di mana hati nurani didasari
oleh berbagai pengalaman, pemikiran dan keyakinan – keyakinan atau
pemahaman – pemahaman yang diperoleh semasa hidup baik itu berasal dari
agama, logika, pengetahuan moral dan ilmu pengetahuan lainnya, sehingga hati
merupakan konsep yang plural karena tidak terpusat pada partikular tertentu dan
bisa masuk berbagai partikular. Menurut Immanuel Kant hati nurani harus dilalui
oleh seluruh manusia sebelum dia bertindak, hati nurani merupakan kewajiban
karena harus dilakukan ketika sebelum mengambil tindakan, sehingga hati nurani
menjadi sumber ketika kita bertindak. Dalam peristiwa persidangan Nuremberg
sudut yang ditilik terkait dengan sudut hati nurani yaitu ketika Eichmann
mengungkapkan pernyataan dan fakta di hadapan perisdangan, di mana hal
tersebut bisa dijadikan suatu pertimbangan yang menggerakan hati nurani hakim
untuk memberikan keringanan kepada Eichmann. Namun, dengan tanggung
jawab profesi, tugas dan kewajiban hakim sebagai penegak keadilan dan
mengemban tanggung jawab untuk memberi keadilan kepada setiap pihak yang
berperkara, dia harus mempertimbangkan keadilan bagi orang – orang yang
menjadi korban dan akibat atau dampak atas apa yang sudah Eichmann lakukan,
meskipun hal tersebut ia lakukan dalam kondisi terpaksa, maka dari itu hakim tak
memberikan respons terkait pernyataan dan fakta yang diungkapkan oleh

2
Eichmann, sehingga hakim memperlihatkan jika ia menjalankan pekerjaanya atau
profesinya sebagai hakim dengan sebaik mungkin dengan hasil yang memberikan
keadilan. Sehingga terhadap terhadap suatu peristiwa atau hal menggerakan hati
nurani meskipun hal itu akan memberikan nilai yang baik, tapi dengan tanggung
jawab profesi yang dimiliki diri dan dengan segenap dampak yang akan timbul dari
tindakan yang diambil tanggung jawab tersebut harus menjadi prioritas utama,
karena terhadap tanggung jawab profesi tersebut ada hak pemberi tanggung
jawab yang harus dipenuhi. Hal tersebut bisa dilihat atau sejalan dengan sudut
pandang yang diungkapkan oleh Hannah Aradent yang menyatakan “Dia
sebenarnya tidak bodoh, dia hanya tidak mampu berpikir. Keadaan
ketidakmampuan berpikir tidak identik sama sekali dengan kebodohan yang
menempatkan dia sebagai salah satu penjahat terbesar di zaman itu. Dan jika
(kejahatan) ini adalah ‘banal’ dan mungkin juga lucu, jika dengan kehendak terbaik
dalam dunia seseorang tidak bisa mengurai kekuatan kejahatan yang besar dari
Eichmann, (kejahatan yang dilakukan Eichmann) tetap tidak bisa disebut sebagai
sesuatu yang lumrah atau lazim”.

3
DAFTAR PUSTAKA

Herman, Sujarwo. (2017). Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)


Berat Dalam Instrumen Hukum Internasional. Jurnal Studi Al-Qur’an dan
Hukum. 3(2).
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati/article/view/1156/648
Jena, Yeremias. (2009). Kejahatan yang Banal dan Kekerasan oleh Negara Refleksi
Hannah Arendt atas Pengadilan Adolf Eichmann di Yerusalem. 14 (2).
file:///C:/Users/rozy/Downloads/925-1530-1-SM.pdf
Yuliana, Rita. (2009) Etika Profesi Auditor : Bekerja Dengan Hati Nurani. Jurnal
Infestasi. 5(2).
https://journal.trunojoyo.ac.id/infestasi/article/viewFile/1158/978
White, Jerry. 2012. Kejujuran Moral dan Hati Nurani. Jakarta : PT BPK Gunung
Mulia.https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=Ul4nzVdgpBUC&oi
=fnd&pg=PP10&dq=hati+nurani&ots=5kMpn-
F9wW&sig=5SK7eKVzuhe6sj5uOSgDLF-
rYdA&redir_esc=y#v=onepage&q=hati%20nurani&f=false

Anda mungkin juga menyukai