FAKULTAS HUKUM
MEDAN
MARET 2018
A. Latar Belakang
Menurut Hans Kelsen, prinsip hukum “par in parem non habet imperium”
ini memiliki beberapa pengertian. Pertama, suatu negara tidak dapat
melaksanakan yurisdiksi melalui pengadilannya terhadap tindakan-tindakan
negara lain, kecuali negara tersebut menyetujuinya. Kedua, suatu pengadilan yang
dibentuk berdasarkan perjanjian internasional tidak dapat mengadili
tindakan suatu negara yang bukan merupakan anggota atau peserta dari perjanjian
internasional tersebut. Ketiga, pengadilan suatu negara tidak berhak
mempersoalkan keabsahan tindakan suatu negara lain yang dilaksanakan di dalam
wilayah negaranya. 3
1
Mirza Satria Buana, Hukum Internasional Teori dan Praktek, Bandung :
Penerbit Nusamedia, 2007 hal.56
2
Ibid, hal.57
3
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, edisi
revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hal.183
1
atau peristiwa-peristiwa yang tidak semata-mata merupakan masalah dalam
negeri”4.
2. Asas itikad baik bagi para anggota dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan oleh PBB dalam pencapaian tujuan;
5. Asas untuk tidak saling mencampuri urusan negara lain (non intervention).
4
Anthony Csabafi, The Concept of State Jurisdiction in International
Space Law, The Hague, 1971, hal.45
2
pada pelanggaran hukum HAM dan Hukum humaniter Internasional dengan
tujuan utamanya adalah untuk memberikan perlindungan kepada individu
semaksimal mungkin, dan untuk mengakhiri kekebalan hukum dari perlaku
kejahatan-kejahatan tersebut.
Pada perang dunia ke – II, Nazi dianggap kalah telak dan para tentara
termasuk dari pemeran utama dari Rezim Nazi sendiri melarikan diri dari tempat
kediamannya. Termasuk Adolf Eichmann melarikan diri ke Argentina. Adolf
Eichmann bekerja dan hidup di Argentina dengan identitas samaran.
Pada bulan Mei tahun 1960, Negara Israel memutuskan agen mata – mata
Israel yaitu Israel Intelelligence Service, Mosaad untuk menculik Adolf
3
Eichmann dari tempat persembunyiannya. Adolf Eichmann dibawa ke Israel
untuk diadili di Pengadilan Negeri Yerusalem. Pemeriksaan terhadap Adolf
Eichmann dimulai pada tanggal 11 April 1961.
B. Kondisi Sekarang
Permanent Court of Arbitration menyatakan bahwa suatu negara yang
menerima kembali seorang buronan secara tidak lazim, tidak berkewajiban untuk
mengembalikan orang hukuman itu ke negara dimana ia ditangkap. Oleh
karenanya, kasus Adolf Eichmann dinyatakan sah untuk diproses di peradilan
4
Nuremberg begitu juga dengan putusannya. Di lain pihak merupakan suatu
pelanggaran terhadap kedaulatan Argentina. Dan untuk itu mendesak Israel
supaya memberikan ganti rugi yang layak kepada Argentina.
D. Analisis
5
berada tanpa memandang kebangsaan serta tempat dilakukannya kejahatan
tersebut. Maka berlaku juga prinsip retroaktif dalam kasus ini. Prinsip-prinsip ini
dikukuhkan dengan Konvensi Genewa 1949.
6
dalam proyek “Final Solution” ( kebijakan yang bertujuan untuk melenyapkan
orang Yahudi yang ada di kamp kematian, Eropa Timur ).
E. Kesimpulan
1. Adolf Eichmann ditangkap oleh Israel untuk diadili di Yerusalem sebagai
salah satu orang yang melakukan kejahatan Genosida terhdapa bangsa
Yahudi di Eropa.
2. Israel memiliki Undang-Undang yaitu ”Nazis and Nazi Collaborators
(punishment) Law”, sebagai dasar penangkapan dan pengeksekusian dari
Adolf Eichmann.
3. Dalam Undang – Undang “Nazis and Nazi Collaborators (punishment)
Law 5670-1950 (1.a.3)” menyatakan bahwa “Selama periode perang dunia
ke – II di negara musuh sebuah tindakan yang merupakan kejahatan
perang dapat dikenai hukuman mati.”
4. Adolf Eichmann divonis Hukuman mati dengan cara digantung di tengah
malam pada tanggal 31 Mei 1960.
5. Keabsahan peradilan dan putusan Adolf Eichmann adalah sah adanya,
karena Israel memiliki suatu Yurisdiksi yang dijadikan sebagai dasar
penghukuman Adolf Eichmann.
7
DAFTAR PUSTAKA
Mirza Satria Buana, Hukum Internasional Teori dan Praktek, Bandung : Penerbit
Nusamedia, 2007
http://www.mfa.gov.il/mfa/mfa-archive/195
1959/pages/nazis%20and%20nazi%20collaborators%20-punishment-%20law-
%20571.aspx
https://scholarship.law.duke.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1766&context=dlj
http://www.internationalcrimesdatabase.org/Case/192/Eichmann/