Anda di halaman 1dari 161

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

REFERENSI EKSOFORA DAN ENDOFORA

PADA ARTIKEL OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

EDISI JANUARI – FEBRUARI 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Benedikta Maretcain Magur

NIM: 141224070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Seiring dengan syukur ke hadirat TYME yang telah memberikan berkat dan

restunya hingga saat ini saya dapat menyelesaikan tugas akhir, karya ini saya

persembahkan bagi:

Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Kedua orang tua saya, Bapak Herman Magur dan Ibu Arce Ngajang, selalu setia

dan tak hentinya memberikan dukungan baik secara moril maupun materi selama

proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini.

Saudara-saudara saya, Verer Magur, Felko Magur, Dessy Natalia, dan Dhyani

Jehan, Rini, Vellsy, dan Entri. Selalu memberikan semangat selama proses belajar

dan penyelesaian tugas akhir ini.

Teman-teman saya, Ina, Grace, Mecil, Irine, Kristy, kakak Melly, kakak Cilla, An,

Ririn, Dewy, Daris, Putri, Fitri yang selalu menularkan semangat kerja keras dan

pantang menyerah selama proses belajar dan menyelesaikan tugas akhir.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO:

“Lakukan dengan HATI, tetaplah TERSENYUM di setiap keadaan”

(Penulis)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini,
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Oktober 2019

Benedikta Maretcain Magur

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi universitas Sanata Dharma:
Nama : Benedikta Maretcain Magur
NIM : 141224070
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma. Skripsi saya berjudul:

REFERENSI EKSOFORA DAN ENDOFORA PADA ARTIKEL OPINI


DALAM HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI – FEBRUARI 2018

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas


Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dengan bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 21 Oktober 2019
Yang menyatakan

(Benedikta Maretcain Magur)

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Magur, Benedikta Maretcain. 2019. Referensi Eksofora dan Endofora pada


Artikel Opini dalam Surat Kabar Harian Kompas Edisi Januari-
Februari 2018. Skripsi. Yogyakarta: PBSI. FKIP. USD

Penelitian ini membahas referensi eksofora dan endofora pada artikel opini
dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018. Tujuan penelitian ini yaitu, (1)
mendeskripsikan jenis-jenis referensi eksofora dan endofora pada artikel opini
dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018, dan 2) memaparkan fungsi-
fungsi referensi eksofora dan endofora pada artikel opini dalam harian Kompas
edisi Januari-Februari 2018.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian
ini adalah artikel opini yang terdapat dalam harian Kompas edisi Januari-Februari
2018 yang merupakan sumber tertulis atau media cetak. Metode penyediaan data
yang digunakan adalah metode studi dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu teknik catat. Metode analisis data
yang digunakan adalah metode agih yaitu, metode yang alat penentunya ada di
dalam bahasa yang diteliti.
Pada artikel opini harian Kompas edisi Januari-Februari 2018 yang telah
dianalisis, peneliti menemukan adanya penggunaan jenis referensi eksofora dan
jenis referensi endofora. Penggunaan jenis referensi pada artikel opini harian
Kompas edisi Januari-Februari 2018 lebih banyak muncul referensi eksofora
daripada referensi endofora. Terbukti dengan ditemukannya referensi eksofora
sejumlah 52 referensi dan referensi endofora sejumlah 51 referensi. Jenis referensi
eksofora yang ditemukan dalam artikel opini harian Kompas edisi Januari-
Februari 2018 yaitu (1) referensi persona, (2) referensi demonstratif, dan (3)
referensi waktu. Jenis referensi endofora yang ditemukan dalam artikel opini
harian Kompas edisi Januari-Februari 2018 yaitu (1) referensi anafora dan (2)
referensi katafora. Fungsi referensi dalam penelitian ini, ditentukan oleh jenis
referensi dan konteks tuturan yang dapat ditemukan melalui latar belakang
pengetahuan peneliti dan peristiwa/kejadian yang memiliki kaitan dengan isi
tuturan. Dengan begitu, setiap jenis referensi memiliki fungsi rujukan yang
berbeda-beda yang disesuaikan dengan jenis referensi dan konteks tuturan itu.
Peneliti menemukan 5 fungsi referensi yaitu (1) fungsi pengacuan anaforis, (2)
fungsi pengacuan katafori, (3) fungsi pengacuan eksofora, (4) fungsi
penunjukkan, dan (5) fungsi penanda hubungan waktu.

Kata kunci: referensi, eksofora, endofora, jenis, dan fungsi.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Magur, Benedikta Maretcain. 2019. References of Exophora and


Endophora in Opinion Articles in Kompas Daily Edition January-February
2018. Thesis. Yogyakarta: PBSI. FKIP. USD

This study discusses the exophoric and endophora references in the


opinion article in the January-February 2018 edition of Kompas daily. The
purpose of this study is (1) to describe the types of exophoric and endophora
references in the opinion article in the January-February 2018 edition of Kompas
daily, and 2) explained the exophoric and endophora reference functions in the
opinion article in the January-February 2018 Kompas daily.
This type of research is descriptive qualitative. The data source in this
study is the opinion article contained in the January-February 2018 edition of the
Kompas daily which is a written source or print media. The method of providing
data used is the documentation study method. The data collection techniques used
in this study, namely the note-taking technique. The data analysis method used is
the method of sharing, that is, the method by which the determinant is in the
language under study.
In the January-February 2018 edition of the Kompas daily opinion article
that has been analyzed, the researchers found the use of exophora reference types
and endophora reference types. The use of this type of reference in the January-
February 2018 Kompas daily opinion article shows more exophora references
than endophora references. Evidenced by the discovery of 52 exophora references
and endophora references with 51 references. The types of exophoric references
found in the January-February 2018 edition of the Kompas daily opinion article
are (1) personal references, (2) demonstrative references, and (3) time references.
The types of endophora references found in the January-February 2018 edition of
the Kompas daily opinion article are (1) anaphora references and (2) word for a
reference. The reference function in this study is determined by the type of
reference and context of the speech that can be found through the background of
the researcher's knowledge and events/events that have a relation to the content of
the speech. That way, each type of reference has different functions of references
that are adapted to the type of reference and context of the speech. Researchers
found 5 reference functions, namely (1) anaphoric reference function, (2) word-
referencing function, (3) exophoric reference function, (4) designation function,
and (5) time-relationship marker function.

Keywords: reference, exophora, endophora, type, and function.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul Referensi Eksofora dan Endofora pada Artikel Opini dalam Harian

Kompas Edisi Januari-Februari 20218. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini

sebagai syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana

pendidikan sesuai kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas

Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan

dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Rishe Purnama Dewi, S. Pd., M. Hum., selaku Kaprodi PBSI yang telah

memberikan motivasi kepada penulis menyelesaikan skripsi.

3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing, yang selalu

membimbing penulis dengan penuh pengertian dan kesabaran,

memotivasi, dan memberikan masukan bagi penulis dari awal penulisan

skripsi hingga akhir.

4. A. Danang Satria Nugraha, M.A., selaku triangulator yang mentriangulasi

hasil analisis dan memberikan masukan bagi penulis.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dangan mengajarkan

segala macam kompetensi yang kelak berguna untuk penulis, khususnya

dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia serta ilmu kependidikan.

6. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat PBSI yang telah

memberikan berbagai layanan administrasi.

7. Kedua orang tua saya, Bapak Herman Magur dan Ibu Arce Ngajang,

selalu setia dan tak hentinya memberikan dukungan baik secara moril

maupun materi selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini.

8. Saudara-saudara saya, Verer Magur, Felko Magur, Dessy Natalia, dan

Dhyani Jehan, Rini, Vellsy, dan Entri. Selalu memberikan semangat

selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini.

9. Teman-teman saya, Ina, Grace, Mecil, Irine, Kristy, kakak Melly, kakak

Cilla, An, Ririn, Dewy, Daris, Putri, Fitri yang selalu menularkan

semangat kerja keras dan pantang menyerah selama proses belajar dan

penyelesaian tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Masih

banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati,

penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang

membacanya.

Penulis

Benedikta Maretcain Magur

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

ABSTRACT ............................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .............................................................................................. x

DAFTAR ISI............................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5

1.5 Definisi Istilah .................................................................................................. 6

1.6 Sistematika Penyajian ....................................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................ 9

2.1 Penelitian yang Relevan ...................... ............................................................ 9

2.2 Landasan Teori ................................................................................................ 10

2.2.1 Pengertian Sintaksis ......................................................................................... 11

2.2.2 Pengertian Referensi dalam Sintaksis............................................................... 12

2.2.3 Artikel Opini .................................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 25

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 25

3.2 Sumber Data .................................................................................................... 26

3.3 Data dan Objek Penelitian ............................................................................... 26

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 27

3.5 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 28

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ................................................................... 29

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.7 Triangulasi ....................................................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 34

4.1 Deskripsi Data ................................................................................................. 34

4.2 Analisis Data ................................................................................................... 38

4.2.1 Jenis-jenis Referensi ..................................................................................... 38

4.2.1.1 Referensi Eksofora ............................................................................... 39

4.2.1.2 Referensi Endofora .............................................................................. 54

4.2.2 Fungsi-fungsi Referensi ............................................................................... 71

4.2.2.1 Fungsi Pengacuan Anaforis ................................................................. 72

4.2.2.2 Fungsi Pengacuan Kataforis ................................................................. 75

4.2.2.3 Fungsi Eksofora .................................................................................... 79

4.2.2.4 Fungsi Penunjukkan.............................................................................. 83

4.2.2.5 Fungsi Penanda Hubungan Waktu........................................................ 85

4.3 Pembahasan ...................................................................................................... 90

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 93

5.1 Simpulan .......................................................................................................... 93

5.2 Saran ................................................................................................................ 94

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 96

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 99

Surat Izin Triangulator

Data Triangulasi

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Referensi Eksofora dan Endofora ............................................................. 14

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Data Referensi Eksofora dan Endofora ....................................... 37

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini merupakan bab pendahuluan, yang di dalamnya memuat enam hal,

yaitu (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat

penelitian, (5) definisi istilah, dan (6) sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Harold Lasswen dalam Effendi (2010: 10) menyatakan bahwa komunikasi

merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

melalui media dan menimbulkan efek tertentu. Komunikator sebagai orang yang

memberikan pesan sedangkan, komunikan sebagai orang yang menerima pesan.

Proses komunikasi itu sendiri dilakukan bukan tanpa maksud, tetapi terdapat

pesan yang sebenarnya ingin disampaikan oleh pembicara (komunikator). Proses

komunikasi dapat terjadi apabila ada proses interaksi antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Proses

komunikasi itu sendiri dapat berupa komunikasi lisan maupun tulisan.

Komunikasi yang terjadi dalam bentuk tulis yang dalam hal ini merujuk pada

tataran wacana.

Wacana terdapat referensi, referensi merupakan hubungan antara kata

dengan benda (orang, tumbuhan, dan sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Dilihat

dari acuannya referensi di bagi menjadi dua yaitu referensi endofora dan eksofora,

Mulyana (2005:16) menyatakan referensi eksofora yaitu penunjukan atau

interpretasi terhadap kata yang relasinya terletak dan tergantung pada konteks

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

situasional, sedangkan endofora yaitu penunjuk atau interpretasi terhadap kata

yang berada dalam teks. Dengan kata lain, endofora adalah penunjuk atau

referensinya berada dalam teks.

Wacana menjadi pilihan penulis untuk melakukan penelitian mengenai

satuan lingual referensi eksofora dan endofora karena wacana merupakan salah

satu jenis bahasa tulis yang digunakan oleh para penulis untuk menyampaikan

pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan. Wacana dapat berupa sebuah novel,

buku, artikel, dan pidato. Eriyanto (2006:3) menyatakan bahwa wacana sebagai

rangkaian kalimat yang serasi, yang menghubungkan proposisi satu dengan

proposisi lain, kalimat satu dengan kalimat yang lain, membentuk satu kesatuan.

Pengertian satu kalimat dihubungkan dengan kalimat lain dan tidak ditafsirkan

satu per satu kalimat saja. Sebagai sebuah teks, wacana bukan urutan kalimat yang

tidak mempunyai ikatan sesamanya, bukan kalimat-kalimat yang dideretkan

begitu saja.

Analisis wacana mengkaji tentang fungsi bahasa atau penggunaan bahasa

sebaga alat komunikasi. Analisis wacana dalam studi linguistik pada unit kata,

frase, atau kalimat semata tanpa melihat keterkaitan di antara unsur tersebut.

Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa,

dan pengertian. Analisis wacana termasuk suatu kajian yang meneliti atau

menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan

maupun tulisan. Data dalam analisis wacana dapat berupa teks, baik lisan ataupun

tulis. Salah satu objek kajian analisis wacana secara tulisan dapat diambil dari

surat kabar. Surat kabar mempunyai fungsi menyampaikan berita kepada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masyarakat. Surat kabar tidak hanya menyampaikan berita-berita penting, surat

kabar juga memuat artikel-artikel, kolom, resensi buku, rubrik, opini. Salah satu

surat kabar yang memuat mengenai opini yaitu harian Kompas yang merupakan

salah satu harian nasional terbesar di Indonesia. Harian Kompas merupakan surat

kabar harian atau diterbitkan setiap hari dan biasa memuat berita-berita atau

artikel opini yang terkini dan aktual. Sebuah wacana referensial, dalam

menganalisis diperlukan pengetahuan dan pengalaman tentang dunia, dan

setidaknya memiliki pengetahuan tentang dunia atau isi yang terdapat dalam

wacana.

Kebanyakan dari artikel yang sering dimuat dalam harian Kompas

bahasanya masih rumit sehingga perlu pemahaman berulang untuk mengetahui

makna dari tuturan tersebut (Riyanto, 2015: 72). Berikut data referensi waktu

yang dimuat dalam harian Kompas edisi 23 Januari 2018. “Tahun lalu 2,1 juta

ton”. Rujukan kalimat ini berkaitan dengan dukungan harga bagi para petani.

Setiap tahun Bulog melakukan pengadaan gabah/beras dalam negeri, dimulai

sejak tahun 1970-an. Pada tahun 2017 pengadaan beras/gabah sebanyak 2,1 ton.

Hal ini menunjukkan, dalam referensi baik itu referensi eksofora dan endofora

masih kurang dipahami dan membutuhkan pemahaman berulang untuk

mengetahui atau memahami apa yang dimaksud dari si pembicara atau penulis

agar mudah dipahami oleh pendengar (penulis). Referensi eksofora berhubungan

luas dengan dunia luar. Pada penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada artikel opini. Wacana dalam surat kabar tersebut didefinisikan

sebagai sebuah cerita yang formatnya singkat, dan berisi tentang artikel opini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

artikel opini yang terkini dan aktual. Penulis akan membahas satuan lingual

referensi eksofora dan endofora. Karena penulis ingin mengetahui sebarapa besar

penggunaan referensi tersebut.

Penulis memilih harian Kompas karena pada artikel opini tersebut terdapat

pengetahuan bahasa yang luas. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini,

baik pembaca dan para penulis dapat mengetahui penggunaan referensi eksofora

dan referensi endofora pada harian Kompas. Penelitian pada harian Kompas edisi

Januari-Februari 2018 memaparkan bagaimana penggunaan referensi eksofora

dan endofora khususnya tentang jenis-jenis dan fungsi-fungsi yang terdapat dalam

harian tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat oleh

peneliti sebagai berikut.

(1) Apa sajakah jenis-jenis referensi eksofora dan endofora pada artikel opini

dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018?

(2) Apa sajakah fungsi-fungsi referensi eksofora dan endofora pada artikel

opini dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini selaras dengan rumusan masalah yang sudah dipaparkan

di atas yaitu:

(1) Untuk mendeskripsikan jenis-jenis referensi eksofora dan endofora pada

artikel opini dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018.

(2) Untuk memaparkan fungsi-fungsi referensi eksofora dan endofora pada

artikel opini dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian referensi eksofora dan endofora dalam artikel opini pada harian

Kompas edisi Januari-Februari diharapkan mempunyai manfaat bagi pihak yang

memerlukan. Terdapat dua manfaat penelitian yaitu berupa manfaat teoretis

manfaat praktis. Adapun manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut.

a) Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dari hasil penelitian ini di antaranya dapat

menambah pengetahuan bagi peneliti, pembelajar, maupun pembaca, khususnya

dalam pemahaman referensi eksofora dan referensi endofora penulisan opini di

media cetak. Manfaat lain yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat

menjadi salah satu sumber referensi yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan

untuk penelitian-penelitian berikutnya.

b) Manfaat Praktis

Selain manfaat teoretis, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan manfaat praktis. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk meningkatkan kualitas artikel opini yang diterbitkan atau dituliskan. Setiap

editor di harian Kompas diharapkan lebih menyeleksi dalam memilih artikel opini

yang sesuai dengan penggunaan referensi eksofora dan endofora pada harian

Kompas. Selain itu pula, bagi para pembaca, peneliti berharap penelitian ini dapat

berguna dan memberikan wawasan pengetahuan mengenai referensi penggunaan

eksofora dan endofora pada bagian artikel kolom pada harian Kompas.

1.5 Definisi Istilah

Agar memiliki konsep yang sejalan dalam berbagai istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, penulis memberikan definisi istilah. Adapun batasan istilah

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Sintaksis

Menurut Ramlan (2005: 18). Sintaksis ialah bagian atau cabang ilmu bahasa

yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Berdasarkan

pemaparan pakar ini adalah sintaksis membicarakan apa saja yang berkaitan

dengan wacana, kalimat, klausa dan frase misalnya struktur maupun fungsi.

(2) Referensi

Menurut Yule (2015: 192) referensi sebagai sebuah tindakan agar bahasa

yang digunakan pembicara (atau penulis) membuat pendengarnya (pembaca)

memahami sesuatu. Yang ingin disampaikan oleh pakar ini adalah sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tindakan atau tuturan yang digunakan dapat dipahami oleh penulis atau pendegar

tentang suatu informasi.

(3) Referensi eksofora

Menurut Achmad dan Abdullah (2013: 141) referensi eksofora (exophora)

adalah penunjuk atau interpretasi terhadap kata yang relasinya terletak atau

tergantung pada konteks situasional. Artinya referensi eksofora acuannya berada

di luar teks atau bukan tekstual.

(4) Referensi endofora

Referensi endofora (endophora) adalah penunjuk atau interpretasi terhadap

kata yang berada dalam teks (Achmad dan Abdullah, 2013: 141). Dengan kata

lain, referensi endofora adalah penunjuk atau referensinya berada dalam teks atau

bersifat tekstual.

(5) Artikel Opini

Menurut Kuncoro (2009) dalam Rahardi (2012: 29) artikel opini atau opini

adalah tulisan lepas yang dibuat seseorang lazimnya bukan orang yang berada

dalam redaksi media yang bersangkutan untuk mengupas masalah aktual dan/atau

masalah kontroversial tertentu. Yang ingin disampaikan atau yang ingin

dijelaskan oleh pakar ini adalah yang menulis artikel opini bukan saja bagi orang-

orang yang berada di redaksi tetapi bagi kaum awam pun bisa, asal masalah yang

diangkat haruslah aktual dan kontroversial.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bab yaitu, bab I

pendahuluan, bab II kajian teori, bab III metodologi penelitian. Setiap bab terdiri

dari bagian-bagian, yaitu: bab I menguraikan tentang 1) latar belakang, 2)

rumusan masalah, 3) tujuan penelitian, 4) manfaat penelitian, 5) batasan istilah

dan 6) sistematika penyajian, kemudian bab II menguraikan tentang 1) penelitian

yang relevan, 2) kajian pustaka, selanjutnya bab III menguraikan tentang 1) jenis

penelitian, 2) sumber data, 3) data dan objek penelitian, 4) metode dan teknik

pengumpulan data, 5) instrumen penelitian, 6) metode dan teknik analisis data dan

7) triangulasi data, setelah itu bab IV menguraikan tentang 1) deskripsi data, 2)

hasil analisis data, 3) pembahasan serta bab V menguraikan tentang 1) simpulan

dan 2) saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab kajian teori ini dipaparkan 1) penelitian yang relevan dan 2)

landasan teori. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni, defenisi sintaksis

secara umum, defenisi referensi eksofora dan endofora secara umum, dan jenis-

jenis referensi eksofora dan endofora Adapun penjabaran kajian teori tersebut

adalah sebagai berkut:

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang referensi eksofora sudah banyak dilakukan oleh peneliti lain.

Penelitian ini pun sangat beragam sesuai dengan permasalahan yang diamati. Hal

yang menjadi keberagaman penelitian mengenai referensi eksofora dan endofora

pada harian Kompas.

Penelitian mengenai referensi eksofora yang dilakukan oleh Fiandatika Irawati

(2014) dalam jurnalnya yang berjudul „Jenis, Fungsi, dan Peta Pengacuan

Eksofora Dalam Wacana Opini Jawa Pos Edisi September-Oktober 2013‟. Hasil

penelitian ini mendeskripsikan (1) jenis pengacuan eksofora, (2) fungsi dan (3)

peta eksofora.

Penelitian yang kedua pula sama-sama menganalisis tentang referensi eksofora

yang dilakukan oleh Sugeng Riyanto (2015) dalam judul „Bentuk Pengacuan

Dalam Wacana Media Massa Cetak‟ dalam jurnal penelitiannya peneliti lebih

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

mendeskripsikan (1) bentuk pengacuan pada wacana surat kabar, (2) referensi

endofora, (3) yang bersifat kataforis dan (4) referensi eksofora.

Kedua penelitian yang dilakukan oleh dua peneliti di atas sama-sama

menggunakan metode penelitian deskripsi kualitatif dan sama-sama membahas

pengacuan eksofora dalam wacana yang tedapat dalam media cetak khususnya

surat kabar. Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Fiandatika Irawati (2014)

lebih menitikberatkan atau mengutamakan pada penelitian referensi eksofora atau

pengacuan eksofora. Adapun, pada penelitian Sugeng Riyanto (2015) lebih

membahas tentang referensi secara umum dalam bentuk media cetak, sekaligus

membahas tentang salah satu bagian referensi endofora, bersifat kataforis dan

referensi eksofora.

Berdasarkan kedua penelitian di atas, pada kesempatan ini penulis ingin

mengangkat tentang referensi eksofora dan endofora pada harian Kompas yang

mana pada penelitian ini penulis ingin menyusun tentang penggunaan referensi

eksofora dan endofora tentang jenis beserta contoh yang terdapat pada artikel

opini dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian mengenai

pengertian sintaksis, pengertian referensi, pengertian eksofora, pengertian

referensi endofora, jenis-jenis referensi eksofora dan endofora dan fungsi-fungsi

referensi eksofora dan endofora.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

2.2.1 Pengertian Sintaksis

Verhaar (1993:70) dalam Suhardi (2013:13) mengatakan bahwa dari segi

etimologi, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari sun yang berarti

„dengan‟, dan kata tattein yang berarti „menempatkan‟. Maka kata suntattein

berarti menempatkan kata atau ilmu tentang penempatan kata atau ilmu tata

kalimat. Kemudian Verhaar menambahkan sintaksis adalah ilmu bahasa yang

menyelidiki semua hubungan antarkata dan antarkelompok kata (frasa) dalam

satuan dasar, yaitu kalimat. Pandangan tersebut menekankan bahwa sintaksis

merupakan kalimat yang menyelidiki atau membahas semua hubungan

antarkata dan antarkelompok.

Kemudian lebih lanjut, pada teorinya Stryker (1969:21) dalam Tarigan

(2015:4) sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai

sarana untuk menggabungkan kata menjadi kalimat. Ilmu sintaksis pada

dasarnya berbicara tentang telaah mengenai pola-pola sebagai sarana untuk

menggabungkan kata menjadi kalimat. Yang mana sarana disini maksudnya

adalah pola-pola yang membentuk atau penggabungan kata untuk menjadi

sebuah kalimat. Sejalan dengan itu, Ramlan (2005: 18) sintaksis ialah bagian

atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,

klausa dan frase. Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa ahli

diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sintaksis adalah suatu cabang

ilmu bahasa yang membicarakan tentang pola-pola sebagai sarana yang

menyelidiki atau membahas tentang kata, frasa, klausa dan kalimat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

2.2.2 Pengertian Referensi dalam Sintaksis

Sebelum kita mengenal lebih jauh mengenai “Referensi Eksofora dan

Referensi Endofora” terlebih dahulu akan dijelaskan tentang referensi. Sintaksis

sebagai cabang ilmu yang berkaitan dengan frasa, klausa dan kalimat. Begitu

banyak tulisan yang dapat ditemui dan mengangkat permasalahan perihal sintaksis

khususnya referensi. Menurut Ramlan (dalam Sumarlam, 2003:23) yang

dimaksud referensi (penunjukan) adalah penggunaan kata atau frasa untuk

menunjuk atau mengacu kata, frasa, atau mungkin juga satuan gramatikal yang

lain. Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (suatu

acuan) yang mendahului atau mengikutinya (Baryadi, 2002: 18; Sumarlan, dkk.,

2003: 23). Selanjutnya, Mulyana (2005: 15) memperjelas pendapat tersebut

bahwa referensi merupakan perilaku pembicara/ penulis. Dalam menentukan

referensi suatu tuturan adalah pihak pembicara sendiri, sebab hanya pihak

pembicara yang paling mengetahui hal yang diujarkan dengan dirujuk oleh

ujarannya.

Adapun secara tradisional, referensi adalah hubungan antara kata dengan

benda (orang, tumbuhan atau sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Referensi

merupakan perilaku pembicara/penulis, yang menentukan referensi suatu tuturan

adalah pihak pembicara itu sendiri, karena hanya pihak pembicara yang paling

mengetahui hal yang diujarkan dengan hal yang dirujuk oleh ujarannya. Pembaca

atau pendengar hanya dapat menerka hal yang dimaksud (direferensikan) oleh

pembicara dalam ujarannya itu. Terkaan itu relatif, bisa benar dan bisa pula salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

(Lubis dalam Achmad dan Abdullah, 2013: 141). Dalam hal ini, teori Lubis

menyampaikan bahwa yang menentukan referensi dalam suatu tuturan adalah

pihak pembicara itu sendiri, bukan pembaca atau pendengar. Karena dalam hal

ini, pembaca dan pendengar hanya bisa menerka atau menebak fungsi dari si

pembicara atau penulis.

Hal ini dipertegas oleh teori referensi yang disampaikan Yule (2015:191)

menyatakan referensi kata-kata itu sendiri tidak mengacu pada apapun, tetapi

oranglah yang yang membuat acuan. Jadi kita harus memahami referensi atau

acuannya sebagai tindakan agar bahasa digunakan pembicara (atau penulis)

membuat pendengar (pembaca) memahami sesuatu.

Melalui berbagai pemahaman yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas,

referensi berarti sebuah rujukan atau acuan untuk menentukan sebuah hubungan

yang dimaksud dari pihak pembicara dan penulis. Dengan kata lain, hal ini berarti

referensi dapat diterka atau ditebak apabila referensinya atau pemahaman yang

sama bila maksudnya sama. Sebaliknya, bila pemahaman dari pembaca atau

pendengar dengan si pembicara berbeda maka terkaan tersebut akan salah untuk

dimengerti.

Dilihat dari acuannya, referensi dibagi atas dua bagian yaitu referensi

eksofora dan referensi endofora. Eksofora adalah referensi yang bersifat

situasional. Artinya referensi atau acuannya berdasarkan situasi atau konteks.

Endofora adalah referensi yang bersifat tekstual. Artinya referensi atau acuannya

terdapat dalam teks atau wacana. Dalam endofora acuannya terbagi atas dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

bagian, yaitu acuan anafora (anaphora) dan katafora (kataphora). Agar lebih jelas

dapat dilihat dalam bagan menurut Purwo (1984: 22-105), di bawah ini!

Bagan 2.1 Referensi Eksofora dan Endofora

2.2.2.1 Pengertian Referensi Eksofora

Achmad dan Abdullah (2013: 141) menyatakan bahwa referensi

eksofora adalah penunjuk atau interpretasi terhadap kata yang relasinya

terletak dan tergantung pada konteks situasional. Sejalan dengan pendapat

tersebut, Sumarlam (2003:23) menjelaskan bahwa pengacuan eksofora

apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana. Pengacuan

eksofora sering digunakan dalam surat kabar pada penulisan opini.

Lebih lanjut muncul asumsi tentang referensi eksofora merupakan

pengacuan terhadap anteseden di luar bahasa seperti manusia, hewan, alam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

sekitar pada umumnya atau acuan kegiatan (Rani, 2006:98). Berdasarkan

pendapat beberapa pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa referensi eksofora

menunjukkan rujukannya berada di luar teks yang berarti berdasarkan konteks

atau situasi baik dari lingkungan, masyarakat dan lain-lain. Tetapi tidak hanya

sekedar situasional saja tetapi eksofora juga mengaitkan langsung antar teks

dengan sesuatu yang ditunjuk di luar teks. Agar lebih jelas perhatikan contoh

di bawah ini.

a) Rumah ini sangatlah megah


b) Bedanya, lima tahun lalu segenap politikus bersaing klaim atas jasa
menetapkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
hendak mengguyur semiliar rupiah tiap desa.

Pengacuan atau acuan pada contoh (a) yakni, kata ini menujukkan

pada sesuatu, yaitu rumah. Rumah yang dimaksud adalah tempatnya dan

rujukan kata tempatnya itu adalah referensi eksofora. Mengapa demikian?

Karena yang menunjuk bahwa kata rumah merupakan tempat tinggal, tempat

orang berteduh dan lain-lain dan rujukan atau acuan tersebut berada di luar

teks dan merupakan terkaan. Jadi dalam hal ini referensi eksofora itu

mengaitkan langsung antara teks dengan sesuatu yang ditunjuk di luar teks

tersebut.

Sedangkan pengacuan atau acuan atau rujukan pada contoh (b) kata

lima tahun lalu menunjukkan pada referensi waktu khususnya dalam hal

referensi waktu tahunan. Lima tahun lalu yang dimaksudkan adalah yang

mana bila dihitung dari tahun pemberitaan dalam koran kejadian atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

peristiwa terjadi pada tahun 2013. Referensi ini menunjukkan bahwa

rujukannya berada di luar teks. Artinya rujukannya tidak terdapat dalam teks

dan tersirat. Hal tersebut merupakan terkaan yang dipahami oleh pendengar

atau pembaca itu sendiri.

2.2.2.2 Jenis-jesis Referensi Eksofora

Dalam referensi eksofora yang merupakan rujukan atau acuanya

berada di luar teks atau situasional, adapun memuat jenis-jenis referensi

eksofora. Jenis-jenis referensi eksofora adalah a) referensi persona, b)

referensi demonstratif dan c) referensi waktu yang dipaparkan sebagai berikut.

a. Referensi Persona

Lyons dalam Purwo (1984: 22) kata Latin persona ini merupakan

terjemahan dari kata Yunani prosopon, yang artinya “topeng” (topeng yang

dipakai oleh seorang pemain sandiwara), dan yang juga berat peranan atau

watak yang dibawakan oleh pemain drama. Pemilihan istilah ini oleh ahli

bahasa waktu itu disebabkan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa

dan pemain sandiwara. Berdasarkan pemahaman peneliti, bahwa referensi

eksofora persona merujuk pada persona/insan yang rujukannya berada di luar

teks/tidak diungkapan secara langsung oleh penutur/penulis.

Purwo (1984: 22-24) mengatakan bahwa referen yang ditunjuk oleh kata

ganti persona berganti-ganti tergantung pada peranan yang dibawakan oleh

peserta tindak ujaran. Muljana (1969:276) menyebut kata ganti persona itu

memakai istilah kata ganti diri karena fungsinya yang menggantikan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

orang. Bahasa Indonesia mengenal kata ganti persona menjadi tiga yakni kata

ganti persona pertama, kata ganti persona kedua, dan kata ganti persona

ketiga. Ketiga kata ganti persona itu hanya kata ganti persona pertama dan

kedua yang hanya menyatakan orang. Kata ganti persona ketiga dapat

menyatakan orang maupun benda termasuk juga binatang. Referensi persona

dibagi menjadi beberapa bagian yaitu referensi persona pertama (tunggal yaitu

aku, daku, ku-, -ku, saya, dan jamak yaitu kita bentuk inklusif dan kami bentuk

ekslusif), referensi persona dua (tunggal yaitu engkau, -kau, dikau, kamu, -mu,

Anda, dan jamak yaitu kalian), dan referensi persona ketiga (tunggal yaitu ia,

dia, beliau, -nya, dan jamak yaitu mereka dan -nya), namun tidak ditemukan

karena memiliki rujukan yang ada di dalam teks baik merujuk pada konstituen

sebelah kiri maupun merujuk pada konsituen sebelah kanan. Referensi

eksofora persona pertama memiliki rujukan pada seseorang yang sedang

melakukan tuturan/penutur dan referensi persona kedua memiliki rujukan pada

orang yang diajak berbicara/mitra tutur. Secara khusus referensi persona

pertama jamak dijelaskan oleh Becker dan Okka dalam Purwo (1984: 24)

menunjukkan pengertian jamak dalam bahasa Jawa Kuno ditandai dengan

pemarkah jamak (seperti banyak, semua). Karena itulah bahasa Austronesia

dikenal dengan bentuk ekslusif (gabungan antara persona pertama dan ketiga),

dan bentuk inklusif (gabungan antara persona pertama dan kedua) bentuk

ekslusif dalam bahasa Indonesia adalah kami, sedangkan bentuk inklusifnya

adalah kita. Agar lebih memahami referensi eksofora persona, lihat contoh ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

(1) “Saya tidak tahu persis apakah mereka memahami bahwa ISDS sudah
diatur dalam UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal?
Tepatnya Pasal 32 Ayat 4.”
(2) “Anda dapat mencoba agar lebih tertarik”

Pada kalimat di atas, kata saya dan Anda merujuk di luar bahasa atau

luar teks yang diucapkan oleh penutur atau penulis. Kata saya dan kata Anda

merupakan bagian dari referensi persona. Kata saya merupakan referensi

persona pertama, yang menunjuk pada diri orang yang mengajak bicara/mitra

tutur dan kata Anda merupakan referensi persona kedua atau kata ganti orang

kedua, yang menunjuk pada diri orang yang diajak bicara/mitra tutur, yang

artinya kata referensi Anda merupakan referensi eksofora-persona.

b. Referensi Demonstratif

Menurut Purwo (1984: 37-45), referensi demonstratif meliputi ini, itu,

begini, dan begitu. Referensi demonstratif memiliki rujukan pada lokasi atau

tempat yang letaknya dekat dengan penutur/penulis atau bisa pula dekat

dengan mitra tutur/pembaca, bisa juga dekat dengan seorang lain yang

dibicarakan dalam topik tuturan. Sejalan dengan itu demonstratif adalah jenis

yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu (anteseden) di dalam maupun di

luar wacana. Dari sudut bentuk, dapat dibedakan antara (1) demonstratif

dasar, seperti itu dan ini, (2) demontrativa turunan, seperti berikut, sekian, (3)

demonstrativa gabungan seperti di sini, di situ, di sana, ini itu, di sana-sini

Menurut Kridalaksana (1994:92). Artinya referensi demonstratif merupakan

rujukan atau acuannya berada di dalam dan di luar wacana dan terdiri dari

tiga bentuk atau jenis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Dari teori yang dipaparkan diatas menunjukkan bahwa referensi

demonstratif merupakan acuan atau rujukan yang anteseden berada dalam dan

di luar wacana, yang bentuknya dibedakan dalam tiga bagian dan memiliki

rujukan pada lokasi atau tempat yang dekat dengan mitra tutur/pembaca tetapi

bisa juga dekat dengan seorang yang lain yang dibicarakan dalam topik. Agar

lebih jelas dapat dilihat pada contoh kalimat referensi demonstratif berikut.

A: Dimana kau taruh kunci mobilku?

B: Ini kunci mobilmu

Kata ini bersifat referensi karena untuk mengetahui tempat yang dimaksud

diperlukan pengertian di mana posisi penutur. Apabila objek yang dituju

adalah tempat persona itu berada, maka tempat itu sendiri wajib disebut

bersama personanya.

c. Referensi Waktu

Fillmore dalam Purwo (1984: 58) mengatakan bahwa ada dua pengertian

tentang gerak yang dihubungkan dengan waktu: kita yang bergerak melewati

waktu (dalam hal ini waktu dianggap sebagai hal yang diam), atau waktu yang

bergerak menuju ke arah kita dan melewati kita. Referensi eksofora waktu

memiliki jenis referensi yang sangat beragam. Purwo menjelaskan leksem

yang termasuk referensi waktu yaitu hari ini, Senin lalu, kali ini, sekarang,

pekan lalu, dua pekan lalu, September mendatang, Mei lalu, bulan lalu, waktu

itu, selama ini, saat itu, kini, saat ini, tahun ini, tahun depan, tahun lalu, masa

itu, kala itu. Contoh referensi waktu:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

“Bulan depan merupakan Hari Raya Paskah bagi umat yang

merayakannya”

Pada kalimat di atas terdapat kata yang referensi yaitu bulan depan yang

merujuk di luar bahasa. Bulan depan pada kalimat di atas merujuk pada bulan

Maret, karena jika penutur mengucapkan kata tersebut pada tahun Februari

maka bulan depan merujuk bulan Maret, jika penutur mengucapkan kata

tersebut di bulan Desember maka bulan depan merujuk pada bulan Januari.

2.2.2.3 Pengertian Endofora

Selain referensi eksofora (exophora), adapun referensi endofora

(endophora) adalah lebih menekankan pada acuannya atau referensinya

berada dalam teks atau tekstual (Lubis, 2015: 34). Sejalan dengan pengertian

itu, menurut Kridalaksana (2008: 57) menerangkan bahwa referensi endofora

adalah hal atau fungsi yang menunjuk kembali pada hal-hal yang ada dalam

wacana yang mencakup referensi anafora dan katafora. Maksudnya, dalam

referensi endofora acuannya atau referensinya terdapat dalam teks atau

tekstual. Endofora berbeda dengan eksofora yang mana eksofora referensinya

didapat dari situasinya atau kontekstual. Dalam referensi endofora mencakup

dua jenis referensi endofora yaitu referensi anaphora (anaphora) dan katafora

(kataphora).

Dari pendapat yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa

referensi endofora bersifat tekstual. Ini menunjukkan bahwa referensi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

endofora rujukan atau acuan berada di dalam teks/ tersurat dan terbagi dalam

dua jenis yaitu referensi anafora dan referensi katafora.

2.2.2.4 Jenis-jenis Referensi Endofora

Berdasarkan pengertian di atas, referensi endofora terbagi dalam dua

jenis referensi. Referensi tersebut adalah (1) referensi anafora (anaphora)dan

(2) referensi katafora (cataphora).

a. Referensi Anafora (anaphora)

Referensi anafora (anaphora) merupakan salah satu jenis referensi

endofora. Purwo (1984: 104) menjelaskan referensi anafora memiliki acuan

pada konstituen disebelah kirinya. Artinya, referensi anafora rujukannya

berada si sebelah kiri. Referensi anafora adalah hubungan antara bagian yang

satu dengan bagian lainnya dalam teks. Hubungan ini menunjukkan pada

sesuatu atau anteseden yang telah disebutkan sebelumnya (Abdullah, 2012:

142). Maksudnya, dalam referensi anafora hubungan dalam teksnya

menunjukkan pada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya. Sejalan dengan

itu Alwi, dkk (1998:43) berpendapat bahwa anafora adalah peranti dalam

bahasa untuk membuat rujuk silang dengan hal atau kata yang telah

dinyatakan sebelumnya. Peranti itu dapat berupa kata ganti persona seperti

dia, mereka, nomina tertentu, konjungsi, keterangan waktu, alat dan cara.

Dapat di simpulkan bahwa referensi anafora merupakan salah satu jenis

referensi endofora yang bersifat tekstual atau rujukannya berada dalam teks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Selain itu referensi anafora menunjukkan hubungan silang dengan hal atau

kata yang telah dinyatakan sebelumnya dan letaknya berada disebelah kiri.

Berikut ini salah satu contoh untuk memperjelas adanya referensi anafora.

1) Bung Karno merasa tidak cukup mendirikan kelompok studi. Pada


4 Juli 1927, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia.
2) Andri membuka usaha. Dia bekerja sama dengan para petani.

Kata ia dan dia sama-sama merupakan referensi anafora. Mengapa

demikian? Karena Kata ia mengacu pada Bung Karno yang berada pada awal

kalimat dan kata dia pada kalimat kedua mengacu pada Andri, yaitu nama

yang telah disebutkan sebelumnya yang terdapat pada kalimat sebelumnya. Ini

terlihat bahwa pola pengacuannya masih merujuk atau acuannya pada sesuatu

atau seseorang yang terdapat dalam teks.

b. Referensi katafora

Selain referensi anafora, jenis referensi yang terdapat dalam referensi

endofora adalah referensi katafora (kataphora). Berbeda dengan referensi

anafora yang acuan/anteseden berada sebelah kiri tepatnya pada kalimat

sebelumnya. Sebaliknya, yaitu referensi katafora yaitu mengacu kepada

anteseden yang akan disebutkan sesudahnya (Abdullah, 2012: 142). Selain itu,

Purwo (1984: 104) menjelaskan bahwa suatu bentuk yang mengacu pada

konstituen di sebelah kanannya disebut katafora. Artinya, rujukannya terdapat

pada kalimat sesudahnya atau selanjutnya.

1) Ia seorang penari balet dan biasa dipanggil Lina.


2) Setelah dia masuk, langsung Indra memeluk adiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Kata ia dan dia merujuk kepada sesuatu yang disebut sesudahnya atau

berikutnya dan berada disebelah kanan. Pada contoh (1) yaitu kata ia menjelaskan

kata Lina yang artinya rujukannya terdapat pada kata Lina yang mana pada kata ia

itu masih abstrak, maka dapat disimpulkan bahwa Lina adalah seorang penari

balet. Begitupun pada contoh (2) kata dia merujuk pada si Indra. Artinya baik

kata ia dan kata dia merujuk pada antensenden setelahnya.

2.2.3 Artikel Opini

Kuncoro (2009: 32) dalam (Rahardi, 2012: 29) memaparkan artikel opini

atau opini adalah tulisan lepas yang dibuat seseorang–lazimnya bukan orang yang

berada dalam redaksi media yang bersangkutan–untuk mengupas masalah aktual

dan/atau masalah kontroversial tertentu. Pakar ini menekankan ada dua hal yang

perlu di perhatikan dalam artikel opini, yaitu haruslah memuat hal-hal yang

masalah aktual dan masalah kontroversial. Maksudnya aktual disini adalah

pemberitaan itu atau hal yang dibahas itu haruslah aktual atau suatu kejadian yang

benar-benar terjadi dan sedang hangat-hangatnya menjadi pembicaraan orang

banyak. Aktual bersifat kekinian atau baru. Selanjutnya kontroversial adalah suatu

perdebatan, pertentangan, atau masalah yang diangkat mengenai suatu hal yang

terjadi dalam masyarakat dan biasanya mengenai pendapat atau sudut pandang.

Sekalipun masalah yang diangkat aktual dan kontroversial, apakah tulisan

tersebut memberikan argumen-argumen yang kuat dan harus dibuat dan dapat

dipetanggungjawabkan atau tidak. Argumen-argumen yang dibuat haruslah kuat

dan tak lupa memasukan fakta atau data-data yang menjadi dasar sebuah artikel

opini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Hal tersebut dipertegas oleh teori opini yang disampaikan Kusmana (2014:

25) bahwa opini disajikan secara subjektif dalam mengamati suatu persoalan

berdasarkan pandangan atau pendapat penulisnya yang isi tulisannya berupa

pendapat yang mengacu pada fakta, peristiwa atau pemikiran logis penulis.

Artinya dalam artikel opini harus memuat atau berisi argumen-argumen yang

dapat dipertanggungjawabkan yang tentunya dengan data yang kuat yaitu aktual

dan kontroversial.

Artikel opini dan kolom mirip tapi tak sama. Artinya, walaupun artikel

opini dan artikel kolom tersebut mirip tetapi dua hal tersebut sangatlah berbeda.

Dalam artikel kolom lebih singkat, padat, ringkas dibandingkan dengan artikel

opini yang lebih panjang. Tetapi bukan hanya dari formatnya saja perbedaan

artikel opini dan artikel kolom melainkan dari gaya bahasa yang digunakan. Kalau

dalam artikel opini gaya bahasanya lebih bersifat baku, sedangkan artikel kolom

lebih bersifat fleksibel dan lentur. Selain itu, kalau dalam artikel kolom lebih

menggunakan tulisan subjektif penulis atau pendapat penulis lebih banyak tetapi,

dalam artikel opini penulisannya lebih banyak memuat fakta dan pendapat penulis

hanya sekadar menganalisis fakta yang ada dengan pendapat penulis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III merupakan bab metodologi penelitian yang di dalamnya berisi lima

hal, yaitu (1) jenis penelitian (2) sumber data, (3) data dan objek penelitian (4)

metode dan teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6) metode dan

teknik analisis data, dan (7) triangulasi. Ketujuh hal di atas akan dijelaskan satu

per satu dalam subbab di bawah ini.

3.1 Jenis penelitian

Pada suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat dikaji

melalui dua metode yakni melalui metode penelitian kualitatif dan metode

penelitian kuantitatif. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian

yang bersifat deskriptif kualitatif.

Menurut Noor (2011: 35) menyatakan melalui penelitian deskriptif, peneliti

berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian

tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Sejalan dengan

pengertian di atas, menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode

deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan definisi yang diberikan

oleh dua ahli di atas. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berupa

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

referensi eksofora dan referensi endofora pada harian Kompas edisi Januari-

Februari 2018. Data-data tersebut akan dideskripsikan secara apa adanya atau

sesuai dengan yang terlihat. Sugiyono (2005: 21) menambahkan dalam penelitian

deskriptif, peneliti tidak menambah, mengurangi atau bahkan memanipulasi objek

penlitian.

Dalam penelitian ini, penggunaan referensi eksofora dan endofora pada harian

Kompas sebagai fenomena yang terdapat pada subjek penelitian, dideskripsikan

dengan kata-kata dan peneliti juga mendeskripsikan/memaparkan hasil analisis

dengan apa adanya dengan menggunakan kata-kata. Berdasarkan penjelasan di

atas, peneliti menyimpulkan bahwa ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

3.2 Sumber Data

Berkaitan dengan sumber data, menurut Lofland (1984: 47) dalam Moleong

(2012: 157), sumber data utama salam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sejalan

dengan pendapat terdahulu Arikunto, (2010:172). Sumber data adalah subjek dari

mana data dapat diperoleh. Pada penelitian ini, sumber data yang digunakan

adalah artikel opini yang terdapat dalam harian Kompas edisi Januari-Februari

2018 yang merupakan sumber tertulis atau media cetak.

3.3 Data dan Objek Penelitian

Data dan objek penelitian merupakan dua hal yang berbeda. Data sebagai

bahan penelitian yaitu bahan jadi (lawan dari bahan mentah) yang ada karena

aneka macam tuturan (Sudaryanro, 1993) dalam Mahsun (2007:18). Sebagai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

penelitian, maka di dalam data terkandung objek penelitian (gegenstand) dan

unsur lain yang membentuk data, yang disebut konteks (objek penelitian).

Sudaryanto (1990) dalam Mahsun (2007: 19) pada dasarnya data tidak lain

adalah realisasi komposisi struktural dari objek penelitian plus konteks. Sejalan

dengan pengertian tersebut, kemudian Noor (2011: 137) menyatakan bahwa data

adalah informasi yang diterima sebagai suatu kenyataan atau fenomena empiris,

wujudnya dapat merupakan seperangkat ukuran (kuantitatif, berupa angka-angka)

atau berupa kata-kata (kualitatif). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa data merupakan informasi yang berbentuk angka-angka atau kualitatif

maupun dalam bentuk kata-kata baik lisan ataupun tertulis yang pada dasarnya

sama-sama dijadikan sebagai dasar dari penelitian.

Data dalam penelitian ini yaitu kalimat-kalimat yang mengandung referensi

eksofora dan endofora yang terdapat dalam harian Kompas sebagai sumber

tertulis. Objek penelitian ini yaitu referensi eksofora dan endofora yang terdapat

dalam artikel opini pada harian Kompas.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada suatu penelitian adalah suatu hal yang sangat penting.

Menurut Noor (2011: 138), teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

studi dokumentasi dalam pengumpulan data. Adapun menurut Sudaryanto

(2015:201-202) menyatakan metode penyediaan data dikenal pada prinsipnya ada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

dua saja, yaitu “metode simak” dan “metode cakap”; dan tekniknya pun

penjabaran yang dibedakan atas dua berdasarkan tahap pemakaiannya, yaitu

“teknik dasar” dan “teknik lanjutan”. Dalam teknik pengumpulan data, peneliti

menggunakan metode simak. Dikatakan sebagai “metode simak” atau

“penyimakan” karena penelitian ini berupa penyimakan yang mana dilakukan

menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa berupa penggunaan kalimat-

kalimat yang termuat dalam referensi eksofora dan endofora dala artikel opini

pada harian Kompas.

Dalam praktiknya, teknik yang digunakan pada penelitian ini, yaitu teknik

catat. Teknik catat dapat dilakukan pencatatan pada kartu data yang segera

dilanjutkan dengan klasifikasi. Dengan perkembangannya teknologi informasi

yang semakin canggih, pencatatan tersebut tidak hanya menggunakan alat tulis

yang lama seperti bolpoint atau buku melainkan dapat digunakan dengan

menggunakan komputer/laptop atau alat yang lebih canggih dengan akurasi yang

lebih meyakinkan, dengan pembacaan dan pengecekan lewat penayangan di layar

tayangan.

3.5 Instrumen Penelitian

Menurut Moleong (2008: 168), instrumen penelitian adalah alat pengumpul

data. Penelitian ini adalah penelitian sendiri. Artinya baik dalam pengumpulan

data maupun menganalisis data peneliti mengerjakan sendiri tanpa ada bantuan

dari orang lain. Moleong (2008: 168) menambahkan dengan tegas bahwa

kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

pelaksana, pengumpulan, penganalisis penafsiran data, dan akhirnya akan menjadi

pelapor penelitian.

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

Sudaryanto (2015) menyatakan metode yang digunakan dalam upaya

menemukan kaidah dalam tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan dan

metode agih. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode agih. Metode agih

disebut teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL. Disebut demikian karena

cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah membagi satuan lingual

datanya menjadi beberapa bagian atau unsur, dan unsur-unsur yang bersangkutan

dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang

dimaksud. Adapun alat penggerak bagi alat penentu atau perantinya ialah daya

bagi yang bersifat intutif, atau secara singkat: intuisi tentu saja intuisi kebahasaan

atau intuisi lingual sedangkan alat (penentu)-nya adalah jeda, baik jeda silabik

atau sendi maupun yang sintaktik atau ruas. Jadi, mampu tidaknya si peneliti

membagi data secara baik menjadi beberapa unsur, mula-mula bergantung kepada

ketajaman intuisinya, kemudian penggunaan jeda tertentu. Untuk itu, kadang-

kadang dibutuhkan juga alat bantu, antara lain unsur suprasegmental tekanan dan

lagu atau titinada tertentu.

Furchan (1982: 475) langkah pertama yang harus dilakukan peneliti dalam

menganalisis data yang dilakukan adalah melihat kembali usulan penelitian guna

memeriksa rencana penyajian data data dan pelaksanaan data. Berikut hal-hal

yang akan peneliti kembangkan dalam teknik analisis data adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

a. Identifikasi

Keberhasilan seorang peneliti dalam menganalisisadalah ketika ia mampu

mengindentitikasi berdasarkan data yang ada dan teori yang relevan yang telah

ditemukan. Misalnya, saat peneliti menemukan kata atau kalimat yang sekiranya

sesuai dengan teori yang relevan sehingga ia mendapatkan ciri penanda yang

terdapat dalam kata atau kalimat tersebut maka identifikasi tersbut juga baik

untuk diterapkan. Identifikasi akan dilihat dari hasil analisis kebutuhan, hasil tes

objektif, dan hasil kuesioner yang lainnya untuk melihat frekuensi membaca

pemahaman dan menarasikan hasil wawancara.

b. Klasifikasi

Dalam mengklasifikasikan data, yang peru diklasifikasikan adalah semua atau

seluruh hasil instrumen berdasarkan kriteria tertentu. Dalam klasifikasi ini maka

hasil data yang diperoleh akan disusun secara bersistem dalam kelompok atau

kaidah yang telah ditetapkan. Dengan adanya klasifikasi ini, pengolahan dan

analisis data menjadi lebih mudah dilakukan. Klasifikasi juga dapat digunakan

untuk mendeskripsikan hasil data atau kalimat yang diperoleh saat penelitian

berlangsung. Mendeskripsikan data berarti memberikan gambaran berdasarkan

data yang digunakan untuk memperoleh bentuk nyata dari responden. Hal ini

dilakukan agar penelitian ini mudah dipahami baik oleh peneliti itu sendiri

maupun oleh orang lain yang telah tertarik dengan penelitian ini. Penggambaran

data harus disesuaikan dengan sumber data dan data yang diperoleh. Deskripsi

data dalam penelitian ini akan digambarkan dengan cara mengelompokkan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

yang ada dan mengkajinya berdasarkan teori yang relevan serta sejuh mana

tingkat kesantunan itu terdapat atau tidak yang terdapat dalam data yang telah

ditemukan dari subjek penelitiannya.

c. Interpretasi/Pemaknaan

Dalam hal ini, peneliti harus memaknai data yang diperoleh sebelumnya yang

bersumber dari catatan lapangan, dokumen ataupun yang lainnya. Pemaknaan

data ini digunakan untuk menganalisis data yangtelah ditemukan. Tindak lanjut

yang akan dilakukan setelah menafsirkan keabsahan data, peneliti memanfaatkan

berbagai data yang telah diperoleh dari lapangan. Furchan (1982: 480-483)

menyampaikan beberapa hal atau prinsip dalam menafsirkan atau memaknai data

sebagai berikut.

1. Peranan usulan dalam memudahkan interpretasi

Dasar yang kokoh untuk menafsirkan hasil penelitian hendaklah sudah

diletakkan disetiap tahap pengembangan usulan, bahkan sebelum penelitian

yang sesungguhnya dilakukan oleh peneliti. Dengan selalu ingat akan terdiri

dari apa sajakah data yang diperoleh peneliti serta apa yang mungkin dapat

dipelajari dari data tersebut, peneliti dapat mempersiapkan diri untuk

menafsirkan data itu.

2. Perlunya terus mengikuti rencana awal

Setelah usulan diterima dan penelitian dimulaim penyidikan tersebut harus

dilaksanakan tepat seperti yang telah direncanakan. Kaidah ini memiliki

implikasi etik maupun praktis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

3. Penafsiran hasil sesuai harapan

Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam hal ini:

a. Tidak membuat interpretasi yang melebihi informasi. Kelihatan hal ini

merupakan suatu larangan yang sudah jelas dengan sendirinya, namun

peneliti sering merasa begitu gembira karena hasil yang telah

diperolehnya sesuai dengan harapan sehingga menarik kesimpulan

yang tidak mempunyai dasar sah dalam data.

b. Jangan melupakan keterbatasan penyelidikan, hal ini dapat dilihat dari

keterbatasan sampel misalnya, keterbatasan alat ukur dan sebagainya.

4. Penafsiran hasil yang negatif

Jika kita melakukan penyelidikan secar tersirat, hal tersebut masih bersifat

dugaan bukan hal yang pasti. Oleh karena itu, kita wajib menerima data yang

kita peroleh dan menafsirkannya tanpa menghiraukan data itu. Jika hasil itu

bertentangan dengan dasar pemikiran teoretis maka, bagian hasil pembahasan

dalam laporan kita harus meliputi peninjauan kembali berdasarkan hal-hal

yang ditemukan dalam penyelidikan itu.

3.7 Triangulasi Data

Sugiyono (2014: 83) menyatakan dalam teknik pengumpulan data, triangulasi

diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam hal penelitian

membutuhkan triangulasi agar mempunyai keabsahan data dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi penyidik.

Moleong (2012:331) mengatakan triangulasi penyidik ialah triangulasi yang

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan

kembali derajat kepercayaan data. Penelitian ini penelitian meminta kesediaan

Bapak A. Danang Satria Nugraha, M.A, dosen Program Studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia, untuk menjadi triangulator. peneliti mempercayai triangulator

karena alasan pengalaman dan kompetensinya terkait dengan bidang yang dikaji

oleh peneliti.

Dalam triangulasi data adapun langkah yang harus ditempuh oleh peneliti

yaitu:

(1) Peneliti menyerahkan hasil yang telah dianalisis kepada tringulator.

(2) Triangulator menerima dan memeriksa hasil kerja yang dilakukan peneliti.

Jika terdapat kesalahan baik dalam penulisan ejaan maupun kalimat,

triangulator berhak mengoreksi yang akan di revisi atau diperbaiki oleh

peneliti.

(3) Triangulator mengisi artikel kolom yang bertuliskan „setuju/tidak setuju‟

yang telah tertera pada label analisis data

Setelah menerima masukan dari triangulator, peneliti bisa menggunakan hasilnya

pada bab berikut yaitu menyusun bab IV.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses penelitian

yang telah dilaksanakan meliputi deskripsi data, hasil analisis data dan

pembahasan. Deskripsi data berisi dengan membuat klasifikasi data berdasarkan

jenis referensi eksofora dan endofora dan fungsi referensi eksofora dan endofora.

Hasil analisis data memaparkan data-data yang didapat melalui proses penelitian

dalam artikel opini pada harian Kompas edisi Januari sampai dengan Februari

2018 dan pembahasa berisi uraian penjelasan yang berkaitan dengan hasil

penelitian serta kaitannya dengan landasan teori. Berikut deskripsi data, hasil

analisis data serta pembahasan terhadap penelitian yang telah dilakukan.

4.1 Deskripsi data

Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang memuat referensi eksofora

dan endofora pada artikel opini dalam harian Kompas edisi Januari sampai dengan

Februari 2018. Data pada penelitian ini berupa data tertulis. Sumber data

penelitian adalah rubrik opini di harian Kompas edisi Januari-Februari 2018

sejumlah 62 opini. Harian Kompas terbit setiap hari (Senin-Minggu), namun opini

di harian Kompas tidak terbit setiap hari, ada yang terbit Senin sampai Sabtu. Baik

bulan Januari hingga Februari 2018 opini selalu terbit pada hari Senin sampai

Sabtu. Adapun bila ada hari libur nasional maka, harian Kompas tidak akan

menerbitkan korannya. Seperti pada bulan Januari harian Kompas tidak terbit

pada tanggal 1 Januari 2018 dan pada bulan Februari 2018, hari libur nasional

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

terdapat pada tanggal 16 Februari yang merupakan hari raya Imlek. Jadi harian

Kompas tidak menerbitkan berita pada hari itu.

Halaman artikel opini di harian Kompas terletak di halaman yang sama setiap

terbitnya. Artikel opini terletak di halaman enam dan tujuh. Artikel opini dalam

harian Kompas selalu mengkritisi atau membahas berita yang sedang hangat-

hangatnya, walaupun ada beberapa berita atau topiknya yang diangkat atau

kejadiannya sudah lama terjadi tetapi masih menarik atau hangat diperbincangkan.

Topik atau beruta yang diangkat tidak hanya semata-mata tentang politik atau

kejadian yang terjadi di Indonesia atau dalam negeri saja, melainkan masalah-

masalah yang terjadi di luar negeri pula. Topiknya pun tidak hanya

mengangkat/mengkritisi tentang politik, tetapi juga mengangkat masalah-masalah

atau kejadian-kejadian, seperti bencana alam, prestasi-prestasi yang diraih,

peringatan hari besar, dan lain-lain, jadi topik setiap opini yang ditulis oleh

penulis berbeda-beda setiap harinya. Artikel opini di harian Kompas ditulis oleh

seseorang yang memang ahli atau seseorang yang mewakili setiap lembaga atau

perusahaan tempat penulis bekerja, yang mana formatnya di bawah nama penulis

pada artikel opini. Penulis opini juga harus memiliki pengetahuan yang luas, serta

ahli dalam permasalahan yang sedang dibahas atau topik yang dibahas.

Gaya penulisannya pun berbeda-beda setiap opini, tergantung si penulis dan

topik yang dibicarakan dalam pendapat/opininya. Misalnya penulis opini

berprofesi sebagai pengamat ekonomi, maka ketika menuliskan opininya, penulis

akan membahas topik yang berkaitan dengan ekonomi, tetapi bila penulis tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

seorang sastrawan, maka dalam artikel opininya akan membicarakan atau

membahas hal-hal yang berkaitan dengan sastra.

Peneliti dalam menganalisis data menggunakan teori referensi dari Bambang

Kaswanti Purwo, khususnya dalam menentukan jenis referensi yang ditemukan.

Fungsi referensi ditafsirkan oleh peneliti sendiri yang didasarkan pada

konteksnya. Bisa pula agar mengetahui fungsi referensi peneliti memposisikan

diri sebagai mitra tutur dari penulis opini, maka peneliti (mitra tutur) menafsirkan

fungsi referensi yang didasarkan konteks dari tuturan itu.

Peneliti menemukan dua jenis referensi pada rubrik opini di harian Kompas

edisi Janiuari-Februari 2018 yaitu referensi eksofora dan referensi endofora.

Referensi eksofora merupakan referensi luar-tuturan yang memiliki arti bahwa

ungkapan referensi yang ada di dalam tuturan memiliki rujukan di luar tuturan itu.

referensi eksofora dibagi menjadi tiga yaitu referensi persona, referensi

ruang/demonstratif, dan referensi waktu. Referensi endofora merupakan referensi

dalam-tuturan memiliki arti bahwa ungkapan referensi yang ada dalam tuturan

merujuk/memiliki makna yang juga terdapat di dalam tuturan itu. referensi

endofora dibagi menjadi dua yaitu referensi anafora dan referensi katafora.

Berikut tabel jumlah referensi yang ditemukan pada harian Kompas edisi Janiuari-

Februari 2018 yang akan dianalisis dan dibahas pada sub bab berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Tabel 4.1 Jumlah Data Referensi Berdasarkan Jenisnya

No. Referensi Jumlah referensi

Referensi Eksofora

1. Referensi Waktu 17

2. Referensi Demonstratif 7

3. Referensi Persona 28

Jumlah 52

Referensi Endofora

1 Referensi Anafora 43

2 Referensi Katafora 8

Jumlah 51

Total 103

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa peneliti menemukan

referensi dari artikel opini di harian Kompas edisi Januari-Februari 2018 sebanyak

103 referensi yang mencakup referensi eksofora sejumlah 52 referensi dan

referensi endofora sebanyak 51 referensi. Referensi eksofora dengan jumlah 52

referensi masih mencakup referensi persona sejumlah 28 referensi, referensi

demosntratif sejumlah 7 referensi, dan referensi waktu sejumlah 17 referensi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Referensi endofora dengan jumlah 51 referensi juga masih mencakup referensi

anafora sejumlah 43 referensi dan referensi katafora sejumlah 8 referensi. Data

temuan peneliti tersebut dapat disimak uraiannya pada sub bab selanjutnya.

4.2 Analisis Data

Hasil analisis data berikut merupakan uraian dari penggunaan referensi

eksofora dan endofora dalam artikel opini di harian Kompas edisi Januari-Februari

2018. Data pokok pada penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang memuat

referensi eksofora dan endofora kemudian data pokok tersebut disesuaikan dengan

kebutuhan penelitian yang terdapat dalam rumusan masalah. Dari rumusan

masalah pada penelitian kemudian analisis mengenai jenis-jenis referensi eksofora

dan endofora serta fungsi referensi eksofora dan endofora.

Dalam artikel opini yang terdapat dalam harian Kompas edisi Januari-

Februari 2018, kalimat-kalimat yang mengandung atau memuat referensi eksofora

dan endofora berjumlah 102 referensi. Jumlah tersebut dirasa dapat menjawab dua

pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah di penelitian ini. Hasil dari

kalimat tersebut didapat berdasarkan seleksi data sebagai salah satu proses analisis

selain dengan melakukan kegiatan membaca secara cermat, berulang-ulang serta

dengan menggunakan triangulator sebagai penentu keabsahan data untuk

mendapatkan hasil yang terbaik.

4.2.1 Jenis-jenis Referensi

Jenis-jenis referensi yang paling utama adalah referensi eksofora dan

referensi endofora. Jenis referensi eksofora adalah referensi yang acuan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

rujukannya berada di luar teks, sedangkan referensi endofora adalah referensi

yang acuannya atau rujukannya berada dalam teks atau tekstual.

Hasil analisis data yang ditemukan pada artikel opini dalam harian

Kompas edisi Januari-Februari 2018 menunjukkan jenis referensi eksofora

memiliki tiga jenis yakni referensi persona, referensi demonstratif, dan referensi

waktu. Selain jenis referensi eksofora, adapun jenis referensi endofora terbagi atas

dua jenis yaitu referensi anafora dan referensi katafora. Berikut akan diuraikan

mengenai jenis referensi eksofora dan jenis referensi endofora yang ada dalam

artikel opini di harian Kompas edisi Januari – Februari 2018.

4.2.1.1 Referensi Eksofora

Setelah peneliti melakukan pengumpulan data referensi pada artikel opini

di harian Kompas edisi Januari hingga Februari 2018, peneliti menemukan jenis

referensi yang berupa referensi eksofora. Menurut Purwo (1984:19), referensi

eksofora lebih membicarakan bidang sematik leksikal. Jadi, referensi eksofora

adalah kata atau frasa yang rujukannya berada di luar teks/tidak ungkapkan secara

langsung oleh penutur/penulis. Berdasarkan buku tulisan Bambang Kaswanti

Purwo yang berjudul Deiksis dalam Bahasa Indonesia referensi eksofora dibagi

menjadi tiga yaitu referensi eksofora persona, referensi eksofora demonstratif, dan

referensi eksofora waktu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

4.2.1.1.1 Referensi Persona

Purwo (1984: 22-24) mengatakan bahwa referen yang ditunjuk oleh

kata ganti persona berganti-ganti tergantung pada peranan yang dibawakan oleh

peserta tindak ujaran. Slametmuljana (1969:276) menyebut kata ganti persona itu

memakai istilah kata ganti diri karena fungsinya yang menggantikan diri orang.

Bahasa Indonesia mengenal kata ganti persona menjadi tiga yakni kata ganti

persona pertama, kata ganti persona kedua, dan kata ganti persona ketiga. Ketiga

kata ganti persona itu hanya kata ganti persona pertama dan kedua yang hanya

menyatakan orang. Kata ganti persona ketiga dapat menyatakan orang maupun

benda termasuk juga binatang. Referensi persona dibagi menjadi beberapa bagian

yaitu referensi persona pertama (tunggal yaitu aku, daku, ku-, -ku, saya, dan jamak

yaitu kita bentuk inklusif dan kami bentuk ekslusif), referensi persona dua

(tunggal yaitu engkau, -kau, dikau, kamu, -mu, Anda, dan jamak yaitu kalian), dan

referensi persona ketiga (tunggal yaitu ia, dia, beliau, -nya, dan jamak yaitu

mereka dan -nya), namun tidak ditemukan karena memiliki rujukan yang ada di

dalam teks baik merujuk pada konstituen sebelah kiri maupun merujuk pada

konsituen sebelah kanan.

Referensi eksofora persona pertama memiliki rujukan pada seseorang

yang sedang melakukan tuturan/penutur dan referensi persona kedua memiliki

rujukan pada orang yang diajak berbicara/mitra tutur. Secara khusus referensi

persona pertama jamak dijelaskan oleh Becker dan Okka dalam Purwo (1984: 24)

menunjukkan pengertian jamak dalam bahasa Jawa Kuno ditandai dengan

pemarkah jamak (seperti banyak, semua). Karena itulah bahasa Austronesia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

dikenal dengan bentuk ekslusif (gabungan antara persona pertama dan ketiga), dan

bentuk inklusif (gabungan antara persona pertama dan kedua) bentuk ekslusif

dalam bahasa Indonesia adalah kami, sedangkan bentuk inklusifnya adalah kita.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam referensi eksofora persona secara

sederhananya terdapat tiga bagian yaitu referensi persona pertama, referensi

persona kedua, dan referensi persona ketiga. Berikut pemaparan referensi eksofora

persona secara rinci.

1) Referensi Persona Pertama

Seperti yang sudah dijelaskan oleh Purwo (1984: 22) mengandaikan dalam

sebuah drama bahwa orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut

persona pertama. Chaer (2011: 91) kata ganti orang pertama yaitu kata yang

menggantikan diri orang yang berbicara. Kata ganti persona pertama dibagi

menjadi dua yaitu persona tunggal dan persona jamak. Becker dan Okka dalam

Purwo (1984: 24) menunjukkan pengertian jamak dalam bahasa Jawa Kuna

ditandai dengan pemarkah jamak (seperti banyak, semua). Karena itulah bahasa

Austronesia dikenal dengan bentuk ekslusif (gabungan antara persona pertama

dan ketiga), dan bentuk inklusif (gabungan antara persona pertama dan kedua)

bentuk ekslusif dalam bahasa Indonesia adalah kami, sedangkan bentuk

inklusifnya adalah kita. Chaer (2011: 91) bahwa kata benda yang menyatakan

orang seringkali diganti kedudukannya di dalam pertuturan dengan sejenis kata

yang lazin disebut kata ganti. Kata ganti orang pertama yaitu kata yang

menggantikan diri orang yang berbicara, yang termasuk kata ganti orang pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

yaitu saya, aku (-ku, ku-, daku), kami, dan kita (Chaer, 2011: 91). Jadi, kata ganti

persona pertama tunggal antara lain saya, aku (-ku, ku-, daku), sedangkan kata

ganti persona pertama jamak antara lain kami, dan kita, seperti yang sudah

dijelaskan dikalimat di atas. Berdasarkan pengertian tersebut penulis menemukan

referensi persona pertama yang rujukannya pada persona yang sedang berbicara.

Berikut akan diuraikan satu persatu hasil temuan referensi pada rubrik opini di

harian Kompas edisi Januari-Februari 2018.

a. Saya

Seperti yang diketahui referensi eksofora persona pertama saya

merupakan salah satu jenis kata ganti orang yang menggantikan diri orang

yang berbicara (Chaer, 2011: 91). Kata ganti saya dalam penggunaannya

dalam situasi formal dan digunakan dalam ketika si penutur berkomunikasi

dengan orang baik yang belum di kenal, orang yang lebih tua, maupun

dengan orang yang dihormati, dan lain-lain. Jadi, kata saya merupakan salah

satu referensi persona pertama tunggal karena menunjuk pada seorang diri

penutur. Contoh data berikut adalah kalimat yang memuat atau mengandung

referensi persona pertama tunggal.

(1W) Saya memaknai NU dalam beberapa banyak aspek.


(Kompas, 2 Februari 2018)

(2W) Saya tidak tahu persis apakah mereka memahami bahwa ISDS
sudah diatur dalam UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal? Tepatnya Pasal 32 Ayat 4.
(Kompas, 15 Februari 2018)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Kalimat pada data (1W) mengandung jenis referensi saya yang

merupakan referensi persona pertama tunggal. Kata saya disebut referensi

persona pertama tunggal yang berfungsi untuk menggantikan kata ganti

orang pertama yakni “orang” yang sedang melakukan pembicaraan dan

dapat diketahui pula bahwa data (1W) merujuk pada penulis/pembicara.

Sama hal dengan data (1W), kalimat pada data (2W) mengandung jenis

referensi saya yang merupakan referensi persona pertama. Kata saya

disebut referensi persona pertama tunggal yang berfungsi untuk

menggantikan kata ganti orang pertama yakni „orang‟ yang sedang

melakukan pembicaraan dan dapat diketahui pula bahwa rujukannya

adalah penulis/pembicara.

b. Kita

Kata kita merupakan salah satu bagian dari referensi persona pertama,

khususnya referensi persona pertama jamak. Kata kita menggantikan diri

orang yang berbicara dengan jumlah yang berbicara (Chaer, 2011: 91). Dalam

referensi kata kita merupakan jenis ekslusif yaitu gabungan antara persona

pertama dan ketiga.

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi persona

pertama jamak bentuk inklusif.

(3W) Inilah yang sedang kita hadapi saat ini.


(Kompas, Selasa, 23 Januari 2018)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Kalimat pada data (3W) di atas mengandung jenis kita yang merupakan

referensi persona pertama jamak bentuk inklusif. Kata kita data (3W)

menggantikan gabungan dari persona satu dan persona dua (persona pertama

bentuk inklusif). Kata “kita” pada data (3W) disebut sebagai kemunculan

referensi eksofora persona pemarkah jamak bentuk inklusif. Pada data (3W)

merujuk pada referensi persona pertama jamak inklusif yang merujuk pada

penulis artikel dan pembaca artikel opini. Jadi, penulis menggunakan kata

kita dalam tuturannya dalam menyebutkan penulis (Agus Sudibyo) dan

pembaca.

c. Kami

Kata kami merupakan salah satu bagian dari referensi persona pertama,

khususnya referensi persona pertama jamak. Kata kami menggantikan diri

orang yang berbicara dengan jumlah yang berbicara (Chaer, 2011: 91).

Disebut kata ganti orang pertama jamak karena menggantikan diri orang yang

berbicara yang jumlahnya lebih dari satu orang. Dalam referensi kata kami

merupakan bentuk inklusif yaitu gabungan antara persona pertama dan kedua.

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi persona

pertama jamak bentuk ekslusif.

(4W) Kami membahas mengapa tren anti globalisasi dan politik


identitas meningkat dan berkembang di banyak negara, termasuk
Amerika Serikat (AS), Eropa, Australia, Indonesia dan negara lain.
(Kompas, 9 Januari 2018)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Kalimat pada data (4W) di atas mengandung jenis referensi kami

yang merupakan referensi eksofora persona pemarkah jamak bentuk

ekslusif. Kata kami data (4W) menggantikan gabungan dari persona satu

dan persona tiga (persona pertama bentuk ekslusif) atau penutur yang

jumlahnya lebih dari satu ketika berbicara dengan mitra tutur.

Pembicara/penulis yang jumlahnya lebih dari satu menggunakan kata ganti

kami ketika mengajak berbicara baik lisan maupun tulisan dengan mitra

tutur/pembaca.

2) Referensi Persona Kedua

Seperti yang sudah dijelaskan oleh Purwo (1984: 22) mengandaikan dalam

sebuah drama bahwa apabila pembicara/seseorang yang berbicara/bercerita tidak

berbicara lagi, dan kemudian menjadi pendengar maka pembicara/seseorang yang

berbicara/bercerita berganti memakai “topeng” yang disebut persona kedua. Lebih

jelasnya referensi persona kedua memiliki rujukan pada pada pendengar atau

pembaca. Hal ini sejalan dengan pandangan Chaer (2011: 91) menyatakan bahwa

kata benda yang menyatakan orang sering kali digantikan kedudukannya di dalam

pertuturan dengan sejenis kata yang lazim disebut kaga ganti. Kata ganti orang

kedua yaitu kata yang menggantikan diri orang yang diajak bicara. Dalam hal ini,

orang yang diajak bicara oleh pembicara/penulis adalah pembaca. Chaer (2011:

92) pun menunjukkan bahwa yang termasuk kata ganti orang kedua adalah kamu

(-mu), engkau (kau, dikau), Anda, kalian. Persona kedua dibagi menjadi persona

kedua tunggal (merujuk pada satu orang yang diajak berbicara atau merujuk mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

tutur/pembaca) berupa kamu (-mu), engkau (kau, dikau), dan Anda. Sedangkan

persona kedua jamak (merujuk pada lebih dari satu orang yang diajak berbicara

atau lebih dari satu orang) yang berupa kalian. Berikut akan didisajikan beberapa

contoh hasil temuan dan analisis data.

a. Anda

Kata Anda merupakan bagian dari kata ganti orang kedua yaitu kata yang

menggantikan diri orang yang diajak bicara/mitra tutur. Kata Anda digunakan

kepada orang yang belum dikenal dan diperkirakan usia sebaya atau dalam

situasi resmi. Seperti halnya pada opini di harian Kompas yang bersifat

resmi/formal karena dibaca oleh semua orang yang memiliki bermacam

macam latar belakang pendidikan. Selain itu, penulis opini juga belum atau

tidak mengatahui siapa pembaca opininya. Jadi, penulis menggunakan kata

ganti Anda untuk menyebut mitra tutur. Kata Anda disebut persona kedua

tunggal karena menunjuk pada mitra tutur/pembaca yang biasanya setiap

koran dibaca oleh satu orang, maka agar lebih dekat penulis menggunakan

kata Anda yang menunjuk pada satu orang.

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi persona

kedua tunggal.

(5W) Jika Anda sedang kehausan di halte bus transjakarta dan


kebetulan ada mesin minuman, Anda memasukkan koin ke dalam
mesin itu.
(Kompas, 18 Januari 2018)

Kalimat pada data (5W) mengandung jenis referensi Anda yang

merupakan referensi persona kedua tunggal. Kata Anda disebut referensi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

persona kedua tunggal karena memiliki fungsi untuk menggantikan kata

ganti orang kedua, yakni orang yang diajak berbicara atau biasa disebut

sebagai mitra tutur atau pembaca yang jumlahnya satu orang. Jadi, jenis

Anda pada data (5W) merujuk pada pembaca rubrik opini harian Kompas

edisi 18 Januari 2018 yaitu pembaca.

4.2.1.1.2 Referensi Demonstratif

Referensi demonstratif merupakan bagian dari referensi eksofora yang

rujukan/acuannya berada di luar teks/luar tuturan atau berada di luar topik

pembicaraan. Referensi demonstratif merujuk pada lokasi atau tempat yang lebih

dikhususkan pada pronominal (kata ganti) demonstratif yang merujuk pada tempat

yang letaknya jauh, sedang, atau dekat dengan penutur maupun mitra tutur.

Referensi demonstratif mencakup ini, itu, begini, dan begitu. Berikut akan

disajikan hasil temuan data dan analisisnya.

a. Ini

Kata ini dengan fungsi untuk menunjuk benda yang dekat dari pembicara

(Chaer, 2011: 111). Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi

demonstratif.

(6W) Republik ini masih berjalan pincang untuk masalah ini.


(Kompas, 29 Januari 2018)

Kalimat pada data (6W) di atas merupakan referensi demonstratif

karena terdapat kata ini. Referensi ini disebut kemunculan referensi karena

rujukannya adalah demonstratif. Rujukan data (6W) bentuk ini yaitu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

tempat tinggal penulis (Teuku Kemal Fasya) dan rakyat baik perepuan

maupun laki-laki tinggal yaitu Indonesia.

b. Itu

Kata itu dengan fungsi untuk menunjuk benda yang jauh dari pembicara

(Chaer, 2011: 112). Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi

demonstratif.

(7W) Belum genap sewindu, bait itu dibumihanguskan bersama kotanya


oleh pasukan Titus (70 M).
(Kompas, 6 Januari 2018).

Kalimat pada data (7W) di atas merupakan referensi demonstratif

karena terdapat kata itu. Referensi itu disebut kemunculan referensi karena

rujukannya adalah demonstratif. Rujukan data (7W) jenis itu yaitu bait suci

yang berada di Jerusalem dan penulis (Anwar Tjen) berada di Indonesia.

Jenis itu pada data (7W) merupakan referensi terutama referensi

demonstratif, walaupun hanya ada satu/tidak ada pembanding yang lainnya.

4.2.1.1.3 Referensi Waktu

Referensi waktu berkaitan dengan yang rujukannya berupa waktu.

Rujukan waktu diungkapkan dengan berbagai ragam kata seperti hari ini, kali

ini, sekarang, pekan lalu, dua pekan lalu, waktu itu, selama ini, saat itu, kini,

saat ini, tahun ini, tahun depan, tahun lalu, dua tahun lalu, pada masa itu, dan

kala itu. Supaya mempermudah pemahaman, maka peneliti mengelompokkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

referensi waktu berdasarkan waktu rujukan/referen yang disadarkan pada

minggu, bulan, dan tahun.

Pada referensi waktu dapat dilihat bahwa kebanyakan referensi

waktu diikuti kata ini, itu, dan sekarang, seperti pekan lalu, hari ini, sekarang,

dan sebagainya. Imbuhan ini, itu, dan sekarang membantu mitra tutur dalam

memahami rujukan dari jenis referensi waktu. Purwo (1984: 71) kata sekarang

bertitik labuh pada saat si pembicara mengucapkan kata itu (dalam kalimat),

atau yang disebut saat tuturan. Purwo (1984: 81) leksem waktu yang

dirangkaikan dengan kata ini merujuk (secara luar-tuturan) pada waktu

sekarang, sedangkan kata itu merujuk pada waktu lampau.

1) Referensi Eksofora Waktu Rujukan Minggu

Referensi waktu (rujukan minggu) merupakan bagian dari referensi eksofora

yang rujukan/referensinya berada di luar teks/luar tuturan atau berada di luar topik

pembicaraan. Referensi waktu merujuk pada waktu yang yang ada di luar

tuturan/tidak diungkapkan secara langsung oleh penutur dan dikhususkan dalam

jangka minggu.

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi waktu (rujukan

minggu).

(8W) Harian Kompas minggu lalu menulis berita yang memberi


harapan, bahwa tahun ini tingkat kemiskinan di Indonesia akan
dibawah 10 persen.
(Kompas, 11 Januari 2018)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Kalimat pada data (8W) di atas merupakan referensi waktu rujukan

minggu karena terdapat bentuk minggu lalu. Kata minggu lalu disebut

referensi waktu rujukan minggu karena rujukannya berada di luar teks/tidak

diungkapkan secara langsung. Jika dilihat lebih dalam karena rujukannya

merupakan minggu maka kata minggu lalu masuk dalam kategori referensi

waktu minggu. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa data (8W)

telah dijelaskan bahwa bentuk kata minggu lalu mempunyai rujukan dan

konteks yang berbeda, sehingga dapat diasumsikan bahwa jenis minggu lalu

merupakan referensi terutama referensi waktu rujukan minggu.

2) Referensi Eksofora Waktu Rujukan Bulan

Referensi waktu (rujukan bulan) merupakan bagian dari referensi eksofora

yang rujukan/referensinya berada di luar teks/luar tuturan atau berada di luar topik

pembicaraan. Jadi, referensi waktu rujukan minggu merupakan referensi yang

rujukannya tidak diungkapkan secara langsung oleh penutur dan khusus merujuk

pada bulan.

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi waktu (rujukan

bulan).

(9W) Mulai akhir Oktober lalu, pemerintah melancarkan program


wajib e-toll untuk penggunaan jalan tol yang menimbulkan
banyak pembahasan pro dan kontra.
(Kompas, 8 Januari 2018)

Kalimat pada data (9W) di atas merupakan referensi waktu

rujukan bulan karena terdapat bentuk Oktober lalu. Kata Oktober lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

disebut referensi waktu rujukan bulan karena rujukannya adalah waktu yang

sudah lampau atau waktu yang sudah terjadi sebelum kalimat/ujaran di

tuliskan/dituturkan oleh penutur dan berselang beberapa bulan kebelakang

dan merujuk pada jangka waktu bulan. Purwo (1984: 62) untuk mengukur

waktu yang sudah lampau juga dipakai rangkaian dengan kata lalu. Maka

rincinya Oktober lalu dapat diketahui merujuk pada waktu sebelum data

(9W) dituliskan/diterbitkan.

3) Referensi Eksofora Waktu Rujukan Tahun

Referensi waktu (rujukan tahun) merupakan bagian dari referensi eksofora

yang rujukan/referensinya berada di luar teks/luar tuturan atau berada di luar topik

pembicaraan yang dikhususkan merujuk waktu dalam jangka tahunan.

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi waktu (rujukan

tahun).

(10W) Tahun lalu 2,1 juta ton.


(Kompas, 23 Januari 2018)

Kalimat pada data (10W) di atas merupakan referensi waktu

rujukan tahun karena terdapat jenis tahun lalu. Kata tahun lalu disebut

referensi waktu rujukan tahun karena rujukannya adalah waktu yang sudah

terjadi sebelum kalimat/ujaran di tuliskan/dituturkan oleh penutur atau

terjadi sebelum diterbitkan. Seperti yang dikatakan Purwo (1984: 62) untuk

mengukur waktu yang sudah lampau juga dipakai rangkaian dengan kata

lalu. Maka rincinya tahun lalu dapat diketahui merujuk pada waktu sebelum

data (10W) dituliskan/diterbitkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi waktu

(rujukan tahun).

(11W) Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan sibuk di tahun ini sampai
tahun depan.
(Kompas, 10 Januari 2018)

Kalimat pada data (11W) di atas merupakan referensi waktu

rujukan tahun karena terdapat jenis tahun depan. Kata tahun depan

disebut referensi waktu rujukan tahun karena rujukannya adalah waktu

yang akan datang setelah kalimat/ujaran di tuliskan/dituturkan oleh

penutur atau muncul setelah data (11W) diterbitkan. Seperti yang dikatan

Purwo (1984: 61) bahwa sebagai lawan kata depan dan datang

dipergunakan kata lalu untuk merujuk pada kata lampau, sehingga dapat

dilogika bahwa kata depan dan datang untuk merujuk pada waktu yang

akan datang. Maka rincinya tahun depan dapat diketahui merujuk pada

waktu (tahun) setelah data (11W) dituliskan/diterbitkan.

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi

waktu (rujukan tahun).

(12W) Di tahun ini, ada delapan perwira TNI dan tujuh aparat Polri
yang mengikuti pilkada.
(Kompas, 20 Januari 2018)

Kalimat pada data (12W) di atas merupakan referensi waktu rujukan

tahun karena terdapat jenis tahun ini. Kata tahun ini merupakan referensi

waktu rujukan tahun karena rujukannya berupa waktu yang merujuk pada

tahun. Adanya imbuhan ini pada tahun ini menunjukkan bahwa waktu yang

ditunjuk berada pada waktu/jangka waktu yang sama/ waktu sekarang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

sedang terjadi atau ditahun yang sama dengan dituturkan atau dituliskan

data (12W). Purwo (1984: 81) leksem waktu yang dirangkaikan dengan

dengan kata ini merujuk (secara luar-tuturan) pada waktu sekarang. Maka

jika diperinci data (12W) memiliki rujukan tahun 2018 karena berada

ditahun yang sama dengan dituturkan/dituliskan data (12W) yaitu tahun

2018.

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi waktu

(rujukan tahun).

(13W) Kedua, peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober yang kini


mencapai 90 tahun.
(Kompas, 10 Januari 2018).

Kalimat pada data (13W) di atas merupakan referensi waktu rujukan

tahun karena terdapat jenis kini. Kata kini merupakan referensi waktu

rujukan tahun karena rujukannya berupa waktu yang merujuk pada tahun.

Kata kini memiliki persamaan dengan ini menunjukkan bahwa waktu yang

ditunjuk berada pada waktu/jangka waktu yang sama/waktu sekarang yang

sedang terjadi atau ditahun yang sama atau waktu dengan dituturkan atau

dituliskan data (13W). Purwo (1984: 81) menjelaskan bahwa leksem waktu

yang dirangkaikan dengan dengan kata ini merujuk (secara luar-tuturan)

pada waktu sekarang. Jadi, data (13W) memiliki rujukan pada tahun 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

4.2.1.2 Referensi Endofora

Dijelaskan bahwa salah satu akibat dari penyusunan konstituen-konstituen

bahasa secara linier adalah kemungkinan adanya konstituen tertentu yang sudah

disebutkan sebelumnya disebut ulang pada penyebutan selanjutnya, entah itu

dengan bentuk pronominal entah tidak. Dengan begitu dapat diketahui bahwa

rujukan dari referensi endofora masih berada di dalam teks atau

diucapkan/dituliskan secara langsung oleh penutur/penulis. Jadi, referensi

endofora adalah kata atau frasa yang rujukannya berada dalam pembicaraan atau

berada dalam teks. Purwo (1984: 104) membagi referensi endofora menjadi dua

yaitu referensi endofora anafora dan referensi endofora katafora.

4.2.1.2.1 Referensi Anafora

Referensi anafora mengacu pada konstituen disebelah kirinya

(Purwo, 1984: 104). Maksudnya adalah konstituen berada di sebelah kiri yaitu

kata/kalimat rujukannya berada sebelum kata yang mengandung referensi

muncul. Berikut dijabarkan contoh data referensi anafora (konstituen di sebelah

kiri).

1) Referensi Anafora Persona

Referensi anafora persona merupakan bagian dari referensi endofora. Jadi,

rujukan dari referensi endofora anafora persona berada di dalam teks yang

mengacu pada konstituen di sebelah kiri atau sebelum kata yang mengandung

referensi muncul dan dikhususkan merujuk pada insan atau persona. Referensi

anafora persona menurut Purwo (1984: 105), di antara bentuk-bentuk persona


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

hanya kata ganti persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora dan

katafora. Menurut Chaer (2011: 92), kata ganti orang ketiga yaitu menggantikan

diri orang yang dibicarakan. Yang termasuk kata ganti diri orang ketiga adalah ia,

dia, -nya, beliau, dan mereka. Kata ganti orang ketiga terdapat kata ganti orang

ketiga tunggal dan jamak. Kata ganti orang ketiga tunggal dapat berupa ia, dia, -

nya, dan beliau, sedangkan kata ganti orang ketiga jamak dapat berupa mereka.

Peneliti akan memberikan penjabaran terkait hasil temuan berupa referensi

anafora persona, sebagai berikut.

a. Ia

Kata ganti ia merupakan salah satu bagian dari kata ganti orang ketiga,

yaitu menggantikan diri orang yang dibicarakan (Chaer, 2011: 92). Hal ini

sejalan dengan Purwo (1984: 22) yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara

bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat

terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan) atau yang hadir

dekat dengan tempat pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu

sendiri secara aktif). Kata ganti ia merupakan bentuk persona ketiga tunggal.

Perhatikan data berikut yang mengandung referensi anafora persona.

(14W) Bung Karno merasa tidak cukup mendirikan kelompok studi. Pada
4 Juli 1927, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia.
(Kompas, 8 Januari 2018)
(15W) Syahdan, ada seorang pemuda miskin yang sangat ingin punya
sepeda. Karena profesinya “hanya” seorang pengarang, ia harus
mencari akal untuk mencapai cita-citanya.
(Kompas, 9 Janauri 2018)

Kalimat pada data (14W) di atas memiliki referensi anafora

persona dengan bentuk ia. Kata ia pada data (14W) disebut referensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

anafora persona karena sebelum kalimat (14W) muncul terdapat

kalimat/kata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data

(14W) dan kata ia pada data (16W) rujukannya berupa persona ketiga

tunggal. Jika dikaitkan dengan teori referensi bahwa kata ia pada data

(14W) memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis

(Asep Salahudin) melalui pendapat di artikel opini harian Kompas edisi 8

Januari 2018 yaitu Bung Karno.

Kalimat pada data (15W) di atas memiliki referensi anafora

persona dengan bentuk ia. Kata ia pada data (15W) disebut referensi

anafora persona karena sebelum kalimat (15W) muncul terdapat

kalimat/kata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data

(15W) dan kata ia pada data (15W) rujukannya berupa persona ketiga

tunggal. Jika dikaitkan dengan teori referensi bahwa kata ia pada data

(15W) memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis

(Agus Dermawan ) melalui pendapat di artikel opini harian Kompas edisi

9 Januari 2018 yaitu Syahdan.

Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data

(14W) dan data (15W) memiliki kata referensi berupa ia memiliki

rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga bisa dikatakan bahwa bentuk

ia merupakan referensi anafora persona karena memiliki rujukan berupa

insan atau persona yang berada di dalam pembicaraan/di dalam teks

tepatnya sebelum kata yang mengandung referensi muncul

(diucapkan/dituliskan). Rujukan dari bentuk ia memiliki rujukan yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikan/tergantung dengan

konteks tuturan. Jadi, meskipun memiliki kata referensi yang sama yakni

kata ia, data (14W) dan data (15W) masing-masing memiliki

rujukan/referen dan konteks yang berbeda-beda.

b. Dia

Kata ganti dia untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang

dibicarakan, yang dapat digunakan sebagai variasi kata ganti ia (Chaer, 2011:

97). Purwo (1984: 22) yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa

persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya

pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan) atau yang hadir dekat dengan

tempat pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara

aktif). Kata ganti dia merupakan bentuk persona ketiga tunggal. Perhatikan

data berikut yang mengandung referensi anafora persona.

(16W) Elon Musk, seorang miliarder sekaligus pemilik teknologi tinggi


terkemuka Tesla, menggaungkan kebutuhan integritas manusia
dengan mesin. Dia berargumen, otak dengan komputer harus
dipersatukan secara intensif; jika tidak, berbagai penemuan
menjadi tak ada relevansinya.
(Kompas, 21 Februari 2018)
(17W) Andai kata mahasiswa gagal menjadi guru, maka dia bisa
berkarier dalam bidang matematika, seperti halnya lulusan S-1
metematika pada umumnya.
(Kompas, 22 Februari 2018)

Kalimat pada data (16W) di atas memiliki referensi anafora

persona dengan bentuk dia. Kata dia pada data (16W) disebut referensi

anafora persona karena sebelum kalimat (16W) muncul terdapat

kalimat/kata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

(16W) dan kata dia pada data (16W) rujukannya berupa persona ketiga

tunggal. Jika dikaitkan dengan teori referensi bahwa kata dia pada data

(16W) memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis

melalui pendapat di rubrik opini harian Kompas edisi 21 Februari 2018

yaitu Elon Musk. Rujukan data (16W) dapat diketahui karena disampaikan

oleh penulis secara langsung/tertulis di dalam opininya.

Selanjutnya, kalimat pada data (17W) di atas memiliki referensi

anafora persona dengan bentuk dia. Kata dia pada data (17W) disebut

referensi anafora persona karena sebelum kalimat (17W) muncul terdapat

kalimat/kata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data

(17W) dan kata dia pada data (17W) rujukannya berupa persona ketiga

tunggal. Jika dikaitkan dengan teori referensi bahwa kata dia pada data

(17W) memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis

(Syamsul Rizal) melalui rubrik opini di harian Kompas edisi 22 Februari

2018 yaitu mahasiswa. Pada opininya sebelum penulis (Syamsul Rizal)

menggunakan bentuk dia telah mengungkapkan secara langung/tertulis di

dalam opininya dengan menyebut rujukan siapa yang terdapat dalam

artikel tersebut.

Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data

(16W) dan data (17W) memiliki kata referensi berupa dia memiliki

rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga bisa disimpulkan bahwa

bentuk dia merupakan referensi anafora persona karena memiliki rujukan

berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraan/di dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

teks tepatnya sebelum kata yang mengandung referensi muncul

(diucapkan/dituliskan).

(18W) Dalam suatu kesempatan, saya bertemu dan berbincang-


bincang dengan seorang profesor dari Universitas Hassanudin.
Ketika kuliah pada prodi food Science di Amerika Serikat,
beliau mengamati bahwa tak semua profesor yang berkarier di
situ berasal dari bidang ilmu yang sebidang.
(Kompas, 16 Januari 2016)

Kalimat pada data (18W) di atas memiliki referensi anafora

persona dengan bentuk Beliau. Kata Beliau pada data (18W) disebut

referensi anafora persona karena sebelum kalimat (18W) muncul

terdapat kalimat/kata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan

pada data (18W) dan kata Beliau pada data (18W) rujukannya berupa

persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori referensi bahwa

kata Beliau pada data (18W) memiliki rujukan pada seseorang yang

dibicarakan oleh penulis (Syamsul Rizal) melalui rubrik opini di harian

Kompas edisi 16 Januari 2018 yaitu seorang profesor. Pada opininya

sebelum penulis (Syamsul Rizal) menggunakan bentuk Beliau telah

mengungkapkan secara langsung/tertulis di dalam opininya dengan

menyebut nama seseorang.

d. – nya

Kata ganti –nya untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang

dibicarakan. Purwo (1984: 22) yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara

bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat

terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan) atau yang hadir


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

dekat dengan tempat pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu

sendiri secara aktif). Jenis –nya dapat berbentuk persona ketinga tunggal

dan persona ketiga jamak (Chaer, 2011: 108-109). Dari sekilan banyak kata

ganti persona ketiga, bentuk –nya dapat mengacu nomina bukan insan dan

nomina insan. Jadi, pada bagian ini kata ganti –nya mengacu pada nomina

insan/persona.

Perhatikan data berikut yang mengandung referensi anafora persona

dengan kata ganti -nya bentuk persona ketiga tunggal.

(19W) Hal ini menyebabkan harga saham Amazon naik tajam dan
membuat Jeff Bezos, CEO-nya, menjadi orang terkaya di dunia
dengan nilai kekayaan mendekati 100 miliar dollar AS di atas Bill
Gates, Warren Buffets, ataupun Mark Zuckerberg.
(Kompas, 8 Januari 2018).

Kalimat pada data (19W) di atas memiliki referensi anafora

persona dengan bentuk -nya. Kata -nya pada data (19W) disebut referensi

anafora persona karena sebelum kalimat (19W) muncul terdapat

kalimat/kata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data

(19W) dan kata -nya pada data (19W) rujukannya berupa persona ketiga

tunggal. Jika dikaitkan dengan teori referensi bahwa kata –nya pada data

(19W) memiliki acuan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis.

Pada opininya sebelum penulis (J. Soedradjad Djiwandono)

menggunakan bentuk -nya telah mengungkapkan secara langung/tertulis

di dalam opininya dengan menyebut nama Jeff Bezos.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

e. Mereka

Kata ganti mereka untuk menyatakan diri orang ketiga, atau orang yang

dibicarakan, yang jumlahnya lebih dari satu orang, dapat digunakan terhadap

siapa saja dan oleh siapa saja (Chaer, 2011: 98). Purwo (1984: 22) yang

mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang

yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan

pembicaraan) atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan (tetapi tidak

terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif). Kata ganti mereka

merupakan bentuk persona ketiga jamak. Perhatikan data berikut yang

mengandung referensi anafora persona.

(20W) Penegasan tentang larangan dalam UU Polri dan UU TNI


sesungguhnya mensyaratkan kepada para anggota TNI dan
anggota Polri untuk melakukan langkah politik, seperti
kampanye, sebelum mereka mengundurkan diri.
(Kompas, 17 Januari 2018)
(21W) Data pengangguran dikumpulkan dulu oleh ketua rukun
tetangga dan ketua rukun warga. Mereka mendata warga yang
tidak bekerja sebulan terakhir.
(Kompas, 17 Februari 2018)

Kalimat pada data (20W) di atas memiliki referensi anafora

persona dengan bentuk mereka. Kata mereka pada data (20W) disebut

referensi anafora persona karena sebelum kalimat (20W) muncul terdapat

kalimat/kata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data

(20W) dan kata mereka pada data (20W) rujukannya berupa persona

ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori referensi bahwa kata mereka

pada data (20W) memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

dengan jumlah yang lebih dari satu orang yang dibicarakan oleh penulis

yaitu para anggota TNI dan anggota Polri.

Kalimat pada data (21W) di atas memiliki referensi anafora

persona dengan bentuk mereka. Kata mereka pada data (21W) disebut

referensi anafora persona karena sebelum kalimat (21W) muncul terdapat

kalimat/kata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data

(21W) dan kata mereka pada data (21W) rujukannya berupa persona

ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori referensi bahwa kata mereka

pada data (20W) memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan

dengan jumlah lebih dari satu orang yang dibicarakan oleh penulis

(Ivanovich Agusta) melalui rubrik opini di harian Kompas edisi 17

Februari 2018 yaitu para petani. Pada opininya, sebelum penulis

(Ivanovich Agusta) menggunakan bentuk mereka telah mengungkapkan

secara langung/tertulis di dalam opininya dengan menyebut ketua rukun

tetangga dan ketua rukun warga.

Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data

(20W) dan data (21W) memiliki kata referensi berupa mereka memiliki

rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa bentuk

mereka merupakan referensi anafora persona karena memiliki rujukan

berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraan/di dalam

teks tepatnya sebelum kata yang mengandung referensi muncul

(diucapkan/dituliskan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

2) Referensi Anafora Bukan Persona

Referensi anafora bukan persona merupakan bagian dari referensi

endofora. Jadi, rujukan dari referensi endofora anafora bukan persona berada di

dalam teks yang mengacu pada konstituen di sebelah kiri atau sebelum kata

yang mengandung referensi muncul dan dikhususkan merujuk pada bukan

insan atau bukan persona (dapat berupa hewan, tumbuhan, tempat, dan apapun

yang rujukannya bukan persona/insan). Secara khusus, Purwo (1984: 105)

menyatakan bahwa di antara bentuk-bentuk persona hanya kata ganti persona

ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora. Selain itu, dijelaskan pula bahwa

persona ketiga dapat merujuk pada nomina insan dan nomina bukan insan.

Namun, untuk referensi anafora bukan persona pada bagian kata ganti persona

tiga, hanya mencakup kata ganti dia, ia, dan –nya. Selain referensi anafora

bukan persona yang mencakup kata ganti dia, ia, dan –nya, terdapat pula

beberapa kata lainnya yang mengandung referensi demonstratif (misalnya ini

dan itu) dan lokatif (misalnya sana). Kata demikian, begitu, dan tersebut juga

dapat digunakan dalam referensi anafora bukan persona. Jadi, peneliti akan

memberikan penjabaran terkait hasil temuan berupa referensi anafora bukan

persona, sebagai berikut.

a. Sana

Secara umum kata sana merupakan kata penunjuk tempat. Kata sana

jika dikaitkan dengan teori referensi, masuk dalam referensi eksofora

ruang/tempat (lokatif). Namun, kata sana juga dapat masuk dalam referensi

endofora khususnya referensi anafora bukan persona. Hal ini dikarenakan di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

dalam referensi anafora bukan persona kata sana memiliki rujukan di dalam teks

yang letaknya sebelum kata yang referensi muncul. Purwo (1984: 131), bahwa

dalam bahasa Indonesia diantara ketiga kata penunjuk tempat (di sini, di situ,

dan di sana) hanya kata di sana yang dapat dipergunakan sebagai pemarkah

anafora tempat.

Perhatikan data berikut yang mengandung referensi anafora bukan

persona.

(22W) Mereka akan selalu kangen pada sekolah karena di sana


sungguh menjadi taman bagi siswa untuk bermain.
(Kompas, 15 Januari 2018)

Kalimat pada data (22W) di atas memiliki referensi anafora bukan

persona dengan jenis di sana. Jenis di sana pada data (22W) disebut

referensi anafora bukan persona karena rujukannya adalah lokatif/tempat,

bukan insan/bukan persona yang konstituen/ rujukannya sudah

dijelaskan/disebutkan sebelum kata referensi muncul. Jenis di sana pada

data (22W) merujuk pada sekolah. Pada opininya, sebelum penulis (Robert

Bala) menggunakan jenis di sana telah mengungkapkan secara

langsung/tertulis di dalam opininya dengan menyebutkan sekolah.

b. –nya

Menurut Chaer (2011: 92), kata ganti –nya untuk menyatakan diri orang

ketiga atau orang yang dibicarakan. Purwo (1984: 22) yang mengandaikan

dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak

hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam

pembicaraan itu sendiri secara aktif). Bentuk –nya dapat berbentuk persona

ketiga tunggal dan persona ketiga jamak (Chaer, 2011: 108-109). Purwo (1984:

114-115) bahwa bentuk –nya yang merujuk pada bukan insan atau bukan

persona terbagi menjadi bentuk –nya persona tiga tunggal dan bentuk –nya

persona tiga jamak. Jadi, pada bagian ini kata ganti –nya mengacu pada nomina

bukan insan/persona.

Perhatikan data berikut yang mengandung referensi anafora bukan

persona dengan kata ganti -nya bentuk persona ketiga tunggal.

(23W) Sebagai PKP, PTN-BH bisa mengeluarkan faktur pajak untuk


mitranya.
(Kompas, Sabtu, 3 Februari 2018)

Kalimat pada data (26W) di atas memiliki referensi anafora bukan

persona dengan jenis -nya. Kata –nya pada data (23W) disebut referensi

anafora bukan persona karena sebelum kalimat (23W) muncul terdapat

kalimat/kata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data

(23W) dan kata -nya pada data (23W) memiliki rujukan berupa kata ganti

ketiga tunggal (merujuk pada satu hal) yang bukan insan/bukan persona.

Jadi, kata -nya pada data (23W) memiliki rujukan pada sesuatu bukan

insan yaitu PTN-BH. Pada opininya sebelum penulis (Didi Achjari)

menggunakan jenis -nya telah mengungkapkan secara langung/tertulis di

dalam opininya dengan menyebut nama PTN-BH.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

4.2.1.2.2 Referensi Katafora

1) Referensi Katafora Persona

Referensi katafora persona merupakan bagian dari referensi

endofora. Rujukan dari referensi katafora persona berada di dalam teks

yang mengacu pada konstituen di sebelah kanan atau sesudah kata

yang mengandung referensi muncul dan dikhususkan merujuk pada

insan atau persona. Menurut Purwo (1984: 105), di antara bentuk-

bentuk persona hanya kata ganti persona ketiga yang dapat menjadi

pemarkah anafora dan katafora. Menurut Chaer (2011: 92), kata ganti

orang ketiga yaitu menggantikan diri orang yang dibicarakan. Yang

termasuk kata ganti diri orang ketiga berupa ia, dia, -nya, beliau, dan

mereka. kata ganti orang ketiga juga dibagi menjadi dua yaitu kata

ganti ketiga tunggal (ia, dia, -nya, dan beliau) dan kata ganti ketiga

jamak (mereka). Jadi, peneliti akan memberikan penjabaran terkait

hasil temuan berupa referensi katafora persona, sebagai berikut.

a. Mereka

Kata ganti mereka untuk menyatakan diri orang ketiga, atau orang

yang dibicarakan, yang jumlahnya lebih dari satu orang, dapat digunakan

terhadap siapa saja dan oleh siapa saja (Chaer, 2011: 98). Purwo (1984:

22) yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga

merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan

(tetapi menjadi bahan pembicaraan) atau yang hadir dekat dengan tempat

pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

aktif) merupakan bentuk persona ketiga jamak. Perhatikan data berikut

yang mengandung referensi katafora persona.

(24W) Mereka, misalnya, Letnan Jenderal Edi Rahmayadi akan


berlaga menjadi calon gubernur Sumatera Utara, Irjen Anton
Charliyan sebagai calon wakil gubernur Jawa Barat, Irjen
Safaruddin sebagai calon wakil gubernur Kalimantan Timur,
dan Irjen Murad Ismail akan maju sebagai calon gubernur
Maluku.
(Kompas, 1 Februari 2018)

Kalimat pada data (24W) di atas memiliki referensi katafora

persona dengan jenis mereka. Kata mereka pada data (24W) disebut

referensi katafora persona karena memiliki rujukan berupa kata ganti

ketiga jamak (merujuk pada lebih dari satu) berupa insan/persona

merupakan orang yang dibicarakan dengan rujukannya berada setelah

kata/jenis referensi muncul. Jadi, kata mereka pada data (24W)

memiliki rujukan berupa insan/persona yaitu perwira aktif TNI dan

Polri.

Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa data (24W)

memiliki kata/bentuk referensi berupa mereka karena data memiliki

rujukan/referen dan kontes yang berbeda-beda. Dengan adanya

rujukan yang berbeda kata mereka pada data (24W) disebut referensi,

terutama referensi katafora persona karena memiliki rujukan berupa

insan atau persona yang berada di dalam pembicaraan/di dalam teks

tepatnya setelah kata yang mengandung referensi muncul

(diucapkan/dituliskan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

b. –nya

Kata ganti –nya untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang

yang dibicarakan. Purwo (1984: 22) yang mengandaikan dalam bentuk

sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir

dalam tempat terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan

pembicaraan) atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan (tetapi

tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif). Bentuk –nya

dapat berbentuk persona ketinga tunggal dan persona ketiga jamak

(Chaer, 2011: 108-109). Dari sekian banyak kata ganti persona ketiga,

bentuk –nya dapat mengacu nomina bukan insan dan nomina insan. Jadi,

pada bagian ini kata ganti –nya mengacu pada nomina insan/persona.

Perhatikan contoh data berikut yang mengandung referensi katafora

persona dengan bentuk –nya tunggal.

(25W) Di dalam pemerintahannya, Trump tidak menghormati asas


pokok Undang-undang Dasar Amerika Serikat, separation of
powers, pemisahan kekuasaan, yang menjamin hak eksekutif,
legislatif, dan yudikatif.
(Kompas, 31 Januari 2018)

(26W) Kepengurusan baru Partai Golkar telah terbentuk dan


diumumkan oleh ketua umumnya, Airlangga Hartarto, 22
Januari 2018.
(Kompas, 20 Februari 2018)

Kalimat pada data (25W) di atas memiliki referensi katafora

persona dengan jenis -nya. Kata –nya pada data (25W) disebut referensi

katafora persona karena memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga

tunggal (merujuk pada satu) yang berupa insan/persona yang berada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

setelah jenis -nya muncul di data (25W). Jadi, kata -nya pada data (25W)

memiliki rujukan berupa insan/persona yaitu Trump.

Kalimat pada data (26W) di atas memiliki referensi katafora

persona dengan jenis -nya. Kata -nya pada data (26W) disebut referensi

katafora persona karena memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga

tunggal (merujuk pada satu) yang berupa insan/persona yang berada

setelah jenis -nya muncul di data (26W). Jadi, kata -nya pada data (26W)

memiliki rujukan berupa insan/persona yaitu Airlangga Hartanto. Dapat

diketahui pula bahwa data (26W) setelah jenis -nya, penulis (M. Alfan

Alfian) mengungkapkan secara langung/tertulis dengan menyebut nama

Airlangga Hartanto.

Berdasarkan kedua contoh di atas, dapat diketahui bahwa data

(25W) dan data (26W) memiliki kata/jenis referensi berupa -nya karena

masing-masing data memiliki rujukan/referen dan konteks yang berbeda-

beda. Dengan adanya konteks dan rujukan yang berbeda kata -nya pada

data (25W) dan data (26W) disebut referensi, terutama referensi katafora

persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada

di dalam pembicaraan/di dalam teks tepatnya setelah kata yang

mengandung referensi muncul (diucapkan/ dituliskan). Jadi, meskipun

memiliki kata referensi yang sama yakni kata -nya, data (25W) dan data

(26W) masing-masing memiliki rujukan/referen dan konteks yang

berbeda-beda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

2) Referensi Katafora Bukan Persona

Referensi katafora bukan persona merupakan bagian dari

referensi endofora. Jadi, rujukan dari referensi katafora bukan persona

berada di dalam teks yang mengacu pada konstituen di sebelah kanan

atau setelah kata yang mengandung referensi muncul dan dikhususkan

merujuk pada bukan insan atau bukan persona (dapat berupa hewan,

tumbuhan, tempat, dan apapun yang rujukannya bukan persona/insan).

Purwo (1984: 123) memberikan penjelasan bahwa yang dapat menjadi

pemarkah katafora adalah kata ini, begini, yakni, dan yaitu. Selain itu,

Purwo (1984: 124) menjelaskan bahwa kata begini sebagai pemarkah

katafora mirip dengan frasa sebagai berikut. Kata berikut tanpa

dirangkaikan dengan kata sebagai berikut juga dapat menjadi

pemarkah katafora. Jika disederhanakan kata berikut maupun kata

sebagai berikut dapat menjadi pemarkah katafora. Jadi, peneliti akan

memberikan penjabaran terkait hasil temuan berupa referensi katafora

bukan persona, sebagai berikut.

(27W) Kita semua yang akan melengkapi sejarah Indonesia tahun 2018
ini: apakah secara ekstenal kita mampu menyelenggarakan
olahraga Asia dengan lancar dan semarak serta
memperlihatkan prestasi olahraga yang tidak memalukan dalam
berhadapan dengan negara lain?
(Kompas, 10 Januari 2018)

Kalimat pada data (27W) di atas memiliki referensi katafora bukan

persona dengan jenis ini. Kata ini pada data (27W) disebut referensi

katafora bukan persona karena memiliki rujukan yang berupa bukan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

insan/bukan persona yang berada setelah jenis ini muncul di data (27W).

Jadi, kata ini pada data (27W) memiliki rujukan berupa bukan insan/bukan

persona yaitu apakah secara ekstenal kita mampu menyelenggarakan

olahraga Asia dengan lancar dan semarak serta memperlihatkan prestasi

dan tidak memalukan.

Dapat diketahui pula bahwa data (30W) setelah jenis ini, penulis

(Asvi Warman Adam) mengungkapkan secara langsung/tertulis dengan

menyebut bahwa agar berjalan dengan lancar maka kita semua melengkapi

sejarah Indonesia secara eksternal mampu menyelenggarakannya dengan

lancar dan semarak serta berprestasi yang tidak memalukan ketika

berhadapan dengan negara lain. Jenis ini pada data (30W) merupakan

referensi katafora bukan persona, walaupun hanya ada satu/tidak ada

pembanding yang lainnya.

4.2.2 Fungsi-fungsi Referensi

Pada sub bab ini, peneliti akan memaparkan/mendeskripsikan fungsi-

fungsi referensi yang didasarkan pada jenis referensi yang ditemukan. Purwo

(1983:1) menjelaskan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat referensi apabila

referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat

dituturkannya kata itu. Berikut peneliti deskripsikan fungsi rujukan referensi yang

ditemukan dalam rubrik opini di harian Kompas edisi Januari-Februari 2018.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

4.2.2.1 Fungsi pengacuan anaforis

Sumarlam (2003:23) mengartikan pengacuan sebagai salah satu kohesi

gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual

lain (atau suatu acuan) yang mendahuluinya atau mengikutinya. Masih menurut

Sumarlam (2003:24) sebuah pengacuan disebut dengan pengacuan anaforis ketika

satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang

mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur

yang telah disebut terdahulu. Berikut ini adalah contoh kalimat yang di dalamnya

terdapat pengacuan anaforis.

Data (1F):

Bung Karno merasa tidak cukup mendirikan kelompok studi. Pada 4 Juli
1927, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia.
(Kompas, 8 Januari 2018)

Data di atas jika dikaitkan dengan teori referensi, jenis ia pada data (1F).

Fungsi dari kata ia merujuk pada Bung Karno. Fungsi referensi data (1F) dapat

diketahui karena ditulis/disampaikan oleh Asep Salahudin seorang Tenaga Ahli

Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila melalui opini harian Kompas

edisi 8 Januari 2018 kepada pembaca. Kemunculan data (1F) memiliki kaitan

dengan mendirikan kelompok studi dan Partai Nasional Indonesia pada tanggal 4

Juli 1927. Penulis (Asep Salahudin) mengungkapkan bahwa Bung Karno yang

mendirikan kelompok studi dan mendirikan Partai Nasional Indonesia pada

tanggal 4 Juli 1927. Partai sebagai alat melipatgandakan gagasan agar semakin

masif, sistemik dan cepat sampai ke masyarakat. Selain itu, sebelum kalimat (1F)

muncul, telah disebutkan nama Bung Karno, sehingga dapat dijadikan rujukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

karena referensi anafora persona merujuk pada konstituen di sebelah kiri/sebelum

kata ungkapan referensi muncul yang berupa persona/insan. Jadi jenis ia data (1F)

bermakud merujuk pada Bung Karno.

Data (2F):

Penegasan tentang larangan dalam UU Polri dan UU TNI sesungguhnya


mensyaratkan kepada para anggota TNI dan anggota Polri untuk
melakukan langkah politik, seperti kampanye, sebelum mereka
mengundurkan diri.
(Kompas, 17 Januari 2018).

Data (2F) jika dikaitkan dengan teori referensi, jenis mereka pada data

(2F) berfungsi merujuk pada anggota TNI dan anggota Polri. Fungsi referensi data

(2F) dapat diketahui karena ditulis/disampaikan oleh Al Araf seorang direktur

imparsial melalui opini harian Kompas edisi 17 Januari 2018 kepada pembaca.

Kemunculan data (2F) memiliki kaitan dengan aturan UU TNI dan Polri

mensyaratkan untuk tidak melakukan langkah politik, seperti kampanye, sebelum

para anggota TNI dan anggota Polri mengundurkan diri. Penulis (Al Araf)

menunjukkan mensyaratkan untuk tidak melakukan langkah politik, seperti

kampanye, sebelum para anggota TNI dan anggota Polri mengundurkan diri.

Selain itu, sebelum kalimat (2F) muncul, telah disebutkan nama anggota TNI dan

anggota Polri, sehingga dapat dijadikan rujukan karena referensi anafora persona

merujuk pada konstituen di sebelah kiri/sebelum kata ungkapan referensi muncul

yang berupa persona/insan. Jadi jenis mereka pada data (2F) bermakud merujuk

pada anggota TNI dan anggota Polri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Data (3F):

Mereka akan selalu kangen pada sekolah karena di sana sungguh menjadi
taman bagi siswa untuk bermain.
(Kompas, 15 Januari 2018)

Data (3F) jika dikaitkan dengan teori referensi, fungsi referensi di sana

pada data (3F) merujuk pada sekolah tempat para siswa dan guru melaksanakan

proses belajar mengajar. Fungsi referensi data (3F) dapat diketahui karena

disampaikan/ditulis oleh Robert Bala seorang Guru SMP Tunas Indonesia,

Bintaro dalam opini harian Kompas edisi 15 Januari 2018 kepada pembaca.

kemunculan data (3F) berkaitan dengan rahasia mengajar kreatif yang mana

upaya guru di sekolah dalam merumuskan rencana proses pembelajaran (RPP)

dengan mind map atau membiasakan siswa memahami pelajaran dengan

pikiran adalah praksis yang mestinya dianggap bisa dalam pembelajaran.

Pemahaman tersebut lalu digabungkan dengan pembelajaran yang

menyenangkan dengan penerapan bermain sambil belajar. Penulis (Robert

Bala) mengungkapkan bahwa para siswa akan merasa kangen pada sekolah

karena sungguh menjadi taman bagi siswa untuk bermain. Selain itu, sebelum

kalimat (3F) muncul, telah disebutkan mengenai sekolah, sehingga dapat

dijadikan rujukan karena referensi anafora bukan persona merujuk pada

konstituen di sebelah kiri/sebelum kata ungkapan referensi muncul yang berupa

bukan persona/bukan insan. Jadi, jenis di sana pada data (3F) bermakud

merujuk pada sekolah tempat para siswa dan guru melaksanakan proses belajar

mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Data (4F):

Sebagai PKP, PTN-BH bisa mengeluarkan faktur pajak untuk mitranya.


(Kompas, Sabtu, 3 Februari 2018)

Data (4F) jika dikaitkan dengan teori referensi, referensi –nya pada data

(4F) berfungsi merujuk pada PTN-BH. Fungsi referensi data (4F) dapat diketahui

karena ditulis/disampaikan oleh Didi Achjari seorang Dosen Fakultas Ekonomia

dan Bisnis Universitas Gadjah Mada melalui opini di harian Kompas edisi 3

Februari 2018 kepada pembaca. Kemunculan data (4F) memiliki kaitan dengan

Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) pada akhir 2017, akan

mendapat “kado” dari Direktorat Jenderal Pajak Keuangan. Penulis (Didi Achjari)

mengungkapkan bahwa pada akhir 2017, PTN-BH akan ditetapkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak (PKP) oleh direktorat jenderal pajak, yang nantinya akan

bermanfaat dalam kebutuhan akan faktur pajak ini karena PTN-BH bisa

melakukan usaha sebagai salah satu sumber penerimaan. Selain itu, sebelum

kalimat (4F) muncul, telah disebutkan mengenai PTN-BH, dijadikan rujukan

karena referensi anafora bukan persona merujuk pada konstituen di sebelah

kiri/sebelum kata ungkapan referensi muncul yang berupa bukan persona/bukan

insan. Jadi, jenis -nya pada data (4F) merujuk pada PTN-BH.

4.2.2.2 Fungsi pengacuan kataforis

Pengacuan kataforis terjadi apabila satuan lingual tertentu yang mengacu

pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah

kanan, atau mengacu pada unsur yang disebut kemudian (Sumarlam, 2003:24).

Berikut ini adalah contoh kalimat yang didalamnya terdapat fungsi pengacuan

kataforis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Data (5F):

Mereka, misalnya, Letnan Jenderal Edi Rahmayadi akan berlaga


menjadi calon gubernur Sumatera Utara, Irjen Anton Charliyan sebagai
calon wakil gubernur Jawa Barat, Irjen Safaruddin sebagai calon wakil
gubernur Kalimantan Timur, dan Irjen Murad Ismail akan maju sebagai
calon gubernur Maluku.
(Kompas, 1 Februari 2018)

Data (5F) jika dikaitkan dengan teori referensi, jenis mereka pada data

(5F) berfungsi merujuk pada Letnan Jenderal Edi Rahmayadi, Irjen Anton

Charliy, Irjen Safaruddin dan Irjen Murad Ismail. fungsi referensi data (5F) dapat

diketahui karena ditulis/disampaikan oleh Ikhsan Yosarie seorang peneliti

Laboratorium Ilmu Politik Universitas Andala melalui opini harian Kompas edisi

1 Februari 2018 kepada pembaca. Kemunculan data (5F) memiliki kaitan dengan

sejumlah perwira tinggi aktif dari TNI dan Polri akan mewarnai jalannya pilkada

serentak 2018 nanti. Penulis (Ikhsan Yosarie) mengungkapkan adanya sejumlah

perwira tinggi aktif dari TNI dan Polri akan mewarnai jalannya pilkada serentak

2018 nanti. Terjunnya perwira aktif TNI dan Polri menjadi polemik tersendiri

lantaran status mereka sebagai alat negara (TNI dan Polri) yang masih aktif).

Selain itu, pada kalimat “Mereka, misalnya...” terdapat referensi mereka yang

rujukannya setelah kata yang mengandung referensi muncul, karena referensi

katafora persona merujuk pada konstituen di sebelah kanan/setelah kata ungkapan

referensi muncul yang berupa persona/insan. Jadi, jenis mereka pada data (5F)

berfungsi merujuk pada Letnan Jenderal Edi Rahmayadi, Irjen Anton Charliy,

Irjen Safaruddin dan Irjen Murad Ismail.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Data (6F):

Kepengurusan baru Partai Golkar telah terbentuk dan diumumkan oleh


ketua umumnya, Airlangga Hartarto, 22 Januari 2018.
(Kompas, 20 Februari 2018)

Data (6F) jika dikaitkan dengan teori referensi, jenis -nya pada data (6F)

berfungsi merujuk pada Airlangga Hartarto. Fungsi referensi data (6F) dapat

diketahui karena ditulis/disampaikan oleh M. Alfan Alfian seorang Direktur

Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta melalui opini harian

Kompas edisi 20 Februari 2018 kepada pembaca. Kemunculan data (6F) memiliki

kaitan dengan kepengurusan baru Partai Golkar telah terbentuk dan diumumkan

oleh ketua umum yaitu Airlangga Hartarto. Penulis (M. Alfan Alfian)

mengungkapkan bahwa kepengurusan baru Partai Golkar telah terbentuk dan

diumumkan oleh ketua umum yaitu Airlangga Hartarto. Menurut Airlangga,

kepengurusan ini merupakan langkah untuk keseimbangan internal. Selain itu,

pada kalimat “Kepengurusan baru Partai Golkar telah terbentuk dan diumumkan

oleh ketua umumnya, Airlangga Hartarto” terdapat referensi –nya yang

rujukannya setelah kata yang mengandung referensi muncul, karena referensi

katafora persona merujuk pada konstituen di sebelah kanan/setelah kata ungkapan

referensi muncul yang berupa persona/insan. Jadi, jenis -nya pada data (6F)

berfungsi merujuk pada Airlangga Hartarto.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Data (7F):

Kita semua yang akan melengkapi sejarah Indonesia tahun 2018 ini:
apakah secara ekstenal kita mampu menyelenggarakan olahraga Asia
dengan lancar dan semarak serta memperlihatkan prestasi olahraga yang
tidak memalukan dalam berhadapan dengan negara lain?
(Kompas, 10 Januari 2018)

Kata ini pada data (7F) memiliki rujukan berupa bukan insan/bukan

persona yaitu apakah secara ekstenal kita mampu menyelenggarakan olahraga

Asia dengan lancar dan semarak serta memperlihatkan prestasi dan tidak

memalukan. Rujukan data (7F) dapat diketahui karena disampaikan oleh Asvi

Warman Adam seorang sejarawan LIPI yang merupakan penulis opini di harian

Kompas edisi 10 Januari 2018 kepada pembaca. Kemunculan data (7F) berkaitan

dengan penyelenggaraan pesta olahraga Asia yang yaitu penyelenggaraan Asean

Games XVIII yang akan berlangsung pada 18 Agustus-2 September. Agar

berjalan dengan lancar maka kita semua melengkapi sejarah Indonesia secara

eksternal mampu menyelenggarakannya dengan lancar dan semarak serta

berprestasi yang tidak memalukan ketika berhadapan dengan negara lain. Dapat

diketahui pula bahwa data (7F) setelah jenis ini, penulis (Asvi Warman Adam)

mengungkapkan secara langsung/tertulis dengan menyebut bahwa agar berjalan

dengan lancar maka kita semua melengkapi sejarah Indonesia secara eksternal

mampu menyelenggarakannya dengan lancar dan semarak serta berprestasi yang

tidak memalukan ketika berhadapan dengan negara lain. Jadi, jenis ini pada data

(7F) berfungsi merujuk pada menyelenggarakan olahraga Asia dengan lancar dan

semarak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

4.2.2.3 Fungsi pengacuan eksofora

Sumarlam (2003:24) mendefinisikan pengacuan eksofora sebagai

pengacuan yang acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana. Berikut ini

adalah contoh dari fungsi pengacuan eksofora.

Data (8F):

Saya tidak tahu persis apakah mereka memahami bahwa ISDS sudah
diatur dalam UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal?
Tepatnya Pasal 32 Ayat 4.
(Kompas, 15 Februari 2018)

Kata saya merupakan referensi persona pertama. Data (8F) jika dikaitkan

dengan teori referensi, jenis saya berfungsi yang merujuk pada penutur/penulis

dari data (8F) yaitu Muhammad Iqbal Hasan yang merupakan seorang Pemerhati

Hukum Investasi Internasional: Kandidat Doktor Ilmu Hukum UPH. Fungsi

referensi dapat diketahui karena data (8F) ditulis/disampaikan oleh yaitu

Muhammad Iqbal Hasan yang merupakan seorang Pemerhati Hukum Investasi

Internasional: Kandidat Doktor Ilmu Hukum UPH melalui opini harian Kompas

edisi 15 Februari 2018 kepada pembaca. Fungsi referensi data (8F) juga diperkuat

dengan kalimat data (8F) yang berupa yaitu Muhammad Iqbal Hasan yang

merupakan seorang Pemerhati Hukum Investasi Internasional: Kandidat Doktor

Ilmu Hukum UPH yang mengungkapkan kekhawatiran dari sebagian masyarakat

mengenai gugatan investor asing melalui perjanjian investasi internasional, baik

yang berbentuk perjanjian bilateral maupun bab investasi pada kesepakatan

perdagangan bebas (FTA)/Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif

(CEPA)). Jadi, jenis saya data (8F) berfungsi merujuk pada Muhammad Iqbal

Hasan, penulis opini harian Kompas edisi 15 Februari 2018.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Data (9F):
Itulah yang patut dicamkan semua dosen PTN/PTS kita.
(Kompas, 14 Februari 2018)

Data (9F) memiliki jenis referensi kita merupakan referensi persona

pemarkah jamak bentuk inklusif. Data (9F) jika dikaitkan dengan teori

referensi, jenis kita berfungsi merujuk pada penulis dan pembaca dari data (9F)

di rubrik pendapat Kompas edisi 14 Februari 2018 yaitu Apridar seorang Guru

Besar Ekonomi dan Rektor Universitas Malikussaleh, Aceh sebagai penulis

opini di harian Kompas edisi 14 Februari 2018 dan pembaca opini di harian

Kompas edisi 14 Februari 2018. Fungsi referensi dapat diketahui karena data

(9F) ditulis/disampaikan oleh Apridar seorang Guru Besar Ekonomi dan Rektor

Universitas Malikussaleh, Aceh di rubrik pendapat Kompas edisi 14 Februari

2018 kepada pembaca.

Kemunculan data (9F) berkaitan dengan tidak semua dosen yang memiliki

kompetensi sebagai pendidik. Namun, jika semua dosen merenung akan itikadnya

menasbihkan hidup menjadi pendidikm esensi mendidik tersebut sama halnya

merawat anak sendiri. Itulah yang patut dicamkan semua dosen di PTN/PTS

Indonesia. Penulis (Apridar) menunjukkan kepada pembaca (yang sama-sama

berasal dari Indonesia) bahwa Indonesia (negara penulis dan pembaca) tidak

semua dosen yang memiliki kompetensi sebagai pendidik. Jadi, jenis kita data

(9F) berfungsi merujuk pada Apridar seorang Guru Besar Ekonomi dan Rektor

Universitas Malikussaleh, Aceh sebagai penulis opini harian Kompas edisi 14

Februari 2018 dan pembaca opini harian Kompas edisi 14 Februari 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Data (10F):

Kami membahas mengapa tren anti globalisasi dan politik identitas


meningkat dan berkembang di banyak negara, termasuk Amerika Serikat
(AS), Eropa, Australia, Indonesia dan negara lain.
(Kompas, 9 Januari 2018)

Data (10F) memiliki jenis referensi berupa kami merupakan referensi

persona pemarkah jamak bentuk ekslusif. Data (10F) berfungsi merujuk

penulis/pembicara yang jumlahnya lebih dari satu. Data (10F) bila dikaitkan

dengan teori referensi, jenis kami berfungsi mengacu pada penulis dari data (10F)

di opini harian Kompas edisi 9 Januari 2018 yaitu Muhammad Chatib Basri

seorang pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (mewakili

teman seprofesi). Fungsi referensi dapat diketahui karena data (10F)

ditulis/disampaikan oleh Muhammad Chatib Basri seorang pengajar Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia melalui opini harian Kompas edisi 9

Januari 2018 kepada pembaca.

Kemunculan data (10F) berkaitan dengan tren globalisasi dan politik

identitas meningkat dan berkembang di banyak negara. Penulis (Muhammad

Chatib Basri) yang mewakili teman seprofesinya menjelaskan tren globalisasi dan

politik identitas meningkat dan berkembang di berbagai negara seperti Amerika

Serikat, Eropa, Australia, Indonesia dan lain-lain. Jadi, jenis kami data (10F)

berfungsi merujuk pada Muhammad Chatib Basri seorang pengajar Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (mewakili teman seproofesi penulis)

penulis opini di harian Kompas edisi 9 Januari 2018.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Data (11F):

Jika Anda sedang kehausan di halte bus transjakarta dan kebetulan ada
mesin minuman, Anda memasukkan koin ke dalam mesin itu.
(Kompas, 18 Januari 2018)

Data (11F) memiliki jenis referensi berupa Anda merupakan referensi

persona kedua tunggal. Data (11F) jika dikaitkan dengan teori referensi, jenis

Anda berfungsi merujuk pada pembaca opini harian Kompas edisi 18 Januari

2018. Fungsi referensi dapat diketahui karena data (11F) ditulis/disampaikan

Damhuri Muhammad seorang sastrawan melalui opini harian Kompas edisi 18

Januari 2018 kepada pembaca. Kemunculan data (11F) berkaitan dengan mesin

minuman yang terdapat di halte bus transjakarta dan minuman dapat keluar

apabila memasukkan koin ke dalam mesin tersebut. Penulis (Damhuri

Muhammad) memberikan sebuah saran kepada pembaca opini di harian Kompas

edisi 18 Januari 2018 agar jika berada di halte transjakarta dan merasa kehausan

bisa memasukkan koin ke mesin minuman maka minuman akan keluar. Jadi, jenis

Anda data (11F) berfungsi merujuk pada pembaca opini harian Kompas edisi 18

Januari 2018.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa referensi persona

yang memiliki rujukan pesona pertama (tunggal dan jamak) dan memiliki rujukan

persona kedua (tunggal dan jamak), hanya memiliki fungsi referensi pada

persona/orang. Artinya, walaupun referensi persona memiliki rujukan pesona

pertama (tunggal dan jamak) dan memiliki rujukan persona kedua (tunggal dan

jamak), tetap intinya referensi persona berfungsi merujuk pada orang/insan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

berupa penutur dan mitra tutur. Jadi, dapat diketahui bahwa referensi persona

memiliki fungsi rujukan pada persona/orang.

4.2.2.4 Fungsi penunjukkan

Lyons dalam Djajasudarma (2010:51) mendefinisikan penunjukkan atau

referensi (reference) sebagai lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses

atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam

hubungannnya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh

pembicara atau yang diajak bicara.

Berikut ini beberapa contoh kalimat yang menunjukkan fungsi

penunjukkan.

Data (12F):

Republik ini masih berjalan pincang untuk masalah ini.


(Kompas, 29 Januari 2018)

Data (12F) memiliki jenis referensi berupa ini merupakan referensi

demonstratif yang rujukan pada tempat. Data (12F) jika dikaitkan dengan teori

referensi, jenis ini berfungsi merujuk pada tempat yang tidak dituliskan/diucapkan

langsung oleh penulis, sehingga pembaca harus memahaminya sendiri dan data

(12F) dengan jenis ini berfungsi merujuk pada republik Indonesia. Fungsi

referensi data (12F) dapat diketahui karena ditulis/disampaikan oleh Teuku Kemal

Fasya yang merupakan seorang Dewan Pakar NU Aceh khususnya Peneliti

tentang Perlindungan dan Hak-hak Perempuan di Aceh Utara melalui opini di

harian Kompas edisi 29 Januari 2018 kepada pembaca. Kemunculan data (12F)

yang diamati penulis (Teuku Kemal Fasya) memiliki kaitan dengan permasalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

kekerasan seksual yang dialami perempuan dan pembahasan penghapusan

kekerasan seksual menunjukkan sinyal emansipasi dan perlindungan bagi

perlindungan hukum bagi perempuan masih cukup temaram. Penulis (Teuku

Kemal Fasya) yang berasal dari Indonesia menuliskan pendapat/data (12F) di

harian Kompas yang berkantor di Indonesia, meneliti permasalahan kekerasan

seksual yang dialami kaum perempuan dan miskin yang terjadi di Indonesia. Jadi,

jenis ini data (12F) berfungsi merujuk pada republik Indonesia.

Data (13F):

Belum genap sewindu, bait itu dibumihanguskan bersama kotanya oleh


pasukan Titus (70 M).
(Kompas, 6 Januari 2018).

Data (13F) memiliki jenis referensi berupa itu merupakan referensi

demonstratif yang rujukan pada tempat yang letaknya jauh dengan

penutur/penulis tetapi tidak diungkapkan secara langsung oleh penulis. Data (13F)

jika dikaitkan dengan teori referensi, jenis itu berfungsi merujuk pada tempat yang

tidak dituliskan/diucapkan langsung oleh penulis, sehingga pembaca harus

memahaminya sendiri dan data (13F) dengan jenis itu berfungsi merujuk pada bait

suci. Fungsi referensi data (13F) dapat diketahui karena ditulis/disampaikan oleh

Anwar Tjen seorang Pendeta Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) melalui

opini di harian Kompas edisi 6 Januari 2018 kepada pembaca. Kemunculan data

(13F) memiliki kaitan dengan permasalahan umat Yahudi yang dikisahkan penulis

(Anwar Tjen) mengenai dilenyapkannya/dimusnakannya bait suci kedua yang

dibangun umat Yahudi oleh pasukan Titus pada 70 Masehi. Yang tersisa hanya

Tembok Barat–yang juga disebut Tembok Ratapan dan Tembok Al-Buraq.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Penulis (Anwar Tjen) seorang Pendeta Gereja Kristen Protestan Indonesi (GKPI)

menuliskan pendapat/data (13F) di harian Kompas yang berkantor di Indonesia,

mengisahkan bait suci kedua yang dihancurkan oleh pasukan Titus pada 70

Masehi. Permasalahan tersebut terjadi di Jerusalem. Jadi jenis itu data (13F)

berfungsi merujuk pada bait suci kedua di Jerusalem.

4.2.2.5 Fungsi penanda hubungan waktu

Setiap waktu dapat menunjukkan keterangan waktu kejadian dari sebuah

pernyataan, apakah terjadi pada masa lampau, sekarang, atau masa yang akan

datang. Fungsi penanda hubungan waktu tidak hanya dilihat dari penggunaan kala

saja, melainkan juga melalui penggunaan perangkat leksikal. Berikut contoh

kalimat fungsi hubungan waktu.

Data (14F):
Harian Kompas minggu lalu menulis berita yang memberi harapan,
bahwa tahun ini tingkat kemiskinan di Indonesia akan dibawah 10 persen.
(Kompas, 11 Januari 2018)

Data (14F) memiliki kata referensi berupa minggu lalu merupakan

referensi waktu yang merujuk pada mingguan. Data (14F) jika dikaitkan dengan

teori referensi, jenis minggu lalu berfungsi merujuk pada satu minggu sebelum

tanggal 11 Januari 2018 dan jika diperinci dan dihitung mundur mulai tanggal 11

Januari 2018 akan berada ditanggal 4 Janauri 2018. Fungsi referensi data (14F)

dapat diketahui karena ditulis/disampaikan oleh Haryono Suyono seorang Menteri

Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan

1998-1999 melalui opini harian Kompas edisi Kamis, 11 Januari 2018 kepada

pembaca. Kemunculan data (14F) berkaitan dengan berita yang memberi harapan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

bahwa tahun ini kemiskinan di Indonesia akan dibawah 10 persen. Penulis

(Haryono Suyono) mengungkapkan bahwa berita yang memberi harapan, bahwa

tahun ini kemiskinan di Indonesia akan dibawah 10 persen. Hal ini terbukti dari

keseriusan pemerintah memberikan tugas dan tanggung jawab yang menjalankan

tugasnya dengan baik. Jadi, jenis minggu lalu pada data (14F) berfungsi merujuk

pada 4 Januari 2018 memuat berita mengenai tahun ini kemiskinan d Indonesia

akan dibaeah 10 persen.

Data (15F):
Mulai akhir Oktober lalu, pemerintah melancarkan program wajib e-toll
untuk penggunaan jalan tol yang menimbulkan banyak pembahasan pro
dan kontra.
(Kompas, 8 Januari 2018)

Data (15F) memiliki jenis referensi berupa Oktober lalu merupakan

referensi waktu yang merujuk pada bulan yang tidak diungkapkan secara langsung

oleh penutur/penulis. Data (15F) jika dikaitkan dengan teori referensi, jenis

Oktober lalu terdapat kata lalu yang menunjukkan waktu yang sudah terjadi,

maka Oktober lalu data (15F) berfungsi merujuk pada bulan Oktober 2017.

Fungsi referensi data (15F) dapat diketahui karena ditulis/disampaikan oleh J.

Soedradjad Djiwandono seorang Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia,

Profesor Ekonomi Internasional, RSIS, Nanyang Tecnological University,

Singapore melalui opini harian Kompas edisi 8 Januari 2018 kepada pembaca.

Kemunculan data (15F) memiliki kaitan dengan program wajib e-toll untuk

pengguna jalan tol. Penulis (J. Soedradjad Djiwandono) mengungkapkan bahwa

program wajib e-toll untuk pengguna jalan tol, program penggunaan program

penggunaan bila dihitung dari bulan Januari 2018 maka program tersebut sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

berjalan tiga bulan, karena mulai program ini sejak Oktober lalu. Jadi, jenis

Oktober lalu data (15F) berfungsi merujuk Oktober 2018.

Data (16F):

Bedanya, lima tahun lalu segenap politikus bersaing klaim atas jasa
menetapkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
hendak mengguyur semiliar rupiah tiap desa.
(Kompas, 8 Januari 2018)

Data (16F) memiliki jenis referensi berupa lima tahun lalu merupakan

referensi waktu yang merujuk pada tahun dengan rujukan tidak diungkapkan

langsung oleh penulis/penutur. Data (16F) jika dikaitkan dengan teori referensi,

jenis lima tahun lalu terdapat kata lalu yang menunjukkan waktu yang sudah

terjadi, maka lima tahun lalu berfungsi merujuk pada tahun/lima tahun sebelum

data (16F) dituturkan/diterbitkan yaitu tahun 2013. Fungsi referensi data (16F)

dapat diketahui karena ditulis/disampaikan oleh Ivanovich Agusta seorang

Sosiolog Pedesaan melalui opini harian Kompas edisi 8 Januari 2018 kepada

pembaca. Kemunculan data (16F) memiliki kaitan dengan adanya tanda-tanda

sejak akhir tahun 2017 sudah digalang afiliasi partai melalui rapat massa kepala

desa, hingga pengurus badan usaha milik desa (BUMDes). Penulis (Ivanovich

Agusta) mengungkapkan bahwa adanya tanda-tanda sejak akhir tahun 2017 sudah

digalang afiliasi partai melalui rapat massa kepala desa, hingga pengurus badan

usaha milik desa (BUMDes). Sebelumnya, lima tahun lalu (2013) segenap

politikus bersaing klaim atas jasa menetapkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa dan hendak mengguyur semiliar rupiah tiap desa. Jadi, jenis

lima tahun lalu data (16F) berfungsi merujuk pada tahun 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Data (17F):

Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan sibuk di tahun ini sampai tahun
depan.
(Kompas, 10 Januari 2018)

Data (17F) memiliki jenis referensi berupa tahun depan merupakan

referensi waktu yang merujuk pada tahun dengan rujukannya tidak diungkapkan

secara langsung/tertulis oleh penutur/penulis. Data (17F) jika dikaitkan dengan

teori referensi, jenis tahun depan terdapat kata depan atau ke depan yang

menunjukkan waktu yang akan datang atau setelah sebuah tuturan diucapkan pada

waktu tertentu, maka tahun depan berfungsi merujuk pada tahun setelah

dituturkan/diterbitkan data (17F) yaitu tahun 2019. Fungsi referensi data (17F)

dapat diketahui karena ditulis oleh/disampaikan oleh Boni Hargens seorang

Direktur Lembaga Pemilihan Indonesia melalui opini harian Kompas edisi 10

Janauri 2018 kepada pembaca. Kemunculan data (17F) memiliki kaitan dengan

adanya perhelatan besar, yaitu pemilihan serentak di 171 daerah yang mencakup

17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Penulis (Boni Hargens) mengungkapkan

bahwa adanya perhelatan besar, yaitu pemilihan serentak di 171 daerah yang

mencakup 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Peluang politisasi agama

masih mengancam. Apalagi, tahun 2018 adalah momen persiapan menuju

Pemilu/Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun depan (2019). Jadi, jenis tahun depan

data (17F) berfungsi merujuk pada tahun 2019.

Data (18F):

Ekspo Impor Internasional yang pertama akan digelar di Shanghai,


China, dari 5 hingga 8 November tahun ini.
(Kompas, 27 Januari 2018)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Data (18F) memiliki kata referensi berupa tahun ini merupakan referensi

waktu yang memiliki rujukan pada tahun dengan rujukan tidak diungkapkan

secara langsung oleh penutur/penulis. Data (18F) jika dikaitkan dengan teori

referensi, jenis tahun ini terdapat kata ini dengan waktu yang ditunjuk berada pada

waktu/jangka waktu yang sama/ waktu sekarang yang sedang terjadi atau ditahun

yang sama dengan dituturkan atau dituliskan data (18F). Kata tahun ini data (18F)

berfungsi merujuk pada tahun 2018. Fungsi referensi data (18F) dapat diketahui

karena ditulis/disampaikan oleh Wang Liping seorang Minister Counsellor

Ekonomi dan Perdagangan Kedutaan China untuk Indonesia melalui opini harian

Kompas edisi 17 Januari 2018 kepada pembaca. Kemunculan data (18F) memiliki

kaitan dengan ekspo impor Internasonal akan diadakan di Shanghai, China yang

dimulai dari tanggal 5 hingga 8 November 2018. Penulis (Wang Liping)

mengungkapkan bahwa ekspo impor Internasonal ini akan diadakan di Shanghai,

China yang dimulai dari tanggal 5 sampai 8 November 2018. Dalam kegiatan

ekspo tersebut akan dilakukan pameran jasa dan barang, antara lain peralatan

pintas dan peralatan canggih, barang pakaian dan konsumsi, produk makanan dan

pertanian, desain kreatif dan lain-lain. Jadi jenis tahun ini data (18F) berfungsi

merujuk pada tahun 2018.

Data (19F):

Kedua, peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober yang kini mencapai 90


tahun.
(Kompas, 10 Januari 2018).

Data (19F) memiliki kata referensi berupa kini merupakan referensi waktu

yang memiliki rujukan pada tahun dengan rujukan tidak diungkapan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

langsung oleh penutur/penulis. Data (19F) jika dikaitkan dengan teori referensi,

jenis kini memiliki persamaan dengan kata ini yang jika dikaitkan dengan waktu,

memiliki fungsi rujukan pada waktu/jangka waktu yang sama/ waktu sekarang

yang sedang terjadi atau ditahun yang sama dengan dituturkan atau dituliskan data

(19F). Kata kini berfungsi merujuk pada tahun 2018 (tepatnya peringatan Sumpah

Pemuda 28 Oktober pada tahun 2018 mencapai usia 90 tahun). Fungsi referensi

data (19F) dapat diketahui karena ditulis/disampaikan oleh Asvi Warman Adam

seorang sejarawan LIPI melalui opini harian Kompas edisi 10 Januari 2018

kepada pembaca. Kemunculan data (19F) memiliki kaitan dengan peringatan

Sumpah Pemuda 28 Oktober pada tahun 2018 mencapai usia 90 tahun. Penulis

(Asvi Warman Adam) mengungkapkan bahwa bila dihitung dari tahun 2018 ke

belakang, maka peringatan Sumpah Pemuda 90 tahun tersebut adalah tahun 1928.

Jadi, jenis kini data (19F) berfungsi merujuk pada tahun 2018.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini dengan judul “Referensi Eksofora dan Endofora Pada Artikel

Opini dalam Harian Kompas Edisi Januari – Februari 2018” memiliki dua

rumusan masalah yaitu (1) apa sajakah jenis-jenis referensi eksofora dan endofora

pada artikel opini dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018 dan (2) apa

sajakah fungsi-fungsi referensi eksofora dan endofora pada artikel opini dalam

harian Kompas edisi Januari-Februari 2018. Dapat diketahui bahwa sumber data

penelitian ini berasal dari opini dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

dengan datanya diambil dari cuplikan kalimat yang mengandung ungkapan

referensi.

Menurut Kuncoro dalam Rahardi (2012: 29), bahwa artikel opini atau opini

adalah tulisan lepas yang dibuat seseorang – lazimnya bukan orang yang berada

dalam redaksi media yang bersangkutan – untuk mengupas masalah aktual

dan/atau masalah kontroversial tertentu. Jadi, pada kenyataannya opini yang

merupakan tulisan seseorang yang mengupas masalah aktual dan/atau masalah

kontroversial tertentu mengandung banyak referensi. Berdasarkan hal itu secara

sederhana dapat diketahui bahwa dua buah tuturan yang berbeda mengandung

jenis referensi yang sama, tetap memiliki rujukan yang berbeda karena jenis

referensi yang sama tetapi beda rujukannya disesuaikan/tergantung dengan

konteks dari masing-masing tuturan.

Sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian ini, yang sudah disebutkan di

atas, dalam menemukan jenis referensi, peneliti menggunakan teori acuan dari

teori referensi Bambang Kaswanti Purwo yang berjudul Deiksis dalam Bahasa

Indonesia. Fungsi referensi peneliti menjelaskan sendiri yang didasarkan pada

konteks tuturan masing-masing data yang ditemukan.

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan beberapa jenis referensi pada artikel

opini dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018. Secara keseluruhan

referensi yang ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 13 jenis referensi.

Rincian jenis referensi tersebut sebagai berikut. Referensi eksofora terbagi atas

referensi persona pertama tunggal 6 buah, persona pertama jamak inklusif 20

buah, persona pertama jamak eksklusif 1 buah, persona kedua tunggal 1 buah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

demonstratif 7 buah, referensi waktu rujukan hari 1 buah, referensi waktu rujukan

minggu 1 buah, referensi waktu rujukan bulan 3 buah, referensi waktu rujukan

tahun 12 buah. Referensi endofora terbagi atas referensi anafora dan katafora.

Referensi anafora terbagi atas referensi anafora persona 34 buah, dan referensi

anafora bukan persona 9 buah, referensi katafora terbagi atas referensi katafora

persona 7 buah, dan referensi katafora bukan persona 1 buah.

Tuturan-tuturan dalam artikel opini dominan menggunakan referensi endofora

anafora persona, disebabkan karena referensi endofora anafora persona

merupakan acuan atau rujukan berada di dalam teks atau tekstual. Referensi

endofora persona mudah ditemukan dan dimengerti karena acuannya berada

dalam teks. Seperti yang diketahui, referensi endofora anafora adalah rujukannya

berada di sebelah kiri atau antesedennya di sebutkan sebelumnya.

Dari penelitian ini ditemukan 5 fungsi yang muncul dari referensi

berdasarkan konteks tuturan yang terdapat pada artikel opini dalam harian

Kompas edisi Januari-Februari 2018. Lima fungsi yang ditemukan sebagai

berikut. Fungsi pengacuan anaforis, fungsi pengacuan kataforis, fungsi pengacuan

eksoforis, fungsi penunjukkan, dan fungsi penanda hubungan waktu. Fungsi yang

paling banyak ditemukan adalah fungsi pengacuan anaforis. Hal ini dapat dilihat

dari artikel opini dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018 bahwa

referensi anafora persona mudah ditemukan rujukan atau acuannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan memaparkan dua hal pokok yaitu; (1) simpulan dan (2)

saran. Simpulan berisis rangkuman secara keseluruhan isi dari penelitian ini.

Saran berisi hal-hal relevan yang perlu diperhatikan pada penelitian selanjutnya,

baik bagi peneliti jurusan Bahasa Sastra Indonesia maupun peneliti lainnya.

Berikut pemaparan dua hal pokok tersebut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasaan mengenai referensi eksofora

dna endofora dalam artikel opini pada harian Kompas edisi Januari-Februari 2018,

dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Jenis-jenis referensi yang terdapat dalam artikel opini pada harian Kompas

edisi Januari–Februari 2018 ditemukan dua jenis referensi, yaitu referensi

eksofora dan endofora. Dalam jenis-jenis referensi eksofora memiliki tiga

bentuk referensi yaitu referensi persona, referensi demonstratif/ruang dan

referensi waktu yang rujukannya berada di luar teks. Adapun jenis-jenis

referensi endofora memiliki dua bentuk yang ditemukan dalam artikel opini

pada harian Kompas edisi Januari–Februari 2018 yaitu referensi anafora dan

referensi katafora yang rujukannya berada didalam teks/tekstual.

2. Fungsi-fungsi yang ditemukan dari penelitian ini sebanyak 5 fungsi yang

muncul dari referensi berdasarkan konteks tuturan yang terdapat pada artikel

opini dalam harian Kompas edisi Januari-Februari 2018. Lima fungsi yang

93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

ditemukan sebagai berikut. Fungsi pengacuan anaforis, fungsi pengacuan

kataforis, fungsi pengacuan eksofora, fungsi penunjukkan, dan fungsi penanda

hubungan waktu. Fungsi yang paling banyak ditemukan adalah fungsi

pengacuan anaforis. Hal ini dapat dilihat dari artikel opini dalam harian

Kompas edisi Januari-Februari 2018 bahwa referensi anafora persona mudah

ditemukan rujukan atau acuannya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, peneliti memiliki beberapa saran

yang dapat disampaikan sebagai berikut.

1. Penelitian ini memberikan masukan kepada para wartawan atau jurnalis yang

sering melakukan kegiatan menulis, agar penyampaian informasi dalam

media massa khususnya artikel opini dalam harian Kompas lebih bervariasi

lagi dengan menggunakan dan memuat berbagai jenis-jenis dan fungsi-fungsi

referensi yang ada.

2. Bagi mahasiswa pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, dapat melakukan

penelitian yang sejenis, yakni penelitian dalam kajian linguistik dengan

berbagai aspeknya guna memperkaya penelitian pada bidang ilmu bahasa

sintaksis khususnya, dan linguistik pada umumnya agar tidak tertinggal atau

terlupakan seiring berjalannya waktu. Karena ilmu bahasa tidak seperti hal-

hal yang sering kita lihat pada saat ini, yakni trending pada masanya dan

hilang begitu saja lalu digantikan oleh trending terbaru.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

3. Bagi para pengajar dapat menjadikan contoh-contoh dalam penelitian ini

sebagai acuan dalam suatu pembelajaran mengenai referensi yang sesuai

dengan materi pembelajaran. Penelitian ini dapat dijadikan contoh untuk

menjelaskan kata rujukan yang mempunyai referensi berbeda-beda tergantung

konteks yang ada. Dengan begitu, para pengajar segaligus dapat menjelaskan

perujukan fungsi referensi sebagai salah satu indikator pembelajaran.

4. Hasil penelitian dan pembahasaan ini diharapkan dapat menjadi acuan

pembelajaran dan dikembangakan lebih lanjut mengenai referensi dan mampu

dikembangkan kembali untuk penelitian-penelitian selanjutnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa.


Yogjakarta: Pustaka Gondho Suli.

Chaer, Abdul. 2011. Tata bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2010. Wacana dan Pragmatik. Bandung: Refika


Aditama.

Effendy, Onong Uchjana. 2010. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Eriyanto. 2006. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:


LKiS Yogyakarta.

Irawati, Fiandatika. “Jenis, Fungsi, dan Peta Pengacuan Eksofora dalam Wacana
Opini Jawa Pos Edisi September-Oktober 2013”
(http://eprints.ums.ac.id/30545/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf)
(10/09/2017)

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional.

HP, Achmad & Alek Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Lubis, Hasan Hamid. 2015. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa


Bandung.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan


Tekniknya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Muljana, Slamet. 1969. Kaidah Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip


Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Prenada Media Grup.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka.

Rahardi, R. Kunjana. 2012. Menulis Artikel Opini dan Kolom di Media Massa.
Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia : Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam
Pemakaian. Jawa Timur: Bayumedia Publishing.

Riyanto, Sugeng. Bentuk Pengacuan dalam Wacana Media Massa Cetak.


(http://journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/view/1860/1307)
(10/09/2017).

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suhardi. 2013. Sintaksis. (Edisi Kedua). Yogyakarta: UNY Press

Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka
Cakra.

Tarigan, Henry Guntur. 2015. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Yule, George. 2015. Kajian Bahasa Edisi 5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yogyakarta,2 Oktober 2018

Yth. A. Danang Satria Nugraha, M.A.

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Dengan hormat,

Saya, Benedikta Maretcain Magur, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma sedang menyusun skripsi yang berjudul
Referensi Eksofora dan Endofora pada Artikel Opini Dalam Sutat Kabar Haria~ Kompas
Edisi Januari - Februari 2018.

Sehubungan dengan hal itu, saya mohon kesediaan Bapak untuk berkenan menjadi
triangulator skripsi saya.

Demikian surat ini saya buat, atas dan kesediaan kerjasama Bapak saya ucapkan
terima kasih.

Hormat saya,

Benedikta Maretcain Magur


Mengetahui,

Kaprocli,

Dr. . ",",",~..a Rahardi, M. Hum. Rishe Pumat a Dewi, S. Pd., M. Hum.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Triangulasi Data dan Hasil Penelitian


Skripsi dengan judul “Referensi Eksofora dan Endofora pada Artikel Opini dalam Harian Kompas
Edisi Januari – Februari 2018”
Oleh : Benedikta Maretcain Magur
Petunjuk Triangulasi:
1. Berilah tanda centang () pada kolom “Setuju” atau “Tidak Setuju” yang menggambarkan penilaian Anda.
2. Berilah catatan Anda terhadap data yang disajikan yang disajikan pada kolom komentar triangulator di bawah ini.
No. Kelompok Data Bentuk Referensi Makna Referensi Triangulator Komentar
referensi Eksofora Endofora Eksofora Endofora Ya Tidak
1. Referensi waktu 01/RW: Tak heran jika Tahun lalu Referensi 
(Leksem yang kasus-kasus hukum yang (Keterangan: waktu. Kejadian
termasuk terjadi selama tahun lalu kalimat tersebut tersebut terjadi
referensi waktu ada yang dijadikan rujukan atau tahun 2017.
yaitu hari ini, candaan (dalam bentuk acuannya tersirat).
Senin lalu, kali meme satir) di media
ini, sekarang, sosial oleh masyarakat,
pekan lalu, dua tidak terkecuali oleh
pekan lalu, anak-anak muda harapan
September masa depan bagi bangsa
mendatang, Mei ini.
2. lalu, bulan lalu, 02/RW: Bedanya, lima lima tahun lalu Referensi 
waktu itu, tahun lalu segenap (Keterangan: waktu. Terjadi
selama ini, saat politikus bersaing klaim kalimat tersebut pada tahun
itu, kini, saat atas jasa menetapkan rujukan atau 2013.
ini, tahun ini, Undang-Undang Nomor acuannya tersirat).
tahun depan, 6 Tahun 2014 tentang
tahun lalu, masa Desa dan hendak
itu, kala itu). mengguyur semiliar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

rupiah tiap desa.


3. 03/RW: Berdasarkan tahun lalu Referensi 
catatan ekonom UOB, (Keterangan: waktu. Tahun
Henrico Tanudjaya, dari kalimat tersebut 2017 penduduk
262 juta penduduk rujukan atau Indonesia
Indonesia tahun lalu, 51 acuannya tersirat). berjumlah 51
persen atau 132,7 juta persen atau
adalah pengguna internet 132,7 juta
dan sebanyak 106 juta adalah pengguna
merupakan pengguna internet dan
media sosial. sebanyak 106
juta merupakan
pengguna media
sosial.
4. 04/RW: Mulai akhir Oktober lalu Referensi 
Oktober lalu, pemerintah (Keterangan: waktu.
melancarkan program kalimat tersebut Pemerintah
wajib e-toll untuk rujukan atau melancarkan
penggunaan jalan tol acuannya tersirat). program wajib
yang menimbulkan e-toll di mulai
banyak pembahasan pro pada 3 bulan
dan kontra. lalu dihitung
dari bulan
Januari 2018.
5. 05/RW: Pada November November lalu Referensi 
lalu terjadi berbagai (Keterangan: waktu. Terjadi
peristiwa dalam kalimat tersebut dua bulan yang
perdagangan eceran. rujukan atau lalu dari bulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

acuannya tersirat). Januari 2018.


6. 06/RW: Komisi tahun ini sampai Referensi 
Pemilihan Umum (KPU) tahun depan. waktu. Komisi
akan sibuk di tahun ini (Keterangan: Pemilihan
sampai tahun depan. kalimat tersebut Umum (KPU)
rujukan atau akan sibuk di
acuannya tersirat). tahun 2018
sampai tahun
2019.
7. 07/RW: Harian Kompas Minggu lalu Referensi 
minggu lalu menulis (Keterangan: waktu. Berita
berita yang memberi kalimat tersebut tersebut dimuat
harapan, bahwa tahun ini rujukan atau pada hari
tingkat kemiskinan di acuannya tersirat). Kamis, 4 Januari
Indonesia akan dibawah 2018.
10 persen.
8. 08/RW: Di tahun ini, Di tahun ini Referensi 
ada delapan perwira TNI (Keterangan: waktu. Tahun
dan tujuh aparat Polri kalimat tersebut 2018.
yang mengikuti pilkada. rujukan atau
acuannya tersirat).
9. 09/RW: Dikatakan, sejak 30 tahun yang Referensi 
30 tahun yang lalu lalu. (Keterangan: waktu. Tahun
nomenklatur keilmuan kalimat tersebut 1988.
yang dikembangkan di rujukan atau
universitas tetap linier, acuannya tersirat).
tidak ada yang berubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

10. 10/RW: Gempa Kemarin Referensi 


kemarin hanya (Keterangan: waktu. Gempa
berkekuatan M 6,1, kalimat tersebut terjadi 23
sementara hasil kajian rujukan atau Januari 2018.
terbaru Pusat Studi acuannya tersirat).
Gempa Nasional
menunjukkan bahwa
zona subduksi selatan
Jawa Barat dan Banten
mampu memicu gempa
dengan kekuatan M 8,7.
11. 11/RW: Dinamika Setahun yang Referensi 
serentak setahun yang lalu (Keterangan: waktu. Tahun
lalu tenggelam lantaran kalimat tersebut 2017.
didominasi ingar-bingar rujukan atau
pemilihan gubernur acuannya tersirat).
Jakarta yang diwarnai isu
serta sentimen berbasis
SARA (suku, agama, ras,
dan antargolongan).
12. 12/RW: Ekspor Impor Tahun ini Referensi 
Internasional yang (keterangan: waktu. Tahun
pertama akan digelar di kalimat tersebut 2018.
Shanghai, China, dari 5 rujukannya atau
hingga 8 November acuannya tersirat).
tahun ini.
13. 13/RW: Tahun lalu 2,1 Tahun lalu. Referensi 
juta ton. (keterangan: waktu. Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

kalimat tersebut 2017.


rujukannya atau
acuannya tersirat).
14. 14/RW: Dalam satu Satu bulan ini Referensi 
bulan ini, KPK (keterangan: waktu. Februari
menangakap empat kalimat tersebut 2018.
kepala daerah (Kompas, rujukannya atau
15/2). acuannya tersirat).
15. 15/RW: Kedua, Kini (keterangan: Referensi 
peringatan Sumpah kalimat tersebut waktu. Tahun
Pemuda 28 Oktober yang rujukannya atau 2018.
kini mencapai 90 tahun. acuannya tersirat).
16. 16/RW: Dua peristiwa Tahun ini. Referensi 
yang akan terjadi di (keterangan: waktu. Tahun
tahun ini. kalimat tersebut 2018.
rujukannya atau
acuannya tersirat).
17. 17/RW: Harian Kompas Tahun ini. Referensi 
minggu lalu menulis (keterangan: waktu. Tahun
berita yang memberi kalimat tersebut 2018.
harapan, bahwa tahun rujukannya atau
ini tingkat kemiskinan di acuannya tersirat).
Indonesia akan dibawah
10 persen.
18. Referensi 01/RD: Belum genap Bait itu. Referensi 
demonstratif sewindu, bait itu (Keterangan: demonstratif
(Referensi dibumihanguskan kalimat tersebut Sebuah
demonstratif bersama kotanya oleh rujukan atau bangunan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

memiliki pasukan Titus (70 M). acuannya tersirat). dibakar oleh


rujukan pada pasukan Titus
lokasi/tempat (70 M).
19. yang letaknya 02/RD:Sementara di Negeri ini Referensi 
dekat dengan negeri ini, para peneliti (Keterangan: demonstratif
penutur/penulis sosial masih berjuang kalimat tersebut Negara
atau bisa pula menemukan pengertian rujukan atau Indonesia
dekat dengan apa itu “penelitian acuannya tersirat).
mitra berkualitas”.
20. tutur/pembaca, 03/RD: Oleh karena itu, Lembaga ini Referensi 
bisa juga dekat ke depan, perlu (Keterangan: demonstratif
dengan seorang dipertimbangkan agar kalimat tersebut Mahkamah
lain yang lembaga ini diperkuat. rujukan atau Konstitusi
dibicarakan acuannya tersirat).
21. dalam topik 04/RD: Republik ini Republik ini Referensi 
tuturan). masih berjalan pincang (Keterangan: demonstratif.
untuk masalah ini. kalimat tersebut Republik
rujukan atau Indonesia
acuannya tersirat).
22. 05/RD:Berdasarkan Negeri ini Referensi 
pengalaman tersebut, (Keterangan: demonstratif.
pemerintah berusaha kalimat tersebut Negara
melakukan berbagai rujukan atau Indonesia.
upaya untuk acuannya tersirat).
membebaskan negeri ini
dari wabah PMK tersebut
dengan melakukan
berbagai langkah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

23. 06/RD: Padahal, warga Republik ini Referensi 


tinggal di desanya jauh (Keterangan: demonstratif.
sebelum republik ini kalimat tersebut Padahal, warga
berdiri. rujukan atau tinggal di
acuannya tersirat). desanya jauh
sebelum
republik
Indonesia
berdiri.
24. 07/RD:Bangsa ini Bangsa ini Referensi 
bukanlah bagian dari (Keterangan: demonstratif.
kebudayaan yang kalimat tersebut Bangsa
melahirkan Prambanan, rujukan atau Indonesia
tari kecak, tari saman, acuannya tersirat).
wayang kulit, atau
pencak silat.
25. Referensi 01/RPPT: Dalam Saya (Keterangan: Referensi 
persona pertama bayangan saya, dalam kalimat tersebut persona
tunggal (tunggal menjalankan tugas, rujukan atau pertama
yaitu aku, daku, Dewan Etik seharusnya acuannya tersurat). tunggal. Penulis
ku-, -ku, saya). dibantu staf administrasi artikel opini ini.
setingkat eselon 2.
26. 02/RPPT: Saya Saya (Keterangan: Referensi 
memaknai NU dalam kalimat tersebut persona
beberapa banyak aspek. rujukan atau pertama
acuannya tersurat). tunggal. Penulis
artikel opini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

27. 03/RPPT: Saya tidak Saya (keterangan: Referensi 


tahu persis apakah kalimat tersebut persona
mereka memahami rujukannya atau pertama
bahwa ISDS sudah diatur acuannya tersurat). tunggal. Penulis
dalam UU No 25 Tahun tidak tahun
2007 tentang Penanaman persis apakah
Modal? Tepatnya Pasal mereka
32 Ayat 4. memahami
bahwa ISDS
sudah diatur
dalam UU No
25 Tahun 2007
tentang
Penanaman
Modal?
Tepatnya Pasal
32 Ayat 4.
28. 04/RPPT: Saya melihat Saya (Keterangan: Referensi 
terjadi penguatan poros kalimat tersebut persona
koalisi yang dipimpin rujukannya atau pertama
oleh PDI-P dan Gerindra acuannya tersurat). tunggal. Penulis
di 24 provinsi yang melihat terjadi
sudah dan sedang penguatan poros
melaksanakan pilkada. koalisi yang
dipimpin oleh
PDI-P dan
Gerindra di 24
provinsi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

sudah dan
sedang
melaksanakan
pilkada.
29. 05/RPPT: Bulan Saya – Jeffry Referensi 
Oktober 2017, ketika Frieden anafora. Penulis
saya berbicara untuk (keterangan: dan Jeffry
sebbuah konferensi di kalimat tersebut Frieden
Harvard University, saya bersifat anaforis) membahas
sempat berdiskusi mengapa tren
panjang dengan Jeffry anti globalisasi
Frieden, guru besar dan politik
ekonomi politik di identitas
Harvard.a meningkat dan
berkembang di
banyak negara,
termasuk
Amerika Serikat
(AS), Eropa,
Australia,
Indonesia dan
negara lain.
30. 06/RPPT: Karena itu, Saya (keterangan: Referensi 
saya lebih sepakat kalimat tersebut anafora. Penulis
dengan Kementerian bersifat anaforis)
Dalam Negeri
(Kemendagri) yang
menginginkan target
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

partisipasi di atas 78
persen.
31. Referensi 01/RPPJI: Lalu, apa saja Kita (Keterangan: Referensi 
persona pertama tantangan bangsa kita di kalimat tersebut persona
jamak (jamak tahun politik? rujukan atau pertama jamak
dalam bentuk acuannya tersirat). inklusif. Bangsa
inklusif yaitu Indonesia/
kita). penulis dan
pembaca
32. 02/RPPJI: Sebelum itu, Kita (Keterangan: Referensi 
juga sudah banyak kita kalimat tersebut persona
lihat dan bahas tentang rujukan atau pertama jamak
semakin maraknya acuannya tersirat). inklusif.
transaksi daring, salah Pengguna
satu perkembangan dari daring/ penulis
penggunaan teknologi dan pembaca
digital dalam
perdagangan, pembelian
melalui elektronik atau
online.
33. 03/RPPJI: Jelaslah, sel Kita (Keterangan: Referensi 
otak kita beroperasi kalimat tersebut persona
dengan membentuk rujukan atau pertama jamak
kaitan yang sangat acuannya tersirat). inklusif.
kompleks dengan Manusia/
puluhan ribu “tetangga” penulis dan
dan “teman” –nya. pembaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

34. 04/RPPJI: Kita akan Kita (Keterangan: Referensi 


terus memantau kiprah kalimat tersebut persona
mereka dalam masa rujukan atau pertama jamak
kampanye yang akan acuannya tersirat). inklusif. Rakyat
segera dimulai. Indonesia atau
calon pemilih
pada pasangan
calon pilkada
2018/ penulis
dan pembaca
35. 05/RPPJI: Inilah yang Kita (Keterangan: Referensi 
sedang kita hadapi saat kalimat tersebut persona
ini. rujukan atau pertama jamak
acuannya tersirat). inklusif.
Pengguna
internet/ penulis
dan pembaca
36. 06/RPPJI: Politik Kita (Keterangan: Referensi 
kekuasaan inilah yang kalimat tersebut persona
selama ini mewarnai rujukan atau pertama jamak
manajemen acuannya tersirat). inklusif.
pemerintahan kita. Pemerintah
Indonesia/
penulis dan
pembaca
37. 07/RPPJI: Itulah yang Kita (Keterangan: Referensi 
patut dicamkan semua kalimat tersebut persona
dosen PTN/PTS kita. rujukan atau pertama jamak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

acuannya tersirat). inklusif. Semua


dosen PTN/PTS
di Indonesia/
penulis dan
pembaca
38. 08/RPPJI: Marilah kita Kita (Keterangan: Referensi 
sedikit berimajinasi, kalimat tersebut persona
membayangkan hal yang rujukan atau pertama jamak
sesungguhnya faktual acuannya tersirat). inklusif. Para
ini: pada awal abad ke- penulis dan
18, seseorang harus pembaca
mengarungi laut 70 hari
untuk pergi dari London
ke New York.
39. 09/RPPJI: Parlemen Kita (keterangan: Referensi 
kita mengatur soal kalimat tersebut persona
subpoena yang dapat rujukannya atau pertama jamak
berujung penyanderaan acuannya tersirat). inklusif.
itu dalam Undang- Parlemen negara
Undang MPR, DPR, Indonesia/
DPD, dan DPRD (MD3). penulis.
40. 10/RPPJI: Beberapa Referensi 
waktu lalu kita juga persona
disuguhi berita ada pertama jamak
anggota DPR yang inklusif.
meminta untuk dipanggil Pembaca artikel
sebagai “Yang opini dan
Terhormat” ketika penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

sedang melakukan rapat


dengan salah saut mitra
kerjanya.
41. 11/RPPJI: Marilah kita Kita (keterangan: Referensi 
sedikit berimajinasi, kalimat tersebut persona
membayangkan hal yang rujukannya atau pertama jamak
sesungguhnya faktual acuannya tersirat). inklusif. Para
ini: pada awal abad ke- pembaca dan
18, seseorang harus penulis.
mengarungi laut 70 hari
untuk pergi dari London
ke New York.
42. 12/RPPJI: Untuk segala Kita (keterangan: Referensi 
sesuatu yang dicintai, kalimat tersebut persona
mustahil kita merusak rujukannya atau pertama jamak
dan menjelek- acuannya tersirat). inklusif.
jelekkannya kendati Pembaca dan
segala kekurangannya. penulis
43. 13/RPPJI: Zaman Susilo Kita (keterangan: Referensi 
Bambang Yudhoyono, kalimat tersebut persona
kita tak mengikuti rujukannya atau pertama jamak
arahan. acuannya tersirat). inklusif. Para
pembaca dan
penulis.
44. 14/RPPJI: Jangan Kita (Keterangan: Referensi 
pernah bandingkan ilmu kalimat tersebut persona
sosial di negara kita rujukannya atau pertama jamak
dengan negara tetangga acuannya tersirat). inklusif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

karena kita tidak akan Para pembaca


bisa menyamai capaian dan penulis.
mereka di ilmu sosial.
45. 15/RPPJI: Gagasan- Kita (Keterangan: Referensi 
gagasan penting pedagog kalimat tersebut persona
kritis itu telah kembali ke rujukannya atau pertama jamak
rumah pendidikan kita. acuannya tersirat). inklusif. Para
pembaca dan
penulis.
46. 16/RPPJI: Dalam Kita (Keterangan: Referensi 
konteks itu, kita layak kalimat tersebut persona
mengapresiasi inisiatif rujukannya atau pertama jamak
Kepolisian Negara RI acuannya tersirat). inklusif.
untuk membentuk Satgas Para pembaca
Anti-SARA. dan penulis.
47. 17/RPPJI: Kita bisa Kita (Keterangan: Referensi 
menerjemahkan tiap kalimat tersebut persona
pemahaman pertemanan rujukannya atau pertama jamak
ini dalam rasa bahasa acuannya tersirat). inklusif. Para
Indonesia dengan pembaca dan
kenalan, kawan, dan penulis.
sahabat.
48. 18/RPPJI: Pada Kita (Keterangan: Referensi 
perhelatan Asian Games kalimat tersebut persona
IV tahun 1962, Indonesia rujukannya atau pertama jamak
juga menolak acuannya tersirat). inklusif. Para
memberikan visa kepada pembaca dan
kontingen Israel karena penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

politik luar negeri kita


menolak mengakui
Israel.
49. 19/RPPJI: Di sini, kita Kita (Keterangan: Referensi 
menemukan pentingnya kalimat tersebut persona
satuan kelompok rujukannya atau pertama jamak
bersama di masyarakat acuannya tersirat). inklusif. para
Jepang berdasar ba atau pembaca dan
bingkai. penulis.
50. 20/RPPJI: Gagasan- Kita (Keterangan: Referensi 
gagasan penting pedagog kalimat tersebut persona
kritis itu telah kembali ke rujukannya atau pertama jamak
rumah pendidikan kita. acuannya tersirat). inklusif.
Pembaca dan
penulis.
51. Referensi 01/RPPJE: Kami Kami Referensi 
persona pertama membahas mengapa tren (Keterangan: persona
jamak (jamak anti globalisasi dan kalimat tersebut pertama jamak
bentuk ekslusif politik identitas rujukannya atau ekslusif. Penulis
yaitu kami). meningkat dan acuannya tersirat). dan pengamat.
berkembang di banyak
negara, termasuk
Amerika Serikat (AS),
Eropa, Australia,
Indonesia dan negara
lain.
52. Referensi 01/RPKT: Jika Anda Anda Referensi 
persona kedua sedang kehausan di halte (Keterangan: persona kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

tunggal bus transjakarta dan kalimat tersebut tunggal.


(referensi kebetulan ada mesin rujukan atau Penumpang bus
persona dua minuman, Anda acuannya tersirat). transjakarta.
tunggal yaitu memasukkan koin ke
engkau, -kau, dalam mesin itu.
dikau, kamu, -
mu, Anda).

53. Referensi 01/RA: Bung Karno Bung Karno – ia Referensi 


anafora merasa tidak cukup (keterangan: anafora. Pada
(Referensi mendirikan kelompok kalimat tersebut 4 Juli 1927
anafora adalah studi. Pada 4 Juli 1927, bersifat anaforis). Bung Karno
hubungan antara ia mendirikan Partai mendirikan
bagian yang Nasional Indonesia. Partai Nasional
satu dengan Indonesia.
54. bagian lainnya 02/RA: Di China, pada Mahasiswa – Referensi 
dalam teks. tanggal 11 ada Singles mereka anafora.
Hubungan ini Day Sales, yang konon (keterangan: Mahasiswa
menunjukkan berasal dari pesta pora kalimat tersebut yang tidak
pada sesuatu mahasiswa yang tidak bersifat anaforis) memiliki pacar
atau anteseden punya pacar di di Universitas
yang telah Universitas Nanjing, Nanjing
disebutkan yang mengompensasikan mengadakan
sebelumnya). status mereka dengan pesta pora.
bersenang-senang
bersama.
55. 03/RA: Hal ini Jeff Bezos – Referensi 
menyebabkan harga CEO-nya anafora. Jeff
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

saham Amazon naik (keterangan: Bezor adalah


tajam dan membuat Jeff kalimat tersebut CEO yang
Bezos, CEO-nya, bersifat anaforis) menjadi orang
menjadi orang terkaya di terkaya di
dunia dengan nilai dunia.
kekayaan mendekati 100
miliar dollar AS di atas
Bill Gates, Warren
Buffets, ataupun Mark
Zuckerberg.
56. 04/RA: Syahdan, ada Seorang pemuda Referensi 
seorang pemuda miskin miskin - ia anafora.
yang sangat ingin punya (keterangan: Seorang
sepeda. Karena kalimat tersebut pemuda miskin
profesinya “hanya” bersifat anaforis) yang sangat
seorang pengarang, ia ingin punya
harus mencari akal untuk sepeda, harus
mencapai cita-citanya. mencari akal
untuk
mencapai cita-
citanya.
57. 05/RA: Siswa merasa Siswa – Referensi 
nyaman di sekolah mereka(keterang anafora.
karena selalu disajikan an: kalimat Siswa
permainan yang tersebut bersifat akan selalu
mendidik dan mengajar anaforis) kangen pada
melalui permainan. sekolah karena
Mereka akan selalu di sana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

kangen pada sekolah sungguh


karena di sana sungguh menjadi taman
menjadi taman bagi bagi siswa
siswa untuk bermain. untuk bermain.
58. 06/RA: Dalam suatu Seorang profesor Referensi 
kesempatan, saya – beliau anafora.
bertemu dan berbincang- (keterangan: Seorang
bincang dengan seorang kalimat tersebut profesor
profesor dari Universitas bersifat anaforis) mengamati
Hassanudin. Ketika bahwa tak
kuliah pada prodi food semua profesor
Science di Amerika yang berkarrier
Serikat, beliau di situ berasal
mengamati bahwa tak dari bidang
semua profesor yang ilmu yang
berkarrier di situ berasal sebidang.
dari bidang ilmu yang
sebidang.
59. 07/RA: Saya tak bisa Para profesor – Referensi 
membayanglan apa mereka anafora. Pasti
jadinya kalau para (keterangan: para profesor
profesor tersebut kalimat tersebut tidak akan
berkarier di Indonesia. bersifat anaforis) nyaman
Pasti mereka tidak akan berkarier di
nyaman berkarier di prodi yang tak
prodi yang tak sesuai sesuai dengan
dengan kepakaran kepakaran
mereka. mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

60. 08/RA: Penegasan Anggota TNI Referensi 


tentang larangan dalam dan anggota anafora.
UU Polri dan UU TNI Polri – mereka Penegasan
sesungguhnya (keterangan: tentang
mensyaratkan kepada kalimat tersebut larangan dalam
para anggota TNI dan bersifat anaforis) UU Polri dan
anggota Polri untuk UU TNI
melakukan langkah sesungguhnya
politik, seperti kampanye, mensyaratkan
sebelum mereka kepada para
mengundurkan diri. anggota TNI
dan anggota
Polri untuk
melakukan
langkah
politik, seperti
kampanye,
sebelum
mengundurkan
diri.
61. 09/RA:Sebagai seorang Seorang dosen Referensi 
dosen profesional, ia profesional – ia anafora.
mendapat beban (keterangan: Seorang dosen
mengajar yang cukup kalimat tersebut profesional
tinggi. bersifat anaforis) mendapat
beban
mengajar yang
cukup tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

62. 10/RA:Itikad tidak baik Setya Novanto Referensi 


itu dapat terlihat ketika (SN) – ia anafora. Setya
Setya Novanto (SN) (keterangan: Novanto (SN)
berkali-kali mangkir dari kalimat tersebut berkali-kali
panggilan pemeriksaan, bersifat anaforis) mangkir dari
melarikan diri hingga panggilan
masuk daftar pencarian pemeriksaan,
orang, dan diduga melarikan diri
merekayasa kecelakaan hingga masuk
yang menimpanya pada daftar
16 November 2017. Ia pencarian
juga berkali-kali orang, dan
menyatakan dirinya tak diduga
bersalah dan menolak merekayasa
untuk bersikap kecelakaan
kooperatif dalam proses yang
hukum. menimpanya
pada 16
November
2017. SN juga
berkali-kali
menyatakan
dirinya tak
bersalah dan
menolak untuk
bersikap
kooperatif
dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

hukum.
63. 11/RA: Itikad tidak baik Setya Novanto Referensi
itu dapat terlihat ketika (SN) – nya anafora. Setya
Setya Novanto (SN) (keterangan: Novanto (SN)
berkali-kali mangkir dari kalimat tersebut berkali-kali
panggilan pemeriksaan, bersifat anaforis) mangkir dari
melarikan diri hingga panggilan
masuk daftar pencarian pemeriksaan,
orang, dan diduga melarikan diri
merekayasa kecelakaan hingga masuk
yang menimpanya pada daftar
16 November 2017. pencarian
orang, dan
diduga
merekayasa
kecelakaan
yang
menimpanya
pada 16
November
2017. SN juga
berkali-kali
menyatakan
dirinya tak
bersalah dan
menolak untuk
bersikap
kooperatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

dalam proses
hukum.
64. 12/RA: Sebagai PKP, PTN-BH – Referensi 
PTN-BH bisa mitranya anafora.
mengeluarkan faktur (keterangan: Sebagai PKP,
pajak untuk mitranya. kalimat tersebut PTN-BH bisa
bersifat anaforis) mengeluarkan
faktur pajak
untuk mitra
PTN-BH.
65. 13/RA: Elon Musk, Elon musk – dia Referensi 
seorang miliarder (keterangan: anafora. Elon
sekaligus pemilik kalimat tersebut Musk
teknologi tinggi bersifat anaforis) berargumen,
terkemuka Tesla, otak dengan
menggaungkan komputer
kebutuhan integritas harus
manusia dengan mesin. dipersatukan
Dia berargumen, otak secara intensif;
dengan komputer harus jika tidak,
dipersatukan secara berbagai
intensif; jika tidak, penemuan
berbagai penemuan menjadi tak
menjadi tak ada ada
relevansinya. relevansinya.
66. 14/RA: Andai kata Mahasiswa – dia Referensi 
mahasiswa gagal (keterangan: anafora.
menjadi guru, maka dia kalimat tersebut Andai kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

bisa berkarier dalam bersifat anaforis). gagal menjadi


bidang matematika, guru, maka
seperti halnya lulusan S- mahasiswa
1 metematika pada bisa berkarier
umumnya. dalam bidang
matematika,
seperti halnya
lulusan S-1
matematika
pada
umumnya.
67. 15/RA: Persson dan Persson dan Referensi 
kawan-kawan (2003) kawan-kawan - anafora.
berpendapat senada. Mereka Menurut
Menurut mereka, politisi (keterangan: Persson dan
terpilih memiliki kalimat tersebut kawan-kawan,
kesempatan untuk bersifat anaforis) politisi terpilih
menyalahgunakan memiliki
kekuasaannya berkaitan kesempatan
dengan pengeluaran untuk
untuk pemilih. menyalahguna
kan
kekuasaannya
berkaitan
dengan
pengeluaran
untuk pemilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

68. 16/RA: Manajemen Golkar dan Referensi 


hubungan Golkar dan pemerintah – anafora.
pemerintah dalam hal mereka Manajemen
ini Jokowi, tentu sangat hubungan
penting dalam penentuan Golkar dan
masa depan politik pemerintah
mereka sebagai suatu dalam hal ini
simbiosis mutualisme. Jokowi, tentu
sangat penting
dalam
penentuan
masa depan
politik sebagai
suatu simbiosis
mutualisme.
69. 17/RA: Data Ketua rukun Referensi 
pengangguran tetangga dan anafora.
dikumpulkan dulu oleh ketua rukun Ketua rukun
ketua rukun tetangga warga – Mereka tetangga dan
dan ketua rukun (Keterangan: ketua rukun
warga. Mereka mendata kalimat tersebut warga mendata
warga yang tidak bekerja bersifat anaforis) warga yang
sebulan terakhir. tidak bekerja
sebulan
terakhir.
70. 18/RA: Dalam Negara Asia Referensi 
pandangan Mahbunani, (Jepang, China, anafora.
keberhasilan banyak Korea Selatan, Karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

negara Asia (Jepang, India, Malaysia, pelaksanaan


China, Korea Selatan, Thailand, mekanisme
India, Malaysia, Singapura) – pasar
Thailand, Singapura) mereka. diperekonomia
adalah karena (Keterangan: n Jepang,
pelaksanaan mekanisme kalimat tersebut China, Korea
pasar diperekonomian bersifat anaforis). Selatan, India,
mereka berlangsung Malaysia,
tanpa meninggalkan Thailand,
nilai-nilai agama, nilai Singapura
tradisional, dan dengan berlangsung
peran negara dan tanpa
demokrasi politik unik meninggalkan
dan bervariasi. nilai-nilai
agama, nilai
tradisional, dan
dengan peran
negara dan
demokrasi
politik unik
dan bervariasi.
71. 19/RA: Pola perekrutan Tenaga kerja – Referensi 
tenaga kerja di Amerika mereka anafora. Pola
Serikat menunjukkan (keterangan: perekrutan
bahwa sejak tahun 1980 kalimat tersebut tenaga kerja di
yang dibutuhkan adalah bersifat anaforis). Amerika
mereka dengan Serikat
kecakapan sosial yang menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

tinggi meskipun bahwa sejak


keterampilan tahun 1980
matematikanya rendah. yang
dibutuhkan
adalah para
tenaga kerja
dengan
kecakapan
sosial yang
tinggi
meskipun
keterampilan
matematikanya
rendah.
72. 20/RA: Mengenai Paus Fransiskus Referensi 
pengungsi, Paus – dia anafora.
Fransiskus secara tegas (Keterangan: Menurut Paus
menyatakan sebagai kalimat tersebut Fransiskus,
sebagai masalah bersifat anaforis). pengungsi
kemanusiaan. Menurut jangan dilihat
dia, pengungsi jangan semata dari
dilihat semata dari status status legal
hukum legal atau ilegal, atau ilegal,
tetapi mereka harus tetapi mereka
dilihat sebagai sosok harus melihat
manusian yang memiliki sebagai sosok
martabat yang wajib manusia yang
dilindungi. memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

martabat yang
wajib
dilindungi.
73. 21/RA: Dalam konteks Google, Referensi 
ini, studi ekonomi-politik Facebook, Anafora.
media belakangan kian Amazon, dan Google,
memperhitungkan Microsoft – Facebook,
keberadaan raksasa Merekalah Amazon, dan
digital seperti Google, (keterangan: Microsoft
Facebook, Amazon, kalimat tersebut merupakan
dan Microsoft. bersifat anaforis). kekuatan
Merekalah kekuatan utama dalam
utama dalam kontestasi kontestasi
media global. media global.
74. 22/RA: Pidato tersebut Joseph Kennedy Referensi 
segera dilawan beberapa III – Ia. anafora.
menit kemudian oleh (keterangan: Joseph
anggota Kongres, Joseph kalimat tersebut Kennedy III
Kennedy III. Ia dengan bersifat anaforis). dalam
teguh meyakinkan publik pidatonya
bahwa keharuman nama dengan teguh
Amerika dalam sejarah menyakinkan
selama ini dibangun juga publik bahwa
lewat keragaman keharuman
berbagai elemen bangsa nama Amerika
yang membentuknya, dalam sejarah
yang hanya bisa selama ini
dibangun lewat sikap dibangun juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

bertoleransi dan lewat


demokratis, termasuk keragaman
terhadap para pendatang berbagai
baru. elemen bangsa
yang
membentuknya
, yang hanya
bisa dibangun
lewat sikap
bertoleransi
dan
demokratis,
termasuk
terhadap para
pendatang
baru.
75. 23/RA: Oleh karena itu, Sapi - nya Referensi 
ke depan, program (keterangan: anafora.
pembentukan breed kalimat tersebut Daging sapi
sintetik sapi Indonesia bersifat anaforis). dapat
dijadikan prioritas agar menunjang
dalam jangka panjang kebutuhan
Indonesia memiliki daging
breed sapi yang dapat nasional.
diandalkan produksi
dagingnya dan dapat
menunjang kebutuhan
daging nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

76. 24/RA: Awal mulanya, Putra bungsu Referensi 


menurut cerita putra Presiden – ia. anafora.
bungsu Presiden, ia (Keterangan: Putra bungsu
diminta mencarikan kalimat tersebur Presiden
tempat pangkas rambut bersifat anaforis). diminta
oleh sang ayah. mencarikan
tempat
pangkas
rambut oleh
ayahnya.
77. 25/RA: Namun, sebelum Joko Widodo – Referensi 
terpilih sebagai presiden, keinginannya anafora. Joko
Joko Widodo pernah (keterangan: Widodo
mengemukakan kalimat tersebut pernah
keinginannya agar para bersiafat mengemuka-
menteri membantunya di anaforis). kan agar para
kabinet tidak merangkap menteri
jabatan struktural di membantu di
partai politik. kabinet tidak
merangkap
jabatan
struktural di
partai politik.

78. 26/RA: Kinerja Anies Baswedan Referensi 


Kemdikbud sebenarnya – ia. (Keterangan: anafora. Anies
mulai mengalami proses kalimat tersebut Baswedan
transisi menjadi lebih bersifat anaforis). menggemakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

bauk sejak dua kata kunci


kepemimpinan Anies penting, yaitu
Baswedan. Ia ekosistem
menggemakan dua kata pendidikan dan
kunci penting, yaitu pelibatan
ekosistem pendidikan publik.
dan pelibatan publik.
79. 27/RA: Alih-alih Guru – Ia Referensi 
memberi ruang bagi (Keterangan: anafora. Guru
guru untuk menjadi kalimat tersebut sibuk
pamong bagi peserta bersifat anaforis). mengajarkan
didik, seperti ideal pengetahuan
pemikiran Ki Hajar, yang kering
guru menjadi semacam dan tidak
robot. Ia sibuk menarik.
mengajarkan
pengetahuan yang kering
dan tidak menarik.
80. 28/RA: Kedua, menurut Kissinger – Ia Referensi 
Kissinger, adalah (Keterangan: anafora.
teknologi informasi (TI). kalimat tersebut Kissinger
Ia melihat bagaimana bersifat anaforis). melihat
pilpres di AS yang bagaimana
mengoptimalkan TI sejak pilpres di AS
kampanye Obama yang
pertama kali mengubah mengoptimal-
cara-cara dan kan TI sejak
keterlibatan tatap mata kampanye
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

menjadi kontes Obama pertam


antarpakar internet di kali mengubah
dunia maya. cara-cara dan
keterlibatan
tatap mata
menjadi kontes
antarpakar
internet di
dunia maya.
81. 29/RA: Ketiga, TNI dan TNI dan Polri - Referensi 
Polri sebagai alat negara. Mereka. anafora. Hak
Posisi ini membuat (keterangan: politik TNI
pergerakannya kalimat tersebut dan Polri
disesuaikan dengan bersifat anaforis). ditiadakan.
keputusan politik negara. TNI dan Polri
Dengan posisi untuk sebagai alat
menjaga pertahanan dan negara. Posisi
keamanan, hak politik ini membuat
mereka ditiadakan. pergerakannya
disesuaikan
dengan
keputusan
politik negara.
Dengan posisi
untuk menjaga
pertahanan dan
keamanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

82. 30/RA: Warga NU Warga NU – Referensi 


adalah mereka yang mereka anafora
mengikuti paham (keterangan: Warga NU
keagamaan NU atau kalimat tersebut yang
merupakan keturunan bersifat anaforis). mengikuti
dari anggota NU. paham
keagamaan
NU atau
merupakan
keturunan daru
anggota NU.
83. 31/RA: Ketika filsuf Aristoteles – ia. Referensi 
Yunani, Aristoteles (keterangan: anafora.
(384-322 SM) mengulas kalimat tersebut Aristoteles
filsafat yang berkenaan bersifat anaforis). menulis satu
dengan urusan praktis pokok bahasa
hidup masnusia, ia yang terdiri
menulis satu pokok dari dua
bahasan yang terdiri dari bagian: etika
dua bagian: etika dan dan politik.
politik.

84. 32/RA: Karena sejumlah Partai di luar Referensi 


partai di luar PDI-P PDI-P – mereka. anafora.
sudah menunjukkan (keterangan: Partai di luar
kepada publik, resmi kalimat tersebut PDI-P akan
atau tidak resmi, bahwa bersifat anaforis). mencalonkan
mereka akan Jokowi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

mencalonkan Jokowi kembali


kembali sebagai presiden menjadi
dalam Pemilu 2019, presiden dalam
fenomena diffused Pemilu 2019.
coattail effect sudah
mulai relevan.

85. 33/RA: Bambang Bambang Referensi 


Soesatyo, sebagaimana Soesatyo – ia anafora.
dikutip media, menjamin (Keterangan: Bambang
rekomendasi pansus Kalimat tersebut Soesatyo,
angket tidak akan bersifat anaforis). sebagaimana
melemahkan KPK. dikutip media,
Bahkan, ia juga menjamin
menjamin aman UU rekomendasi
KPK yang gencar akan pansus angket
direvisi. tidak akan
melemahkan
dan
juga menjamin
aman UU KPK
yang gencar
akan direvisi.
86. 34/RA: Kedua, dari sisi Para manajer – Referensi 
perusahaan, para mereka anafora. Para
manajer bisa (Keterangan: manajer bisa
mengamatinya. Hal ini Kalimat tersebut mengamatinya.
membuat mereka lebih bersifat anaforis). Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

mudah mempekerjakan membuat para


secara permanen setelah manajer lebih
pelatihan mereka mudah
selesai. mempekerja-
kan secara
permanen
setelah
pelatihan
selesai.
87. 35/RA: Presiden Presiden Referensi 
Soekarno sangat peduli Soekarno – ia anafora.
dengan kejuaraan (Keterangan: Presiden
olahraga tingkat Asia. Ia Kalimat tersebut Soekarno
mempersiapkan Stadion bersifat anaforis). mempersiapka
Utama Senayan dengan n Stadion
pinjaman dana, yang Utama
kemuadian dibayar lunas, Senayan
kepada Uni Soviet. dengan
pinjaman dana,
yang kemudia
dibayar lunas,
kepada Uni
Soviet.
88. 36/RA: Presiden Presiden Jokowi Referensi 
Jokowi melanjutkan – ia (Keterangan: anafora.
sikap tegas Soekarno Kalimat tersebut Presiden
terhadap penjajahan bersifat anaforis). Jokowi
Israel di Tanah Palestina. menjadikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

Ia menjadikan kemerdekaan
kemerdekaan Palestina Palestina
sebagai prioritas. sebagai
prioritas.
89. 37/RA: Mustahil Belanda – Referensi 
memaksa Belanda mereka anafora.
mengakui kemerdekaan (Keterangan: Mustahil
Indonesia sejak 17 Kalimat tersebut memaksa
Agustus 1945 karena itu bersifat anaforis). Belanda
berarti, kegiatan tentara mengakui
mereka di Indonesia kemerdekaan
tahun 1945-1949 Indonesia
termasuk kejahatan sejak 17
perang. Agustus 1945
karena itu
berarti,
kegiatan
tentara
Belanda di
Indonesia
tahun 1945-
1949 termasuk
kejahatan
perang
90. 38/RA: Mereka akan Sekolah – di Referensi 
selalu kangen pada sana (keterangan: anafora.
sekolah karena di sana Kalimat tersebut Sekolah
sungguh menjadi taman bersifat anaforis). sungguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

bagi siswa untuk menjadi taman


bermain. bagi siswa
untuk bermain.
91. 39/RA: Peningkatan Petani – mereka Referensi 
produksi adalah berkah (keterangan: anafora.
karena kita bersungguh- Kalimat tersebut Peningkatan
sungguh memuliakan bersifat anaforis). produksi
petani dan adalah berkah
meningkatkan karena kita
kesejahteraan mereka. bersungguh-
sungguh
memuliakan
dan
meningkatkan
kesejahteraan
petani.
92. 40/RA: Namun, dalam Media-media Referensi 
praktiknya sejauh ini, baru – mereka anafora.
media-media baru itu (Keterangan: Media-media
belum sepenuhnya kalimat tersebut baru masih
diperlakukan sebagai bersifat anaforis). enggan untuk
subyek hukum membayar
perusahaan media. pajak atas
Mereka masih enggan pendapatan
untuk membayar pajak iklan yang
atas pendapatan iklan mereka
yang mereka peroleh. peroleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

93. 41/RA: Inilah kiranya Para paslon – Referensi 


profil para paslon yang Mereka anafora. Para
akan bertarung dalam (Keterangan: paslon akan
Pilkada 2018. Kita akan kalimat tersebut terus dipantau
terus memantau kiprah bersifat anaforis). dalam masa
mereka dalam masa kampanye
kampanye yang akan yang akan
segera dimulai. segera dimulai.
94. 42/RA: Kuatnya Warga – mereka Referensi 
guncangan gempa (Keterangan: anafora.
membuat semua warga kalimat tersebut Warga gagap
panik. Mereka gagap bersifat anaforis). karena tidak
karena tidak harus harus berbuat
berbuat apa saja. apa saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

95. 43/RA: Manfaat Para pedangang Referensi 


kehadirannya hanya dan importir - anafora (Para
dinikmati para Mereka pedangang dan
pedangang dan (keterangan: importir
importir. Mereka bisa kalimat tersebut meraup
meraup keuntungan bersifat anaforis). kemuntungan
menggiurkan dengan menggiurkan
selisih margin sekitar Rp dengan selisih
35.000 per kilogram. margin sekitar
Rp 35.000 per
kilogram).

96. Referensi 01/RK: Dalam Refleksinya – Referensi 


katafora refleksinya tentang Karen Amstrong katafora.
(referensi Jerusalem (1997), Karen (keterangan: Refleksi Karen
katafora yaitu Amstrong, penulis buku kalimat tersebut Anstrong
mengacu kepada A History of God, bersifat kataforis). memberikan
anteseden yang berkesimpulan bahwa kesimpulan
akan disebutkan penderitaan ternyata bahwa
sesudahnya). tidak selalu membentuk penderitaan
kita menjadi manusia ternyata tidak
yang lebih luhur. selalu
membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

kita menjadu
manusia yang
lebih luhur.
97. 02/RK: “Buat saya cinta Saya – Bung Referensi 
Tanah Air pada umat Karno katafora. Bagi
manusia,” demikian kata (keterangan: Bung Karno
Bung Karno mengutip kalimat tersebut cinta Tanah
Mahatma Gandhi. bersifat kataforis). Air pada umat
manuasia
98. 03/RK: Di dalam Pemerintahannya Referensi 
pemerintahannya, – Trump katafora. Di
Trump tidak (Keterangan: dalam
menghormati asas pokok kalimat tersebut pemerintahan
Undang-undang Dasar bersifat kataforis). Trump tidak
Amerika Serikat, menghormati
separation of powers, asas pokok
pemisahan kekuasaan, Undang-
yang menjamin hak undang Dasar
eksekutif, legislatif, dan Amerika
yudikatif. Serikat,
separation of
powers,
pemisahan
kekuasaan,
yang
menjamin hak
eksekutif,
legislatif, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

yudikatif.
99. 04/RK: Kepengurusan -nya – Airlangga Referensi 
baru Partai Golkar telah Hartarto katafora.
terbentuk dan Kepengurusan
diumumkan oleh ketua baru telah
umumnya, Airlangga terbentuk dan
Hartarto, 22 Januari diumumkan
2018. ketua umum
Partai Golkar,
Airlangga
Hartarto.
100. 05/RK: Belakang kita -nya – Presiden. Referensi 
menyaksikan dalam (Keterangan: katafora.
berbagai pidatonya kalimat tersebut Belakang kita
kesungguhan Presiden bersifat kataforis). menyaksikan
untuk membangun jalan dalam berbagai
pikiran bangsa. pidato
Presiden dan
kesungguhan
untuk
membangun
jalan pikiran
bangsa.
101. 06/RK: Dalam penelitian Mereka - Andre Referensi 
mereka mengenai EEJ di Borges dan katafora.
Brasil dan Chile, Andre Mathiu Turgeon Dalam
Borges dan Mathiu (Keterangan: penelitian
Turgeon (2017) kalimat tersebut Andre Borges
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

menemukan apa yang bersifat kataforis). dan Mathiu


mereka sebut dissfused Turgeon
coattail effect dapat kita (2017)
terjemahkan bebas menemukan
sebagai EEJ yang apa yang
terdistribusi secara tidak disebut
proporsional. dissfused
coattail effect
dapat kita
terjemahkan
bebas sebagai
EEJ yang
terdistribusi
secara tidak
proporsional.
102. 07/RK: Mereka, Mereka - Letnan Referensi 
misalnya, Letnan Jenderal Edi katafora.
Jenderal Edi Rahmayadi, Letnan
Rahmayadi akan Irjen Anton Jenderal Edi
berlaga menjadi calon Charliyan, Irjen Rahmayadi
gubernur Sumatera Safaruddin, dan akan berlaga
Utara, Irjen Anton Irjen Murad menjadi calon
Charliyan sebagai calon Ismail. gubernur
wakil gubernur Jawa (Keterangan: Sumatera
Barat, Irjen Safaruddin kalimat tersebut Utara, Irjen
sebagai calon wakil bersifat kataforis). Anton
gubernur Kalimantan Charliyan
Timur, dan Irjen Murad sebagai calon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Ismail akan maju wakil gubernur


sebagai calon gubernur Jawa Barat,
Maluku. Irjen
Safaruddin
sebagai calon
wakil gubernur
Kalimantan
Timur, dan
Irjen Murad
Ismail akan
maju sebagai
calon gubernur
Maluku.
103. 08/RK: Kita semua yang Ini - ekstenal Referensi 
akan melengkapi sejarah kita mampu katafora. Kita
Indonesia tahun 2018 ini: menyelenggarak semua yang
apakah secara ekstenal an olahraga Asia akan
kita mampu melengkapi
menyelenggarakan sejarah
olahraga Asia dengan Indonesia
lancar dan semarak serta tahun 2018
memperlihatkan prestasi secara ekstenal
olahraga yang tidak kita mampu
memalukan dalam menyelenggara
berhadapan dengan kan olahraga
negara lain? Asia dengan
lancar dan
semarak serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

memperlihatka
n prestasi
olahraga yang
tidak
memalukan
dalam
berhadapan
dengan negara
lain?

Keterangan:
RPKT : Referensi Persona Kedua Tunggal
RW : Referensi Waktu
RA : Referensi Anafora
RD : Referensi Demonstratif
RK : Referensi Katafora
RPPT : Referensi Persona Pertama Tunggal

RPPJ : Referensi Persona Pertama Jamak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Yogyakarta, 8 Oktober 2018

Mengetahui

Peneliti,

Benedikta Maretcain Magur

Menyetujui,
Triangulator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

BIOGRAFI PENULIS

Benedikta Maretcain Magur, lahir 16 Maret 1996, di

Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Anak ketiga dari Bapak Herman Magur dan Ibu

Ngajang Ariarce Kr. Menyelesaikan pendidikan

tingkat sekolah dasar di SD Inpres Maulafa Kupang

pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan studinya di

SMPK St. Fransiskus Xaverius Ruteng pada tahun

2011. Pendidikan tingkat menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1 Langke

Rembong dan tamat tahun 2015. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat

menengah atas, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun

2019 dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul Referensi Eksofora dan

Endofora pada Artikel Opini dalam Harian Kompas Edisi Januari – Februari

2018.

Anda mungkin juga menyukai