Jurnal Hemato DR - Marsel
Jurnal Hemato DR - Marsel
Lyrad K. Riley,MD, dan Jedda Rupert,MD, Eglin Air Force Base Family Medicine Residency, Eglin
Air Forse Base, Floria
Variasi Normal
Kisaran normal jumlah sel darah putih berubah sesuai usia dan kondisi
kehamilan (tabel 1). Bayi baru lahir yang sehat memiliki jumlah sel darah putih
13,000 to 38,000 per mm3 (13.0 to 38.0 × 109 per L) pada 12 jam pertama kehidupan
(95% confidance interval;CI ). Setelah memasuki usia 2 minggu, terjadi penurunan
jumlah menjadi sekitar 5,000 hinggal 20,000 per mm3 (5.0 – 20.0 x109 per L), dan
terus berkurang selama masa kanak-kanak menuju dewasa menjadi 4,500 hingga
11,000 per mm3 (4.5 – 11.0 x 109 per L; 95% CI) setelah memasuki usia 21 tahun.
Terdapat juga pergeseran dari limposit relatif menjadi neutrophil dominan dari masa
anak-anak menujuk usia remaja dan dewasa. Pada kehamilan, terdapat peningkatan
bertahap jumlah sel darah putih normal ( trimester ke-3 95% batas atas = 13,200 per
mm3 (13.2x109 per L), dan sedikit bergeser kearah peningkatan persentasi neutrophil.
Pada suatu studi pada pasien postpartum yang afebrile, jumlah rata-rata sel darah
putih adalah 12,620 per mm3 ( 12.62 X109 per L) pada wanita yang mengalami
persalinan normal dan 12,710 per mm3 (12.71 x109 per L) pada wanita post-sesar.
Perlu dicatat bahwa, kultur bakteri positif tidak berkaitan dengan leukositosis atau
neuropilia, sehingga tidak dapat dijadikan patokan pasien post-partum mana yang
memerlukan terapi antibiotic. Pada pasien keturunan afrika kulit hitam cenderung
memiliki jumlah sel darah putih yang rendah ( sekitar 1,000 per mm 3[1.0 x 109]) dan
jumlah neutrophil mutlak yang rendah.
Tabel 1. Variasi Perhitungan Sel Darah Putih Berdasarkan Usia dan Kehamilan
Ketika sel darah putih matur didalam sumsum tulang belakang, 80%-90%
akan tetap disimpan didalam sumsum tulang belakang. Cadangan yang besar ini
memungkinkan peningkatan jumlah sirkulasi sel darah putih dalam beberapa jam.
Leukosit yang bersirkulasi di aliran darah perifer cenderung hanya dalam jumlah
yang kecil (2-3%); sisanya akan tetap terdeposit disepanjang dinding pembulu darah
atau di limpa. Leukosit menghabiskan sebagian besar masa hidupnya dalam
penyimpanan. Ketika leukosit dikeluarkan ke aliran sirkulasi dan jaringan perifer,
masa hidupnya hanya berkisar 2- 16 hari, tergantung jenis selnya.
Perubahan distribusi normal dari masing-masing tipe sel darah putih dapat
mengindikasikan penyabab spesifik leukositosis (tabel 2). Meskipun perbedaan
sebagian besar tipe sel darah putih penting untuk dievaluasi untuk menentukan
penyebab dari leukositosis, namun menentukan jumlah leukopenia dan leukositosis
absolut dan relatif akan lebih bermanfaat. Untuk menghitung jumlah sel absolut
adalah dengan mengalikan jumlah total leukosit dengan persentasi kenaikan sel.
Contohnya, jumlah sel darah putih normal adalah 10,000 per mm3 (10.0 x109 per L)
dan persentasi peningkatan monosit adalah 12, nilai perhitungan monosit absolut
adalah 12% atau 0,12 kali dari jumlah sel darah putih 10,000 per mm3 sehingga
didapatkan hasil 1,200 per mm3 (1.2 x109 per L), yang artinya terjadi peningkatan
abnormal.
Gambar 1. Maturasi sel darah putih. Siklus hidup leukosit termasuk tahap perkembangan dan
diferensiasi, penyimpanan di sumsum tulang, migrasi ke vascular, dan migrasi ke jaringan.
Eosinofilia (nilai eosinophil absolut lebih tinggi dari 500 per mm 3 [0.5 x 109
per L]), meski jarang, namun bisa juga akibat kondisi alergi seperti asma, urtikaria,
dermatitis atopi atau esophagitis eosinophil, reaksi obat, kondisi dermatologi,
keganasan, penyakit jaringan ikat, sindroma hipereosinopili idiopatik, termasuk
infeksi cacing (parasit pada jaringan selain dari parasite pada lumen usus). Basopilia
terisolasi (jumlah basophil lebih dari 100 per mm 3 [0.1 x 109 per L]) jarang dan tidak
mungkin menyebabkan leukositosis terisolasi, namun dapat terjadi dengan kondisi
alergi atau inflamasi dan myelogenus leukemia kronis (tabel 4).
Tabel 4. Beberapa Kondisi Yang Berkaitan Dengan Kenaikan Tipe Sel Darah Putih Tertentu
Tipe Sel Darah Putih Kondisi yang Dapat Menyebabkan Peningkatan
Basophil Kondisi alergi, leukemia
Eosinophil Kondisi alergi, kondisi dermatologi, esophagitis eosinofilik,
sindrom hipereosinofilik idiopatik, keganasan, reaksi obat,
infeksi parasite
Limposit Leukemia akut/kronis, reaksi hipersensitivitas, infeksi (virus,
pertussis)
Monosit Penyakit autoimun, infeksi (Epstein-Bar virus, jamur, protozoa,
ricketsial, tuberculosis), splenektomi
Neutrophil Stimulasi sumsum tulang, inflamasi kronik, infeksi kongenital,
akibat obat, splenektomi
Etiologi Non-Maligna
Leukositosis adalah salah satu tanda sedang terjadinya infeksi. Fase akut dari
setiap infeksi bacterial, akan dijumpai neutrophil matur dan imatur (gambar 2).
Terkadang, selama infeksi sedang berlangsung, terdapat pergeseran kearah jumlah
limfosit dominan. Pelepasan dari ikatan yang belum matur dan metamyelosit kedalam
sirkulasi perifer akan menunjukan hasil yang disebut dengan ‘left shift´pada
pemeriksaan hitung jenis leukosit. Perlu diingat bahwa, beberapa infeksi bakteri dapat
menyebabkan neutropenia, seperti demam tifoid, infeksi rickettsial, brucellosis, dan
demam berdarah. Infeksi virus dapat menyebabkan leukositosis pada awal
perjalanannya, tetapi leukositosis yang bertahan sepanjang proses penyakit tidak
terlalu khas, kecuali limfositosis pada beberapa infeksi virus pada masa kanak-kanak.
Gambar 2. Postsplenektomi neutrofilia dengan sepsis. Wanita, 18 tahun dengan pancreatomi distal dan
splenektomi karena tumor pseudopapilari pankreatik jinak 2 minggu lalu datang ke departemen gawat
darurat dengan suhu 103°F (39.4°C), leukosit dengan bandemia, takikardia, dan hasil pemeriksaan
urinalisis menunjukan infeksi. Hitung darah putih 832,000 per mm3 (8.32 × 109per L). Hitung jenis
sel leukosit: 75.4% sel segmen, 19.3% sel pita. Perhatikan neutrofil (tanda panah) dengan <3 lobus ke
nucleus (sel pita).
Peningkatan jumlah sel darah putih cenderung mengarah, namun tidak pasti,
tanda sedang terjadinya infeksi. Contohnya, sensitivitas dan spesifisitas peningkatan
peningkatan sel darah putih dalam mendiagnosis apendisitis adalah masing-masing
sebesar 62% dan 75%. Menegakan diagnosis infeksi bacterial yang serius tanpa
sumber yang jelas pada anak demam, hanya dengan leukositosi kurang bermakna
dibandingkan dengan biomarker lain seperti C-reactive protein atau prokalsitonin.
Meskipun jumlah sel darah putih lebih dari 12,000 per mm3 (12.0 x 109 per L) adalah
kriteria untuk menentukan respon sindrom inflamasi sistemik (atau sepsis jika sumber
infeksi diketahui), leukositosis sendiri adalah predictor yang lemah untuk
menggambarkan bakterinemia dan bukan indikasi untuk dilakukannya kultur darah.
Penyebab lain leukositosis yang didapat antara lain adalah asplenia
(limpositosis dominan), merokok, dan obesitas. Pasien dengan kondisi inflamasi
kronik, seperti rheumatoid artritis, inflammatory bowel disease, atau pemyakit
granulomatosis, dapat menunjukan leukositosis. Penyebab genetic dapat termasuk
keturunan atau neutropilia idiopatik kronik dan sindroma down.
Gambar 3. Limfositosis pada wanita,70 tahun demgan riwayat leukemia limfositik kronik datang ke
departemen gawat darurta dengan keluhan demem, nyeri tenggorokan, dan batuk sejak 5 hari lalu.
Jumlah sel darah putih = 147,500 per mm3 (14.7 x 109 per L), hemoglobin = 8.8 g per dL , hitung
platelet = 82,000 per mm3 ( 82.0 x 109 per L). Hitung jenis sel darah putih: 96.6% limfosit
(monomorpik). Perhatikan banyak limfosit matur (inti kecil menyerupai ukuran sel darah merah
dengan tepi sitoplasma yang tipis; panah hitam) and banyak smudge cell ( panah putih)
Gambar 4. Eosinofilia dalam keganasan pada pria,, 76 tahun dengan riwayat metastasi kanker prostat
datang untuk kemoterapi. Jumlah sel darah putih = 26,600 per mm3 (26.6 x 109 per L), hemoglobin
10.8 g per dL, hematokrot = 32.6%. Hitung jenis sel darah putih: 51.8% eosinofil, 36.8% neutrofil, 6%
limfosit, 4.5% monosit, 0.9% basofil. Perhatikan eosinofil (tanda panah).
Gejala
Imunosupresi
Limfadenopati
Pteki
Jumlah sel darah putih >30,000 per mm3 (30.0 x109 per
L), atau >20,000 per mm3 (20.0 x 109 per L) setelah
managemen awal
Pendekatan Evaluasi
Pendekatan sistematis pada pasien degan leukositosis termasuk dari
mengidentifikasi petunjuk riwayat yang mengarah pada penyebab yang berpotensial
(gambar 5). Demam dan nyeri dapat dijumpai pada kasus infeksi maupun keganasan;
gejala konsitusional lain seperti kelelahan, berkeringat pada malam hari, penurunan
berat badan, mudah mengalami memar atau perdarahan, dapat mengarah pada
keganasan. Diagnosis sebelumnya atau kondisi komorbid yang dapat menyababkan
inflamasi kronik harus digali, sama hal nya dengan riwayat stres yang dialami baru-
baru ini, penggunaan obat-obatan, status merokok, dan riwayat splenektomi atau
anemia sickle cell. Riwayat kenaikan jumlah sel darah putih juga penting, karena
durasi kenaikan dapat menentukan kemungkinan penyebab. Leukositosis yang
bertahan dalam hitungan jam atau beberapa hari memiliki diagnosis banding yang
berbeda (contoh: infeksi, leukemia akut, reaksi stress) dibandingkan dengan
leukositosis yang bertahan selama beberapa minggu hingga beberapa bulan (contoh:
inflamasi kronik, dan beberapa kondisi keganasan).
Pemeriksaan fisik harus mencari adakah eritema, pembengkakan, atau temuan
pada paru yang mengarah pada infeksi; murmur yang mengarah pada infeksi
endocarditis; limpadenopati yang mengarah pada gangguan limfoproliferatif; atau
splenektomi yang mengarah pada leukemia myelogenik kronik atau gangguan
myeloproliferatif; pteki atau ekimosis; atau nyeri, inflamasi sendi yang mengarah
pada infeksi atau gangguan pada jaringan ikat.
Dari anamnesis riwayat dan temuan pemeriksaan fisik, dokter harus mampu
mempertimbangkan untuk dilakukannya pemeriksaan kultur darah, urin dan aspirasi
cairan sendi atau bagian tubuh lainnya; pemeriksaan reumatologi; pemeriksaan
antibodi heterofil ( mononucleosis spot test ) ; dan titer antibodi. Pemeriksaan
radiografi dapat meliputi radiografi toraks ( untuk mengidentifikasi suatu infeksi,
keganasan, atau penyakit granulomatosis) dan, dapat pula dilakukan pemeriksaan
computed tomography atau bone scan sesuai indikasi riwayat. Jika ada kecurigaan
kearah keganasan hematologi, pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan seperti
flow cytometry, tes sitogenetik, atau tes molekuler dari sumsum tulang atau darah
tepi.
EVALUASI LEUKOSITOSIS
Leukositosis ( jumlah sel darah putih > 11,000 per mm3 [11.0 × 109 per L])
Neutrofilia ( >7,000 per mm3 Monositosis (>880 per Eosinofilia ( > 500 per mm3
[7.0 x109 per L]) : mm3[0.88 x 109 per L]) : [0.5x109 per L]) :
Infeksi Infeksi Epstem Barr Kondisi alergi
Inflamasi kronik Virus, tuberkulosis, Esofagitis eosinofilik
Stresor terbaru infeksi jamur, protozoa, Reaksi pengobatan
Akibat obat-obatan ricketsial) Kondisi kulit
Stimulasi oleh sumsum tulang Penyakit autoimun Infeksi parasit
Splenektomi Splenektomi
Penggunaan tembakau
(Lihat tabel 3