Anda di halaman 1dari 11

ETIKA MENDIDIK ANAK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Metodologi Studi Islam yang diampu oleh :

M Bik Muhtaruddin,M.Th.I

DISUSUN OLEH :

NAMA : AURA SHANDY AL FITRI


NIM : 932219018
KELAS : F
SEMESTER : 1

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TADRIS BAHASA INGGRIS

IAIN KEDIRI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “Etika Mendidik Anak”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang
jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi
seluruh alam semesta.

Saya sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Tafsir.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisaikan makalah ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan , semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Saya mengharap kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat saya perbaiki.
Karena saya sadar, makalah yang saya buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Kediri, 10 November 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan merupakan tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang,
sehingga lingkungan banyak berperan dalam membentuk kepribadian dan karakter.
Apalagi bagi sebagian anak, keluarga merupakan peran yang paling mempengaruhi
perkembangan anak. Maka dari itu pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan
awal bagi anak karena pertama kalinya mereka mengenal dunia. Tidak dapat di
pungkiri bahwa peran keluarga sangat besar sebagai penentu terbentuknya moral
manusia-manusia yang dilahirkan. Agar kita tidak keliru saat mendidik anak, kita
memerlukan yang namanya etika mendidik anak. Kita akan membahas nya dalam
makalah ini
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika mendidik anak?
2. Apa sajakah peran orang tua terhadap anak?
3. Bagaimana cara orang tua membekali ilmu agama?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian etika mendidik anak
2. Untuk mengetahui peran orang tua terhadap anak
3. Untuk mengetahui cara orang tua membekali anak ilmu agama
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika Mendidik Anak


Dari segi isi, mendidik sangat berkaitan dengan moral dan kepribadian. Jika ditinjau
dari segi proses, maka mendidik berkaitan dengan memberikan motivasi untuk belajar
dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Kemudian bila ditilik dari segi strategi dan metode yang digunakan, mendidik lebih
menggunakan keteladan dan pembiasaan.

2. Kewajiban Orang Tua Terhadap anak


 Kewajiban orang tua dalam surah Luqman
- Q.S Luqman ayat 13

ِ ِ‫وإِ ْذ قَ َال لُْقما ُن ِالبنِ ِه وهويعِظُه ياب الَتُ ْش ِر ْك ب‬


‫اهلل إِ َّن الش ِّْر َك لَظُْل ٌم َع ِظْي ٌم‬ َّ‫َ ْ َ ُ َ َ ُ َ ُيَن‬ َ
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, dalam keadaan
dia menasehatinya: “wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan
Allah sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang
besar””
Setelah ayat yang lalu menguraikan hikmah yang di anugerahkan kepada
luqman yang intinya adalah kesyukuran kepada Allah, dan yang tercermin kepada
pengenalan terhadapNya dan anugerahNya. Kini melalui ayat di atas dilukiskan
pengamalan hikmah itu oleh luqman serta pelestariannya kepada anaknya. Ini pun
mencerminkankesyukuran beliau atas anugerah itu. Kepada nabi Muhammad SAW,
atau siapa saja diperintahkan untuk merenungkan anugerah Allah kepada Luqman itu
dan mengingat serta mengingatkan orang lain. Ayat berbunyi: dan ingatlah ketika
Luqman berkata kepada anaknya dalam keadaan dia dari saat ke saat menasehatinya
bahwa wahai anakku sayang! Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan
sesuatu apapun dan jangan juga mempersekutukan Nya sedikit persekutuan pun, lahir
maupun batin. Persekutuan yang jelas maupun yang tersembunyi. Sesunngguhnya
syirik,yakni mempersukutukan Allah, adalah kedzaliman yang sangat besar. Itu
adalah penempatan sesuatu yang sangat agungpada tempat yang sangat buruk
Luqman yang disebut oleh surah ini seorang tokoh yang diperselisihkan
identitsnya. Orang arab mengenal dia tokoh yang bernama Luqman. Pertama, Luqman
Ibn Ad. Tokoh ini mereka agungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan,
dan kepandaiannya. Ia kerap kalidijadikan sebagai pemisalan dan perumpamaan.
Tokoh kedua adalah Luqman Al Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan
perumpamaan-perumpamaannya. Agaknya dia adalah orang yang di maksud oleh
surat ini
Di riwayatkan bahwa Suwayd ibn ash-shamit suatu ketika datang ke makkah.
Ia adalah seorang yang cukup terhormat dikalangan masyarakatnya. Lalu, rasulullah
mengajaknya untuk masuk islam. Suwayd berkata kepada rasulullah, “mungkin apa
yang ada padamu itu sama dengan yang ada padaku”. Rasulullah berkata, “apa yang
ada padamu?” ia menjawab, “kumpulan hikmah lukman “ kemudian, Rasulullah
berkata, “ tunjukkanlah padaku “. Suwaydpun menunjukkannya, lalu rasulullah
berakata, “ sungguh perkataan yang baik! Tetapi, apa yang ada padaku lebih baik dari
pada itu. Itulah Al-Qur’an yang di turunkan allahkepadaku untuk menjadi petunjuk
dan cahaya “. Rasulullah lalu membacakan Al-Qur’an kepadanya dan mengajaknya
memeluk islam.
Banyak pendapat mengenai siapa muhammad al-hakim. Ada yang mengatakan
bahwa ia berasal dari nuba, dari penduduk ailah. Ada juga yang menyebutnya dari
Etiopia. Pendapat lain mengatakan bahwa ia berasal dari mesir selatan yang bekulit
hitam. Ada lagi yang mengatakan bahwa ia seorang ibrani. Profesinyapun di
persilisihkan. Ada yang berkata dia penjahit, atau pekerja pengumpul kayu, atau
tukang kayu, atau juga pengembala.

- Q.S Luqman ayat 17

‫ك ِم ْن‬ ِ ِ َّ ‫يَا بُيَنَّ أَقِ ِم‬


َ ‫ك إِ َّن َذل‬ َ ‫اصرِب ْ َعلَى َما أ‬
َ َ‫َصاب‬ ْ ‫الصالةَ َوأْ ُم ْر بِالْ َم ْعُروف َوانْهَ َع ِن الْ ُمْن َك ِر َو‬
‫األمو ِر‬ ِ
ُ ‫َع ْزم‬
“Wahai anakku, laksanakanlah sholat dan perintahkanlah mengerjakan
yang ma’ruf dan cegahlah dari kemungkaran dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian it termasuk hal-hal
yang diutamakan.”
Dalam ayat ini intinya adalah menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran ilahi
dalam kalbu sang anak. Laksanakanlah sholat dengan sempurna syarat, rukun dan
sunnah-sunnahnya. Dan disamping engkau memerhatikan dirimu dan
membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurkan pula orang lain berlaku
serupa. Karena itu perintahkanlah dengan cara baik-baik. Memang engkau mengalami
banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah karena itu tabah
an bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya itu adalah kedudukan
yang sangat tinggi nan jauh tingkatnya dalam kebaikan yakni sholat,amr ma’ruf dan
nahi munkar atau kesabaran termasuk hal-hal yang diperintahkan Allah dan tidak ada
alasan untuk mengabaikannya.

- Q.S Luqman ayat 18-19

ُّ ِ‫َرض َمَر ًحا إِ َّن اهللَ الَحُي‬


‫ب ُك َّل خُم تَ ٍال فَ ُخو ٍر‬ ِ ‫ش يِف األ‬ ِ ‫َّك لِلن‬
ِ ‫َّاس َوالَمَت‬ َ ‫ص ِّعر َخد‬
َ ُ‫َوالَت‬

“ dan janganlah engkau memalingkan pipimu dari manusia dan


janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Ayat kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama
manusia. Jangan lah engkau memalingkan pipimu kepada manusia didorong oleh
penhinaan dan kesombongan. Tetapi, tampilah kepada setiap orang dengan wajah
berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, berjalanlah dengan lemah
lembut penuh wibawa. Allah tidak melimpahkan anugerah kasih sayang Nya kepada
orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam
berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan jangan merunduk bagaikan orang
sakit. Jangan berlari tergesa-gesa dan jangan pula sangat perlahan menghabiskan
waktu. Dan lunakkanlah suramu, sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan
keledai.sesungguhnya seburuk-buruknya suaraialah suara keledai karena awalnya
siulan yang tidak menarik dan akhirnya teriakan napas yang buruk1.

1
Shihab M. Quraish, Tafsir Al Misbah vol. 10 (Pisangan Ciputat: Penerbit Lentera Hati th 2009), hlm. 295-311
3. Memberikan Bekal Ilmu Agama

Tidak diragukan lagi, bahwa tujuan pendidikan dalam islam tergambar dalam
keihkhlasan beribadah kepada Allah Taala, dan penamanan akidah yang murni
didalam jiwa anak. Media yang paling penting dalam mengajarkan akidah yang benar
kepada anak adalah menyampaikan tauhid seperti beriman kepada Allah dan malaikat
Nya, beriman kepada takdir dan pentingnya mencintai Allah dan Rasul Nya,dengan
format yang sederhana, yang bisa dicerna oleh anak.

1. Mengajarkan Akidah yang Benar kepada anak

Allah telah menganugerahkan dua kelebihan kepada manusia sebagai


sumber kebahagiaan. Pertama, bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan
suci, sebagaimana dinyatakan dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan
Muslim: Nabi SAW bersabda, “setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci,
maka kedua orang tuanya lah yang akan me-yahudi-kannya, me-nasrani-
kannya, atau me-majusi-kannya. Kedua, bahwasannya Allah Taala telah
memberikan hidayah kepada semua manusia dengan apa yang Dia ciptakan
pada mereka dengan fitrah; berupa pengetahuan dan sebab sebab ilmu kitab-
kitab yang diturunkan kepada mereka, dan rasul-rasul yang diutus kepada
mereka.

Karena itulah Islam memperhatikan pendidikan anak-anak atas dasar


akidah tauhid sejak kecil. Sehingga ada syariat mengazani pada telinga
kanan, mengiqamatkan pada telinga kiri, agar anak mendengarkan kalimat-
kalimat takbir dan tauhid serta gema penyembahan kepada Allah pada
awal kehidupannya.2

2. Mendidik Anak untuk Menaati Allah dan Rasulnya

Diantara kewajiban orang tua adalah mendidik anak diatas ketaatan


kepada Allah dan Rasulullah SAW. Berikut adalah hadis yang menunjukkan
kewajiban menaati Allah dan Rasulullah :

‫ني‬ ِ ِّ ‫ول فَأُوٰلَئِ ك م ع الَّ ِذين أَْنعم اللَّه علَي ِهم ِمن النَّبِيِّني و‬ َّ ‫َو َم ْن يُ ِط ِع اللَّهَ َو‬
َ ‫الص دِّيق‬ ََ َ ْ ْ َ ُ ََ َ َ َ َ َ ‫الر ُس‬
‫ك َرفِي ًقا‬
َ ِ‫ني ۚ َو َح ُس َن أُوٰلَئ‬ِ‫والشُّه َد ِاءو َّ حِل‬
َ ‫الصا‬ َ َ َ
“dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasulullah, maka mereka itu akan
bersama-sama dengan orang yang di berikan nikmat oleh Allah(yaitu) para
nabi,orang-orang yang jujur, orang yang mati syahid,dan orang-orang shalih.
Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” [QS An-Nisa : 69]
2
Abdurrahman Al-‘Akk bin Syekh Khalid, Cara Islam Mendidik Anak,Terj. H. Muhammad Halabi Hamdi, S.
Ag (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media th 2006), hlm 129-130
Menaati Allah itu konsekuensinya adalah wajib meninggalkanNya
didalam ibadah dan tidak boleh menyekutukannya dalam hal apapun.
Mencintai Rasulullah itu berkosenkuesi wajib menaati segala perintah beliau,
membenarkan segala hal yang beliau sampaikan, menjauhi segala hal yang
beliau larang dan cela, dan tidaklah boleh beribadah melainkan dengan cara
yang beliau tuntunkan. Jadilah orangtua yang teladan, yang memberikan
contoh yang baik, bagi anak-anak didalam menjalankan perintah Allah dan
Rasulullah.3

3. Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak


Sebaiknya mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak sejak dini, untuk
mempertemukannya dengan keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan mereka,
dan Al-Qur’an adalah kalamNya. Dengan demikian, ruh Al-Qur’an akan
mengalir di dalam hatinya, cahaya AL-Qur’an akan mengalir didalam
pemikirannya, kesadarannya dan panca indranya. Juga hendaknya orang tua
mempertemukan anak-anaknya dengan ikatan-ikatan Al-Qur’an sejak kecil,
agar ia tumbuh dengan cinta Al-Qur’an. Berpegang pada Al-Qur’an,
mematuhi perintah-perintah Al-Qur’an, menjauhi larangan-larangannya,
berakhlak dengan akhlaknya, serta berjalan di atas manhaj-nya

4. Penanaman Dasar-Dasar Keimanan Kepada Anak Islam


Berikut beberapa cara Rasulullah berinteraksi dengan anak-anak”
1) Mengajarkan kata Allah kepada anak pada awal pembicaraannya,
kemudian melanjutkan dengan kalimat tauhid.
2) Menanamkan kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada
Rasulullah SAW pada awal kesadaran, pengetahuan, dan
kemampuan membedakan baik-buruk.
3) Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak, dimulai surat-surat pendek,
kemudian surat panjang, dan seterusnya, disertai dengan membaca
dan medengarkan bacaannya.
4) Membiasakan anak shalat pada usia tujuh tahun. 4
5. Mendidik Anak untuk Mencintai Ulama dan Ulul Amri
Termasuk perkara yang penting yang sepatutnya orang tua tidak luput
dari memperhatikannya, adalah mendidik anak agar mencintai ulama dan
ulil amri (penguasa muslim). Karena para ulama itu adalah pewaris para
nabi. Para nabi tidak mewariskan dirham, mereka mewariskan ilmu.
Karena itu siapa yang mengambilnya (warisan ilmu) maka ia telah
mengambil sesuatu yang besar lagi mengutukan dari warisan para nabi.
Karena para ulam, apabila diragukankredibilitasnya,mereka tidak lagi
dihormati, malah di cari-cari dan ditampakkan kesalahan-kesalahannya di
hadapan anak-anak, maka ini bahaya nya bagi umat. Karena ilmu dan

3
As-Sulayman Syaikh Abdussalam, panduan mendidik anak, Alih bahasa. Abu Salma Muhammad Rachdie, S.
Si (Digital Publishing th 2017), hlm 181-184
4
Abdurrahman Al-‘Akk bin Syeikh Khalid, cara islam mendidik anak, Terj. H. Muhammad Halabi Hamdi, S.
Ag (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media th 2006), hlm 135 dan 142
syariat ini diambil melalui perantara para ulama. Sehingga hal ini bisa
menghancurkan syariat islam.
Adapun Ulil Amri, maka mereka adalah pemegang kekuasaan, yang
menerapkan syariat, menjaga stabilitas keaamanan, yang mempersatukan
rakyat. Karena itulah Allah berfirman :
‫ول َوأُويِل اأْل َْم ِر ِمْن ُك ْم ۖ فَ ِإ ْن َتنَ َاز ْعتُ ْم يِف‬ ِ ‫َطيع وا اللَّه وأ‬
ِ ِ َّ
َ ‫الر ُس‬
َّ ‫َطيعُ وا‬ َ َ ُ ‫ين َآمنُ وا أ‬ َ ‫يَ ا أَيُّ َه ا الذ‬
ِ ِ ٍ
‫ك َخْي ٌر‬ َ ‫ول إِ ْن ُكْنتُ ْم ُت ْؤ ِمنُ و َن بِاللَّ ِه َوالَْي ْوم اآْل ِخ ِر ۚ َٰذل‬
ِ ‫الرس‬ ِ
ُ َّ ‫َش ْيء َف ُر ُّدوهُ إىَل اللَّه َو‬
‫َح َس ُن تَأْ ِوياًل‬ ْ ‫َوأ‬
“wahai orang-orang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul,serta Ulil Amri
diantara kamu” [Surah An-Nisa’59]
Yang dimaksud dengan ulil amri diantara kalian adalah ULAMA dan
UMARO’ (penguasa).Namun alangkah ironinya, sering kali terjadi di pertemuan-
pertemuan sebagian kaum muslim, adanya ghibah (menggunjing) dan namimah
(mengadu-domba) terhadap para ulama dan umaro. Menampakkan dan mencari-cari
kesalahan mereka. Sekiranya mereka mau melihat aibaib dan kesalahan mereka
sendiri, niscaya mereka sadar betapa mereka telah melampaui batas saat
membicarakan para ulama dan penguasa. Dan cukuplah seseorang itu berdosa apabila
ia menyampaikan segala yang ia dengar. Duhai alangkah mengenaskan, apabila
anak-anak turut serta nimbrung di majelis (pertemuan) seperti ini, sehingga
mereka pun menerima perkataan-perkataan yang buruk ini (yaitu tentang ulama
dan umaro’). Akhirnya, mereka pun ketika besar sudah menyimpan kebencian
terhadap ulama dan umaro’, yang mana ini termasuk penyebab merebaknya
berbagai fitnah, mudahnya menvonis bid’ah (tabdî’) dan menuduh fasik tanpa
ilmu.Kerap kali, ucapan-ucapan buruk yang mereka dengar ini, kebanyakan adalah
dusta dan fitnah, tidak ada bukti dan dalilnya, yang sebenarnya disebarkan oleh
musuh-musuh Islam, yang memusuhi aqidah yang murni ini, yang tegak di negeri
Islam ini. 5

BAB III
5
As-Syulaiman Syaikh Abdussalam, panduan mendidik anak, Alih bahasa. Abu Salma Muhammad Rachdie, S.
Si (Digital Publishing th 2017), Hlm 184-190
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai orangtua wajib mengikat diri mereka pada tata cara yang diteladankan oleh
Rasulullah SAW melalui akhlak beliau yang mulia, yang menjamin terciptanya
kehidupan yang lebih baik. Orangtua berusaha mengeal hak dan kewajiban anak-anak,
dan kemudian memenuhinya, sebagaimana diperintahkan oleh Allah dan Rasul Nya,
dengan penuh kesabaran dan tentu saja setahap demi setahap, hingga anak menjadi
seorang remaja yang matang.

DAFTAR PUSTAKA
Shihab M. Quraishi, Tafsir Al-Misbah, vol 10, Lentera Hati

Abdurrahman Al-‘Akk bin Syekh Khalid, Cara Islam Mendidik Anak, Ad-
Dawa, 2006

As-Sulayman Syaikh Abdussalam, panduan mendidik anak, Al-Wasathiyah


Wal I’tidal, 2017

Anda mungkin juga menyukai