Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Metodologi Studi Islam yang diampu oleh :
M Bik Muhtaruddin,M.Th.I
DISUSUN OLEH :
IAIN KEDIRI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “Etika Mendidik Anak”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang
jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi
seluruh alam semesta.
Saya sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Tafsir.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisaikan makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan , semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Saya mengharap kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat saya perbaiki.
Karena saya sadar, makalah yang saya buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1
Shihab M. Quraish, Tafsir Al Misbah vol. 10 (Pisangan Ciputat: Penerbit Lentera Hati th 2009), hlm. 295-311
3. Memberikan Bekal Ilmu Agama
Tidak diragukan lagi, bahwa tujuan pendidikan dalam islam tergambar dalam
keihkhlasan beribadah kepada Allah Taala, dan penamanan akidah yang murni
didalam jiwa anak. Media yang paling penting dalam mengajarkan akidah yang benar
kepada anak adalah menyampaikan tauhid seperti beriman kepada Allah dan malaikat
Nya, beriman kepada takdir dan pentingnya mencintai Allah dan Rasul Nya,dengan
format yang sederhana, yang bisa dicerna oleh anak.
ني ِ ِّ ول فَأُوٰلَئِ ك م ع الَّ ِذين أَْنعم اللَّه علَي ِهم ِمن النَّبِيِّني و َّ َو َم ْن يُ ِط ِع اللَّهَ َو
َ الص دِّيق ََ َ ْ ْ َ ُ ََ َ َ َ َ َ الر ُس
ك َرفِي ًقا
َ ِني ۚ َو َح ُس َن أُوٰلَئِوالشُّه َد ِاءو َّ حِل
َ الصا َ َ َ
“dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasulullah, maka mereka itu akan
bersama-sama dengan orang yang di berikan nikmat oleh Allah(yaitu) para
nabi,orang-orang yang jujur, orang yang mati syahid,dan orang-orang shalih.
Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” [QS An-Nisa : 69]
2
Abdurrahman Al-‘Akk bin Syekh Khalid, Cara Islam Mendidik Anak,Terj. H. Muhammad Halabi Hamdi, S.
Ag (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media th 2006), hlm 129-130
Menaati Allah itu konsekuensinya adalah wajib meninggalkanNya
didalam ibadah dan tidak boleh menyekutukannya dalam hal apapun.
Mencintai Rasulullah itu berkosenkuesi wajib menaati segala perintah beliau,
membenarkan segala hal yang beliau sampaikan, menjauhi segala hal yang
beliau larang dan cela, dan tidaklah boleh beribadah melainkan dengan cara
yang beliau tuntunkan. Jadilah orangtua yang teladan, yang memberikan
contoh yang baik, bagi anak-anak didalam menjalankan perintah Allah dan
Rasulullah.3
3
As-Sulayman Syaikh Abdussalam, panduan mendidik anak, Alih bahasa. Abu Salma Muhammad Rachdie, S.
Si (Digital Publishing th 2017), hlm 181-184
4
Abdurrahman Al-‘Akk bin Syeikh Khalid, cara islam mendidik anak, Terj. H. Muhammad Halabi Hamdi, S.
Ag (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media th 2006), hlm 135 dan 142
syariat ini diambil melalui perantara para ulama. Sehingga hal ini bisa
menghancurkan syariat islam.
Adapun Ulil Amri, maka mereka adalah pemegang kekuasaan, yang
menerapkan syariat, menjaga stabilitas keaamanan, yang mempersatukan
rakyat. Karena itulah Allah berfirman :
ول َوأُويِل اأْل َْم ِر ِمْن ُك ْم ۖ فَ ِإ ْن َتنَ َاز ْعتُ ْم يِف ِ َطيع وا اللَّه وأ
ِ ِ َّ
َ الر ُس
َّ َطيعُ وا َ َ ُ ين َآمنُ وا أ َ يَ ا أَيُّ َه ا الذ
ِ ِ ٍ
ك َخْي ٌر َ ول إِ ْن ُكْنتُ ْم ُت ْؤ ِمنُ و َن بِاللَّ ِه َوالَْي ْوم اآْل ِخ ِر ۚ َٰذل
ِ الرس ِ
ُ َّ َش ْيء َف ُر ُّدوهُ إىَل اللَّه َو
َح َس ُن تَأْ ِوياًل ْ َوأ
“wahai orang-orang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul,serta Ulil Amri
diantara kamu” [Surah An-Nisa’59]
Yang dimaksud dengan ulil amri diantara kalian adalah ULAMA dan
UMARO’ (penguasa).Namun alangkah ironinya, sering kali terjadi di pertemuan-
pertemuan sebagian kaum muslim, adanya ghibah (menggunjing) dan namimah
(mengadu-domba) terhadap para ulama dan umaro. Menampakkan dan mencari-cari
kesalahan mereka. Sekiranya mereka mau melihat aibaib dan kesalahan mereka
sendiri, niscaya mereka sadar betapa mereka telah melampaui batas saat
membicarakan para ulama dan penguasa. Dan cukuplah seseorang itu berdosa apabila
ia menyampaikan segala yang ia dengar. Duhai alangkah mengenaskan, apabila
anak-anak turut serta nimbrung di majelis (pertemuan) seperti ini, sehingga
mereka pun menerima perkataan-perkataan yang buruk ini (yaitu tentang ulama
dan umaro’). Akhirnya, mereka pun ketika besar sudah menyimpan kebencian
terhadap ulama dan umaro’, yang mana ini termasuk penyebab merebaknya
berbagai fitnah, mudahnya menvonis bid’ah (tabdî’) dan menuduh fasik tanpa
ilmu.Kerap kali, ucapan-ucapan buruk yang mereka dengar ini, kebanyakan adalah
dusta dan fitnah, tidak ada bukti dan dalilnya, yang sebenarnya disebarkan oleh
musuh-musuh Islam, yang memusuhi aqidah yang murni ini, yang tegak di negeri
Islam ini. 5
BAB III
5
As-Syulaiman Syaikh Abdussalam, panduan mendidik anak, Alih bahasa. Abu Salma Muhammad Rachdie, S.
Si (Digital Publishing th 2017), Hlm 184-190
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai orangtua wajib mengikat diri mereka pada tata cara yang diteladankan oleh
Rasulullah SAW melalui akhlak beliau yang mulia, yang menjamin terciptanya
kehidupan yang lebih baik. Orangtua berusaha mengeal hak dan kewajiban anak-anak,
dan kemudian memenuhinya, sebagaimana diperintahkan oleh Allah dan Rasul Nya,
dengan penuh kesabaran dan tentu saja setahap demi setahap, hingga anak menjadi
seorang remaja yang matang.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab M. Quraishi, Tafsir Al-Misbah, vol 10, Lentera Hati
Abdurrahman Al-‘Akk bin Syekh Khalid, Cara Islam Mendidik Anak, Ad-
Dawa, 2006