Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nurlaila

Nim : 11194862111187
Kelas B, AJ Kebidanan

PARTNERSHIP DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

A. Latar Belakang

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,

kepada masyarakat khususnya perempuan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional

yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk

memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan

masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan

kepada neonatus dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi

persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau

bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.

Bidan kini tidak lagi terbatas pada penanganan kesehatan reproduksi ibu saja,

tetapi ia harus mampu menggerakkan dan memberdayakan perempuan,dukun dan

masyarakat pedesaan untuk terlibat di kesehatan komunitasnya.

Masyarakat pedesaan harus diposisikan sebagai mitra dalam kegiatan

pengawasan kebutuhan gizi, kesehatan lingkungan, penyakit menular dan penanganan

akibat bencana. Bidan sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat sentral

dalam pelayanan kesehatan dasar dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI), serta
angka kesakitan dan kematian bayi (AKB), melalui pemberian pelayanan kebidanan,

baik secara mandiri, kolaborasi maupun rujukan dengan cara melakukan Partnership

dengan Perempuan, Dukun, Tokoh Masyarakat, Tenaga Kesehatan lainnya, dan

Pemerintah.

B. Partnership Bidan dalam Pelayanan Kebidanan

1. Partnership Bidan dengan Perempuan

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan

akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,

asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas,

memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan

kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,

promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses

bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan

kegawat-daruratan jika tidak ada tidak ada tenaga kesehatan lainnya.

a. Peran Bidan

 Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai standar pelayanan kebidanan

 Memberikan informasi kesehatan dan memberikan pilihan kepada

perempuan dalam hal : pemilihan terhadap kehamilan, persalinan, nifas,

KB, dll. Dalam hal ini bidan harus selalu melibatkan ibu untuk

pengambilan keputusan.
 Memberikan penyuluhan dan pelayanan kebidanan kepada perempuan

sehingga mereka mampu membentuk hubungan saling percaya antara

sesama.

 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai kehamilan,

persalinan, nifas, BBL, dll dengan melaksanakan Kelas Ibu Hamil serta

melibatkan Ibu dan keluarga (suami/Keluarga)

 Setiap ada kegiatan/pelayanan (asuhan) sebisa mungkin melibatkan ibu dan

keluarga dalam setiap prosesnya, agar mereka merasa sebagai bagian

penting dalam pengambilan keputusan dan penatalaksanaan asuhan.

b. Peran Perempuan dan keluaga

Melakukan segala bentuk anjuran dan informasi yang diberikan oleh bidan

baik selama tindakan asuhan kebidanan maupun penyuluhan terhadap

kebiasaan untuk meningkatkan derajat perempuan.

Hambatan :

Pada dasarnya ibu dan suami mayoritas sudah sadar akan pentingnya kesehatan terhadap

dirinya dan keluarganya, tetapi :

 Pengaruh budaya dan adat yang masih kental, Bidan kesulitan untuk meyakinkan

Keluarga (Orang tua/Mertua/Nenek) untuk bekerjasama dalam pemenuhan Gizi nifas

(masih diberi pantangan oleh keluarga) serta ASI Eksklusif (Neneknya bersikeras

memberi Sufor/Makanan dengan dot)

 Masih tingginya budaya Patriarki, sehingga perempuan di desa tidak leluasa

mengambil keputusan. Apalagi kalau suaminya sangat patuh pada orang tua yang

terlalu menjunjung adat yang bertentangan dengan kesehatan. Kesulitan ini juga
terjadi saat ingin melakukan rujukan. Biasanya si Ibu akan pasrah dan suami sebagai

pengambil keputusan utama malah menunggu keputusan orangtua (mengakibatkan

keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan keterlambatan tindakan)

 Rendahnya kesadaran Perempuan untuk ikut serta dalam Pendidikan Kesehatan,

karena menganggap urusan perempuan hanya urusan domestic, dan hanya

bersinggungan dengan kesehatan saat Hamil, Melahirkan, Nifas dan saat sakit/ada

keluhan.

2. Partnership Bidan dengan Dukun

Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan

dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan,

kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi,

dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan

dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada

masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan

dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.

Dalam pola kemitraan bidan dengan dukun berbagai elemen masyarakat yang ada

dilibatkan sebagai unsur yang dapat memberikan dukungan dalam kesuksesan

pelaksanaan kegiatan ini. Berikut adalah peran bidan dan dukun bayi dalam

pelaksanaan kemitraannya:

Periode Kehamilan

a. Peran Bidan
Melakukan Pemeriksaan ANC sesuai prosedur pelayanan dengan tetap

menghormati tindakan dan bantuan DK selama tidak bertentangan dengan

standar kesehatan.

b. Peran Dukun

 Memotivasi ibu untuk memeriksakan kehamilan ibu ke Bidan

 Membantu bidan dalam melakukan pengidetifikasian ibu hamil baru

Periode Persalinan

a. Peran Bidan

 Mempersiapkan sarana dan prasarana persalinan aman dan alat resusitasi

bayi baru lahir, termasuk pencegahan infeksi.

 Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf

 Melakukan asuhan persalinan

b. Peran Dukun

 Mengantar dan memotivasi calon ibu bersalin ke Bidan.

 Mendampingi ibu pada saat persalinan untuk memberikan pijitan sekitar

punggung untuk mengurangi nyeri pada ibu

Periode Nifas

a. Peran Bidan

 Melakukan Kunjungan Neonatal dan sekaligus pelayanan nifas (KN dan

KF)

 Melakukan Penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga,

b. Peran Dukun

 Membantu memandikan BBL


 Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan.

 Melakukan ritual keagamaan / tradisional yang sehat sesuai tradisi

setempat.

Semua DK di wilayah Puskesmas Bumi Makmur sudah mengadakan MOU dan

bermitra dengan bidan dalam perannya membantu ibu hamil, bersalin, dan nifas.

3. Partnership Bidan dengan Masyarakat

Pola kemitraan bidan dengan berbagai elemen masyarakat dilibatkan sebagai

unsur yang dapat memberikan dukungan dalam kesuksesan pelaksanaan kegiatan

ini. Berikut adalah peran bidan dan masyarakat dalam pelaksanaan kemitraannya:

a. Peran Bidan melatih dan membimbing masyarakat untuk menjadi Kader

b. Peran Kader membantu Bidan dalam menjangkau segala masyarakat untuk

mau dan rutin memeriksakan kesehatannya ke Bidan serta memberikan

motivasi ibu untuk memeriksakan kehamilan, persalinan, nifas, imunisasi,

serta menimbang anaknya ke posyandu.

Hambatan :

 Adanya Kader yang tidak bisa diajak kerjasama sebagai panutan dalam pelayanan

kesehatan (menolak imunisasi serta lebih mempercayai (hoaks) daripada tenaga

kesehatan dalam penerapan protokol kesehatan) padahal sdh diberikan

penjelasan/sosialisasi oleh Bidan dan tenaga kesehatan lain.

 Adanya jabatan rangkap sehingga kader kesulitan menyesuaikan jadwal kegiatan

4. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat


a. Bidan Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk membantu dalam

hal memperbaharui perilaku yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Seperti :

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Bidan juga bekerjasama dalam penatalaksanaan

dan KIE pada klien yang menolak mendapatkan pelayanan kesehatan/ rujukan.

b. Tokoh Masyarakat Membantu Bidan dalam menyampaikan segala bentuk

informasi dan anjuran yang diberikan oleh bidan untuk merubah kebiasaan

masyarakat dan membantu Bidan dalam meyakinkan klien untuk menerima

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

Hambatan :

Masih adanya kesulitan bagi Bidan dan Tokoh Masyarakat di desa untuk

mengajak serta menganjurkan beberapa masyarakat untuk berpartisipasi dalam

meningkatkan derajat kesehatan. Contohnya Imunisasi Bayi Balita di Posyandu.

Beberapa warga bersikeras tidak mau membawa anaknya dengan alasan anak

akan sakit dan hanya akan merepotkan mereka, meskipun sudah diyakinkan oleh

tokoh masyarakat dan Nakes (Bidan dan Petugas Puskesmas)

5. Partnership Bidan dengan teman sejawat

 melakukan kerjasama (bermitra) dengan teman sejawat lainnya untuk

memberikan asuhan dalam bentuk pemeriksaan, menegakkan diagnosa dan

penatalaksanaan dalam asuhan. contoh, asuhan persalinan sekarang harus

diberikan oleh bidan minimal 2 orang.

 mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi atau

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dan rujukan.


 Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan memberi pertolongan

pertama pada kegawatdaruratan (safety) sebelum melakukan rujukan

 Melaksanakan upaya Preventif dan Promotif.

Hambatan :

.masih adanya teman sejawat yang menolong persalinan seorang diri sehingga

saat adanya kegawatdaruratan pasien terlambat ditangani.

6. Partnertship Bidan dengan Pemerintah

 Bidan melakukakan Advokasi atau lintas sektoral kepada pemerintah dalam hal

penyediaan sarana dan prasarana kesehatan seperti penyediaan air bersih,

Peralatan dan Obat-obatan serta bantuan berupa dana untuk kegiatan yang

berhubungan dengan peningkatan derajat kesehatan.

 Pemerintah memberikan sarana dan prasaranan sesuai dengan kebutuhan suatu

daerah untuk membantu bidan dan masyarakat dalam meningkatkan derajat

kesehatan sehingga tercipta masyarakat yang Sehat.

Hambatan :

Sarana dan prasarana dari pemerintah (Dinkes) tidak langsung diberikan, biasanya

perlu waktu bahkan sampai beberapa tahun setelah mengusulkan. Sehingga untuk

melengkapi kekurangan tersebut kebanyakan bidan desa menggunakan dana

pribadi.

C. Kolaborasi Bidan dengan Tenaga Kesehatan Lain


Adalah kegiatan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota team yang dilaksanakan secara

bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari suatu proses kegiatan pelayanan kesehatan.

Contohnya:

1. Kolaborasi Bidan dengan Dokter SPOG

 Peran Bidan mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi atau

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dan rujukan. Kemudian

konsultasi via WA/Telepon dengan SPOG untuk penanganan lebih lanjut

 Peran Dokter Menegakkan diagnosa, melakukan tindak lanjut untuk menangani

resiko tinggi dan kegawatdaruratan, Melaksanakan upaya Kuratif dan

Rehabilitatif.

Hambatan :

Kurangnya sarana dan prasarana untuk melakukan rujukan (ambulan rusak dan

tidak ada tabung oksigen, jalan rusak, peralatan obat terbatas, dll). Tetapi untuk

komunikasi dan alur rujukan sudah tertata dengan baik dimana Bidan harus

melaporkan setiap kasus yang ditanganinya pada Dokter Puskesmas/Bidkor,

kemudian konsultasi dengan SPOG via WA, setelah itu diperjalanan merujuk

mengirim laporan rujukan ke grup WA khusus.

2. Kolaborasi Bidan dengan Dokter Puskesmas

Bidan berkonsultasi pada dokter di Puskesmas jika didapati ada permasalahan dalam

asuhan kebidanan pada klien, sehingga dokter akan memberikan solusi dan penangan

lebih lanjut mengenai masalah tersebut.

Hambatan : tidak ada


3. Kolaborasi Bidan dengan Petugas Gizi

Bidan bekerjasama untuk penatalaksanaan pada ibu hamil KEK yang membutuhkan

KIE nutrisi dan pemberian makanan tambahan

Hambatan : jumlah PMT untuk Ibu hamil KEK terbatas

4. Kolaborasi Bidan dengan Petugas Promkes dan Kesling

Bidan bekerjasama dalam peningkatan derajat kesehatan warga desa dengan

memberdayakan program STBM (Sanitasi berbasis Masyarakat)

Hambatan : adanya keterbatasan dana desa untuk pemenuhan bahan dan alat yang

dapat dipergunakan dalam pelaksanaan STBM

5. Kolaborasi Bidan dengan Analis

Bidan bekerjasama untuk pemerikaan Labdarah terutama pemeriksaan (HIV,

Hepatitis, Sifilis), swab antigen ibu hamil, Hb, GDS,Protein urine dan Golda.

Hambatan : jumlah alat dan bahan juga terbatas. Sehingga ada beberapa ibu hamil

yang tidak diperiksa secara keseluruhan

Anda mungkin juga menyukai