Modul Minggu 11
Modul Minggu 11
MODUL PERKULIAHAN
KEWARGANEGARAAN
Abstrak Sub-CPMK 6
Pada Bab ini akan dijelaskan Mampu memahami pengertian dan hakikat
mengenai Hubungan Agama agama serta mahasiswa mampu
Dan Negara memahami kebebasan agama.
DAFTAR ISI
Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh
11
YUMELDASARI CHANIAGO, S
EKONOMI & BISNIS AKUNTANSI
A. HAKIKAT DAN DEFINISI AGAMA MENURUT PARA AHLI. 3
B. PRAKTEK KEAGAMAAN DI DUNIA. 5
C. FUNGSI AGAMA. 7
D. PARADIGMA ANALISIS HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA. 7
E. RELASI NEGARA DAN AGAMA MENURUT KONSTITUSI INDONESIA. 9
1. Indonesia Menganut Paham Simbiosis Mutualistis. 9
2. Relasi Negara Dan Agama Didalam Konstitusi Dan Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia. 11
3. Implementasi Nilai Nilai Agama Dalam Kehidupan Bernegara. 13
F. FORUM DISKUSI.
DAFTAR PUSTAKA
2021 KEWARGANEGARAAN
2 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
MODUL 11
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
Pancasila sila pertama,”Ketuhanan yang Maha Esa”, dinilai sebagai paradigma relasi negara dan
agama yang ada di Indonesia.Negara ini adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.Agama tidak dijadikan sebagai dasar untuk mengatur negara, tetapi agama diposisikan
sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.Nilai-nilai universal
agama, seperti keadilan, kejujuran, saling menghormati sesama, kasih sayang, kebersamaan,
bermusyawarah, dan lain-lain dijadikan sebagai sumber atau ruh dalam menyusun berbagai
aturan, pedoman, dan bahkan Undang - Undang Negara.
Agama dan negara memang tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat karena
untuk mewujudkan cita-cita bersama masyarakat perlu memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam agama dan negara sehingga menuntut masyarakat menndalami apa itu
agama dan apa itu negara dalam segala peran dan fungsinya.
Negara ini adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Agama
tidak dijadikan sebagai dasar untuk mengatur negara, tetapi agama diposisikan sebagai
pedoman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.Nilai-nilai universal
agama, seperti keadilan, kejujuran, saling menghormati sesama, kasih sayang,
kebersamaan, bermusyawarah, dan lain-lain dijadikan sebagai sumber atau ruh dalam
menyusun berbagai aturan, pedoman, dan bahkan Undang - Undang negara.
2021 KEWARGANEGARAAN
3 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.Menurut filolog Max Müller, akar kata
bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang
berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal
ilahi, kesalehan" ( kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti " ketekunan
")
Hakikat Agama.
Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan rohani
manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya. Manusia memiliki kemampuan terbatas,
kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya sehingga menjadikan keyakinan bahwa
ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari
sumber yang luar biasa juga.Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam
sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, dan lain-lain atau
hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa dan lain-lain.
Keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya ini membawa manusia
untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengancara menghambakan diri, yaitu:
a. Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari
Tuhan, dan
b. Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan.
c. Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam
pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka
suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut
dapat disebut agama.
2021 KEWARGANEGARAAN
4 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup.Yakni bahwa
seluruh aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya.
Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan
sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara agama.
Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam agama yang diakui
resmi oleh negara, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budhisme, dan Khonghuchu.
Sedangkan semua sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut
“religi”.Agama sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan
manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya.
Secara khusus, agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan
tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam
menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini
sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran
mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-
petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat.Karena itu pula agama dapat
menjadi bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari
masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong serta pengontrol bagi tindakan-
tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai
kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.
Kategori
Beberapa akademisi mempelajari subjek telah membagi agama menjadi tiga kategori :
2021 KEWARGANEGARAAN
5 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kerjasama Antar Agama.
Karena agama tetap diakui dalam pemikiran Barat sebagai dorongan universal,
banyak praktisi agama bertujuan untuk bersatu dalam dialog antaragama, kerja sama,
dan perdamaian agama. Dialog utama yang pertama adalah Parlemen Agama-agama
Dunia pada 1893 Chicago World Fair, yang tetap penting bahkan saat ini baik dalam
menegaskan " nilai-nilai universal " dan pengakuan keanekaragaman praktik antar
budaya yang berbeda. Abad ke-20 terutama telah bermanfaat dalam penggunaan dialog
antar agama sebagai cara untuk memecahkan konflik etnis, politik, atau bahkan agama,
dengan rekonsiliasi Kristen-Yahudi mewakili reverse lengkap dalam sikap banyak
komunitas Kristen terhadap orang Yahudi.
Cara beragama.
a. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama
nenek moyang, leluhur, atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pemeluk cara
agama tradisional pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal
keagamaan yang baru atau pembaharuan, dan tidak berminat bertukar agama.
b. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya
atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang
berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam
beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau
masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika
memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat
meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang
mudah dan tampak dalam lingkungan masyarakatnya.
c. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu
mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan
pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang
beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
2021 KEWARGANEGARAAN
6 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
d. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati
(perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah).
Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu
agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari
Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan,
mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Unsur-unsur.
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
a. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan
lagi.
b. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
c. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran
agama.
d. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi.
e. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.
Fungsi Agama.
2021 KEWARGANEGARAAN
7 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
D. PARADIGMA ANALISIS HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
Para ahli merumuskan beberapa teori untuk menganalisa relasi antara negara dan
agama yang antara lain dirumuskan dalam 3 (tiga) paradigma, yaitu paradigma
integralistik, paradigma simbiotik, paradigma sekularistik.
1. Paradigma Integralistik.
Secara umum teori integralistik dapat dinyatakan sebagai kesatuan yang seimbang dan
terdiri dari berbagai entitas. Entitas disini memiliki sifat yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan itu tidak berarti saling menghilangkan justru saling melengkapi, saling
menguatkan dan bersatu. Dalam kaitannya dengan relasi negara dan agama, menurut
paradigma integralistik, antara negara dan agama menyatu (integrated). Negara selain
sebagai lembaga politik juga merupakan lembaga keagamaan.Menurut paradigma ini,
kepala negara adalah pemegang kekuasaan agama dan kekuasaan politik.
Pemerintahannya diselenggarakan atas dasar ”kedaulatan ilahi” (divine sovereignty),
karena pendukung paradigma inimeyakini bahwa kedaulatan berasal dan berada di
”tangan Tuhan”(Marzuki Wahid dan Rumadi, 2001: 24).
2021 KEWARGANEGARAAN
8 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sementara menurut pemerintahan teokrasi tidak langsung yang memerintah
bukanlah Tuhan sendiri, melainkan yang memerintah adalah raja atau kepala Negara
atau raja yang diyakini memerintah atas kehendak Tuhan.
2. Paradigma Simbiotik.
Secara umum, teori simbiotik dapat didefinisikan sebagai hubungan antara dua entitas
yang saling menguntungkan bagi peserta hubungan.Dalam konteks relasi negara dan
agama, bahwa antara negara dan agama saling memerlukan.Dalam hal ini, agama
memerlukan negara karena dengan negara, agama dapat berkembang.Sebaliknya,
negara juga memerlukan agama, karena dengan agama, negara dapat berkembang
dalam bimbingan etika dan moral-spiritual (Marzuki Wahid dan Rumadi, 2001: 24).
Karena sifatnya yang simbiotik, maka hukum agama masih mempunyai peluang
untuk mewarnai hukum-hukum negara, bahkan dalam masalah tertentu tidak menutup
kemungkinan hukum agama dijadikan sebagai hukum negara. (Adi Sulistiyono, 2008: 2).
2021 KEWARGANEGARAAN
9 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
E.RELASI NEGARA DAN AGAMA MENURUT KONSTITUSI INDONESIA.
Menurut Adi Sulistiyono, agama diperlakukan sebagai salah satu pembentuk cita
negara (staasidee) (Adi Sulistiyono, 2008: 3).Namun hal itu bukan berarti bahwa
Indonesia merupakan negara teokrasi.Relasi yang terjalin antara negara Indonesia
dan agama ialah relasi yang bersifat simbiosis-mutualistis di mana yang satu dan
yang lain saling memberi. Dalam konteks ini,agama memberikan “kerohanian yang
dalam” sedangkan negara menjamin kehidupan keagamaan. (Lukman Hakim
Saifuddin,2009: 10).Indonesia bukan negara agama melainkan negara hukum.Hukum
menjadi panglima, dan kekuasaan tertinggi di atas hukum.Artinya bahwa Undang-Undang
dibuat oleh lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat, dan Anggota DPR terdiri
2021 KEWARGANEGARAAN
10 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dari berbagai suku, etnis, agama, jenis kelamin dan sebagainya.Hukum di Indonesia tidak
dibuat oleh kelompok agama.Jadi agama tidak pernah mengatur negara, begitu juga
sebaliknya negara tidak semestinya mengatur kehidupan beragama seseorang.Penataan
hubungan antara agama dan negara juga bisa dibangun atas dasar checks and balances
(saling mengontrol dan mengimbangi). Dalam konteks ini, kecenderungan negara untuk
hegemonik sehingga mudah terjerumus bertindak represif terhadap warga negaranya,
harus dikontrol dan diimbangi oleh nilai ajaran agama-agama yang mengutamakan
menebarkan rahmat bagi seluruh penghuni alam semesta dengan menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia.
Maksud dari simbiotik mutualistik itu sendiri adalah hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan.Dalam konteks ini, agama membutuhkan negara sebagai
instrument dalam melestarikan dan mengembangkan agama.Begitu juga
sebaliknya, negara juga memerlukan agama, karena agama juga membantu
negara dalam pembinaan moral, etika, dan spiritualitas.
Agama perlu landasan etik untuk mengatur masyarakat dan agama membutuhkan
Mahfud
negara M.D,
sebagai menyebut
tempat untuk Pancasila merupakan suatu konsep prismatik. Prismatik
mengembangkannya.
adalah suatu konsep yang mengambil segi-segi yang baik dari dua konsep yang
bertentangan yang kemudian disatukan sebagai konsep tersendiri sehingga dapat selalu
diaktualisasikan dengan kenyataan masyarakat Indonesia dan setiap perkembangannya.
Negara Indonesia bukan negara agama karena negara agama hanya mendasarkan diri
pada satu agama saja, tetapi negara Pancasila juga bukan negara sekuler karena negara
sekuler sama sekali tidak mau terlibat dalam urusan agama. Negara Pancasila adalah
sebuah religions nation state yakni sebuah negara kebangsaan yang religius yang
melindungi dan memfasilitasi perkembangan semua agama yang dipeluk oleh rakyatnya
tanpa pembedaan besarnya dan jumlah pemeluk.
2021 KEWARGANEGARAAN
11 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Relasi Negara Dan Agama Didalam Konstitusi Dan Peraturan Perundang-
Undangan Indonesia.
Relasi Negara Dan Agama dapat dilihat didalam Konstitusidan Peraturan Perundang-
Undangan Indonesia :
2021 KEWARGANEGARAAN
12 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Jika dilihat dalam pendidikan formal yang ada di sekolah dapat terlihat karena ada
kewajiban untuk tiap sekolah negeri harus mengikutsertakan pelajaran agama
disetiap kurikulumnya.
kantor-kantor pemerintah termasuk lembaga pendidikan, disediakan tempat
ibadah.
Setiap kantor pemerintah dilengkapi masjid, termasuk juga sekolah-sekolah
pemerintah dan juga perguruan tinggi atau universitas.
Pelaksanaan ritual keagamaan pun ikut diurusi oleh Negara, contohnya
pelaksanaan ibadah haji, pelaksanaan puasa bulan ramadhan sampai pada
penetapan waktu bulan ramadhan pemerintah juga ikut ambil bagian dalam
menentukannya.
Selain itu juga symbol-simbol keagamaan sering terlihat dalam acara kenegaraan,
seperti dalam pidato presiden dan alat kelengkapan negara yang selalu
menyisipkan salam khas agama dan memuji tuhan.
Serta terkadang ayat-ayat Alqur’an pun dijadikan referensi dalam berbagai pidato
oleh para pejabat pemerintah.
Pada peringatan hari besar keagamaan semua agama dijadikan sebagai hari libur
nasional.
E. FORUM DISKUSI
soal Teori
1. Coba anda jelaskan tiga paham/paradigma hubungan agama dan negara !
2. Paham/paradigma manakah yang dianut oleh Negara Indonesia ? jelaskan alasannya !
Soal Kasus
Merdeka.com - Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar
Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) akan menggelar Musyawarah Besar Pemuka
Agama untuk Kerukunan Bangsa. Acara dengan tema 'Musyawarah Besar Agama untuk
Kerukunan Bangsa' akan dihadiri 450 pemuka agama dari berbagai agama dan berbagai
daerah di Indonesia. Dalam pembahasan tersebut akan dibahas permasalahan terkait
kerukunan antar beragama yakni :
2021 KEWARGANEGARAAN
13 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yaitu Pandangan Dan Sikap Umat Beragama Tentang NKRI Yang Berdasarkan
Pancasila;
Indonesia Yang Berciri Bhineka Tunggal Ika;
Pemerintahan Yang Sah Hasil Pemilu Demokrasi Berdasarkan Konsitusi;
Prinsip-Prinsip Kerukunan Antarumat Beragama;
Masalah Penyiaran Agama Dan Pendirian Rumah Ibadah, Kemudian Solusi
Terhadap Masalah Intra Agama ;
Dan Rekomendasi Tentang Faktor-Faktor Nonagama Yang Mengganggu
Kerukunan Antarumat Beragama;
Permusyawaratan para pemuka agama ini akan menghasilkan kesepakatan.
Kesepakatan tersebut nantinya akan diberikan kepada Presiden Jokowi.
Pertanyaan :
2021 KEWARGANEGARAAN
14 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pertanyaan : ( Nilai 30 )
a. Dalam kerangka hubungan agama dan negara, paham/paradigma apakah yang
dianut Indonesia? Jelaskan !
b. Bagaimana pendapat anda sebagai seorang WARGA NEGARA dengan wacana
pembubaran ormas HTI tersebut ! ( kaitkan pendapat anda dengan teori yang
anda uraikan pada point a)
2021 KEWARGANEGARAAN
15 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA
A. LITERATUR UTAMA.
B. LITERATUR
Beethan, O dan Kevin Boyle. 2000. Demokrasi: 80 Tanya Jawab. Yogyakarta: Kanisius.
Dannodihardjo, dkk. 1991. Santiaji Pancasila (Suatu Tinjauan F ilosofs, Historis dan
Yuridis Kong,. lusional). Surabaya: Usaha Nasional.
Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal Dephan. Jakarta.
2021 KEWARGANEGARAAN
16 Yumeldasari Chaniago, S.Sos., M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/