Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH PENGANTAR BIOTEKNOLOGI


(BIOTEKNOLOGI PERIKANAN)
(Penggunaan Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC) Sebagai Media
Tumbuh Kapang Pada Produk Perikanan)
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ariandi S.Si.,M.Si

Disusun Oleh:
Pendidikan Biologi C
Kelompok 3
1. Eka Herawati (NIM H0319505)
2. Winarty (NIM H0319336)
3. Sugiarti (NIM H0319511)
4. Veryanto Layuk (NIM H0319335)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
(Penggunaan Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC)
Sebagai Media Tumbuh Kapang Pada Produk Perikanan) Tidak lupa juga saya
mengucapkan terimakasih pada Ariandi S.Si.,M.Si selaku dosen Pengantar
Bioteknologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna bagi pembaca untuk menambah pengetahuan. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurnah. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat ini. Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami
oleh para pembaca. Dan dapat berguna bagi kami sendiri dan juga para pembaca.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurangberkenang.

Majene, 05 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Bioteknologi (Teknologi dan Mikroorganisme) Pada Jurnal
Penelitian ................................................................................................. 2
B. Jenis Bioteknologi Pada Jurnal Penelitian............................................. 2
C. Produk yang Dihasilkan dari Jurnal Penelitian ..................................... 3
D. Implikasi Negatif dan Positif Dari Proses Bioteknologi Berdasarkan Jurnal
Penelitian ................................................................................................ 6
E. Bioetika dalam Jurnal Penelitian ........................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bioteknologi merupakan salah satu bidang di mana benda hidup digunakan untuk
menghasilkan produk atau untuk melakukan sesuatu yang berguna untuk
manusia,tumbuh-tumbuhan hewan dan juga mikroorganisme seperti bakteri, kapang
yang telah digunakan untuk menghasilkan kebaikan yang dapat digunakan. Dalam
bidang Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada
bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas. Salah
satunya adalah dengan Penggunaan Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar
(DRBC) Sebagai Media Tumbuh Kapang Pada Produk Perikanan. Yang dimana
bertujuan untuk membandingkan penggunaan DRBC dan PDA sebagai media untuk
menghitung jumlah kapang pada produk perikanan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Bioteknologi (Teknologi dan Mikroorganisme) Pada
Jurnal?
2. Apa Jenis Bioteknologi Pada Jurnal Penelitian?
3. Jelaskan Produk yang Dihasilkan dari Jurnal Penelitian?
4. Jelaskan Implikasi Negatif dan Positif Dari Proses Bioteknologi
Berdasarkan Jurnal Penelitian?
5. Jelaskan Bioetika dalam Jurnal Penelitian?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui Proses Bioteknologi (Teknologi dan Mikroorganisme)
Pada Jurnal
2. Dapat mengetahui Jenis Bioteknologi Pada Jurnal Penelitian
3. Dapat mengetahui Produk yang Dihasilkan dari Jurnal Penelitian
4. Dapat mengetahui Implikasi Negatif dan Positif Dari Proses Bioteknologi
Berdasarkan Jurnal Penelitian
5. Dapat mengetahui Bioetika dalam Jurnal Penelitian

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Bioteknologi (Teknologi dan Mikroorganisme) pada Jurnal


Penelitian
Pada Penelitian ini menggunakan teknologi kultur jaringan dan
mikroorganisme seperti kapang. Pada penelitian ini Pada awalnya, media
pertumbuhan untuk kapang yang umum digunakan adalah PDA yang diberi asam,
akan tetapi peneliti ini dikembangkan media dengan penambahan antibiotik yang
menyebabkan pH-nya lebih tinggi sehingga memungkinkan lebih banyak jenis
kapang yang tumbuh. Bahan-bahan selektif seperti acidulant, pewarna, atau antibiotik
telah banyak digunakan dalam isolasi dan penghitungan kapang untuk menghambat
pertumbuhan bakteri.
Penambahan acidulant dan antibiotik pada media direkomendasikan untuk
menghitung bakteri, sementara pewarna digunakan untuk media isolasi kapang pada
makanan adalah pewarna terutama rose bengal, dapat mengatasi masalah yang
disebabkan oleh kapang yang pertumbuhannya menyebar, tetapi mungkin tidak dapat
menghambat pertumbuhan bakteri. Dichloran (2,6-dichloro-4-nitroanilin), baik
digunakan sendiri-sendiri atau dikombinasikan dengan rose bengal karena diketahui
sangat efektif menekan pertumbuhan kapang sehingga diameter koloninya tidak
melebar.
Dichloran, juga dikenal sebagai dichloronitroaniline (DCNA) adalah fungisida
yang terdaftar untuk mengontrol kapang yang bersifat patogenik. Dichloran Rose
Bengal Chloramphenicol (DRBC) adalah media yang dikembangkan oleh King et al.
dan merupakan modifikasi dari Rose-bengal chloramphenicol (RBC) Agar dari
Jarvis. Perbedaannya dengan RBC, media ini mengandung dichloran (0,002 g/L) dan
rose bengal dengan konsentrasi separuhnya yaitu 0,025 g/L, dengan pH 5,6. Menurut
Pitt & Hocking . media yang paling cocok untuk menghitung jumlah kapang atau
khamir adalah DRBC, karena dapat menekan pertumbuhan kapang yang melebar
tanpa mempengaruhi germinasi dari sporanya.
B. Jenis Bioteknologi pada Jurnal Penelitian
Pada jurnal (Penggunaan Dichloran Rose Bengal ChloramphenicolAgar (DRBC)
Sebagai Media Tumbuh Kapang Pada Produk Perikanan), ini menggunakan jenis
bioteknologi modern. Karena pada jurnal ini sudah menggunakan teknologi atau

2
peralatan dan teknik yang digunakan canggih. Seperti terdapat bahwa Analisis jumlah
kapang dilakukan dengan metode tuang (pour plate) dengan menggunakan media
tumbuh DRBC dan PDA (Oxoid) yang ditambah dengan klorampenikol . Dimana
pada Kedua media disterilisasi dahulu (suhu 121OC dengan tekanan 1 atm selama 15
menit) dan dilakukan penambahan klorampenikol dengan konsentrasi akhir 0,01%
(b/v). Suhu media saat siap untuk ditambah dengan klorampenikol dan dituangkan ke
cawan petri adalah 45–60OC. Sampel seberat 10 gram ditimbang dan dihomogenisasi
menggunakan 90 mL media Butterfield phosphate water (BPW).
Analisis untuk masing-masing sampel dilakukan duplo dengan tingkat
pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3. Inkubasi sampel pada media DRBC dilakukan
pada suhu 25OC selama 5 hari. Inkubasi pada media PDA dilakukan pada suhu 25OC
selama 5–7 hari agar kapang yang tumbuh dapat dibedakan dengan yeast. Untuk
mengantisipasi kesulitan dalam penghitungan koloni dilakukan pengamatan dan
penandaan awal terhadap koloni kapang yang tertutup oleh kapang lain yang
pertumbuhannya menyebar sebelum hari ke-5. Namun demikian, penghitungan
koloni dilakukan pada akhir masa inkubasi sesuai dengan jenis medianya. Untuk
mengetahui perbedaan jumlah koloni yang tumbuh dilakukan penghitungan secara
kuantitatif terhadap koloni kapang yang tumbuh pada kedua media dan diuji statistik
menggunakan Uji T berdasarkan data dari 5 kali ulangan.
C. Produk Yang Dihasilkan Dari pada Jurnal Penelitian
Produk dari jurnal (Penggunaan Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar
(DRBC) Sebagai Media Tumbuh Kapang Pada Produk Perikanan) ini, adalah
produk ikan olahan kering dan produk ikan olahan semi basah.
Dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa jenis
ikan olahan berupa produk kering yaitu: ikan asap, ikan asin (juhi), dendeng ikan,
abon ikan, dan tepung ikan, serta ikan olahan semi basah yaitu: rusip, pindang, peda,
ikan semi basah, dan terasi rebon yang belum dijemur. Dapat dilihat pada tabel 1
bahwa hasil perhitungan kapang pada sampel-sampel produk olahan kering dengan
menggunakan kedua media tidak menunjukkan adanya perbedaan jumlah yang
signifikan (p0,05).

3
Hal ini disebabkan tidak ditemukannya kapang yang tumbuh melebar dan
menyebar seperti Mucor spp. dan Rhizopus spp. Kapang yang dihitung dari
kedua media berasal dari pengenceran 10-1 karena jumlah yang tumbuh lebih
banyak dan memenuhi syarat untuk perhitungan bila dibandingkan
pengenceran 10-2 dan 10-3. Berdasarkan SNI.2332.7.2009 (BSN, 2009),
syarat jumlah kapang yang dimasukkan ke dalam perhitungan harus berkisar
antara 25–250 koloni per cawan.
Untuk produk olahan kering (abon ikan, ikan asap, dendeng, juhi, tepung
ikan), jenis kapang yang tumbuh didominasi oleh Aspergillus spp. dan
Penicillium spp. Aspergillus spp. Dapat dilihat pada gambar dibawah dimana
membentuk koloni putih dengan spora hitam, sedangkan Penicillium spp.
berupa koloni putih dengan spora hijau keabu-abuan. Jenis kapang yang
berasal dari sampel dendeng ikan dan abon ikan pada media DRBC tampak
berbeda, membentuk koloni yang lebih jelas dan terpisah satu sama lain
dibandingkan dengan koloni pada media PDA.

4
Sedangkan pada produk ikan olahan semi basah, Dapat dilihat pada tabel 2

hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa jumlah koloni kapang yang


tumbuh pada media DRBC dibandingkan dengan media PDA berbeda nyata (p
<0,05).Rata-rata jumlah koloni kapang pada media DRBC lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata jumlah koloni pada media PDA pada sampel
semi basah.
Hal ini terjadi karena pada media PDA koloni kapang tumbuh menyebar
dan menghambat koloni lainnya sehingga jumlahnya tidak sebanyak seperti
pada media DRBC. Media DRBC mengandung dichloran (2,6-dichloro-4-
nitroanilin), dimana dichloran secara sendiri maupun bersama-sama dengan
rose bengal dapat menghambat serta memperkecil diameter koloni kapang
yang bersifat menyebar (spreading) dalam sampel makanan pada media untuk
perhitungan kapang (Hocking & Pitt, 1980; Henson, 1981). Namun demikian,
jumlah koloni yang tumbuh pada media tidak berkurang, hanya ukuran
diameter yang mengecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Andrews & Pitt
(1986) bahwa penggunaan dichloran dengan dosis tertentu tidak memberikan
efek yang nyata terhadap rata-rata pertumbuhan atau derajat perkembangan
konidiogenesis pada Aspergillus tenuis pada media peptone-based.
Dapat dilihat pada gambar dibawah ini bahwa pada sampel ikan olahan semi
basah (ikan pindang, ikan semi basah, peda, rusip, dan terasi) kapang yang tumbuh
didominasi oleh Rhizopus spp. Pada sampel jenis ini, jumlah dan jenis kapang yang
tumbuh juga berbeda. Pada media PDA, kapang pada sampel ikan semi basah tumbuh
menyebar memenuhi cawan petri dalam waktu kurang dari 5 hari, sedangkan pada
media DRBC koloni kapang tumbuh terpisah satu sama lain sehingga mudah
dihitung. Dan Media DRBC terbukti mampu mengurangi ukuran tanpa menghambat

5
pertumbuhan koloni dari beberapa jenis kapang yang koloninya besar dan menyebar.
banyaknya warna pada koloni kapang yang tumbuh pada media DRBC disebabkan
oleh penggunaan rose bengal dan media tumbuh akan mengalami perubahan warna
dari merah jambu (pink) ke warna violet pada daerah yang ditumbuhi kapang. Karena
perubahan warna inilah, maka kapang yang tumbuh pada media DRBC akan lebih
mudah dikenali dan dihitung dibandingkan dengan pada media PDA.

D. Implikasi Negatif Dan Positif Dari Proses Bioteknologi berdasarkan


jurnal penelitian
1. Dampak Negatif
a. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan PDA sebagai media untuk
menghitung jumlah kapang adalah adanya pertumbuhan yang melebar pada
jenis kapang tertentu hingga memenuhi cawan petri dan menghambat
pertumbuhan kapang lain.
b. Jumlah yang terhitung tidak akurat karena adanya koloni yang terhambat
pertumbuhannya.
c. Terjadi karena terdapat kapang-kapang yang sifat koloninya mudah
menyebar seperti Rhizopus spp. dan Mucor spp. Kedua jenis kapang ini
sangat umum dijumpai pada produk-produk perikanan olahan seperti ikan
asap, pindang, maupun ikan asin
d. Penghambat pertumbuhan kapang dalam pengkulturan adalah adanya

6
persaingan dengan bakteri meski media yang selektif untuk kapang telah
digunakan.
2. Dampak Positif
Bahan-bahan selektif seperti acidulant, pewarna, atau antibiotik telah banyak
digunakan dalam isolasi dan penghitungan kapang untuk menghambat
pertumbuhan bakteri. Penambahan acidulant dan antibiotik pada media
direkomendasikan untuk menghitung bakteri, sementara pewarna digunakan
untuk media isolasi kapang pada makanan. Beberapa pewarna terutama rose
bengal, dapat mengatasi masalah yang disebabkan oleh kapang yang
pertumbuhannya menyebar, tetapi mungkin tidak dapat menghambat
pertumbuhan bakteri
E. Bioetika Dalam Penelitian Bioteknologi
Adapun Bioetika dalam peelitian Bioteknologi adalah saat pengambilan
sampel menggunakan PDA sebagai wadah tempat kapang untuk diteliti.
Bagaiamana cara menghambat pertumbuhan kapang lebih banyak dan lain-
lain sebagainya.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa dibandingkan dengan pertumbuhan pada media PDA,
kapang yang tumbuh pada media DRBC lebih beragam bentuk dan warnanya
sehingga mudah untuk diidentifikasi jenisnya.
2. DRBC merupakan media yang lebih baik dibandingkan media PDA terutama
untuk analisis jumlah kapang dari beberapa jenis sampel olahan ikan semi basah
yang ditumbuhi kapang yang bersifat menyebar (spreading) seperti: Aspergillus
spp., Mucor spp., dan Rhizopus spp.
3. Untuk menghitung jumlah kapang pada sampel ikan olahan kering dapat
digunakan media PDA maupun DRBC, namun untuk identifikasi jenis kapang
lebih baik menggunakan DRBC.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ninoek Indriati,Nandang Priyanto dkk. (2010). Penggunaan Dichloran Rose Bengal


Chloramphenicol Agar (DRBC) Sebagai Media Tumbuh Kapang
Pada Produk Perikanan. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan Vol. 5 No. 2.

9
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 5 No. 2, Desember 2010

PENGGUNAAN Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC)


SEBAGAI MEDIA TUMBUH KAPANG PADA PRODUK PERIKANAN
Ninoek Indriati*), Nandang Priyanto*), dan Radestya Triwibowo*)

ABSTRAK

Media Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang umum digunakan untuk
menganalisis jenis dan jumlah kapang pada produk makanan. Masalah yang sering dihadapi
dengan penggunaan media ini adalah seringnya terjadi kegagalan dalam pengamatan morfologi
dan penghitungan jumlah koloni kapang akibat tumbuhnya koloni yang menyebar sehingga
menghambat atau menutupi koloni yang lain. Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol (DRBC)
telah diperkenalkan sebagai media yang lebih baik untuk menganalisis jumlah kapang karena
mengandung dikloran dan pewarna rose bengal untuk menahan pertumbuhan kapang yang
menyebar. Namun demikian, informasi mengenai efektifitas penggunaan media ini pada produk
perikanan masih terbatas. Dalam penelitian ini, DRBC digunakan untuk menganalisis kapang
secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan beberapa jenis sampel produk olahan perikanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media DRBC mampu mengurangi ukuran diameter koloni
beberapa jenis kapang yang koloninya besar dan menyebar seperti Aspergillus spp., Mucor
spp., dan Rhizopus spp. tanpa menghambat dan mengurangi jumlah koloni tersebut. Untuk
sampel ikan olahan kering, jumlah koloni kapang yang tumbuh pada media DRBC tidak berbeda
nyata dengan yang tumbuh pada media PDA, tetapi untuk sampel ikan olahan semi basah yang
umumnya didominasi oleh koloni yang besar dan menyebar, jumlah koloni kapang secara nyata
lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah koloni pada media PDA. Berdasarkan hasil ini, DRBC
disarankan untuk digunakan untuk menganalisis kapang pada produk olahan semi basah.

ABSTRACT: The use of Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC) as a growth
media for mold in fishery products. By: Ninoek Indriati, Nandang Priyanto
and Radestya Triwibowo

Potato Dextrose Agar (PDA) is a growth media commonly used in the analysis of kind and
quantity of mold in food products. Problems are sometimes happened in using this kind of media
due to the spreading of mold colony that suppress other colonies to grow, resulting in difficulties in
morphological assessment as well as enumeration of the mold. Dichloran Rose Bengal
Chloramphenicol (DRBC) was found to be a better media for quantity analysis of mold since it
contains dichloran and rose bengal that could prevent the growth of spreading colonies. However,
the effectiveness of this media to be used in mold assessment in fishery products is still limited. In
this study, DRBC media was used in qualitative and quantitative analysis of mold compared to
PDA,using various kinds of processed fishery products. The result of the experiment revealed that
DRBC media was able to reduce the diameter of the wide and spreading colonies of Aspergillus
spp., Mucor spp. and Rhizopus spp. without inhibiting their quantity and growth. For dried fishery
products, the number of colonies grown in both media of DRBC and PDA were not significantly
different. However, for semi moist products which dominated by wide and spreading colonies,
higher number colonies were assessed in DRBC than those in PDA media. Based on the result,
the used of DRBC media is more applicable in quantitative analysis of mold in semi moist fishery
product.

KEYWORDS: PDA, DRBC, mold, processed fishery product

PENDAHULUAN tertentu hingga memenuhi cawan petri dan


menghambat pertumbuhan kapang lain. Akibatnya,
Media yang umum digunakan untuk menganalisis selain menyulitkan penghitungan koloni, jumlah yang
kapang pada produk makanan termasuk yang diacu terhitung juga tidak akurat karena adanya koloni yang
dalam metode SNI 2332.7.2009 (BSN, 2009) adalah terhambat pertumbuhannya. Hal ini terjadi terutama
Potato Dextrose Agar (PDA). Masalah yang dihadapi bila terdapat kapang-kapang yang sifat koloninya
dalam penggunaan PDA sebagai media untuk mudah menyebar seperti Rhizopus spp. dan Mucor
menghit ung j umlah kapang adalah adanya spp. Kedua jenis kapang ini sangat umum dijumpai
pertumbuhan yang melebar pada jenis kapang pada produk-produk perikanan olahan seperti ikan

*)
Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, KKP;
E-mail: indriati_ninoek@yahoo.co.id

117
N. Indriati, N. Priyanto, dan R. Triwibowo

asap, pindang, maupun ikan asin (Indriati & Heruwati, rebon yang belum dijemur. Sampel abon diperoleh dari
2009) pengolah di Boyolali, ikan asap cakalang dari
Kemungkinan lain yang menjadi penghambat pengolah di Manado, terasi dari pasar di Surabaya,
pertumbuhan kapang dalam pengkulturan adalah sampel ikan pindang dan peda dari pasar di Jakarta,
adanya persaingan dengan bakteri meski media yang selebihnya adalah produk hasil penelitian yang
selektif untuk kapang telah digunakan. Pada awalnya, dilakukan di Balai Besar Riset Pengolahan Produk
media pertumbuhan untuk kapang yang umum dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
digunakan adalah PDA yang diberi asam, akan tetapi Analisis jumlah kapang dilakukan dengan metode
dewasa ini dikembangkan media dengan penambahan tuang (pour plate) dengan menggunakan media
antibiotik yang menyebabkan pH-nya lebih tinggi tumbuh DRBC dan PDA (Oxoid) yang ditambah
sehingga memungkinkan lebih banyak jenis kapang dengan klorampenikol (BSN, 2009). Kedua media
yang tumbuh (King et al., 1979). disterilisasi dahulu (suhu 121OC dengan tekanan 1
Bahan-bahan selektif seperti acidulant, pewarna, atm selama 15 menit) dan dilakukan penambahan
atau antibiotik telah banyak digunakan dalam isolasi klorampenikol dengan konsentrasi akhir 0,01% (b/v).
dan penghitungan kapang untuk menghambat Suhu media saat siap untuk ditambah dengan
pertumbuhan bakteri. Penambahan acidulant dan klorampenikol dan dituangkan ke cawan petri adalah
antibiotik pada media direkomendasikan untuk 45–60OC. Sampel seberat 10 gram ditimbang dan
menghitung bakteri, sementara pewarna digunakan dihomogenisasi menggunakan 90 mL media
untuk media isolasi kapang pada makanan. Beberapa Butterfield phosphate water (BPW). Analisis untuk
pewarna terutama rose bengal, dapat mengatasi masing-masing sampel dilakukan duplo dengan
masalah yang disebabkan oleh kapang yang tingkat pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 (BSN, 2009).
pertumbuhannya menyebar, tetapi mungkin tidak Inkubasi sampel pada media DRBC dilakukan pada
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Dichloran
suhu 25OC selama 5 hari (King et al., 1979). Inkubasi
(2,6-dichloro-4-nitroanilin), baik digunakan sendiri-
pada media PDA dilakukan pada suhu 25OC selama
sendiri atau dikombinasikan dengan rose bengal
diketahui sangat efektif menekan pertumbuhan 5–7 hari (BSN, 2009) agar kapang yang tumbuh dapat
kapang sehingga diameter koloninya tidak melebar. dibedakan dengan yeast. Untuk mengantisipasi
Dichloran, juga dikenal sebagai dichloronitroaniline kesulitan dalam penghitungan koloni dilakukan
(DCNA) adalah fungisida yang terdaftar untuk pengamatan dan penandaan awal terhadap koloni
mengontrol kapang yang bersifat patogenik seperti kapang yang tertutup oleh kapang lain yang
Botrytis, Monilia, Rhizopus, Sclerotinia, dan pertumbuhannya menyebar sebelum hari ke-5. Namun
Sclerotium pada tanaman pangan (Henson, 1981). demikian, penghitungan koloni dilakukan pada akhir
Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol (DRBC) masa inkubasi sesuai dengan jenis medianya.
adalah media yang dikembangkan oleh King et al. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni yang
(1979) dan merupakan modifikasi dari Rose-bengal- tumbuh dilakukan penghitungan secara kuantitatif
chloramphenicol (RBC) Agar dari Jarvis (1973). terhadap koloni kapang yang tumbuh pada kedua
Perbedaannya dengan RBC, media ini mengandung media dan diuji statistik menggunakan Uji T
dichloran (0,002 g/L) dan rose bengal dengan berdasarkan data dari 5 kali ulangan.
konsentrasi separuhnya yaitu 0,025 g/L, dengan pH
5,6. Menurut Pitt & Hocking (1985) media yang paling HASIL DAN BAHASAN
cocok untuk menghitung jumlah kapang atau khamir
adalah DRBC, karena dapat menekan pertumbuhan Produk Ikan Olahan Kering
kapang yang melebar tanpa mempengaruhi germinasi
dari sporanya. Hasil perhitungan kapang pada sampel-sampel
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan produk olahan kering dengan menggunakan kedua
penggunaan DRBC dan PDA sebagai media untuk media tidak menunjukkan adanya perbedaan jumlah
menghitung jumlah kapang pada produk perikanan. yang signifikan (p0,05) (Tabel 1). Hal ini disebabkan
tidak ditemukannya kapang yang tumbuh melebar dan
BAHAN DAN METODE menyebar seperti Mucor spp. dan Rhizopus spp.
Kapang yang dihitung dari kedua media berasal dari
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengenceran 10-1 karena jumlah yang tumbuh lebih
beberapa jenis ikan olahan berupa produk kering yaitu: banyak dan memenuhi syarat untuk perhitungan bila
ikan asap, ikan asin (juhi), dendeng ikan, abon ikan, dibandi ngkan pengenceran 10 -2 dan 10 -3 .
dan tepung ikan; serta ikan olahan semi basah yaitu: Berdasarkan SNI.2332.7.2009 (BSN, 2009),
rusip, pindang, peda, ikan semi basah, dan terasi syarat jumlah kapang yang dimasukkan ke dalam

118
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 5 No. 2, Desember 2010

Tabel 1. Rata-rata jumlah koloni kapang pada sampel ikan olahan kering (Log koloni/g)
Table 1. Average number of molds grown on dried processed fish (Log colonies/g)

Produk/Products DRBC PDA


Tepung ikan/Fish meal 0.574a 0.301a
Abon lele/Shredded fish 0.398b 0.243b
c
Juhi udang/Dried shrimp 0.829 0.720c
Dendeng ikan/Dried spiced fish 1.161d 1.097d
e
Cakalang asap/Smok ed sk ipjack 1.836 1.699e
Keterangan/Note: Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak adanya
perbedaan nyata (p0,05)/The same characters in the same rows indicate
not significanly different (p0.05)

perhitungan harus berkisar antara 25–250 koloni per Produk Ikan Olahan Semi Basah
cawan.
Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa
Untuk produk olahan kering (abon ikan, ikan asap, jumlah koloni kapang yang tumbuh pada media DRBC
dendeng, juhi, tepung ikan), jenis kapang yang tumbuh dibandingkan dengan media PDA berbeda nyata
didominasi oleh Aspergillus spp. dan Penicillium spp. (p<0,05). Rata-rata jumlah koloni kapang pada media
Aspergillus spp. membentuk koloni putih dengan DRBC lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
spora hitam, sedangkan Penicillium spp. berupa jumlah koloni pada media PDA pada sampel semi
koloni putih dengan spora hijau keabu-abuan. Jenis basah (Tabel 2). Hal ini terjadi karena pada media
kapang yang berasal dari sampel dendeng ikan dan PDA kol oni kapang tum buh menyebar dan
abon ikan pada media DRBC tampak berbeda, menghambat koloni lainnya sehingga jumlahnya tidak
membentuk koloni yang lebih jelas dan terpisah satu sebanyak seperti pada media DRBC. Media DRBC
sama lain dibandingkan dengan koloni pada media mengandung dichloran (2,6-dichloro-4-nitroanilin),
PDA (Gambar 1). dimana dichloran secara sendiri maupun bersama-

Abon Ikan/ Ikan Asap/


PDA Shredded fish DRBC PDA Smoked skipjack DRBC

Dendeng Ikan/
PDA Dried spiced fish DRBC

Gambar 1. Koloni kapang yang berasal dari sampel olahan produk perikanan kering yang ditumbuhkan pada
media yang berbeda.
Figure 1. The colonies of mold originated from dried processed fish grown on different media.

119
N. Indriati, N. Priyanto, dan R. Triwibowo

Tabel 2. Rata-rata jumlah koloni kapang pada sampel ikan semi basah (Log koloni/g)
Table 2. Average number of molds grown on semi moist processed fish (Log colonies/g)

Produk/Products DRBC PDA


a
Rusip/Fermented anchovies 1.562 1.466b
Ikan semi basah/Sem i moist fish 1.267c 0.699d
e
Terasi rebon/Fermented shrimp pas te 1.531 1.161f
Peda ikan/Salted fish 0.778g 0.574h
Pindang ikan/Salted b oiled fish 0.903i 0.477j
Keterangan/Note: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunj ukkan adanya
perbedaan nyata (p<0,05)/The different characters in the same rows
indicate significanly different (p<0.05)

sama dengan rose bengal dapat menghambat serta tumbuh didominasi oleh Rhizopus spp. Pada sampel
memperkecil diameter koloni kapang yang bersifat jenis ini, jumlah dan jenis kapang yang tumbuh juga
menyebar (spreading) dalam sampel makanan pada berbeda. Pada media PDA, kapang pada sampel ikan
media untuk perhitungan kapang (Hocking & Pitt, semi basah tumbuh menyebar memenuhi cawan petri
1980; Henson, 1981). Namun demikian, jumlah koloni dalam waktu kurang dari 5 hari, sedangkan pada
yang tumbuh pada media tidak berkurang, hanya media DRBC koloni kapang tumbuh terpisah satu
ukuran diameter yang mengecil. Hal ini sesuai dengan sama lain sehingga mudah dihitung (Gambar 2). Media
pernyataan Andrews & Pitt (1986) bahwa penggunaan DRBC terbukti mampu mengurangi ukuran tanpa
dichloran dengan dosis tertentu tidak memberikan efek menghambat pertumbuhan koloni dari beberapa jenis
yang nyata terhadap rata-rata pertumbuhan atau kapang yang koloninya besar dan menyebar. Hal ini
deraj at perkembangan koni diogenesis pada sesuai dengan pernyataan Henson (1981), bahwa
Aspergillus tenuis pada media peptone-based. media enumerasi kapang yang bersifat asam
Berbeda dengan sampel ikan olahan kering, pada mempunyai kelemahan antara lain melebarnya koloni.
sampel ikan olahan semi basah (ikan pindang, ikan Skaar & Stenwig (1996) menyatakan bahwa
semi basah, peda, rusip, dan terasi) kapang yang banyaknya warna pada koloni kapang yang tumbuh

PDA DRBC

Ikan Semi Basah/


Semi Moist Fish

PDA DRBC PDA DRBC

Pindang/ Terasi Rebon/


Salted Boiled Fish Fermented Shrimp Paste

Gambar 2. Koloni kapang yang berasal dari sampel produk olahan ikan semi basah yang ditumbuhkan pada
media yang berbeda.
Figure 2. The colonies of mold originated from semi moist processed fish grown on different media.

120
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 5 No. 2, Desember 2010

pada media DRBC disebabkan oleh penggunaan rose maupun DRBC, namun untuk identifikasi jenis
bengal dan media tumbuh akan mengalami perubahan kapang lebih baik menggunakan DRBC.
warna dari merah jambu (pink) ke warna violet pada
daerah yang ditumbuhi kapang. Karena perubahan DAFTAR PUSTAKA
warna inilah, maka kapang yang tumbuh pada media
DRBC akan lebih mudah dikenali dan dihitung Andrews, S. and Pitt, J.I. 1986. Selective medium for
dibandingkan dengan pada media PDA. isolation of fusarium species and Dematiaceous
hyphomycetes from cereals. Appl. Environ. Microbiol.
Untuk sampel yang sama, jenis kapang yang 51(6): 1235–1238.
tumbuh pada media DRBC dan PDA kadang-kadang BSN. 2009. SNI 2332.7.2009. Cara Uji Mikrobiologi –
berbeda. Pada sampel pindang, kapang yang tumbuh Bag 7: Perhitungan Kapang dan Khamir pada
pada media DRBC mempunyai diameter yang sedang, Produk Perikanan. Badan Standardisasi Nasional,
terpisah satu sama lain sehingga mudah untuk Jakarta.
dihitung. Sedangkan pada media PDA koloni kapang Henson, O.E. 1981. Dichloran as an inhibitor of mold
yang tumbuh menyebar memenuhi seluruh spreading in fungal plating media : Effects on colony
permukaan cawan, mengakibatkan terhambatnya diameter and enumeration. Appl. Environ. Microbiol.
pertumbuhan koloni lain. Gambar 2 menunjukkan 42(4): 656–660.
beberapa koloni kapang yang berasal dari sampel Hocking, A.D. and Pitt, J.I. 1980. Dichloran-glycerol
terasi pada media DRBC dan PDA berbeda baik jenis medium for enumeration of xerophilic fungi from low-
maupun ukurannya. Koloni-koloni kapang yang berasal moisture foods. Appl. Environ. Microbiol. 39(3): 488–
dari sampel-sampel makanan yang ditumbuhkan pada 492.
media DRBC dapat tumbuh secara seimbang (King Indriati, N. and Heruwati, E.S. 2009. Molds associated
et al., 1979). with Indonesian traditional fisheries product.
Indonesian Marine and Fisheries Product Processing
and Biotechnology. Jakarta.
KESIMPULAN Jarvis, B. 1973. Comparison of an improved rose bengal
 Dibandingkan dengan pertumbuhan pada media – chlortetracycline agar with other media for selective
PDA, kapang yang tumbuh pada media DRBC lebih isolation and enumeration of molds and yeasts in
beragam bentuk dan warnanya sehingga mudah foods. J. Appl. Bacteriol. 36(4): 723–727.
untuk diidentifikasi jenisnya. King, A.D., Hocking, A.D., and Pitt, J.I. 1979. Dichloran-
rose bengal medium for enumeration and isolation
 DRBC merupakan media yang lebih baik of molds from foods. Appl. Environ. Microbiol. 37(5):
dibandingkan media PDA terutama untuk analisis 959–964.
jumlah kapang dari beberapa jenis sampel olahan Pitt, J.I. and Hocking, A.D. 1985. Fungi and Food
ikan semi basah yang ditumbuhi kapang yang Spoilage. Academic Press, Sydney. 36 pp.
bersifat menyebar (spreading) seperti: Aspergillus Skaar, I. and Stenwig, H. 1996. Malt-yeast extract-sucrose
spp., Mucor spp., dan Rhizopus spp. agar, a suitable medium for enumeration and
 Untuk menghitung jumlah kapang pada sampel isolation of fungi from silage. Appl. Environ. Microbiol.
ikan olahan kering dapat digunakan media PDA 62(10): 3614–3619.

121
N. Indriati, N. Priyanto, dan R. Triwibowo

122

Anda mungkin juga menyukai