Anda di halaman 1dari 12

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Da’i
Kata da’i berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakar (laki-laki) yang berarti
orang yang mengajak, kalau muanas (perempuan) disebut da’iyah. Dalam
kamus bahasa Indonesia da’i diartikan orang yang pekerjaannya berdakwah,
pendakwah: memulai kegiatan dakwah para da’i menyebarluaskan ajaran Islam.
Dengan kata lain da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik
secara langsung atau tidak langusng, melalaui lisan, tulisan atau perbuatan
untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebarluaskan ajaran Islam,
melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut ajaran
Islam. Da’i dalam posisi ini disebut subjek dakwah, yaitu pelaku dakwah yang
senantiasa aktif menyebarluaskan ajaran Islam.
Seorang muslim mesti sadar bahwa dirinya adalah subjek dakwah, ia adalah
pelaku yang tak boleh absen. Tidak ada kekacualian seseoarang untuk lepas
dari kedududkannya sebagai subjek dakwah. Dalam keadaan dan situasi
bagaimanapun manusia Muslim tetap harus sadar bahwa dirinya adalah subjek
dakwah yang harus secara terus menerus melaksanakan tugasnya sebagai da’i
dengan cara-cara yang sesuai dengan tempat bdan situasinya.
Da’i ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang yang ingin
mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Ia adalah petunjuk jalan yang harus
mengerti dan memahami terlebih dahulu oleh seorang muslim, sebelum ia
memberi petunjuk jalan kepada orang lain. Oleh karena itulah kedudukan
seorang da’i di tengah masyarakat menempati kedudukan yang penting, ia
adalah seorang pemuka (pelopor) yang selalu da’i diteladani oleh msyarakat
disekitarnya. Perbuatan dan tingkah laku da’i selalu dijadikan tolak ukur oleh
masyarakatnya. Ia adalah seorang pemimpin ditengah masyarakat walau tidak
pernah dinobatkan resmi sebagai pemimpin. Kemunculan da’i sebagai pemimpin
adalah kemunculan atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap.
Itulah sebabnya sebagai harus sadar bahwa segala tingkah lakunya selalu
dijadikan tolak ukur masyarakatnya.1
B. Kepribadian para Nabi dalam berdakwah.
Al-Qur’an mengkisahkan sifat-sifat luhur para nabi dan rasul ketika mereka
6melaksanakan dakwah kepada umatnya. Diantaranya Nabi Nuh a.s dikenal
sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah, Nabi Ibrahim a.s
dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah, serta amat
tekun bermujahadah mendekatkan diri kepada Allah, Nabi daud dikenal sebagai
nabi yang sangat menonjolkan rasa syukur serta pengahrgaanya terhadap
nikamat Allah, Nabi Zakaria as. Yahya a.s dan Isa a.s, adalah nabi-nabi yang

1
Enjang As dan Aliyudin,Dasar-dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Pendidikan, 2019)hlm. 73-74
berupaya menghindari kenikmatan dunia deni mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Nabi Yusuf a.s terkenal gagah dana mat bersyukur dalam nikmat dan bersabar
menahan cobaan, Nabi Yunus as. Dikenal sebagai yang amat khusuyuk ketika
berdo’a, Nabi Musa terbukti sebagai Nabi yang diberi ketegasan, Nabi Harun a.s
sebaliknya nabi yang penuh kelemah lembuatan. Demikian seterusnya, dan Nabi
Muhammad Saw meneladani semua keistimewaan mereka itu.
Kalau melihat secara khusus gambaran tentang kemulyaan akhlak Nabi
Muhammad umpamanya dijelaskan dalam sebuah riwayat ketika seorang
sahabat bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullahsaw, ibunda kaum
muslimin menjawab secara singkat, “Akhlak beliau adalah Al-qur’an”. Sebagai
seorang Rasul, Muhammad Saw adalah orang pertama yang harus
mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Karena ayat-ayat Al-
Quran membentuk peribadi beliau menjadi “Manusia Qurani”, yakni manusia
yang seluruh tindakan dan perbuatan beliau diwarnai oleh Al-Qur’an.
Walhasil Muhammad mengejewantahkan al-quran dalam bentuk manusia, jika
ia berbicara maka bicaranya adalah cara berbicara menurut al-quran, jika ia
duduk, maka duduknya adalah duduk “model Al-quran”.
Disinilah letak pentingnya seorang pemimpin sebagai uswah. Ketika Nabi
Muhammad SAW berdakwah, mska umat melihat langsung model nyata dari apa
yang didakwahkan, sehingga memudahkan mereka untuk mengikutinya. Umat
akan lebih mudah mengikuti sebuah ajaran ketika memang ada model nyata
yang dilihatnya.
Dalam berdakwah menuntut bersatunya kata dengan sikap. Karena
keteladanan para juru dakwah merupakan salah satu andalannya. Merujuk pada
petunjuk Al Quran, pada saat menjelaskan tentang kewajiban seorang anak
untuk menghormati orang tuanya, pada saat itu pula ia mewajibkan orang tua
mendidik anak-anaknya, memberikan contoh kepada mereka. Pada saat
masyarakat diwajibikan menaati para Rasul dan para Pemimpin, pada saat yang
sama Rasul dan para Pemimpin diperintahkan menunaikan amanah,
menyayangi yang dipimpin sambal bermusyawarah dengan mereka, ketika ada
perintah dari seorang da’I untuk berdakwah, menasihati orang lain, dia juga
dituntut untuk memberikan suri tauladan, dan umat pun diperintahkan untuk
meneladani sikap serta prilaku yang baik.2
C. Kualifkasi Pendakwah
Dalam Ilmu Komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang yang
menyampaikan pesan komunikasi (messege) kepada orang lain. Karena dakwah
bisa melalui tulisan, lisan, perbuatan, maka penulis keislaman, peceramah Islam,
mubaligh, guru mengaji, pengelola panti asuhan Islam dan sejenisnya termasuk
pendakwah. Pendakwah bisa bersifat individu ketika dakwah yang dilakukan
secara perorangan dan bisa juga kelompok atau kelembagaan ketika dakwah

2
Enjang As dan Aliyudin,Dasar-dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Pendidikan, 2019)hlm. 79-80
digerakkan oleh suatu kelompok atau organisasi. Dari segi keahlian yang dimiliki,
Toto Tasmara (1977:41-42) menyebutkan juga dua macam pendakwah.
a. Secara umum adalah setiap Muslim dan mukallaf (sudah dewasa). Kewajiban
dakwah telah melekat tak terpisahkan pada mereka sesuai dengan
kemampuan masing-masing sebagai realisasi perintah Rasulullah untuk
menyampaikan islam kepada semua orang walaupun hanya satu ayat.
b. Secara khusus adalah muslim yang telah mengambil spesialisasi
(mutakhashish) dibidang agama islam, yaitu ulama dan sebagainya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim (1988, II:227:170) dari Tsauban,
Nabi SAW bersabda, “Diantara umatku selalu ada kelompok yang
menegakkan kebenaran. Orang yang membenci mereka tidak dapat
memberikan bahwa kepada mereka. Hingga datangnya kepetusan Allah,
mereka pun seperti itu.” Dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun
pendakwah selalu hadir untuk mempelajari ajaran islam sekaligus
memperkenalkannya kepada masyarakat luas.
Ali Abdul Halim Mahmud (1995: 184) secara panjang lebar menjelaskan
persyaratan bagi seorang pendakwah sebagai berikut:
“Syarat dan etika (adab) da’i ini bermacam-macam. Ada syarat mengenai
keagamaan, akhlak, dan komitmennya pada etika Islam; ada syarat
tentang ilmu dan pengetahuannya terhadap agama dan dakwah, ada
syarat dan kemamapuannya melaksakan dakwah gerakan (harakah);
serta kemampuanya melaksanakan setiap perbuatan yang dituntut oleh
dakwah individual (fardiyah) dalam semua tingakatannya. Ada pula syarat
dan etika mengenai kesabaran dan ketabahannya dalam melaksakan
aktivitas dan menghadapi mitra dakwah, termasuk tingakt keparcayaan
dan pengharapannya kepada Allah SWT untuk memperoleh bantuan dan
pertolongan-Nya”
‘Abd al-Karim Zaydan (1993-325) juga menghendaki kesempurnaan seorang
pendakwah. Ia menuntut pendakwah agar memiliki pemahaman Islam yang
mendalam, iman yang kukuh, dan hubungan yang kuat dengan Allah SWT.
Secara terperinci, al- Bayanunu (1993: 167) memberikan persayaratan
pendakwah sebagai berikut.
1. Memiliki keyakinan yang mendalam terhadap apa yang akan didakwahkan.
2. Menjalin hubungan yang erat dengan mitra dakwah.
3. Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang apa yang didakwahkan.
4. Ilmunya sesuai dengan perbuatan dan konsisten (istiqamah) dalam
pelaksanaanya.
5. Memiliki kepekaan yang tajam.
6. Bijak dalam memilih metode.
7. Perilakumya terpuji.
8. Berbaik sangka dengan umat Islam.
9. Menutupi cela orang lain.
10. Berbaur dengan masyarakat jika dipandang bai untuk berdakwah dan
menjauh jika justru tidak menguntungkan.
11. Menempatkan orang lain sesuai dengan kedudukannya dan mengetahui
kelebihan masing-masing individu.
12. Saling membantu, saling bermusyawarah, dan saling menasehati dengan
sesama pendakwah.
Abdul A’la al-Muadudi dalam bukunya Tadzkiratul Du’atil Islam (1984: 36-54)
mengatakan bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendakwah secara
perorangan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sanggup memerangi musuh dalam dirinya sendiri, yaitu hawa nafsu demi
ketaantan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
2. Sanggup berhijrah dari hal-hal yang maksiat yang dapat merendahkan dirinya
dihadapan Allah SWT dan dihadapan masyarakat.
3. Mampu menjadi Uswatun Hasanah dengan budi dan akhlaknnya bagi mitra
dakwahnya.
4. Memiliki persiapan mental:
a. Sabar yang meliputi di dalamnya sifat-sifat teliti, tekat yang kuat, tidak bersifat
pesimis dan putus asa, kuat pendirian serta selalu memelihara keseimbangan
antara akal dan emosi.
b. Senang memberi pertolongan kepada orang dan bersedia berkorban,
mengobarkan waktu, tenaga, pikiran, dan harta serta kepentingan yang lain.
c. Cinta dan memiliki semangat yang tinggi dalm mencapai tujuan,
d. Menyediakan diri untuk berkorban dan bekerja terus-menerus secara teratur
dan berkesinambungan.3

D. Pengetahuan Da’iah
Para dakwah atau pendakwah harus dibekali keterampilan, pengalaman,
pendidikan yang sesuai untuk tugas ini, antaranya:
a. Mendalami pengtahuan Al-Qur’an dan hadist, pengetahuan hukum Islam
lainnya. Sejarah Nabi, Ibadah, Muamalah, Akhlak, dan pengetahuan lainnya.
b. Menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan modern, degan
demikian akan memperoleh pola yang layak sesuai dengan kehidupan zaman
dan perkembagannya serta berhubungan dengan kemayarakatan serta
mengatasi segala problema.
c. Menguasai bahasa setempat dimana ia berbicara.
d. Mengetahui cara berdakwah, sistem pendidikan dan pengajaran, mengawasi
dan mengarahkan.4
E. Tugas dan Fungsi Da’i
3
Moh, Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2017)hlm.186-188
4
Abdullah Syihata, Da’wah Islamiyah (Jakrta: Departemen Agama, 1986)hlm.27
Tugas dan fungsi dakwah tugas yamg pokok seorang da’i adalah meneruskan
tugas Rasul Nabi Muhammad SAW, ia adalah pewaris nabi (warasatu al-nabiy)
yang berarti harus menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti dimuat dalam al-
Quran yang 30 juz atau 114 surat. Sebagai pewaris Nabi ia juga harus
menyampaikan ajaran-ajaran Nabi Muahammad Saw (al-Sunnah).
Sedangkan fungsi seorang da’i adalah:
a. Meluruskan akidah; sudah menjadi naluri manusia selalu tidak lepas dari
kesalahan dan kekeliruan dan tidak terkecuali terhadap keyakinan dan
akidahnya. Manusia memiliki nalurui untuk bertuhan, Cuma kadang dalam
mengaktualisasi kannya menempuh jalan keliru, sehingga memiliki tuhan
yang keliru, dalam hal ini da’i menunjukan siapa tuhan yang hakiki dengan
petunjuk al-Quran dan al-Sunnah, sehingga menganut tauhidullah, (mengakui
dan memurnikan keesaan Allah, sebagai tuhan yang hak untuk disembah).
b. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar. Seorang da’i
memberikan pencerahan dan penyadaran akan keneradaan manusia sebagai
hamba Allah dengan tuntutan dan aturan-aturan-Nya.
c. Amar ma’ruf nahi munkar, sebagi wujud nyata dari fungsi seorang da’i selalu
memiliki perhatian pada sesame untuk bersama-sama mengakkan yang
ma’ruf dan meninggalkan yang munkar untuk menciptakan kedamaian
bersama,
d. Menolak kebudayaan yang merusak, Seorang da’i dalam melaksanakan
kegiatam dakwahnya, tentu tidak boleh larut dalam beretentangan dengan
syariat Islam, dan mesti kuat mempertahankan kaidah-kaidah, hukum-hukum
dan tata pergaulan muslim. Seorang dai tentu tidak boleh direndahkan oleh
dirinya juga keadaan, sehingga pada akhirnya meneyelewwngkan syariat
Islam. Para dai mesti tangguh dalam memperthankan syariat dan terus
berupaya untuk mengubah norma yang menyimpang dan terus berusaha
untuk menenggakkan sistem Islam.5
F. Tujuan Dakwah
Tujuan dalam bahasa Inggris dapat dipilah dalam beberapa term:
target,objective, purpose, aim dan goal, adalah hal tertentu yang ingin dicapai.
Pada dasarnya, dakwah merupakan rangkaian kegiatan atau proses dalam
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini di maksudkan sebagai peberi
arah atau pedoman bagin gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab, tanpa tujuan
yang jelas, seluruh kegiatan dakwah akanm sia-sia. Apalagi bila ditinjaun dari
pendekatan sistem , tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah.
Menurut Al Quran salah satu tujuan dakwah dapat ditemukan dalam surat Yusuf
ayat 108:
“Katakanlah, “inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku,
mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan
aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik”

5
Enjang As dan Aliyudin,Dasar-dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Pendidikan, 2019)hlm. 74-75
Menurut ayat diatas, salah satu tujuan dakwah adalah membentangkan jalan
Allah diatas bumi agar melalui umat manusia. Dengan berdasarkan diri pada
ayat di atas, Abdul Rasyid Shaleh membagi tujuan dskwah menjadi dua, yakni
tujuan utama dakwah (altimate goal) dan tujuan departemental (tujuan perantara)
kadang disebut juga tujua menengah atau lanjutan (intermidate goal).
Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang imgim dicapai atau
ingin diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan
utama inilah maka semua penyusunan, semua rencana, dan tindakan dakwah
harus dilanjutkan dan diarahkan. Tujuan dakwah sebagaimana telah dirumuskan
ketika memberi pegertian tentang dakwah adalah terwujudnya kebahgiaan dan
kesehteraan hidup di dunia dan akhirat yang di ridhoi Allah SWT. Di lihat dari
segi tujuan utama dakwah, tujuan departemental adalah merupakan tujuan
perantara. Sebagai perantara oleh karenanya tujuan departemental berintikan
nilai-nilai yang dapat mendatangakan kebahagiaan dan kesejahteraan yang di
ridhai oleh Allah SWT; masing-masing sesuai dengan segi dan bidangnya.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
 Pengertian Da’i Kata da’i berasal dari bahasa Arab bentuk
mudzakar (laki-laki) yang berarti orang yang mengajak, kalau muanas
(perempuan) disebut da’iyah. Dalam kamus bahasa Indonesia da’i
diartikan orang yang pekerjaannya berdakwah, pendakwah: memulai
kegiatan dakwah para da’i menyebarluaskan ajaran Islam. Dengan
kata lain da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik
secara langsung atau tidak langusng, melalaui lisan, tulisan atau
perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau
menyebarluaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah
kondisi yang lebih baik menurut ajaran Islam. Da’i dalam posisi ini
disebut subjek dakwah, yaitu pelaku dakwah yang senantiasa aktif
menyebarluaskan ajaran Islam.
 Tugas dan fungsi dakwah tugas yamg pokok seorang da’i adalah
meneruskan tugas Rasul Nabi Muhammad SAW, ia adalah pewaris
nabi (warasatu al-nabiy) yang berarti harus menyampaikan ajaran-
ajaran Allah seperti dimuat dalam al-Quran yang 30 juz atau 114
surat. Sebagai pewaris Nabi ia juga harus menyampaikan ajaran-
ajaran Nabi Muahammad Saw (al-Sunnah).
a. Meluruskan Akidah.
b. Memotivasi Umat agar beribadah dengan baik dan benar.
c. Amar ma’ruf nahi mungkar.
d. Menolak kebudayaan yang merusak.
B. Saran
Sebagaimana yang telah kami sadaridari awal penulisan makalah ini tidak
jauh dari kata kekurangan , karena seperti yang kita ketahui manusia tidak
ada yang sempurna pasti ada kekurangan . Oleh karena itu besar harapan
kam kepada para pembaca untuk memberikan saran dan untuk
penyempurnaan makalah yang sederhana ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Azis. Moh, 2017. Ilmu Dakwah. Jakarta:Kencana.


Ejang dan Aliyudin, 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya
Padjadjaran.
Syihata.Abdullah 1986. Dawah Islamiyah.Jakarta: Depatemen Agama.
Tugas Dan Fungsi Da’i
( Mata Kuliah Ilmu Dakwah )

Dosen Pengampu: Dra.Jundah M.A

Disusun oleh :

Kelompok 4
11180530000078 : Husna Dinni
11180530000032 : Abdul Wahid Nur
11180530000067 : Dindha Arfia Azhari
111805300000 : Faizah Rakhma

KELAS 3B
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah–Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dakwah dalam Al Qur’an.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi sususan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembicara agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan mafaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

TIM PENYUSUN

Ciputat, 2 Oktober 2019


DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................2
PENDAHULUAN....................................................................................2
A. Latar Belakang.. ...................................................................2
B. Rumusan Masalah.............................................................. ..2
C. Tujuan Penulisan...................................................................2

BAB II....................................................................................................3
PEMBASAN..........................................................................................3
a. Pengertian Da’i......................................................................3
b. Keperibadian Nabi Dalam Berdakwah..................................4
c. Kualifikasi Pendakwah..........................................................5
d. Pengetahuan Da’iah………...................................................6
e. Tugas Dan Fungsi Da’i…………….........................................7
f. Tujuan Dakwah.....................................................................9

BAB III...................................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................10
B. Saran......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................11
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dakwah merupakan kegiatan mengkomunikasikan ajaran Islam kepada
seluruh manusia sebagai agama yang memberikan Rahmat untuk seluruh alam.
Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi siapa saja yang merasa dirinya
beragama Islam ataup sebagai seorang muslim, dakwah dapat dilakukan dan
dilaksanakan dalam aktivitas sehari-hari. Kegiatan dakwah dilakukan baik
melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan..
Orang yang melakukan kegiatan dakwah dinamakan Da'i dan orang yang
menerima pesan dakwah disebut dengan mad'u. Kegiatan dakwah dapat
berjalan dengan lancar dan baik ketika antara da’i dan mad'u mengerti atau
memahami apa yang dikomunikasikan atau apa yang disampaikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi da’I ?
2. Bagaimana keperibadian nabi dalam berdakwah ?
3. Apa saja kualifikasi sebagai pendakwah ?
4. Bagaimana tugas dan fungsi seorang da’I ?.

C. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari dakwah dan mengerti apa
saja itu ilmu dakwah..

Anda mungkin juga menyukai