Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI KLINIS

KONSELING

DOSEN PENGAMPU : RINI LARASATI, M.PD

Disusun Oleh :

Ari Firmansyah (2011080291)

Dea Intan Octavia (2011080247)

Nabila Ramadhani (2011080295)

Widyawati Andreyani (2011080396)

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Konseling” shalawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang semilir
keimanan.
            Tujuan penulisan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk lebih mengkaji dan
memperdalam pengetahuan kita tentang , Konseling,  Meskipun demikian saya mengakui bahwa
apa yang kami sajikan kedalam makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sangat diharapkan
untuk perbaikan selanjutnya, jikalau di dalam makalah ini terdapat kebenaran dan kegunaan,
semua itu berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala sebaliknya, kalau di dalamnya terdapat
kekurangan dan ketidak sempurnaan semuanya itu karena kekurangan dan keterbatasan kami
sendiri.
            Akhirnya, saya mengucapkan terimakasih kepada Bunda RINI LARASATI, M.PD yang
telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mengkaji materi ini, semoga kesediaan tersebut
mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.

Bandar Lampung, 4 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................4
C. TUJUAN MASALAH...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSELING...................................................................................5
B. ASPEK - ASPEK KONSELING...............................................................................6
C. TEKHNIK – TEKHNIK KONSELING....................................................................7
D. KONSELING INDIVIDU DAN KONSELING KELOMPOK................................10
E. PRAKTEK KONSELING INDIVIDU......................................................................12

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN..........................................................................................................16
B. SARAN......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bimbingan konseling merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses
pendidikan sebagai suatu sistem. Sebagai sebuah sistem, kehadirannya diperlukan dalam
upaya pembimbingan sikap perilaku siswa terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan
dirinya menuju jenjang usia yang lebih lanjut. Permasalahan yang dialami oleh para siswa di
sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan proses belajar dan pembelajaran yang
sangat baik. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk
perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk mengikuti proses belajar dan
pembelajaran sesuai apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Layanan bimbingan dan
konseling sendiri harus terkonsep secara baik sebagaimana halnya layanan tersebut dapat
membantu meningkatkan perkembangan siswa dan membantu membuat pilihan yang berarti
bagi setiap fase pendidikan yang dialami siswa. Potensi peserta didik yang harus
dikembangkan bukan hanya menyangkut masalah kecerdasan dan keterampilan, melainkan
menyangkut seluruh aspek kepribadian. Sehubungan dengan hal tersebut, guru tidak hanya
dituntut untuk memiliki pemahaman atau kemampuan dalam bidang belajar dan
pembelajaran tetapi juga dalam bidang bimbingan dan konseling Dengan memahami konsep-
konsep bimbingan dan konseling, guru diharapkan mampu berfungsi sebagai fasilitator
perkembangan peserta didik, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial,
maupun mental spiritual. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa layanan
bimbingan dan konseling di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab guru bimbingan
dan konseling.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian konseling?
b. Apa aspek - aspek konseling?
c. Bagaimana tekhnik + tekhnik konseling?
d. Apa pengertian konseling individu dan konseling kelompok?
e. Bagaimana praktek konseling individu?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian konseling
2. Untuk mengetahui aspek - aspek konseling
3. Untuk mengetahui tekhnik tekhnik konseling
4. Untuk mengetahui pengertian konseling individu dan konseling kelompok
5. Untuk mengetahui praktek konseling individu

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONSELING
Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium” artinya “dengan” atau
bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami”. Konseling atau
penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut
konselor/pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut
konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama
kali digunakan oleh Frank Parsons pada tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier.
Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan
terapi yang berpusat pada klien (client centered).
Konseling merupakan suatu proses untuk memebantu individu mengatasi hambatan-
hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal
kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.
(Division of Conseling Psychologi). suatu pertemuan langsung dengan individu yang
ditujukan pada pemberian bantuan kapadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara
lebih efektif dengan dirinyasendiri dan lingkungan. (Mc. Daniel,1956) Konseling
meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-
kebutuhan,motivasi,dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu
individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige hal tersebut. (Berdnard &
Fullmer ,1969).
Rumusan (Smith,dalam Shertzer & Stone,1974)
a. Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan
b. Bantuan diberikan dengan meng interpreswtasikan fakta-fakta atau data,baik
mengenai individu yang dibimbing sendiri maupun lingkungannya,khususnya
menyangkut pilihan-pilihan,dan rencana-rencana yang dibuat.

Rumusan (Division of Conseling Psychologi)

a. Konseling merupakan proses pemberian bantuan


b. Bantuan diberikan kepada individu-individu yang sedang mengalami hambatan atau
gangguan dalam proses perkembangan.

Rumusan (Mc. Daniel,1956)

a. Konseling merupakan rangkaian pertemuan antara konselor dengan klien.


b. Dalam pertemuan itu konselor membantu klien mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi.
c. Tujuan pemberian bantuan itu adalah agar klien dapat menyesuaiaknnya dirinya,baik
dengan diri maupun dengan lingkungan.

5
Berdasarkan Rumusan diatas maka yang dimaksud dengan Konseling adalah: “Proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara Konseling oleh seorang ahli
(disebut Konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dialami oleh klien.

B. ASPEK - ASPEK KONSELING


A. PRIBADI
Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam hal memecahkan
masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat rahasia/pribadi sekali misalnya,
masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan sebagainya. Misalnya pada siswa
remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang lain dari pada sebelumnya. contoh:
peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi sangat gembira, ingin meraih cita-cita
tapi tidak mengetahui caranya. Kemudian seorang mahasiswa yang ditantang
memikul tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi realitas yang
bertentangan dengan dirinya/keinginannya. terutama para remaja pada umumnya
malu untuk bertanya pada orang tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila
bertanya pada teman sebaya juga tidak tahu.
Dalam aspek tugas perkembangan pribadi
Layanan Bimbingan dan Konseling membantu siswa agar:
1. Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
2. Memiliki pemahaman ttg irama kehidupan yg bersifat fluktuatif (antara
anugrah dan musibah) dan mampu meresponnya dengan positif.
3. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif
4. Memiliki sikap respek thd diri sendiri
5. Dapat mengelola stress
6. Mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang diharamkan agama
7. Memahami perasaan diri dan mampu mengekspresikannya secara wajar
8. Memiliki kemampuan memecahkan masalah
9. Memiliki rasa percaya diri 10. Memiliki mental yang sehat
B. SOSIAL
Dalam aspek tugas perkembangan pribadi-sosial
Layanan Bimbingan dan Konseling membantu siswa agar:
a. Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal
kehususan yang ada pada dirinya.
b. Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang orang yang
mereka senangi.
c. Membantu pilihan secara sehat.
d. Mampu menghargai orang lain.
e. Memiliki rasa tanggung jawab.
f. Menggambarkan keterampilan hubungan antar pribadi.
g. Dapat menyelesaikan konflik.

6
h. Dapat membantu keputusan secara efektif.
C. BELAJAR
Dalam aspek tugas perkembangan belajar.
Layanan Bimbingan Konseling membantu sisiwa agar:
a. Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.
b. Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.
c. Mampu belajar secara efektif.
d. Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian
D. KARIR
Dalam aspek tugas perkembangan karier.
Layanan Bimbingan Konseling membantu siswa agar:
a. Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan
didalam lingkungan kerja.
b. Mampu merencanakan masa depan.
c. Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.
d. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat
C. TEKHNIK – TEKHNIK KONSELING
1. Perilaku Attending
Perilaku attending dapat dilakukan dengan menghampiri klien, kontak mata,
bahasa badan, bahasa lisan. Suatu attending yang baik dapat meningkatkan harga diri
klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien
dengan bebas.

2. Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien,
merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Pada
prinsipnya empati adalah merasakan apa yang sedang dirasakan klien, tetapi petugas
kesehatan tidak larut dalam perasaan klien. Empati dilakukan bersamaan dengan
“attending”,tanpa perilaku attending tidak akan nada empati.
3. Refleksi
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan nonverbal.
4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman,
dan pikiran klien. Hal ini penting, karena klien seringnya menutup diri.
5. Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing)
Konselor harus dapat menangkap pesan utamanya, dan menyatakannya secara
sederhana. Paraphrasing yang baik adalah menyatakan kembali pesan utama klien
secara seksama dengan kalimat yang mudah dan sederhana.
6. Bertanya untuk Membuka Percakapan (Open Question)
7
Kebanyakan konselor sulit untuk membuka percakapan dengan klien. Hal ini
dikarenakan, konselor merasa sulit menduga apa yang dipikirkan klien, sehingga sulit
untuk mengajukan pertanyaan yang pas. Sebaiknya tidak menggunakan kata-kata
mengapa? dan apa sebabnya? Hal ini akan menyulitkan klien, dikarenakan klien tidak
tahu atau sengaja ditutupi.
7. Bertanya Tertutup (Close Question)
Bentuk-bentuk pertanyaan tertutup, baik diajukan ke klien, agar klien dapat
menjawab dengan mudah misalnya: Ya, Tidak.
8. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung dan singkat terhadap apa
yang telah dikatakan klien, dan memberikan dorongan singkat seperti: oh, ya, lalu.
Seorang konselor harus 14 dapat mengupayakan, agar kliennya terlibat dalam
pembicaraan dan mau terbuka tentang dirinya (Self Disclosing).
9. Interpretasi
Dalam interpretasi ini, upaya konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan,
perilaku serta pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori. Tujuan interpretasi
ini adalah: memberikan rujukan, pandangan, perilaku klien, agar klien mengerti dan
berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
10. Mengarahkan (Directing)
Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling,
perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Keterampilan konseling yang mengatakan
kepada klien, agar dia berbuat sesuatu, mengarahkannya agar melakukan sesuatu.
11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Menyimpulkan sementara perlu dilakukan, agar pembicaraan makin jelas. Setiap
periode waktu tertentu, konselor bersama klien perlu menyimpulkan hasil
pembicaraan. Untuk itu sangat diperlukan kebersamaan, agar klien merasa
bertanggung jawab atas dirinya sendiri, sehingga mampu mengambil keputusan
pemecahan masalah yang dihadapinya, konselor hanyalah membantu. Berdasarkan
hal tersebut di atas, maka tujuan dari menyimpulkan sementara adalah sebagai
berikut: memberi feedback, menyimpulkan, meningkatkan kualitas diskusi.
12. Memimpin (Leading)
Sebagai konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan, agar tercapai tujuan
konseling. Tujuannya adalah: agar klien tidak menyimpang dari fokus pembicaraan.
13. Fokus
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya
yang terseleksi dari pembicaraan dengan klien. Fokus membuat klien untuk
memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan.
14. Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat
adanya diskrepansi atau inkonsistensi antar perkataan dengan bahasa badan, ide awal
dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan.
8
15. Menjernihkan (Clarifying)
Menjernihkan adalah suatu keterampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan
klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Teknik ini mempunyai
tujuan: agar klien dapat menyatakan pesannya dengan jelas, agar klien dapat
menjelaskan, mengulang, mengilustrasikan perasaannya.
16. Memudahkan (Facilitating)
Memudahkan adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan
mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas.
17. Diam
Banyak orang bertanya tentang kedudukan diam dalam kerangka proses
konseling. Sebenarnya diam adalah sangat penting digabung dengan teknik attending.
Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi tetap ada, yaitu melalui
perilaku nonverbal. Yang paling ideal, diam itu paling lama 5-10 detik, dan
selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal. Akan tetapi, jika konselor yang
menunggu klien yang sedang berpikir, mungkin diamnya bisa lebih dari 5 detik, hal
ini relatif, tergantung dari feeling konselor.
18. Mengambil Inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat
untuk berbicara, sering diam dan kurang partisipasif. Konselor harus dapat
mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan
diskusi.
19. Memberi Nasihat
Pemberian nasihat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun
demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya. Apakah pantas untuk
memberi nasihat atau tidak. Sebab dalam memberi nasihat tetap dijaga agar tujuan
konseling yakni “kemandirian klien” harus tetap tercapai.
20. Pemberian Informasi
Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian nasihat.
Selanjutnya jika konselor tidak memiliki informasi tersebut, sebaiknya dengan jujur
katakana bahwa tidak mengetahuinya. Akan tetapi, jika konselor mengetahui tentang
informasi tersebut, sebaiknya disampaikan, agar klien mengetahui informasi tersebut.
21. Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, seorang konselor harus dapat membantu klien
untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata
yang produktif bagi kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik adalah hasil
kerjasama antara konselor dengan klien.
22. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil
pembicaraan yang didapat, menyangkut halhal sebagai berikut: bagaimana keadaan

9
perasaan klien saat ini terutama mengenai kecemasan, memantapkan rencana klien,
pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikut.
D. KONSELING INDIVIDU DAN KONSELING KELOMPOK
A. KONSELING INDIVIDU
Konseling individual yaitu pertemuan antara konselor dengan seorang klien
secara individual, di mana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport (saling
memahami dan mengenal tujuan bersama). Konselor akan berupaya memberi bantuan
untuk mengembangkan pribadi klien agar klien dapat mengantisipasi permasalahan
yang sedang dihadapi. Melalui metode tatap muka, dilaksanakan interaksi langsung
antara konselor dengan klien. Mereka membahas berbagai hal tentang permasalahan
yang sedang dihadapi oleh klien tersebut. Pembahasan tersebut bersifat mendalam,
menyentuh hal-hal penting yang berhubungan dengan diri klien (bahkan tidak
menutup kemungkinan menyangkut rahasia pribadi diri klien), bersifat meluas
meliputi berbagai sisi yang menyangkut permasalahan klien, namun juga bersifat
spesifik menuju ke arah penyelesaian masalah.CBerkaitan dengan hal tersebut,
masalah klien harus dicermati dan diupayakan penyelesaiannya sedapat-dapatnya
dengan kekuatan diri klien sendiri. Konseling individu merupakan layanan konseling
yang memungkinkan peserta didik (konseli) mendapatkan layanan langsung tatap
muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang sedang dihadapinya.
Tujuan umum konseling individual adalah terselesaikannya permasalahan yang
dihadapi klien. Apabila masalah konseling ini dicirikan antara lain:
a. Sesuatu yang tidak disukai keberadaannya
b. Sesuatu yang ingin dihilangkan
c. Sesuatu yang dapat menghambat dan menimbulkan kerugian
Maka upaya penyelesaian masalah klien melalui konseling individual tujuannya
untuk mengurangi intensitas ketidaksukaan atas keberadaan sesuatu yang di maksud.
Dengan konseling individual beban klien diharapkan dapat diringankan, kemampuan
klien dapat ditingkatkan, dan potensi klien dapat dikembangkan kapasitasnya dan
dapat memahami akan dirinya mengenai masalah yang dihadapi.
Menurut Gibson, Mitchell dan Basile ada sembilan tujuan dari konseling individu,
yakni:
1) Tujuan perkembangan; yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan
perkembanganya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada
proses tersebut (seperti perkembangan kehidupan sosial, pribadi,
emosional, kognitif, fisik, dan sebagainya).
2) Tujuan pencegahan; yakni konselor membantu klien menghindari hasil-
hasil yang tidak diinginkan.
3) Tujuan perbaikan; yakni konseli dibantu dalam mengatasi dan
menghilangkan perkembangan yang tidak diinginkan.

10
4) Tujuan penyelidikan; yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa
pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba aktivitas baru dan
sebagainya.
5) Tujuan penguatan; yakni membantu konseli untuk menyadari apa yang
dilakukan, dipikirkan, dan dirasakannya sudah baik.
6) Tujuan kognitif; yakni menghasilkan pondasi dasar pembelajaran dan
keterampilan kognitif.
7) Tujuan fisiologis; yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan
untuk hidup sehat.
8) Tujuan psikologis; yakni membantu mengembangkan keterampilan sosial
yang baik, belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan konsep diri
positif dan sebagainya.
B. KONSELING KELOMPOK
Konseling kelompok merupakan suatu proses hubungan interpersonal antara
seorang konselor atau beberapa konselor dengan sekelompok klien (konseli). Dalam
proses tersebut konselor berupaya membantu menumbuhkan dan meningkatkan
kemampuan klien untuk menghadapi dan mengatasi persoalan atau hal-hal yang
menjadi kepedulian masing-masing klien melalui; pengembangan pemahaman, sikap,
keyakinan, dan perilaku klien yang tepat dengan cara memanfaatkan suasana
kelompok (Sugiyanto).
Menurut Corey (2006) dalam Budi Astuti (2012) menjelaskan bahwa konseling
kelompok lebih memberikan perhatian secara umum pada permasalahan-
permasalahan jangka pendek dan tidak terlalu memberikan perhatian pada treatment
gangguan perilaku dan psikologis.
Konseling kelompok memfokuskan diri pada proses interpersonal dan strategi
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pemikiran, perasaan, dan perilaku yang
disadari. Metode yang digunakan adalah dukungan dan umpan balik (feedback)
interaktif dalam sebuah kerangka berpikir saat itu juga.
Dilengkapi oleh pendapat Gazda (1978) bahwa konseling kelompok adalah suatu
proses antara pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang
disadari.
Proses itu mengandung ciri-ciri teraupetik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan
secara leluasa, orientasi pada kenyataan, keterbukaan diri mengenai seluruh perasaan
mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling
mendukung. Para klien dapat memanfaatkan suasana komunikasi antar-pribadi dalam
kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai
kehidupan dan segala tujuan hidup, serta untuk belajar dan atau menghilangkan suatu
sikap dan perilaku tertentu.
Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dalam bentuk konseling kelompok yakni
sebagai berikut:

11
1. Masing-masing klien mampu menemukan dan memahami dirinya sendiri
dengan lebih baik. Berdasarkan pemahaman tersebut, klien rela menerima
dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif kepribadiannya.
2. Para klien mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara satu individu
dengan individu yang lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan
dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada setiap fase-
fase perkembangannya.
3. Para klien memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan
mengarahkan hidupnya sendiri, dimulai dari hubungan antar-pribadi di dalam
kelompok dan dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari di luar lingkungan
kelompoknya.
4. Para klien menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu
menghayati atau memahami perasaan orang lain. Kepekaan dan pemahaman
ini akan membuat para klien lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis diri
sendiri dan orang lain.
5. Masing-masing klien menetapkan suatu target yang ingin dicapai, yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.
6. Para klien lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan manusia
sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang lain
dan harapan akan diterima oleh orang lain.
7. Masing-masing klien semakin menyadari bahwa hal-hal yang memprihatinkan
bagi dirinya kerap menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain. Dengan
demikian, klien tidak akan merasa terisolir lagi, seolah-olah hanya dirinyalah
yang mengalami masalah tersebut. Para klien belajar berkomunikasi dengan
seluruh anggota kelompok secara terbuka, dengan saling mengahrgai dan
saling menaruh perhatian.
E. PRAKTEK KONSELING INDIVIDU
Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik.
Menurut brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang telah berlangsung dan
memberi makna bagi peserta koseling tersebut (konselor dan klien). Setiap tahapan
proses konseling individu membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus. Namun
keterampilan-keterampilan itu bukanlah yang utama jika hubungan konseling individu
tidak mencapai rapport. Dengan demikian proses konseling individu ini tidak dirasakan
oleh peserta konseling (konselor klien) sebagai hal yang menjemukan. Akibatnya
keterlibatan mereka dalam proses konseling sejak awal hingga akhir dirasakan sangat
bermakna dan berguna.
Secara umum proses konseling individu dibagi atas tiga tahapan:
1. Tahap awal konseling
Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling
sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien atas dasar isu, kepedulian,
atau masalah klien. Adapun proses konseling tahap awal sebagai berikut :
12
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
Hubungan konseling bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan
konselor. Hubungan tersebut dinamakan a working realitionship, yakni hubungan yang
berfungsi, bermakna,dan berguna. Keberhasilan proses konseling individu amat
ditentukan oleh keberhasilan pada tahap awal ini. Kunci keberhasilan terletak pada :
(pertama) keterbukaan konselor. (kedua) keterbukaan klien, artinya dia dengan jujur
mengungkapkan isi hati, perasaan, harapan, dan sebagainya. Namun, keterbukaan
ditentukan oleh faktor konselor yakni dapat dipercayai klien karena dia tidak berpura-
pura, akan tetapi jujur, asli, mengerti, dan menghargai. (ketiga) konselor mampu
melibatkan klien terus menerus dalam proses konseling. Karena dengan demikian, maka
proses konseling individu akan lancar dan segera dapat mencapai tujuan konseling
individu.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah
Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana klien telah melibatkan
diri, berarti kerjasama antara konselor dengan klien akan dapat mengangkat isu,
kepedulian, atau masalah yang ada pada klien. Sering klien tidak begitu mudah
menjelaskan masalahnya, walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala yang
dialaminya. Karena itu amatlah penting peran konselor untuk membantu memperjelas
masalah klien. Demikian pula klien tidak memahami potensi apa yang dimilikinya., maka
tugas konselor lah untuk membantu mengembangkan potensi, memperjelas masalah, dan
membantu mendefinisikan masalahnya bersama-sama.
c. Membuat penafsiran dan penjajakan
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemunkinan mengembangkan isu
atau masalah, dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan dia proses menentukan berbagai alternatif yang
sesuai bagi antisipasi masalah.
d. Menegosiasikan kontrak
Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien. Hal itu berisi : (1)
kontrak waktu, artinya berapa lama diinginkan waktu pertemuan oleh klien dan apakah
konselor tidak keberatan. (2) Kontrak tugas, artinya konselor apa tugasnya, dan klien apa
pula. (3) kontrak kerjasama dalam proses konseling. Kontrak menggariskan kegiatan
konseling, termasuk kegiatan klien dan konselor. Artinya mengandung makna bahwa
konseling adalah urusan yang saling ditunjak, dan bukan pekerjaan konselor sebagai ahli.
Disamping itu juga mengandung makna tanggung jawab klien, dan ajakan untuk kerja
sama dalam proses konseling.
2. Tahap Pertengahan ( Tahap Kerja )
Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan
selanjutnya adalah memfokuskan pada : (1) penjelajahan masalah klien (2) bantuan apa
yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang
msalah klien. Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperolah
prespektif baru, alternatif baru, yang mungkin berbeda dari sebelumnya, dalam rangka
13
mengambil keputusan dan tindakan. Dengan adanya prespektif baru, berarti ada dinamika
pada diri klien menuju perubahan. Tanpa prespektif maka klien sulit untuk berubah.
Adapun tujuan-tujuan dari tahap pertengahan ini yaitu :
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien lebih jauh.
Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha agar klienya mempunyai prespektif
dan alternatif baru terhadap masalahnya. Konselor mengadakan reassesment (penilaian
kembali) dengan melibatkan klien, artinya masalah itu dinilai bersama-sama. Jike klien
bersemangat, berarti dia sudah begitu terlibat dan terbuka. Dia akan melihat masalahnya
dari prepektif atau pandangan yang lain yang lebih objektif dan mungkin pula berbagai
alternatif.
b. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara
Hal ini bisa terjadi jika : pertama, klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan
atau wawancara konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan
potensi diri dan memecahkan masalahnya. Kedua, konselor berupaya kreatif dengan
keterampilan yang bervariasi, serta memelihara keramahan, empati, kejujuran,
keikhlasan dalam memberi bantuan. Kreativitas konselor dituntut pula untuk
membantu klien menemukan berbagai alternatif sebagai upaya untuk menyusun
rencana bagi penyelesaian masalah dan pengembangan diri.
c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak
Kontrak dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling. Karena
itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan selalu mengingat dalam
pikiranya. Pada tahap pertengahan konseling ada lagi beberapa strategi yang perlu
digunakan konselor yaitu : pertama, mengkomunikasikan nilai-nilai inti, yakni agar
klien selalu jujur dan terbuka, dan menggali lebih dalam masalahnya. Karena kondisi
sudah amat kondusif, maka klien sudah merasa aman, dekat, terundang dan tertantang
untuk memecahkan masalahnya. Kedua, menantang klien sehingga dia mempunyai
strategi baru dan rencana baru, melalui pilihan dari beberapa alternatif, untuk
meningkatkan dirinya.
3. Tahap Akhir Konseling ( Tahap Tindakan )
Pada tahap akhir konseling ditandai beberapa hal yaitu :
a. Menurunya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan
keadaan kecemasanya.
b. Adanya perubahan perilaku lien kearah yang lebih positif, sehat, dan dinamis.
c. Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
d. Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi diri dan
meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, guru,
teman, keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya. Jadi klien sudah
berfikir realistik dan percaya diri.
Tujuan-tujuan tahap akhir adalah sebagai berikut :
a. Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadahi

14
Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena dia sejak awal sudah
menciptakan berbagai alternatif dan mendiskusikanya dengan konselor, lalu dia
putuskan alternatif mana yang terbaik. Pertimbangan keputusan itu tentunya
berdasarkan kondisi objektif yang ada pada diri dan di luar diri. Saat ini dia sudah
berpikir realistik dan dia tahu keputusan yang mungkin dapat dilaksanakan sesuai
tujuan utama yang ia inginkan.
b. Terjadinya transfer of learning pada diri klien
Klien belajar dari proses konseling mengenai perilakunya dan hal-hal yang
membuatnya terbuka untuk mengubah perilakunya diluar proses konseling. Artinya,
klien mengambil makna dari hubungan konseling untuk kebutuhan akan suatu
perubahan.
c. Melaksanakan perubahan perilaku
Pada akhir konseling klien sadar akan perubahan sikap dan perilakunya. Sebab ia
datang minta bantuan adalah atas kesadaran akan perlunya perubahan pada dirinya.
d. Mengakhiri hubungan konseling
Mengakhiri konseling harus atas persetujuan klien. Sebelum ditutup ada beberapa
tugas klien yaitu : pertama, membuat kesimpulan-kesimpulan mengenai hasil proses
konseling; kedua, mengevaluasi jalanya proses konseling; ketiga, membuat perjanjian
untuk pertemuan berikutnya.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli (disebut konselor/pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu
masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien. Konseling merupakan suatu proses untuk memebantu individu mengatasi
hambatan-hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang
optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebut dapat terjadi setiap
waktu.
2. Aspek pribadi, Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam hal
memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat rahasia/pribadi
sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan sebagainya.
Aspek Sosial, Layanan Bimbingan dan Konseling membantu siswa agar memiliki
kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kehususan yang ada
pada dirinya dsb
Aspek belajar, Layanan Bimbingan Konseling membantu siswa agar dapat
melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif dsb.
Aspek Karir, Layanan Bimbingan Konseling membantu siswa agar mampu
membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan didalam
lingkungan kerja dsb
3. Terdapat 22 teknik konseling antara lain: Perilaku Attending, Empati, Refleksi,
Eksplorasi, Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing), Bertanya untuk Membuka
Percakapan (Open Question), Bertanya Tertutup (Close Question), Dorongan
Minimal (Minimal Encouragement), Interpretasi, Mengarahkan (Directing),
Menyimpulkan Sementara (Summarizing), Memimpin (Leading), Fokus, Konfrontasi,
Menjernihkan (Clarifying), Memudahkan (Facilitating), Diam, Mengambil Inisiatif,
Memberi Nasihat, Pemberian Informasi, Merencanakan.
4. Konseling individual yaitu pertemuan antara konselor dengan seorang klien secara
individual, di mana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport (saling
memahami dan mengenal tujuan bersama). Konselor akan berupaya memberi bantuan
untuk mengembangkan pribadi klien agar klien dapat mengantisipasi permasalahan
yang sedang dihadapi. Melalui metode tatap muka, dilaksanakan interaksi langsung
antara konselor dengan klien. Mereka membahas berbagai hal tentang permasalahan
yang sedang dihadapi oleh klien tersebut.
Konseling kelompok merupakan suatu proses hubungan interpersonal antara seorang
konselor atau beberapa konselor dengan sekelompok klien (konseli). Dalam proses
tersebut konselor berupaya membantu menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan

16
klien untuk menghadapi dan mengatasi persoalan atau hal-hal yang menjadi
kepedulian masing-masing klien melalui; pengembangan pemahaman, sikap,
keyakinan, dan perilaku klien yang tepat dengan cara memanfaatkan suasana
kelompok (Sugiyanto).
5. Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik.
Menurut brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang telah berlangsung
dan memberi makna bagi peserta koseling tersebut (konselor dan klien). Setiap
tahapan proses konseling individu membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus.
Namun keterampilan-keterampilan itu bukanlah yang utama jika hubungan konseling
individu tidak mencapai rapport. Dengan demikian proses konseling individu ini tidak
dirasakan oleh peserta konseling (konselor klien) sebagai hal yang menjemukan.
Akibatnya keterlibatan mereka dalam proses konseling sejak awal hingga akhir
dirasakan sangat bermakna dan berguna.
B. SARAN
Kami menyadari kekurangan dari makalah ini, sehingga kami manyarankan
kepada pembaca agar bisa memberikan kritik dan saran, agar makalah ini bisa jadi
lebih baik, terima kasih.

17
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis
Intregrasi. Jakarta: RajaGrafindo Pers.
Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. Jakarta: CV
Rajawali.
Baraja, Abubakar. 2006. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studio
Press.
Prayitno., Emti, Erman. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

18

Anda mungkin juga menyukai