Anda di halaman 1dari 2

NAMA: LUSIANI MAHARTI PRATOMO

NIM: 043351286

TUGAS 3

1. Dalam ilmu hukum ada adagium “nullum delictum nulla poena sine
praevia lege poenali” uraikan makna adagium tersebut dan kaitkan
dengan kasus diatas.

Secara bebas, adagium tersebut dapat diartikan menjadi “tidak ada tindak pidana
(delik), tidak ada hukuman tanpa (didasari) peraturan yang mendahuluinya”. Secara
umum, von Feuerbach membagi adagium tersebut menjadi tiga bagian, yaitu:
1)    tidak ada hukuman, kalau tak ada Undang-undang,
2)    Tidak ada hukuman, kalau tak ada kejahatan
3)    Tidak ada kejahatan, kalau tidak ada hukuman, yang berdasarkan Undang-
undang.
 Adagium tersebut merupakan dasar dari asas bahwa ketentuan pidana tidak dapat
berlaku surut (asas non-retroaktif) karena suatu delik hanya dapat dianggap sebagai
kejahatan apabila telah ada aturan sebelumnya yang melarang delik untuk dilakukan,
bukan sesudah delik tersebut dilakukan.

2. Berdasarkan kasus diatas mazhab apakah yang digunakan dalam


sistem hukum di Indonesia. Jelaskan dan berikan pendapat saudara
apakah mazhab tersebut masih relevan diberlakukan pada sistem
hukum Indonesia.

Ya masih relevan diberlakukan pada sistem hukum Indonesia, mazhab atau aliran
dalam pemikiran tentang hukum dipandang sangat penting karena mempunyai
pengaruh luas bagi pengelolaan hukum berdasarkan kasus di atas, seperti misalnya
dalam pembuatan undang-undang dan penerapan hukum termasuk dalam proses
peradilan. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa beberapa aliran pemikiran
hukum sangat mewarnai praktek hukum di negara manapun.

3. Dalam memutuskan perkara hakim cenderung hanya menjadi corong


undang-undang, padahal seorang hakim harus mampu melakukan
penemuan hukum (rechtsvinding). Analisis oleh saudara makna dari
pernyataan tersebut dan kaitkan dengan kasus di atas.

Aliran Rechtsvinding atau penemuan hukum merupakan suatu aliran yang posisinya
berada diantara kedua aliran ekstrem di atas (antara legisme dan Freie rechtlehre).
Pada prinsipnya aliran Rechtsvinding berpendapat bahwa hakim tetap berpegang pada
undang-undang tapi tidaklah seketat aliran legisme, karena hakim juga mempunyai
kebebasan. Tapi kebebasan hakim tidak seperti anggapan aliran Freie Rechtslehre,
sehingga dalam melaksanakan tugasnya hakim mempunyai apa yang disebut sebagai
‘kebebasan yang terikat’ (gebonded-vrijheid) sekaligus juga ‘keterikatan yang bebas’
(vriije-gebondenheid). Oleh sebab itu maka tugas hakim disebutkan sebagai upaya
untuk melakukan rechtsvinding (penemuan hukum) yang artinya adalah menyelaraskan
undang-undang dengan tuntutan jaman, dengan hal-hal kongkret yang terjadi dalam
masyarakat dan bila perlu menambah undang- undang yang disesuaikan pada asas
keadilan yang berlaku dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai