Film Forming
Film Forming
Thin Film telah diidentifikasi sebagai pendekatan alternatif untuk bentuk sediaan konvensional. Film
tipis dianggap nyaman untuk ditelan dapat digunakan sendiri dan bentuk sediaan cepat larut. System
pengiriman ini telah digunakan untuk aksi sistemik dan local melalui beberapa rute seperti oral,
bukal, sublingual, ocular dan transdermal. Dalam sediaan padat film polimer diterapkan untuk tujuan
dekoratif, pelindung, dan fungsional. Film-film ini umumnya diterapkan dengan proses atomisasi
semprot dimaan polimer disemprotkan ke substrat padat.
Sedangkan, karakteristik eksipien khusus pada setiap eksipien adalah sebagai berikut
Penggolongan Eksipien
Secara umum formulasi Film forming System mengandung campuran obat, eksipien (polimer dan
plasticizer atau aditif seperti peningkat penetrasi) dan pelarut yang mudah menguap. Polimer adalah
dasar dari FFS. Untuk mencapai sifat film yang digunakan polimer dapat digunakan sendiri atau
dalam kombinasi dengan polimer pembentuk film lainnya. Sedangkan plasticizer digunakan
memberikan fleksibilitas pada film dan meningkatkan kekuatan Tarik dari film yang terbentuk.
1. Polimer
Turunan selulosa
Turunan selulosa yang sering dipilih adalah hidroksipropil selulosa dan etil selulosa.
hidroksipropil selulosa dapat larut dan mengembang untuk membentuk hidrogel dalam
air, etil selulosa tidak larut dalam air. Namun, etil selulosa dapat larut dalam pelarut
organik untuk menghasilkan sifat dan stabilitas pembentuk film yang baik. Biasanya, etil
selulosa digunakan sebagai agen pelapis film untuk sustained-release. Ketidak larutan
etilselulosa sering dikombinasikan dengan hidroksipropilselulosa untuk controlled
release.
Polyvinyl Pyrrolidone (PVP)
karena kelarutannya dalam pelarut organik dan air dari polimer ini untuk menghasilkan
kapasitas pembentukan film yang baik. PVP memiliki sifat higroskopisitas tinggi,
biokompabilitas baik, dan kemampuan meningkatkan bioadhesive
Polyvinyl alkohol (PVA)
Penggunaan PVA dibatasi karena hidrofilisitas yang rendah, pembentukan film yang kaku
dan elastisitas yang kurang memadai. Utuk meningkatkan karakteristik PVA biasanya
dikombinasikan dengan PVP
Kitosan
Kitosan adalah polisakarida alami yang berasal dari kitin. Hidroksipropil kitosan biasanya
digunakan dalam controlled release menunjukkan peningkatan penetrasi. Kitosan tidak
larut dalam air dan pelarut organic namun larut dalam asam.
Polimetakrilat
Memiliki sifat fleksibilitas tnggi, kompabilitas dan pelepasan obat terkontrol. Contoh
polimetakrilat adalah eudagrit.
2. Plasticizer
Plasticizer digunakan dalam sistem pembentukan film untuk memberikan fleksibilitas pada
film dan meningkatkan kekuatan tarik dari film yang terbentuk. Plasticizer yang digunakan
harus kompatibel dengan polimer yang digunakan dan harus memiliki permeabilitas kulit
yang rendah. Plasticizer yang umum digunakan adalah gliserin, polietilen glikol, sorbitol,
dibutil ftalat, propilen glikol, trietil sitrat, dll.
Kinetika pelepasan obat dari matriks polimer terutama tergantung pada sifat fisikokimia bahan yang
digunakan serta morfologi nya. Variasi pH atau suhu dapat menyebabkan peningkatan atau
penurunan erosi atau tingkat disolusi polimer. Setelah kontak dengan cairan biologis, film polimer
mulai mengalami swelling setelah rantai polimer rileks, menghasilkan difusi obat. Pelepasan obat
memiliki hubungan langsung dengan struktur polimer; misalnya, polimer amorf linier larut jauh lebih
cepat daripada polimer ikatan silang atau sebagian kristal. Pelepasan obat sangat dipengaruhi oleh
erosi film. Laju degradasi film juga tergantung pada jenis plasticizer. Selain itu, agar obat dapat
menembus membran biologis, obat harus dilepaskan dari sistem penghantaran pada kecepatan yang
optimal.
1. A film former capable of producing smooth, thin films reproducible under conventional
coating conditions and applicable to a variety of tablet shapes. Example: cellulose acetate
phthalate
A typical aqueous film-coating formulation contains the following (19): 1. Film-forming polymer
(7% to 18%). Examples: cellulose ether polymers such as hydroxypropyl methylcellulose,
hydroxypropylcellulose, and methylcellulose
Gelatin is a common wall-forming material, and synthetic polymers, such as polyvinyl alcohol,
ethylcellulose, polyvinyl chloride, and other materials, also may be used.