Anda di halaman 1dari 4

Memupuk Cinta Kepada Rasulullah Saw

Perkumpulan maulid merupakan suatu perkumpulan yang agung, di mana di sana


dibacakan riwayat hidup orang yang paling berjasa dalam kehidupan umat manusia yaitu
Baginda Rasulullah SAW.

Allah SWT berfirman:


)58 :‫قُلْ بِفَضْ ِل هللاِ َوبِ َرحْ َمتِ ِه فَبِ َذلِكَ فَ ْليَ ْف َرحُوْ ا هُ َو خَ ْي ٌر ِّم َّما يَجْ َمعون (يونس‬

Katakanlah: "Dengan karunia Allah SWT dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka
bergembira. ( karunia dan rahmatNya itu ) adalah lebih baik dari yang mereka
kumpulkan" (QS. 10:58)

Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud ‫ ( فضل هللا‬karunia Allah ) dalam ayat di
atas adalah terlahirnya Rasulullah SAW ke dunia ini. Selain itu ayat ini berisi perintah
agar bergembira dengan adanya karunia Allah SWT itu. Salah satu bentuk kegembiraan
itu dituangkan dalam perayaan maulid Nabi SAW. Tapi hendaklah ini dilakukan dengan
dasar kecintaan kepada Rasulullah SAW, karena Allah SWT berfirman :
)31: ‫قل إن كنتم تحبون هللا فاتبعوني يحببكم هللا ويغفرلكم ذنوبكم وهللا غفور رحيم (آل عمران‬

Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah ikutilah aku (Rasulullah SAW) niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS. 3:31)

Jelaslah sudah bahwa mencintai Rasulullah SAW itu adalah wajib hukumnya, karena
merupakan syarat agar dapat meraih cinta Allah SWT. Dan yang tak kalah pentingnya
adalah mencintai keluarga Rasulullah SAW yaitu zuriat–zuriatnya yang ada sekarang.
Bagaimana mungkin seorang mengaku mencintai Rasulullah SAW tetapi keluarganya
dibenci. Itu adalah sifat orang munafik yang berwajah dua, lidahnya berbeda dengan
perbuatannya. Menyakiti keluarga Rasul sama saja menyakiti Rasulullah SAW.
Membenci mereka sama saja membenci Rasulullah SAW. Ditegaskan oleh Allah SWT
dalam al Qur’an:
)23 : ‫(الشورى‬...‫قل ال أسئلكم عليه أجرا إال المودة في القربى‬

_Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu suatu balasan apapun atas seruanku kecuali
kasih sayang dalam kekeluargaan". ( QS. 42:23)

Al Imam asy Syafi’i Rha berkata:


‫ياآل بيت رسول هللا حبكم فرض من هللا فى القرآن أنزله يكفيم من عظيم الفخر أنكم من لم يصل عليكم الصالة له‬

Wahai keluarga Rasulullah SAW mencintai kalian adalah kewajiban dari Allah dalam al
Qur’an yang diturunkan. Cukuplah sebagai keagungan dari kalian bahwa orang yang
tidak bershalawat kepada kalian sholatnya tidak sempurna.

Marilah kita meneladani para sahabat dalam mencintai Rasulullah SAW. Suatu saat
Rasulullah berkata kepada para sahabatnya, "Siapa yang bisa membuat aku tertawa dan
menangis?" Maka sahabat Umar bin Khattab pun menawarkan dirinya untuk memenuhi
permintaan Rasulullah SAW itu. Lalu dia bercerita: "Dahulu aku menyembah berhala
yang aku bikin sendiri dari halwa (manisan), manakala lapar maka kumakan kepalanya
lalu tangannya dan seterusnya sampai tidak tersisa lagi."

Rasulullah SAW tertawa mendengar cerita sahabat umar tersebut sampai sampai gigi
gerahamnya tampak kelihatan. Beliaupun lalu bersabda: "Mana akal kalian?" Umar
menjawab, "Akal kami memang tinggi seperti gunung hanya saja pada saat itu Yang
menciptakan alam menyesatkan kami."

Rasulullah bersabda, "Sekarang buatlah aku menangis". Kemudian sahabat Umar


bercerita lagi, "Dahulu aku mempunyai seorang putri. Pada suatu hari kuajak dia ke
padang pasir, kemudian aku menggali tanah untuk membuat lubang, setiap kali tanah
galian mengenai tubuhku maka putriku itu membersihkannya. Padahal dia tidak
mengetahui bahwa sesungguhnya yang aku gali itu adalah kuburannya sendiri. Setelah
selesai menggali lubang tersebut maka aku masukkan dia ke dalamnya kemudian aku
timbun dengan tanah." Mendengar cerita tersebut meneteslah air mata Rasulallah.SAW.

Coba kita perhatikan bagaimana Rasulallah SAW berhasil mendidik sahabat Umar dari
yang dulunya bengis dan pemarah kemudian menjadi seorang yang diagungkan
ketinggian budi pekertinya sabar, tawadlu, wara’ dan tegas dalam menegakkan amar
ma’ruf dan nahi munkar. Demikianlah sejarah Islam menyifatkan Umar bin Khottob.

Bahkan lebih dari itu, Rasulallah SAW meraih kesuksesan dalam mengubah cara hidup
bangsa arab dari yang biadab menjadi beradab. Dahulunya mereka suka berperang hanya
karena masalah yang sepele. Suka bersengketa antara satu dengan lainnya, semuanya
tidak lain karena ajakan setan dan hawa nafsu yang merajai hati mereka. Kemudian
datanglah Rasulallah SAW menebarkan kasih sayang diantara mereka, memupuk
kebersamaan dan rasa persaudaraan. Sampai mereka memahami isyarat Allah dan
mengerti akan makna tauhid. Sehingga lahirlah suatu bangsa yang gemilang, yang
memancarkan cahaya Iman, Islam dan Ihsan ke seluruh penjuru dunia. Semuanya Karena
Rasulallah SAW

Allah SWT berfirman:


‫الل‬
ٍ ‫ض‬ َ ‫َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َوإِ ْن َكانُوا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِي‬
َ ‫ث فِي األ ِّميِّينَ َرسُوال ِم ْنهُ ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ِه ْم آيَاتِ ِه َويُزَ ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت‬
َ ‫ه َُو الَّ ِذي بَ َع‬
‫ين‬
ٍ ِ‫ُمب‬

Dialah yang mengutus kepada kaum yang _ummi (buta huruf) seorang rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, menyucikan merekan dan
mengajarkan mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-
benar dalam kesesatan yang nyata (QS. 62:2)_

Kemudian mari kita belajar lagi dari sahabat Abu Thalhah. Dalam suatu persiapan
perang, para sahabat semuanya tak terkecuali Rasulullah dalam keadaan kelaparan.
Diceritakanlah keadaan tersebut oleh Abu Thalhah kepada isrtrinya, maka timbulllah rasa
iba di hati istrinya itu mengetahui keadaan Rasulalllah SAW yang demikian rupa. Istrinya
pun berinisiatif mengundang Rasulallah beserta empat atau lima orang sahabatnya untuk
makan di rumahnya. Merekapun menyembelih seekor kambing kecil yang mereka
punyai, lalu mengulitinya dan memasaknya. Tanpa sepengetahuan mereka, kedua orang
putranya menyaksikan ayahnya menyembelih kambing tersebut, kemudian mereka
berdua mempraktekaan apa yang mereka saksikan . Alangkah terkejutnya Abu Thalhah
dan istrinya ketika menemukan kedua putranya, yang satu dalam keadaan lehernya putus
dan yang lain pingsan di sampingnya. Rasa duka cita pun segera menyelimuti hati
mereka, akan tetapi jamuan yang mereka siapkan harus tetap dilaksanakan. Mereka
berdua sepakat untuk menyembunyikan rasa sedih yang mereka alami sehingga seakan
akan tidak pernah terjadi apa apa, agar tamu-tamu mereka terutama Rasulullah SAW
tidak hilang selera makannya. Akhirnya tamu yang dinanti-nanti datang juga, namun
tidak seperti dugaan mereka ternyata Rasulallah SAW mengajak semua sahabatnya yang
ada di masjid .

Abu Thalhah tidak dapat menyembunyikan kepanikan dan rasa kagetnya di hadapan
istrinya. Bagaimana tidak, karena menurut perhitungannya makanan yang mereka
siapkan tidak akan mencukupi untuk semua tamu yang datang. Namun istrinya mencoba
menenangkannya sehingga agak berkuranglah kegelisahan Abu Thalhah. Istrinya
meyakinkan pasti ada hikmah dibalik perbuatan Rasulallah SAW itu. Semua mereka
serahkan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Rasulallah SAW menghampiri mereka dan memerintahkan agar tidak mencampur


makanan yang telah mereka buat. Tetapi beliaulah yang akan mencampur dan
membagikannya sendiri kepada para sahabat. Mulailah Rasilallah mencampur makanan
tersebut, lalu beliau memerintahkan agar sepuluh orang sahabatnya masuk kedalam
rumah untuk makan. Setelah kenyang mereka pun keluar lalu masuk lagi sepuluh orang
begitulah seterusnya sampai semua sahabat mencicipi makanan tersebut. Namun sungguh
ajaib meskipun sudah banyak sahabat yang makan , tetapi makanan yang tersisa seakan-
akan belum tersentuh sama sekali masih utuh seperti sedia kala.

Tinggal Rasulullah SAW, Abu Thalhah dan keluarganya yang belum merasakan
makanannya. Lalu Rasulullah menyuruh Abu Thalhah memanggil kedua putranya agar
makan bersama-sama. Abu Thalhah tidak ingin Rasulullah mengetahui peristiwa yang
dialami kedua putranya, maka diapun mengatakan bahwa kedua putranya itu sudah
tertidur . Akan tetapi Rasulallah terus mendesak agar keduanya diajak makan. Sampai
akhirnya Abu Thalhah tidak mempunyai alasan lagi untuk menampik kemauan
Rasulallah itu. Maka Abu Thalhah mengajak beliau ke dalam kamar dimana kedua
putranya terbaring disana, dengan ditutup selembar selimut. Rasulullah membuka
penutup tersebut, tampaklah oleh beliau bahwa kedua putra sahabatnya itu sudah tidak
bernyawa lagi bahkan salah satu diantara keduanya lehernya putus. Kemudian Rasulullah
menyeru kepada keduanya, "Bangunlah dengan izin Allah". Maka dengan qudrat dan
iradat Allah SWT keduanyapun bangun memenuhi panggilan Rasulallah SAW dalam
keadaan sempurna seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Itulah mukjizat Rasulallah SAW yang diperlihatkan kepada keluarga Abu Thalhah yang
selalu ingin mengembirakan Rasulallah SAW meskipun mereka ditimpa kesusahan.
Namun Allah SWT lebih mengetahui keadaan hambanya dan pasti akan membalas setiap
amal yang mereka lakukan dengan balasan yang sepadan bahkan berlipat-lipat ganda.
(Wallahu a’lam bis showab).

Anda mungkin juga menyukai