Anda di halaman 1dari 16

1

MODUL PERKULIAHAN

KEWARGANEGARAAN

HUBUNGAN AGAMA DAN


NEGARA

Abstrak Sub-CPMK 6

Pada Bab ini akan dijelaskan Mampu memahami pengertian dan hakikat
mengenai Hubungan Agama agama serta mahasiswa mampu
Dan Negara memahami kebebasan agama.

DAFTAR ISI
Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

11
YUMELDASARI CHANIAGO, S
EKONOMI & BISNIS AKUNTANSI
A. HAKIKAT DAN DEFINISI AGAMA MENURUT PARA AHLI. 3
B. PRAKTEK KEAGAMAAN DI DUNIA. 5
C. FUNGSI AGAMA. 7
D. PARADIGMA ANALISIS HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA. 7
E. RELASI NEGARA DAN AGAMA MENURUT KONSTITUSI INDONESIA. 9
1. Indonesia Menganut Paham Simbiosis Mutualistis. 9
2. Relasi Negara Dan Agama Didalam Konstitusi Dan Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia. 11
3. Implementasi Nilai Nilai Agama Dalam Kehidupan Bernegara. 13
F. FORUM DISKUSI.
DAFTAR PUSTAKA

2021 KEWARGANEGARAAN
2 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
MODUL 11
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

Pancasila sila pertama,”Ketuhanan yang Maha Esa”, dinilai sebagai paradigma relasi negara dan
agama yang ada di Indonesia.Negara ini adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.Agama tidak dijadikan sebagai dasar untuk mengatur negara, tetapi agama diposisikan
sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.Nilai-nilai universal
agama, seperti keadilan, kejujuran, saling menghormati sesama, kasih sayang, kebersamaan,
bermusyawarah, dan lain-lain dijadikan sebagai sumber atau ruh dalam menyusun berbagai
aturan, pedoman, dan bahkan Undang - Undang Negara.

A. LATAR BELAKANG DAN HAKIKAT AGAMA

Hubungan agama dengan negara bisa dikatakan sebagai hubungan yang


erat.Setiap individu dalam satu masyarakat selalu berinteraksi antara yang satu dengan
yang lain membentuk satu kesatuan dengan berpedoman kepada tata aturan yang kuat.
Dalam hal ini agama berperan mengatur kehidupan masyarakat sehingga mereka bisa
hidup berdampingan dan saling membutuhkan.Begitu pula dengan negara yang
merupakan suatu organisasi dalam suatu wilayah memberikan tata aturan kepada
masyarakat dengan membentuk satu tujuan bersama.

Agama dan negara memang tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat karena
untuk mewujudkan cita-cita bersama masyarakat perlu memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam agama dan negara sehingga menuntut masyarakat menndalami apa itu
agama dan apa itu negara dalam segala peran dan fungsinya.

Negara ini adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Agama
tidak dijadikan sebagai dasar untuk mengatur negara, tetapi agama diposisikan sebagai
pedoman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.Nilai-nilai universal
agama, seperti keadilan, kejujuran, saling menghormati sesama, kasih sayang,
kebersamaan, bermusyawarah, dan lain-lain dijadikan sebagai sumber atau ruh dalam
menyusun berbagai aturan, pedoman, dan bahkan Undang - Undang negara.

2021 KEWARGANEGARAAN
3 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.Menurut filolog Max Müller, akar kata
bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang
berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal
ilahi, kesalehan" ( kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti " ketekunan
")

Hakikat Agama.

Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan rohani
manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya. Manusia memiliki kemampuan terbatas,
kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya sehingga menjadikan keyakinan bahwa
ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari
sumber yang luar biasa juga.Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam
sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, dan lain-lain atau
hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa dan lain-lain.

Keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya ini membawa manusia
untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengancara menghambakan diri, yaitu:

a. Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari
Tuhan, dan
b. Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan.
c. Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam
pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka
suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut
dapat disebut agama.

Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya.Dalam


pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan.Maka
suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut
dapat disebut agama.

2021 KEWARGANEGARAAN
4 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup.Yakni bahwa
seluruh aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya.
Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan
sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara agama.

Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam agama yang diakui
resmi oleh negara, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budhisme, dan Khonghuchu.
Sedangkan semua sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut
“religi”.Agama sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan
manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya.
Secara khusus, agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan
tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam
menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini
sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran
mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-
petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat.Karena itu pula agama dapat
menjadi bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari
masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong serta pengontrol bagi tindakan-
tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai
kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.

B. PRAKTEK KEAGAMAAN DI DUNIA.

Kategori

Beberapa akademisi mempelajari subjek telah membagi agama menjadi tiga kategori :

a. Agama-agama dunia, sebuah istilah yang mengacu pada yang transkultural,


agama internasional;
b. Agama pribumi, yang mengacu pada yang lebih kecil, budaya-tertentu atau
kelompok agama-negara tertentu, dan
c. Gerakan-gerakan keagamaan baru, yang mengacu pada agama baru ini
dikembangkan.

2021 KEWARGANEGARAAN
5 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kerjasama Antar Agama.

Karena agama tetap diakui dalam pemikiran Barat sebagai dorongan universal,
banyak praktisi agama bertujuan untuk bersatu dalam dialog antaragama, kerja sama,
dan perdamaian agama. Dialog utama yang pertama adalah Parlemen Agama-agama
Dunia pada 1893 Chicago World Fair, yang tetap penting bahkan saat ini baik dalam
menegaskan " nilai-nilai universal " dan pengakuan keanekaragaman praktik antar
budaya yang berbeda. Abad ke-20 terutama telah bermanfaat dalam penggunaan dialog
antar agama sebagai cara untuk memecahkan konflik etnis, politik, atau bahkan agama,
dengan rekonsiliasi Kristen-Yahudi mewakili reverse lengkap dalam sikap banyak
komunitas Kristen terhadap orang Yahudi.

Cara beragama.

a. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama
nenek moyang, leluhur, atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pemeluk cara
agama tradisional pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal
keagamaan yang baru atau pembaharuan, dan tidak berminat bertukar agama.
b. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya
atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang
berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam
beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau
masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika
memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat
meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang
mudah dan tampak dalam lingkungan masyarakatnya.
c. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu
mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan
pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang
beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.

2021 KEWARGANEGARAAN
6 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
d. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati
(perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah).
Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu
agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari
Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan,
mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

C. UNSUR UNSUR DAN FUNGSI AGAMA.

Unsur-unsur.
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
a. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan
lagi.
b. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
c. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran
agama.
d. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi.
e. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.

Fungsi Agama.

a. Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok


b. Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan, makhlukh hidup, dan serta
hubungan manusia dengan manusia.
c. Merupakan tuntunan tentang prinsip benar atau salah.
d. Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan.
e. Pedoman perasaan keyakinan.
f. Pedoman dalam membentuk nilai-nilai kehidupan.
g. Pengungkapan estetika (keindahan).
h. Pedoman rekreasi dan hiburan.
i. Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

2021 KEWARGANEGARAAN
7 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
D. PARADIGMA ANALISIS HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

Para ahli merumuskan beberapa teori untuk menganalisa relasi antara negara dan
agama yang antara lain dirumuskan dalam 3 (tiga) paradigma, yaitu paradigma
integralistik, paradigma simbiotik, paradigma sekularistik.

1. Paradigma Integralistik.
Secara umum teori integralistik dapat dinyatakan sebagai kesatuan yang seimbang dan
terdiri dari berbagai entitas. Entitas disini memiliki sifat yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan itu tidak berarti saling menghilangkan justru saling melengkapi, saling
menguatkan dan bersatu. Dalam kaitannya dengan relasi negara dan agama, menurut
paradigma integralistik, antara negara dan agama menyatu (integrated). Negara selain
sebagai lembaga politik juga merupakan lembaga keagamaan.Menurut paradigma ini,
kepala negara adalah pemegang kekuasaan agama dan kekuasaan politik.
Pemerintahannya diselenggarakan atas dasar ”kedaulatan ilahi” (divine sovereignty),
karena pendukung paradigma inimeyakini bahwa kedaulatan berasal dan berada di
”tangan Tuhan”(Marzuki Wahid dan Rumadi, 2001: 24).

Paradigma integralistik ini memunculkan paham negara agama atau


teokrasi.Dalam paham teokrasi, hubungan Negara dan Agama digambarkan sebagai dua
hal yang tidak dapat dipisahkan.Negara menyatu dengan Agama, karena pemerintahan
dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat,
bangsa, dan negara dilakukan atas titah Tuhan.Dengan demikian, urusan kenegaraan
atau politik, dalam paham teokrasi juga diyakini sebagai manifestasi firman Tuhan.

Menurut Roeslan Abdoelgani, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2009: 9),


menegaskan bahwa negara Teokrasi, menurut ilmu kenegaraan dan filsafat kenegaraan
mengandung arti bahwa dalam suatu negara kedaulatan adalah berasal dari Tuhan.
Dalam perkembangannya, paham teokrasi terbagi ke dalam dua bagian, yakni paham
teokrasi langsung dan paham teokrasi tidak langsung.Menurut paham teokrasi langsung,
pemerintahan diyakini sebagai otoritas Tuhan secara langsung pula.Adanya Negara di
dunia ini adalah atas kehendak Tuhan, dan oleh karena itu yang memerintah adalah
Tuhan pula.

2021 KEWARGANEGARAAN
8 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sementara menurut pemerintahan teokrasi tidak langsung yang memerintah
bukanlah Tuhan sendiri, melainkan yang memerintah adalah raja atau kepala Negara
atau raja yang diyakini memerintah atas kehendak Tuhan.

2. Paradigma Simbiotik.
Secara umum, teori simbiotik dapat didefinisikan sebagai hubungan antara dua entitas
yang saling menguntungkan bagi peserta hubungan.Dalam konteks relasi negara dan
agama, bahwa antara negara dan agama saling memerlukan.Dalam hal ini, agama
memerlukan negara karena dengan negara, agama dapat berkembang.Sebaliknya,
negara juga memerlukan agama, karena dengan agama, negara dapat berkembang
dalam bimbingan etika dan moral-spiritual (Marzuki Wahid dan Rumadi, 2001: 24).
Karena sifatnya yang simbiotik, maka hukum agama masih mempunyai peluang
untuk mewarnai hukum-hukum negara, bahkan dalam masalah tertentu tidak menutup
kemungkinan hukum agama dijadikan sebagai hukum negara. (Adi Sulistiyono, 2008: 2).

3. Paham Sekuler (Secularistic Paradigm).


Paradigma ini menolak kedua paradigma diatas.Sebagai gantinya, paradigma sekularistik
mengajukan pemisahan (disparitas) agama atas negara dan pemisahan negara atas
agama. (Marzuki Wahid dan Rumadi, 2001: 28) Negara dan Agama merupakan dua
bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki garapan bidangnya masing-masing,
sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan
intervensi. Berdasar pada pemahaman yang dikotomis ini, maka hukum positif yang
berlaku adalah hukum yang betul-betul berasal dari kesepakatan manusia melalui social
contractdan tidak ada kaitannya dengan hukum Agama. (Agus Thohir, 2009: 4).

Paradigma ini memunculkan negara sekuler.Dalam Negara sekuler, tidak ada


hubungan antara sistem kenegaraan dengan agama.Dalam paham ini, Negara adalah
urusan hubungan manusia dengan manusia lain, atau urusan dunia.Sedangkan agama
adalah hubungan manusia dengan Tuhan.Dua hal ini, menurut paham sekuler tidak dapat
disatukan. Dalam Negara sekuler, sistem dan norma hukum positif dipisahkan dengan
nilai dan norma Agama. Norma hukum ditentukan atas kesepakatan manusia dan tidak
berdasarkan Agama atau firman-firman Tuhan, meskipun mungkin norma-norma tersebut
bertentangan dengan norma-norma Agama. Sekalipun ini memisahkan antara Agama dan
Negara, akan tetapi pada lazimnya Negara sekuler membebaskan warga negaranya
untuk memeluk Agama apa saja yang mereka yakini dan Negara tidak intervensif dalam
urusan urusan Agama (Syari’at).

2021 KEWARGANEGARAAN
9 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
E.RELASI NEGARA DAN AGAMA MENURUT KONSTITUSI INDONESIA.

1. Indonesia Menganut Paham Simbiosis Mutualistis.


Pendiri negara Indonesia menentukan pilihan yang khas dan inovatif tentang bentuk
Negara dalam hubungannya dengan agama.Pancasila sila pertama,”Ketuhanan yang
Maha Esa”, dinilai sebagai paradigma relasi negara dan agama yang ada di Indonesia.
Selain itu, melalui pembahasan yang sangat serius disertai dengan komitmen moral yang
sangat tinggi sampailah pada suatu pilihan bahwa negara Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Mengingat kekhasan unsur -unsur rakyat
dan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnis, suku, ras agama
nampaknya Founding Fathers kita sulit untuk menentukan begitu saja bentuk negara
sebagaimana yang ada di dunia. (Kaelan, 2009: 24).

Bangsa Indonesia yakin bahwa kemerdekaan yang dikumandangkan pada tanggal


17 Agustus 1945 bukan semata-mata perjuangan rakyat, namun semua itu tidak akan
pernah terwujud jika Tuhan Yang Maha Kuasa tidak menghendakinya. Jadi sejak negara
Indonesia lahir, didasari oleh nilai-nilai Ketuhanan. Dalam Pembukaan UUD 1945 alenia
ke-empat dinyatakan secara tegas bahwa: ”Kemerdekaan Indonesia adalah berkat
Rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Selain itu, dalam batang tubuh UUD 1945 Pasal 29
ayat (1) diperkuat lagi pengakuan negara atas kekuatan Tuhan yang menyatakan bahwa
“Negara berdasakan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Sesuai dengan prinsip “Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” maka agama-agama di Indonesia merupakan
roh atau spirit dari keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Lukman Hakim
Saifuddin, 2009: 9).

Menurut Adi Sulistiyono, agama diperlakukan sebagai salah satu pembentuk cita
negara (staasidee) (Adi Sulistiyono, 2008: 3).Namun hal itu bukan berarti bahwa
Indonesia merupakan negara teokrasi.Relasi yang terjalin antara negara Indonesia
dan agama ialah relasi yang bersifat simbiosis-mutualistis di mana yang satu dan
yang lain saling memberi. Dalam konteks ini,agama memberikan “kerohanian yang
dalam” sedangkan negara menjamin kehidupan keagamaan. (Lukman Hakim
Saifuddin,2009: 10).Indonesia bukan negara agama melainkan negara hukum.Hukum
menjadi panglima, dan kekuasaan tertinggi di atas hukum.Artinya bahwa Undang-Undang
dibuat oleh lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat, dan Anggota DPR terdiri

2021 KEWARGANEGARAAN
10 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dari berbagai suku, etnis, agama, jenis kelamin dan sebagainya.Hukum di Indonesia tidak
dibuat oleh kelompok agama.Jadi agama tidak pernah mengatur negara, begitu juga
sebaliknya negara tidak semestinya mengatur kehidupan beragama seseorang.Penataan
hubungan antara agama dan negara juga bisa dibangun atas dasar checks and balances
(saling mengontrol dan mengimbangi). Dalam konteks ini, kecenderungan negara untuk
hegemonik sehingga mudah terjerumus bertindak represif terhadap warga negaranya,
harus dikontrol dan diimbangi oleh nilai ajaran agama-agama yang mengutamakan
menebarkan rahmat bagi seluruh penghuni alam semesta dengan menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia.

Sementara di sisi lain, terbukanya kemungkinan agama-agama disalahgunakan


sebagai sumber dan landasan praktek-praktek otoritarianisme juga harus dikontrol dan
diimbangi oleh peraturan dan norma kehidupan kemasyarakatan yang demokratis yang
dijamin dan dilindungi negara. (Lukman Hakim Saifuddin, 2009: 10) Jadi, baik secara
historis maupun secara yuridis, negara Indonesia dalam hal relasinya dengan agama
menggunakan paradigma Pancasila.

Apakah negara Indonesia menganut paham teokrasi, sekuler, hubungan


integralistik atau simbiosis mutualistik?Sebenarnya Indonesia 80% menganut
simbiotik mutualistik sebab negara Indonesia membutuhkan agama.

Maksud dari simbiotik mutualistik itu sendiri adalah hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan.Dalam konteks ini, agama membutuhkan negara sebagai
instrument dalam melestarikan dan mengembangkan agama.Begitu juga
sebaliknya, negara juga memerlukan agama, karena agama juga membantu
negara dalam pembinaan moral, etika, dan spiritualitas.

Agama perlu landasan etik untuk mengatur masyarakat dan agama membutuhkan
Mahfud
negara M.D,
sebagai menyebut
tempat untuk Pancasila merupakan suatu konsep prismatik. Prismatik
mengembangkannya.
adalah suatu konsep yang mengambil segi-segi yang baik dari dua konsep yang
bertentangan yang kemudian disatukan sebagai konsep tersendiri sehingga dapat selalu
diaktualisasikan dengan kenyataan masyarakat Indonesia dan setiap perkembangannya.
Negara Indonesia bukan negara agama karena negara agama hanya mendasarkan diri
pada satu agama saja, tetapi negara Pancasila juga bukan negara sekuler karena negara
sekuler sama sekali tidak mau terlibat dalam urusan agama. Negara Pancasila adalah
sebuah religions nation state yakni sebuah negara kebangsaan yang religius yang
melindungi dan memfasilitasi perkembangan semua agama yang dipeluk oleh rakyatnya
tanpa pembedaan besarnya dan jumlah pemeluk.

2021 KEWARGANEGARAAN
11 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Relasi Negara Dan Agama Didalam Konstitusi Dan Peraturan Perundang-
Undangan Indonesia.
Relasi Negara Dan Agama dapat dilihat didalam Konstitusidan Peraturan Perundang-
Undangan Indonesia :

a. Pengaturan agama dalam UUD 1945 :


b. Sila Pertama Pancasila. : Ketuhanan Yang Maha Esa.
c. Pasal 28E Ayat (1) yang menyatakan, ”Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya….”
d. Pasal 28E Ayat (2) berbunyi, ”Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran, dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.”
e. Pasal 29 Ayat (2) bahwa, ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.”
f. Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang HAM.
g. Undang-Undang Perkawinan.
h. Perundang undangan lainnya.

3. Implementasi Nilai-Nilai Agama Dalam Kehidupan Bernegara.

 Meskipun Indonesia bukan negara berdasarkan agama, tetapi sepertinya agama


di Indonesia mendapat perhatian penting. Hal itu dapat dilihat ketika agama
mendapat perhatian khusus oleh pemerintah berupa institusionalisasi dengan
adanya kementerian agama yang tugasnya mengatur segala urusan kehidupan
beragama.
 Dalam melaksanakan kebijakannya, kementerian Agama memiliki beberapa
Direktorat Jendral sesuai dengan jenis tugas dan agama yang hidup dan
berkembang di Indonesia.
 Sementara ini, ada Dirjen Pendidikan Islam, Dirjen Haji, Dirjen Pembinaan
Masyarakat Islam, Dirjen Pembinaan Agama Kristen Kantholik, Dirjen Pembinaan
Agama Kristen Protestan, Dirjen Pembinaan Agama Hidndu, Dirjen Agama Budha.
Agama Kong Hu Cu, sementara masih berada di bawah Sekretaris Jendral
Departemen Agama.

2021 KEWARGANEGARAAN
12 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Jika dilihat dalam pendidikan formal yang ada di sekolah dapat terlihat karena ada
kewajiban untuk tiap sekolah negeri harus mengikutsertakan pelajaran agama
disetiap kurikulumnya.
 kantor-kantor pemerintah termasuk lembaga pendidikan, disediakan tempat
ibadah.
 Setiap kantor pemerintah dilengkapi masjid, termasuk juga sekolah-sekolah
pemerintah dan juga perguruan tinggi atau universitas.
 Pelaksanaan ritual keagamaan pun ikut diurusi oleh Negara, contohnya
pelaksanaan ibadah haji, pelaksanaan puasa bulan ramadhan sampai pada
penetapan waktu bulan ramadhan pemerintah juga ikut ambil bagian dalam
menentukannya.
 Selain itu juga symbol-simbol keagamaan sering terlihat dalam acara kenegaraan,
seperti dalam pidato presiden dan alat kelengkapan negara yang selalu
menyisipkan salam khas agama dan memuji tuhan.
 Serta terkadang ayat-ayat Alqur’an pun  dijadikan referensi dalam berbagai pidato
oleh para pejabat pemerintah.
 Pada peringatan hari besar keagamaan semua agama dijadikan sebagai hari libur
nasional.

E. FORUM DISKUSI

soal Teori
1. Coba anda jelaskan tiga paham/paradigma hubungan agama dan negara !
2. Paham/paradigma manakah yang dianut oleh Negara Indonesia ? jelaskan alasannya !

Soal Kasus

Merdeka.com - Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar
Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) akan menggelar Musyawarah Besar Pemuka
Agama untuk Kerukunan Bangsa. Acara dengan tema 'Musyawarah Besar Agama untuk
Kerukunan Bangsa' akan dihadiri 450 pemuka agama dari berbagai agama dan berbagai
daerah di Indonesia. Dalam pembahasan tersebut akan dibahas permasalahan terkait
kerukunan antar beragama yakni :

2021 KEWARGANEGARAAN
13 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Yaitu Pandangan Dan Sikap Umat Beragama Tentang NKRI Yang Berdasarkan
Pancasila;
 Indonesia Yang Berciri Bhineka Tunggal Ika;
 Pemerintahan Yang Sah Hasil Pemilu Demokrasi Berdasarkan Konsitusi;
 Prinsip-Prinsip Kerukunan Antarumat Beragama;
 Masalah Penyiaran Agama Dan Pendirian Rumah Ibadah, Kemudian Solusi
Terhadap Masalah Intra Agama ;
 Dan Rekomendasi Tentang Faktor-Faktor Nonagama Yang Mengganggu
Kerukunan Antarumat Beragama;
 Permusyawaratan para pemuka agama ini akan menghasilkan kesepakatan.
Kesepakatan tersebut nantinya akan diberikan kepada Presiden Jokowi.
Pertanyaan :

a.  Dalam kerangka hubungan agama dan negara, paham/paradigma apakah


yang dianut Indonesia? Jelaskan !

b.  Bagaimana pendapat anda sebagai seorang WARGA NEGARA menyikapi


Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa tersebut ! ( kaitkan
pendapat anda dengan teori yang anda uraikan pada point a)

Hubungan Agama Dan Negara.

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memutuskan untuk membubarkan dan


melarang kegiatan yang dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) karena dianggap kegiatan yang dilaksanakan HTI terindikasi kuat telah
bertentangan dengan tujuan, azas, dan ciri yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Menurut sekretaris Umum HTI, Ismail Yusanto, HTI bercita-cita mendirikan Khilafah
Islamiyah, pemerintahan internasional yang berasaskan hukum Islam. Ismail mengatakan,
“NKRI bukan negara Islam. Kalau bukan Islam, akan diubah menjadi Islam. Itu ajaran
HTI. Kami punya cita-cita mewujudkan pemerintahan Islam.”
Atas dasar tersebut , pemerintah menganggap aktifitas yang dilakukan HTI dinilai telah
menimbulkan benturan dimasyarakat yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban
masyarakat, serta membahayakan keutuhan NKRI.

2021 KEWARGANEGARAAN
14 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pertanyaan : ( Nilai 30 )
a. Dalam kerangka hubungan agama dan negara, paham/paradigma apakah yang
dianut Indonesia? Jelaskan !
b. Bagaimana pendapat anda sebagai seorang WARGA NEGARA dengan wacana
pembubaran ormas HTI tersebut ! ( kaitkan pendapat anda dengan teori yang
anda uraikan pada point a)

2021 KEWARGANEGARAAN
15 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA

A. LITERATUR UTAMA.

Arrisetyanto Nugroho, Dadan Anugrah, Ghazaly Ama La Nora, “ETIKA


BERWARGA NEGARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN
TINGGI, Universitas Mercu Buana, 2017.

B. LITERATUR

Arwiyah, Yahya dan Runik Machbroh, 2014.Civic Education di Perguruan Tinggi


Indonesia.Bandung Alfabeta.

Beethan, O dan Kevin Boyle. 2000. Demokrasi: 80 Tanya Jawab. Yogyakarta: Kanisius.

Bodenhamer David. J. 2001. Federalism and Democracy.Working Paper. US Department


of Washington D.C.

Dannodihardjo, dkk. 1991. Santiaji Pancasila (Suatu Tinjauan F ilosofs, Historis dan
Yuridis Kong,. lusional). Surabaya: Usaha Nasional.

Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.


Bandung. lnteres Media Foundation.

Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal Dephan. Jakarta.

ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia,


Masyarakat Madani. Jakarta: UIN dan Prenada Media.

Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Rajawali Pers

Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Yogya karta: Paradigma.

Kansil dan Kansil.2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta:


Pradnya Paramita.

2021 KEWARGANEGARAAN
16 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai