Anda di halaman 1dari 6

DALIL BERMADZHAB

Bermadzhab artinya mengikuti salah satu madzhab.


“Madzhab” itu sendiri artinya aliran/jalan. Bagi orang NU
kalau tidak mau mengikuti madzhab ia bukan orang NU.
Sebab bagi orang NU beragama harus memakai dasar al-
Qur’an dan al-Hadis, tidak sembarangan orang yang harus
diikuti. Para Alim Ulama NU bersepakat, bahwa imam yang
pantas dijadikan panutan hanya 4 orang mujtahid. Hal ini
berdasar pengakuan para ulama se-dunia, juga tentang
kealiman dan kemampuan 4 orang tersebut. Adapun
madzhab-madzhab yang sah diikuti orang NU tidak lebih dari
4 madzhab:

HANAFI : Yaitu madzhab imam ABU HANIFAH al-Nukman bin


Tsabit, yang lahir di Kufah Irak, pada tahun 80 Hijriyah dan
meninggal tahun 150 Hijriyah

MALIKI : Yaitu madzhab imam MALIK BIN ANAS BIN MALIK,


yang lahir di Madinah pada tahun 90 Hijriyah, meninggal
tahun 179 Hijriyah.

SYAFI’I : Yaitu madzhab imam ABU ABDILLAH BIN IDRIS BIN


SYAFI’I, yang lahir di Ghozzah pada tahun 150 Hijriyah,
meninggal pada tahun 204 Hijriyah.
HANBALI : Yaitu madzhab imam AHMAD BIN HANBAL, yang
lahir di Marwaz pada tahun 164 Hijriyah, dan meninggal pada
tahun 241 Hijriyah.

Orang NU, biasanya sangat toleran kepada kaum muslimin


yang sekiranya tidak menerima madzhab-madzhab di atas.
“Itu urusan Anda, dan ini urusan kami” – kata-kata semacam
ini oleh para Kiyai/ulama NU disampaikan berkali-kali kepada
santri-santri. Artinya, orang NU amat menghargai perbedaan
pendapat, dan menjaga jangan sampai umat pecah gara-gara
berbeda melakukan ritual syari’ah.

Bahwa orang NU menetapkan harus bermadzhab bukan


berarti menutup diri untuk berijtihad – bisanya hanya taklid
atau mengikuti kepada Imam. Dugaan semacam itu bagi
orang NU tidak dipermasalahkan. Orang NU sangat hati-hati
dalam mengambil keputusan, terutama yang berkenaan
dengan keputusan hukum-hukum agama. Mereka tidak mau
sembarangan, hanya mengunggulkan logika akal semata,
akan tetapi disamping pertimbangan akal, tetapi harus sesuai
dengan ketentuan al-Qur’an dan al-Hadis.

Dasar yang dipakai orang NU untuk bermadzhab ini meliputi,


Pertama :

‫كان سـيدى علي الخـواص رحمه هللا إذا سـأله إنسـان عن التقيـد بمذهـب معيـن‬
‫ هل هو واجـب أو ال؟ يقول له يجـب عليـك التقيـد بمذهـب ما دمـت لم تصل‬. ‫الآلن‬
‫إلى شـهود عين الشـريعة األولى خوفا من الوقـوع فى الضـالل وعليه عمـل النـاس‬
‫اليـوم‬

Jika tuanku yang mulia Ali al-Khawas r.a ditanya seseorang


tentang mengikuti madzhab tertentu sekarang ini – apakah
wajib atau tidak? Beliau berkata: Anda harus mengikuti suatu
madzhab selama Anda belum mengetahui inti agama, karena
khawatir terjatuh pada kesesatan. Dan ia harus
melaksanakan apa yang dilaksanakan oleh orang lain
sekarang ini.[1]

Kedua :

‫ وقال ألن مـذاهبـهم انتشــرت حتى ظـهر‬. ‫وبأن التقـليد متعين لألئمـة االربعـة‬
‫تقييـد مطلـقهــا و تخصـيص عامهـا بخالف غيرهم‬

Sesungguhnya bertaklid (mengikuti suatu madzhab) tertentu


itu kepada imam yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hanbali),
karena madzhab mereka telah tersebar luas sehingga
nampak jelas pembatasan hukum yang bersifat mutlak dan
pengecualian hukum yang bersifat umum, berbeda dengan
madzhab-madzhab yang lain.[2]

Ketiga :

‫ ولمـا اندرسـت المذاهـب‬.”‫ “اتبـعوا السـواد األعظم‬: ‫قال صلى هللا عليه وسلم‬
‫الحقـة بانقـراض أئمتهــا إال المذاهـب الألربعة التي انتشـرت أتـباعها كان اتـباعها‬
‫اتباعا للسـواد األعظم‬

Nabi saw bersabda: Ikutilah mayoritas (umat Islam). Dan


ketika madzhab-madzhab yang benar telah tiada, dengan
wafatnya para imamnya, kecuali empat madzhab yang
mengikutinya tersebar luas, maka mengikuti madzhab empat
tersebut berarti mengikuti mayoritas, dan keluar dari
madzhab tersebut berarti keluar dari mayoritas.[3]

Keempat :

: ‫تقلـيد مذهـب الغير يصـعب على العلمــاء الوقت فضـال عن عوامهم إلى أن قال‬
‫وأن ال يتتـبع الرخص بأن يأخـذ من كل مذهـب ما هو األهون عليـه وأن ال يلفق‬
‫بين قولـين تتـولد منهمــا حقيـقة ال يقول بهـا كل من القــائلين‬
Mengikuti madzhab imam lain, adalah sulit bagi ulama masa
kini, apalagi bagi kalangan awam Dan hendaknya tidak
mencari-cari dispensasi, dengan mengambil masing-masing
madzhab pendapat yang paling ringan, dan tidak boleh
menggabungkan antara dua pendapat yang akan
menimbulkan suatu kenyataan yang tidak pernah dinyatakan
oleh siapapun (dari kalangan ulama).[4]

Dalam kata lain, seorang muslim tidak diperkenankan


mencampuradukkan ajaran-ajaran yang telah disampaikan
imam madzhab yang empat, kemudian dipilih yang ringan-
ringan saja. Demikian, wallahu a’lam.

Referensi :

[1] al-Mizan al-Sya’rany

[2] al-Fatawa al-Kubra, J.IV

[3] Sullamu al-Usul – Syarhu Nihayati al-Suul, J.IV


[4] Bughyatu al-mustarsyidin

Anda mungkin juga menyukai