Anda di halaman 1dari 20

ULUMUL HADIS

HADIS TENTANG PENDIDIKAN SOSIAL

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Dr. Abdul Gaffar S.Th.I.,M.Th.I.

Oleh :
KELOMPOK 12
NURUL AFIYAH/ 2020010102010
SISKA JULIA RAHMAN / 2020010102005
ETHIK NUR FAJRI AS’AD/ 2020010102012
IZZAH NAHDIAH FADHILAH / 2020010102056

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
KENDARI
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Cabang Bahasa Arab” ini
sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah
SWT tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan


tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis yang diempu oleh Bapak Dr. Abdul Gaffar
S.Th.I.,M.Th.I.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk
memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran untuk membuat
makalah ini menjadi lebih baik dari segi isi maupun segi yang lainnya. Kami
mohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan selamat membaca.

Kendari, 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Pendidikan Sosial...........................................................................3

B. Hadis Tentang Pendidikan Sosial.....................................................................4

C. Pentingnya Pendidikan Sosial Dalam Hidup Bermasyarakat........................11

BAB III..................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

A.Kesimpulan.....................................................................................................14

B. Saran..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki
rasa saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain sehingga mereka
pun saling berinteraksi agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai
makhluk sosial, manusia hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Manusia
tidak dapat menjalani hidupnya secara individual. Manusia adalah makhluk sosial
yang dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari interaksi, sosialisasi, dan
komunikasi yang pada akhirnya membentuk sebuah kelompok.
Allah SWT menciptakan manusia dalam jumlah yang banyak bukan tanpa
arti. Seperti yang dinyatakan pada surat Al hujuraat ayat 10 dan 13.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.”( Q.S. Al hujuraat : 10) dan : “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan
menjadikan berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu disisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Penyayang.”(Q.S. Al hujuraat : 13) dalam kedua surat tersebut juga telah
dijelaskan dan ditegaskan bahwa sesungguhnya Allah SWT menciptakan manusia
untuk saling bersosialisasi dan berinteraksi dalam menjalani kehidupan guna
mencapai tujuan hidup.
Demikian juga dengan umat Islam, umat Islam juga memerlukan
sosialisasi dan interaksi dengan kelompok-kelompok lain dalam menjalani
kehidupan dengan tentram dan damai untuk mencapai tujuan kita, beribadah
kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT dengan khusyuk dengan tetap
hidup bersosialisasi dengan masyarakat.
A.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, yakni :
1. Apa pengertian pendidikan sosial?
2. Apa saja hadis tentang pendidikan sosial?
3. Apa pentingnya pendidikan sosial dalam hidup bermasyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengertian pendidikan sosial.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hadis tentang pendidikan sosial.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pentingnya pendidikan sosial
dalam hidup bermasyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Sosial


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata
“didik,” lalu diberikan awalan kata “me-” sehingga menjadi “mendidik” yang
artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan
diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pemikiran.
Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Th.
2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan dalam konteks Islam, mengacu pada tiga unsur yaitu: al-
tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut, al-tarbiyah yang
terpopuler digunakan dalam praktek pendidikan Islam. Sedangkan term al-ta’lim
dan al-ta’dib jarang digunakan. Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata
rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya
menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, mengatur dan menjaga
kelestarian atau eksistensinya. Memang kata tarbiyah dengan kata kerja “rabba”
merupakan kata umum, kata yang digunakan adalah kata “pengajaran” dalam
bahasa arabnya adalah ta’lim, dengan kata kerjanya “allama.” Pendidikan dan
pengajaran dalam bahasa Arab berarti “tarbiyah wa ta’lim”. Kata kerja Rabba
(mendidik), sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad Saw. Kata lain yang
berarti pendidikan itu ialah ‘addaba’ kata ta’lim dengan kata kerjanya ‘allama’
juga sudah di gunakan pada zaman Nabi.
Adapun pengertian sosial, menurut Kamus Sosiologi dan Kependudukan,
ialah hubungan seorang individu dengan yang lainnya dari jenis yang sama; atau
pada sejumlah individu yang yang membentuk lebih banyak atau lebih sedikit

3
kelompok-kelompok yang terorganisir, juga tentang kecenderungan-
kecenderungan dan impuls-impuls yang berhubungan dengan yang lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas di simpulkan bahwa pendidikan sosial
adalah usaha sadar oleh seseorang pendidik terhadap anak untuk mempengaruhi
dan mengarahkan pada proses sosial.
Definisi pendidikan sosial yang lebih luas diberikan oleh Abdullah Nasih
Ulwan. Ia menjelaskan bahwa pendidikan sosial adalah : “Pendidikan sosial
adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang
baik dan dasar-dasar psikis yang mulia dan bersumber pada aqidah islamiyah yang
abadi dan perasaan keimanan yang mendalam agar di dalam masyarakat nanti ia
terbiasa dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang
dan tindakan yang bijaksana.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan sosial adalah usaha mempengaruhi yang dilakukan
dengan sadar, sengaja dan sistematis agar individu dapat membiasakan diri dalam
mengembangkan dan mengamalkan sikap-sikap dan perilaku sosial dengan baik
dan mulia dalam lingkungan masyarakat sesuai dngan hak dan kewajibannya
sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.

B. Hadis Tentang Pendidikan Sosial


Rasulullah mengajarkan umatnya untuk bertaqwa kepada Allah, salah
satunya dengan menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia juga
sesama makhluk-Nya. Aktivitas-aktivitas yang dapat lebih mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara berinteraksi dan bersosialisasi sesama umat muslim
adalah sebagai berikut :
1. Silaturahim
Salah satu yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah
(Hablumminallah) adalah juga dengan memperbaiki hubungan kita dengan
sesama manusia sebagai makhluk-Nya. (hablumminannas) atau biasa disebut:
Silaturahim.

4
Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb
al-Anshârî:

‫ ْد‬Dَ‫ا َل لَق‬DDَ‫ق أَوْ ق‬


َ ِّ‫ ْد ُوف‬Dَ‫ لَق‬: ‫ال النَّبِ ُّي‬D ِ َّ‫ ُدنِي ِمنَ الن‬D‫ ْد ِخلُنِي ْال َجنَّةَ َويُبَا ِع‬Dُ‫ يا َرسُو َل هَّللا ِ أَ ْخبِرْ نِي بِ َما ي‬: ‫أَ َّن َر ُجاًل قَا َل‬
َ Dَ‫ار فَق‬
‫ ُل َذا‬D‫َص‬ ِ ‫اةَ َوت‬DD‫ؤتِي ال َّز َك‬Dْ Dُ‫اَل ةَ َوت‬D‫الص‬ ُ ‫د هَّللا َ اَل تُ ْش ِر‬Dُ ُ‫ تَ ْعب‬: ‫ي َك ْيفَ قُ ْلتَ ؟ فَأَعَا َد ال َّر ُج ُل فَقَا َل النَّبِ ُّي‬
َّ ‫ك بِ ِه َش ْيئًا َوتُقِي ُم‬ َ ‫هُ ِد‬
َ‫ت بِ ِه َد َخ َل ْال َجنَّة‬
ُ ْ‫ك بِ َما أَ َمر‬
َ ‫ إِ ْن تَ َم َّس‬: ‫ك فَلَ َّما أَ ْدبَ َر قَا َل النَّبِ ُّي‬
َ ‫َر ِح ِم‬

“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa


sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa
memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau
“Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang
itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan
sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung
silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia
masuk surga”. (H.R Bukhari & Muslim)

Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur


panjang dan banyak rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ِ َ‫َم ْن َس َّرهُ أَ ْن يُ ْب َسطَ لَهُ فِي ِر ْزقِ ِه أَوْ يُ ْن َسأ َ لَهُ فِي أَثَ ِر ِه فَ ْلي‬
ُ‫صلْ َر ِح َمه‬

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan


umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ ‫صلَهُ هَّللا ُ َو َم ْن قَطَ َعنِي قَطَ َعهُ هَّللا‬ ِ ْ‫ال َّر ِح ُم ُم َعلَّقَةٌ بِ ْال َعر‬
َ ‫ش تَقُو ُل َم ْن َو‬
َ ‫صلَنِي َو‬

“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang


menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang
memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun
‘alaihi].

5
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa
menyambung silaturahmi lebih besar pahalanya daripada memerdekakan seorang
budak. Dalam Shahîh al-Bukhâri, dari Maimûnah Ummul-Mukminîn, dia berkata:

‫انَ أَ ْعظَ َم‬D‫ك َك‬


ِ Dَ‫ا أَ ْخ َوال‬Dَ‫وْ أَ ْعطَ ْيتِه‬Dَ‫ك ل‬
ِ َّ‫ا إِن‬D‫ا َل أَ َم‬Dَ‫ت نَ َع ْم ق‬ ِ ‫ت َولِي َدتِي قَا َل أَ َوفَ َع ْل‬
ْ َ‫ال‬Dَ‫ت ق‬ ُ ‫يَا َرسُو َل هَّللا ِ أَ َش َعرْ تَ أَنِّي أَ ْعتَ ْق‬
‫ك‬ ِ ‫أِل َجْ ِر‬

“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?”


Nabi bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”.
Nabi bersabda, “Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu,
maka itu akan lebih besar pahalanya”.

Yang amat disayangkan, ternyata ada sebagian orang yang tidak mau
menyambung silaturahmi dengan kerabatnya, kecuali apabila kerabat itu mau
menyambungnya. Jika demikian, maka sebenarnya yang dilakukan orang ini
bukanlah silaturahmi, tetapi hanya sebagai balasan. Karena setiap orang yang
berakal tentu berkeinginan untuk membalas setiap kebaikan yang telah diberikan
kepadanya, meskipun dari orang jauh.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫صلَهَا‬
َ ‫ت َر ِح ُمهُ َو‬ ِ ‫اص ُل بِ ْال ُم َكافِ ِئ َولَ ِك ْن ْال َو‬
ْ ‫اص ُل الَّ ِذي إِ َذا قُ ِط َع‬ ِ ‫ْس ْال َو‬
َ ‫لَي‬

“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung


hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi
ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”.
[Muttafaqun ‘alaihi].

Oleh karena itu, sambunglah hubungan silaturahmi dengan kerabat-kerabat


kita, meskipun mereka memutuskannya. Sungguh kita akan mendapatkan balasan
yang baik atas mereka.

2. Memuliakan tamu
Tamu dalam Islam mempunyai kedudukan yang amat terhormat. Dan
menghormati tamu termasuk dalam indikasi orang beriman.

6
Sebagaimana hadits Rasulullah mengatakan:

ِ ‫بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم‬


‫اآلخ ِر‬ ُ‫ َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمن‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَ َّن َرسُوْ َل هللا‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ َر‬
ِ ‫بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم‬
‫اآلخ ِر‬ ُ‫ َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمن‬،ُ‫ َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم َجا َره‬،‫ت‬ْ ‫فَ ْليَقُلْ َخيْراً أًوْ لِيَصْ ُم‬
َ ‫فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
ُ‫ض ْيفَه‬

]‫[رواه البخاري ومسلم‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam,
barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia
memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. [Bukhari no. 6018, Muslim
no. 47]

Kalimat “hendaklah ia memuliakan tetangganya…….., maka hendaklah ia


memuliakan tamunya” , menyatakan adanya hak tetangga dan tamu, keharusan
berlaku baik kepada mereka dan menjauhi perilaku yang tidak baik terhadap
mereka. Allah telah menetapkan di dalam Al Qur’an keharusan berbuat baik
kepada tetangga dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Jibril selalu menasehati diriku tentang urusan tetangga, sampai-sampai aku
beranggapan bahwa tetangga itu dapat mewarisi harta tetangganya”.

Bertamu itu merupakan ajaran Islam, kebiasaan para nabi dan orang-orang
shalih. Sebagian ulama mewajibkan menghormati tamu tetapi sebagian besar dari
mereka berpendapat hanya merupakan bagian dari akhlaq yang terpuji.

3. Berbuat Baik Kepada Tetangga


Tetangga merupakan orang-orang yang sangat dekat dan menjadi orang
pertama mengetahui jika kita ditimpa musibah. Olehnya, hubungan bertetangga
tidak bisa dianggap remeh karena mereka adalah saudara. Hidup bertetangga
harus saling kunjung mengunjungi karena itu merupakan perbuatan terpuji, dari
pertemuanlah yang melahirkan kasih sayang yang sebenarnya. Hubungan baik

7
antara tetangga merupakan perbuatan yang terhormat dan Nabi saw., menjadikan
penghormatan kepada tetangga sebagai bagian keimanan kepada Allah dan Rasul,
sebagaimana hadis berikut:

َ ‫َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْاأل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬


ُ‫ض ْيفَه‬

“…Barangsiapa yang beriman kepada Allah , dan hari akhir hendaklah ia


memuliakan tetangganya” (HR. Bukhari, Muslim).

Apa saja yang bisa dilakukan untuk memuliakan tetangga, diantaranya:


a. Menjaga hak-hak tetangga
b. Tidak mengganggu tetangga
c. Berbuat baik dan menghormatinya
d. Mendengarkan mereka
e. Mendakwahi mereka dan mendo’akannya, dst.

4. Saling menziarahi

Rasulullah SAW, sering menziarahi para sahabatnya. Beliau pernah


menziarahi Qois bin Saad bin Ubaidah di rumahnya dan mendoakan: “Ya Allah,
limpahkanlah shalawat-Mu serta rahmat-Mu buat keluarga Saad bin Ubadah”.
Beliau juga berziarah kepada Abdullah bin Zaid bin Ashim, Jabir bin Abdullah
juga sahabat-sahabat lainnya. Ini menunjukkan betapa ziarah memiliki nilai positif
dalam mengharmoniskan hidup bermasyarakat.

“Abu Hurairah RA. Berkata: Bersabda Nabi SAW: Ada seorang


berziyarah pada temannya di suatu dusun, maka Allah menyuruh seorang
malaikat (dengan rupa manusia) menghadang di tengah jalannya, dan ketika
bertemu, Malaikat bertanya; hendak kemana engkau? Jawabnya; Saya akan
pergi berziyarah kepada seorang teman karena Allah, di dusun itu. Maka
ditanya; Apakah kau merasa berhutang budi padanya atau membalas budi
kebaikannya? Jawabnya; Tidak, hanya semata-mata kasih sayang kepadanya
karena Allah. Berkata Malaikat; Saya utusan Allah kepadamu, bahwa Allah kasih

8
kepadamu sebagaimana kau kasih kepada kawanmu itu karena Allah” (HR.
Muslim).

5. Memberi Bantuan Sosial


Orang-orang lemah mendapat perhatian yang cukup tinggi dalam ajaran
Islam. Kita diperintahkan untuk mengentaskannya. Bahkan orang yang tidak
terbetik hatinya untuk menolong golongan lemah, atau mendorong orang lain
untuk melakukan amal yang mulia ini dikatakan sebagai orang yang mendustakan
agama.
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”
(Q.S. Al Maa’un: 1-3).
Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa Islam menuntut ummatnya untuk
menerapkan perilaku-perilaku kebaikan sosial. Untuk lebih luas lagi dapat
dikatakan bahwa wujud nyata atau buah dari seorang mu’min yang rukuk, sujud,
dan ibadah kepada Allah SWT adalah dengan melakukan aktivitas kebaikan.
Seorang yang menyatakan diri beriman hendaknya senantiasa menyuguhkan,
menyajikan kebaikan-kebaikan di tengah masyarakat. Jika setiap orang yang
beriman rajin melakukan hal ini, maka tatanan sosial yang di cita-citakan oleh
ilmuan-ilmuan sosial akan terwujud.
Manusia harus manjalin tiga hubungan yang harmonis dengan tiga elimen
didunia ini, diantaranya dengan tuhannya, manusia, dan alam. Alam akan
terperlihara ketika manusia sadar bahwa dia membutuhkan alam untuk
keberlangsungan hidupnya, terjadi ekploitasi terhadap alam dikarenakan manusia
tidak beriman kepada tuhannya, padahal tuhan memberikan anugrah alam ini
untuk di urus oleh manusia supaya seimbang dan tidak menimbulkan malapetaka
bagi manusia sendiri, seperti dalah hadits nabi saw;

‫د هللا بن‬DD‫ولى لعب‬DD‫وس م‬DD‫ا ب‬DD‫حد ثنا ابو بكر بن ابى شيبة ومسدد المعنى قاال حد ثنا سفيان عن عمرو عن ابى ق‬
‫ل‬D‫وا اءه‬DD‫رحمن ارحم‬D‫وهم ال‬DD‫عمرو عن عبد هللا بن عمرو يبلغ به النبي صلى هللا عليه وسلم الراحمون يرحم‬
‫الرض يرحمكم من فى السماء‬
Artinya :

9
Mengajarkan kepada kita abu bakar Ibn Abi syaibah dan musaddad al-
ma’na berkata Abu Bakar telah mengajarkan Sufyan dari Umar bin Qabus Maula
Lingabdillah dari Abdullah bin Umar sampai Abu Bakar kepada Nabi SAW; Yang
merahmat kamu sekalian akan merahmat kamu yaitu allah swt, harus saling
menyayangi terhadap ahli bumi maka akan merahmat kepada kamu dzat yang
ada dilangit
Dalam kata “ ‫ ”ارحموا‬menyatakan bahwa kita harus menyayangi terhadap
segala apa yang ada dimuka bumi ini, baik terhadap manuisa, hewan, tumbuhan ,
dan lain-lain yang dikatergarikan sebagai makhluk yang ada dimuka bumi ini.

6. Menolong Orang Lain

‫ب‬
ِ ‫ر‬D َ D‫ةً ِم ْن ُك‬Dَ‫لِ ٍم ُكرْ ب‬D‫س ع َْن ُم ْس‬ َ َ‫لَّ َم َم ْن نَف‬D‫ ِه َو َس‬D‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ال‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫ع َْن أَبِ ْي ه َُر ْي َرةَ َر‬
‫ َر ِة َو َم ْن‬D‫ ُّد ْنيَا َو ْاآل ِخ‬D‫ ِه فِى ال‬D‫ َر هللاُ َعلَ ْي‬D‫ ٍر يَ َّس‬D‫ْس‬ِ ‫ َر َعلَى ُمع‬D‫ب يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة َو َم ْن يَ َّس‬ِ ‫س هللاُ ع َْن ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬ َ َّ‫ال ُّد ْن َي نَف‬
)‫ (أخرجه مسلم‬.‫د َما َكانَ ْال َع ْب ُد فِى عَوْ ِن أَ ِخ ْي ِه‬Dِ ‫َستَ َر ُم ْسلِ ًما َست ََرهُ هللاُ فِى ال ُّد ْنيَا َو ْاآل ِخ َر ِة َوهللاُ فِى عَوْ ِن ْال َع ْب‬
Dari Abu Hurairah ra., Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa melepaskan
kesusahan hidup seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan melepaskan
kesusahan di hari kiamat darinya. Barangsiapa memudahkan urusan (mukmin)
yang sulit, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat.
………..Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba itu
senantiasa menolong saudaranya." (HR Muslim)

Hadist di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu


memperhatikan sesama muslim dan memberikan pertolongan jika
seseorang mendapatkan kesulitan. M e l e p a s k a n b e r b a g a i k e s u s a h a n
o r a n g m u k m i n Melepaskan kesusahan orang lain sangat luas maknanya,
bergantung pada kesusahan yang sedang diderita oleh saudaranya seiman
tersebut. Jika saudaranya termasuk orang miskin, sedangkan ia
termasuk orang yang berkecukupan atau kaya, ia harus berusaha
menolongnya dengan cara memberikan pekerjaan atau memberikan
pertolongan sesuai kemampuan yang dimiliki.

10
Orang muslim yang membantu meringankan atau
m e l o n g g a r k a n kesusahan saudaranya seiman berarti telah menolong hamba
Allah SWT.y a n g s a n g a t d i s u k a i o l e h - N y a d a n A l l a h S W T . p u n
a k a n m e m b e r i k a n pertolongan-Nya serta rnenyelamatkannya dari berbagai
kesusahan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana FirmanNya : Jika kamu
menolong (agama) niscaya Allah pun akan menolongkamu semua . . ." (Q.S .
Muhammad 7)

7. Tolong Menolong dengan Nonmuslim


Seperti halnya pendidikan sosial kemasyarakatan yang terjalin antarsesama
muslim, Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-harinya juga telah
mencontohkan bagaimana berinteraksi dengan nonmuslim. Di antaranya
Rasulullah SAW pernah membangun sebuah kerjasama dengan Yahudi Khaibar
melalui ikatan perjanjian. Para Yahudi Khaibar diberi kepercayaan oleh
Rasulullah SAW untuk mengolah tanah Khaibar dengan ketentuan separuh
hasilnya untuk mereka. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam salah satu hadits
Nabi SAW:
‫صلَّى اهل ُل َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم خيبر اليهود أن يعملوها‬
َ ‫ أعطى رسول اهلل‬:‫ع َْن عبد اهلل بن عمر قال‬
‫ويزرعوها ولهم شطر ما يخرج منها‬
(‫)رواه البخاري‬
“Dari Abdullah ibn Umar ia berkata: Rasulullah SAW memberikan
Khaibar kepada Yahudi agar mereka mengelola dan menanaminya, serta mereka
mendapat setengah dari hasilnya” (HR. al-Bukhari)
Berdasarkan hadits di atas tampak jelas bahwa tindakan Rasulullah SAW
memberikan tanah Khaibar kepada orang-orang Yahudi (nonmuslim) yang tinggal
di daerah tersebut untuk kemudian mengolahnya dan mengambil separuh hasilnya
untuk memenuhi kebutuhan mereka, menunjukkan bahwa Rasulullah SAW juga
pernah membantu umat nonmuslim semasa hidupnya. Kendati demikian perlu
digarisbawahi bahwa tentunya tidak setiap nonmuslim yang dapat diperlakukan
demikian. Tindakan Rasulullah SAW semacam itu hanya dilakukan terhadap
orang-orang kafir dzimmi (orang-orang kafir yang dilindungi dan dijamin
keamanannya karena tinggal di wilayah umat Islam). Sementara terhadap orang-

11
orang kafir harby, Rasulullah SAW tidak ada mencontohkan suatu sikap
sebagaimana yang pernah ia lakukan terhadap orang-orang kafir dzimmi di
Khaibar.

C. Pentingnya Pendidikan Sosial Dalam Hidup Bermasyarakat


Pendidikan sosial sangatlah penting bagi kehidupan, betapa tidak!, dengan
pendidikan sosial sebagai kemudahan kita dalam menjalani hidup dan
menegaskan kodrat manusia yaitu makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri,
contoh kecil yang kita alami dalam melakukan pendidikan sosial seperti saling
berinteraksi antar sesama manusia, tanpa adanya perbedaan latar belakang
identitas seperti suku, agama, ras, dan kebudayaan. Pendidikan sosial
mengajarkan bagaimana cara menghargai antar sesama dalam arti positif, yaitu
berbuat baik walaupun dalam artian negatif berbuat jahat juga termasuk dalam
pendidikan sosial tetapi hindarilah unsur negatif dalam bersosial. Karena sampai
kapan pun pendidikan sosial akan melekat.
Pendidikan sosial dalam artian positif menurut St Vebrianto mengajarkan
bahwa selama kita berusaha untuk mempengaruhi dan mengembangkan sikap
sosial, dan pengertian semacam ini merupakan dari analogi dari pendidikan
jasmani, pendidikan religius, pendidikan etik, serta pendidikan intelektual. Jadi
pendidikan sosial dapat melingkup aspek dari cabang pendidikan tersebut melalui
proses pendidikan sosial dan menerapkan dalam bermasyarakat.
Masalah yang terjadi pada fenomena sosial sering terjadi pada masyarakat
dan pada diri pribadi pun terjadi masalah sosial yang ditandai oleh adanya
kejadian abnormal sosial pada masyarakat yang saat ini marak terjadi contohnya
banyak kasus kriminal yang menimbulkan kegelisahan dalam masyarakat dalam
melakukan kegiatan sosial dan dalam diri pribadi masalah sosial yang terjadi
adalah banyaknya masyarakat yang menutup diri dalam kegiatan sosial, tak acuh,
dan penyebab utamanya adalah kemajuan teknologi saat ini yang selalu
memudahkan masyarakat dalam berkehidupan tanpa adanya berinteraksi langsung
dengan masyarakat lainnya sehingga masyarakat yang tak acuh dalam fenomena
sosial disebut manusia "ANSOS" atau Anti Sosial.

12
Maka dari itu sangat penting untuk penekanan dalam pendidikan sosial
harus diperhatikan mulai dari lingkup keluarga, karena pendidikan sosial berawal
dari interaksi antar orang tua dan anak, lalu pada lingkup instansi pendidikan
seperti sekolah dan masyarakat luas agar proses bersosial akan semakin terbentuk
dan semakin peka akan perubahan sosial dari masyarakat, contohnya kritis dan
terjun langsung dalam mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Hal ini
bisa terjadi karena proses sosial yang terjadi pada dirinya sudah terbentuk.
Di dalam Al-Qur'an surah Al-Hujurat ayat 11-13 pun proses pendidikan
sosial diwajibkan oleh seluruh umat manusia agar tidak saling mengolok-olok,
mengejak, ghibah, dan diwajibkan untuk saling mengenal dari berbagai latar
belakang suku, agama, ras, dan budaya. Menciptakan perdamaian dan persatuan
sebagai hasil dari proses bersosial.
Bahkan proses bersosial pun termaktub dalam sila ke 5 pancasila yang
berbunyi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", mempunyai makna yang
begitu dalam menerapkan sikap bersosial dalam masyarakat, bersikap adil tanpa
memandang latar belakar agama, suku, dan budayanya dan tidak saling mencela
satu sama lain. Karena bersosial adalah suatu kodrat yang dimiliki manusia dan
pendidikan sosial memberikan proses untuk mencapai kemantapan manusia dalam
bersosial kepada manusia yang lainnya, juga slogan "Bhinneka Tunggal Ika" yang
berarti berbeda-beda tetapi tetap satu kesatuan menjadi slogan Negara Kesatuan
Republik Indonesia di dalam Pancasila dan itu menjadi penegas bahwa pendidikan
sosial menjadi unsur penting dalam bermasyarakat dan bernegara.
Hasil indah dari pendidikan sosial adalah terciptanya keberagaman dalam
kehidupan manusia, mengenal lebih dari satu atau dua suku, agama, ras, dan
budaya yang berbeda, menciptakan perdamaian dalam kehidupan yang
berdampingan, dan saling tolong menolong antar sesama.

13
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Kesimpulan dalam pembahasan makalah ini, yakni :
1. Pendidikan sosial adalah usaha mempengaruhi yang dilakukan dengan
sadar, sengaja dan sistematis agar individu dapat membiasakan diri dalam
mengembangkan dan mengamalkan sikap-sikap dan perilaku sosial
dengan baik dan mulia dalam lingkungan masyarakat sesuai dngan hak
dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.
2. Rasulullah mengajarkan kita untuk dapat menjalin hubungan yang baik
dengan sesama manusia juga sesama makhluk-Nya, juga dengan
lingkungan sekitar. Aktivitas-aktivitas yang dapat lebih mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara berinteraksi dan bersosialisasi sesama umat
muslim yaitu : 1) Silaturahim, 2) Memuliakan tamu, 3) Berbuat baik
kepada tetangga, 4) Saling menziarahi, 5) Memberi bantuan sosial, 6)
Menolong orang lain, 7) Tolong menolong dengan nonmuslim.
Karena dengan cara berinteraksi dan bersosialisasi, manusia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya serta dapat saling memberi dan saling
mengambil manfaat satu sama lain. Hal ini juga dapat mempererat
hubungan baik antar manusia, maupun manusia dengan makhluk lain.
Karena saling mengasihi sesama makhluk Allah adalah hal yang Allah
senangi
3. Pentingnya pendidikan sosial dalam hidup bermasyarakat karena
dengan pendidikan sosial sebagai kemudahan kita dalam menjalani hidup
dan menegaskan kodrat manusia yaitu makhluk sosial yang tidak bisa

14
hidup sendiri. Proses pendidikan sosial diwajibkan oleh seluruh umat
manusia agar tidak saling mengolok-olok, mengejak, ghibah, dan
diwajibkan untuk saling mengenal dari berbagai latar belakang suku,
agama, ras, dan budaya. Menciptakan perdamaian dan persatuan sebagai
hasil dari proses bersosial.

B. Saran
Kami menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan
yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, kami akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Handriyani, Putri Kasih. 2014. PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG


DALAM AL-QURAN SURAT ALI IMRAN AYAT 159. Skripsi. Jakarta :
UIN Syarif Hidayatullah.
Mayastika, Salma Intan. 2017. “Makalah_hadits Tentang Pendidikan Sosial Dan
Masyarakat”. https://www.scribd.com/document/342874976/Makalah-
hadits-Tentang-Pendidikan-Sosial-Dan-Masyarakat-Copy-2, diakses pada
November 2021.
Nimmasubhani. 2016. PENDIDIKAN SOSIAL KEMASYARAKATAN DALAM
HADITS (SEBUAH PENDEKATAN HISTORIS). Jurnal al-Furqan. 3 (2).
Rosyidi, Ahmad Zain. 2018. “Pentingnya Pendidikan karakter Sosial Dalam
Hidup Bermasyarakat”.
https://www.suara.com/tekno/2021/08/13/111204/cara-menulis-daftar-
pustaka-dari-sumber-buku-skripsi-jurnal-dan-internet?page=all, diakses
pada November 2021.

16

Anda mungkin juga menyukai