[1] Iman
berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar amana-yu’minu-imanan artinya beriman atau percaya.
Percaya dalam bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu,
memang benar atau nyata adanya.[2]
Sedangkan menurut hadits yang diriwayatkan oleh muslim dari Abdullah bin Umar bahwa Iman itu
adalah:
عن أبي هريرة قال كان النبي صلى هللا عليه و سلم بارزا يوما للناس فأتاه رجل فقال ما اإليمان؟ قال اإليمان أن تؤمن باهلل و مالئكته و كتبه و
بلقائه و رسله و تؤمن بالبعث
Dari Abi Hurairah berkata, Nabi Saw suatu hari ketika orang-orang berkumpul, maka datang
seorang laki-laki dan berkata: apakah iman itu?, Nabi menjawab Iman adalah percaya kepada Allah,
kepada malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, ketentuan-ketentuan Allah Swt dan
percaya kepada Hari kiamat. (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah)[3]
Meski esensi iman itu tashdiq sebagimana tersebut di atas, namun ternyata tidaklah cukup
demikian. Iman menuntut lebih dari itu yaitu pengucapan dengan lisan, keyakinan dalam hati dan
perilaku konkret sebagai realisasi.
Jadi, Iman bisa dikatakan kesatuan dari tiga dimensi, yakni pembenaran, pengucapan dan
pengamalan. Ketiga unsur ini harus berjalan serasi dan tidak boleh timpang antara satu dengan
yang lainnya. Apa yang dipercaya hendaknya secara nyata dibuktikan dengan ikrar lisan,
disesuaikan dengan perbuatan, bukan sebaliknya lain di mulut lain pula di hati dan lain pula yang
dilakukannya. Bila pebuatan tidak sesuai dengan apa yang diucapkan, hal itu bukanlah perbuatan
yang muncul dari iman, karena iman seharusnya menampilkan hal-hal positif yang seirama dengan
detak hati dan ucapan lidah.
Iman itu, Dibenarkan dalam hati, pengakuan / diucapkan dengan lisan dan direalisasikan /
dikerjakan oleh seluruh anggota badan, dalam arti dikerjakan oleh anggota maka itu disebut
amalan.
Imam nawawi dalam shohih muslim menjelaskan :
االيمان فى اللغة هو التصديق فان عنى به ذلك فال يزيد وال ينقص ألن التصديق ليس شيئا يتجزأ حتى يتصور كماله مرة
ونقصه أخرى وااليمان فى لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل باألركان
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota
tubuh”.
Terimakasih, tetap mencantumkan sumber kutipan.
Imam Al-safarini dalam kitabnya "Lawaami'ul anwaaril bahiyah wa sawaati'ul asroril
atsariyah" menyatakan :
، إذا علمت هذا فاعلم أن مذهب سلف األمة وجل األئمة أن اإليمان قول وعمل ونية يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية
Ketahuilah bahwa Iman menurut Ulama dan para imam salaf nan agung adalah
Ucapan,pengamalan dan niat, dan kadar iman bisa meningkat dengan melaksanakan
ketaatan dan bisa berkurang kadarnya ketika melaksanakan ma'syiyat.
Dan Menurut Ibnu abdil barr dalam Al-tamhid :
أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل وال عمل إال بنية: قال اإلمام ابن عبد البر في التمهيد
ULAMA ahli fiqih dan hadits telah sepakat bahwa sesungguhnya iman adalah ucapan /
pengakuan, dan pengamalan, dan tiada amalan (yang dianggap sah) kecuali dengan
adanya Niat (tashdiq dalam hati). Wallohu a'lam. [Rizalullah].
Orang itu berkata, “Engkau benar ”. Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia
pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi, “Lalu terangkanlah kepadaku tentang
iman”. Rasulullah Saw menjawab, “Hendaklah engkau beriman kepada :
Sumber: http://www.piss-ktb.com/2012/08/1781-urutan-rukun-iman.html
Terimakasih, tetap mencantumkan sumber kutipan.