KELOMPOK A
1. Tingkat Risiko Prosedur Kedokteran Gigi yang Menghasilkan Aerosol
Dokter gigi termasuk dalam kategori profesi yang beresiko tinggi terhadap transmisi
virus SARS-CoV-2. Penilaian tingkat risiko dalam tata laksana kedokteran gigi didasari oleh
potensi terhadap paparan, dari tindakan yang diketahui atau diduga mengandung SARS-CoV-
2. Tindakan tersebut berpotensi menghasilkan aerosol seperti penggunaan handpiece
berkecepatan tinggi atau rendah, ultrasonic scaller, three-ways syringe dan pemolesan.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) kemudian menetapkan tingkat risiko
sebagai berikut:
A. Risiko Rendah
Tidak ada kontak dengan pasien, asisten dokter gigi, atau kontak langsung
pada aerosol.
Tindakan:
Preventif:
● Instruksi untuk menjaga dan meningkatkan kebersihan rongga mulut
dan diet pasien
Diagnostik:
● Konsultasi
● Pemeriksaan radiograf ekstraoral
B. Risiko Sedang
Adanya kontak dekat namun minimal, tanpa aerosol (tanpa menggunakan
three-way syringe).
Tindakan:
Preventif:
● Aplikasi fluoride
Diagnostik:
● Pemeriksaan klinis
● Pemeriksaan radiograf intraoral
Kuratif:
● Tindakan emergensi seperti drainase abses
● Teknik restorative atraumatic
● Pencabutan gigi sederhana
● Kontrol pasca operasi
● Kontrol alat ortodontik
● Pencetakan model studi
C. Risiko Tinggi
Melibatkan prosedur aerosol pada pasien secara terkontrol.
Tindakan:
Preventif:
● Scaling manual
● Pemolesan yang terkontrol dengan penggunaan pasta yang minimal
● Sealant disertai pemakaian rubber dam
Kuratif:
● Insersi/sementasi implant endodontik
● Restorasi dan prosedur disertai pemakaian rubber dam
● Scaling dan root planning manual
● Kuretase gingiva yang terkontrol
● Penggunaan handpiece grinding ekstraoral
● Prosedur gigi tiruan tanpa penyesuaian intraoral (misalnya tindakan
koreksi oklusi), semua alat atau protesa yang telah dimasukkan ke dalam
mulut pasien harus didesinfeksi
D. Risiko Sangat Tinggi
Melibatkan prosedur aerosol pada pasien yang sulit dikendalikan.
Tindakan:
Preventif:
● Scaling dengan menggunakan ultrasonic
Kuratif:
● Perbaikan titik kontak
● Occlusal adjustment
● Pemakaian high/low-speed handpiece
● Preparasi dan restorasi gigi
● Penggunaan three-way syringe
(semua tindakan di atas dilakukan tanpa pemakaian rubber dam)
Catatan: Tindakan PSA wajib menggunakan rubber dam
Referensi:
Satgas Covid-19 PDGI. 2020. Panduan Dokter Gigi dalam Era New Normal.
KELOMPOK B
3. Alur Bekerja Mahasiswa Profesi di Klinik Integrasi
1) Mahasiswa datang ke RSKGM FKG UI dengan baju biasa dan masker medis
2) Mahasiswa ganti dengan scrub di ruang ganti yang sudah disediakan; Wanita di ex-
ruang pedo, Pria di sebelah pintu masuk Integrasi 1
6) Donning
7) Mahasiswa izin lapor kerja dengan DPJP mengenai persiapakan kerja serta
menjelaskan rencana asuhan hari itu
8) OP 2 memanggil pasien untuk masuk ke dalam klinik integrasi melalui pintu Integrasi
1
13) Setelah selesai ACC, pasien membayar biaya tindakan di kasir Integrasi 1
14) Mahasiswa melakukan desinfeksi alat kotor dengan alkohol dan mencuci alat
yang telah digunakan lalu meletakkan alat pada medipack dan masukkan ke box alat
kotor di lab basah Integrasi 1 untuk diberikan ke CSSD
15) Mahasiswa melepas seluruh wrapping dan desinfeksi DU, semprot seluruh
bagian dental unit
16) Doffing
17) Mahasiswa keluar melalui pintu Integrasi 3, lalu ganti scrub dengan baju biasa
di ruang ganti dan pulang
KELOMPOK C
4. Tata Cara Pemasangan dan Pelepasan APD Level 3
(Referensi: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Penatalaksanaan Praktik di
RSKGM FKG UI Selama Masa Pandemi COVID-19. Jakarta. 2020)
● Tata Cara Pemasangan APD Level 3 Bagi Petugas Klinis
Gambar 4.1 Tata Cara Pemasangan APD Level 3 Bagi Petugas Klinis
a. Pakai baju kerja, lepaskan seluruh aksesoris (cincin, jam tangan, gelang)
b. Lakukan 6 langkah cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
■ Langkah-langkah mencuci tangan (Mencuci tangan dengan sabun dan
air selama 60 detik, pastikan kontak dengan sabun):
● Gosokkan kedua telapak tangan
● Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan telapak
tangan kanan dan sebaliknya
● Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan
● Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
● Gosok berputar pada ibu jari tangan kiri dalam genggaman
tangan kanan dan sebaliknya
● Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
KELOMPOK E
6. Persiapan Dental Unit
● Wrapping/melapisi dengan pelindung mekanis PVC film atau kantung plastik pada
permukaan dental unit dan diganti untuk tiap pasien.
● Permukaan yang perlu dilapis adalah:
○ Tombol on/off manual dan meja dental unit
○ Pegangan lampu
○ Sandaran kepala dental unit
○ Pegangan dental unit
○ Kursi pasien dental unit
○ High dan low speed handpieces
○ Three way syringe
○ Suction
○ Kursi operator
● Lakukan desinfeksi setiap akhir perawatan pasien. Desinfeksi dan penggantian wrap
dilakukan oleh operator 1 dan operator 2.
KELOMPOK F
7. Tatalaksana penggunaan exhaust fan, saliva ejector, High Volume
Evacuator/HVE, dan Extra Oral suction
● Exhaust fan
Exhaust fan berfungsi untuk menghisap udara di dalam ruangan untuk dibuang ke
luar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar di luar ke dalam ruangan. Selain
itu, exhaust fan juga bisa mengatur volume udara yang akan disirkulasikan pada
ruangan. Exhaust fan dalam klinik dokter gigi memiliki fungsi untuk mengekstraksi
udara ruangan keluar ruang bertemu dengan udara terbuka sehingga terjadi dilusi.
Exhaust fan harus diposisikan agar udara kotor tidak mengenai langsung ke petugas.
Dalam penggunaan exhaust fan, perlu dihitung terlebih dahulu kapasitas kipas angin
untuk aliran udara dalam ruang praktik guna menentukan besarnya kekuatan exhaust
fan yang diperlukan. Rumus kekuatan exhaust fan = volume ruang (dalam feet) x 12
ach (rekomendasi CDC). Misalkan ruang 4 m x 3 m dengan tinggi (dari lantai ke atap
langit-langit) 2 m. Maka perhitungannya adalah:
Volume ruangan 4 x 3 x 2 = 24 m3 . 24 m3 x 12 ach = 288 m3/h Konversikan ke cfm
(Cubic feet/menit). 1 jam = 60 menit , 1 m3 = 35.31 ft3, Jadi 1 m3/hour = 35.31/60 =
0.58 ft3/menit, sehingga 288 CMH = 288 x 0.58 = 167 CFM. Kekuatan exhauster fan
yang harus dicari adalah 167 cfm.
● Saliva ejector
Saliva ejector merupakan suatu suction unit yang berfungsi dalam menyedot cairan,
seperti saliva dan air dari handpiece, yang ada di dalam mulut. Umumnya, dalam
penerapan four handed dentistry, perawat/Asisten dokter gigi membantu operator
untuk menyedot cairan yang ada dalam mulut pasien. Penggunaan saliva ejector saja
tidak cukup dalam mengevakuasi aerosol yang diproduksi saat dilakukan tindakan
sehingga selama pandemi COVID-19 saliva ejector wajib digunakan bersamaan
dengan HVE. Pemasangan saliva ejector dilakukan dengan menekuk bagian tengah
saliva ejector tip dan memasangkan saliva ejector tip pada holder saliva ejector yang
ada di dental unit, kemudian perawat/asisten dokter gigi mengarahkan saliva ejector
tip di dalam mulut untuk mengevakuasi cairan yang keluar dari handpiece atau saliva.
Saliva ejector tidak boleh diletakkan di tengah lidah karena akan menimbulkan rasa
tidak nyaman pada pasien.
● HVE
HVE (High Volume Evacuator) adalah mesin evacuator volume tinggi dengan
kemampuan hisap besar selama periode waktu tertentu dan dipasang pada sistem
evakuasi yang dapat menghilangkan volume udara lebih besar dari 100 kaki kubik per
menit (cfm). HVE dapat mengatasi pengurangan aerosol tetapi teknik dan spesifikasi
harus dipertimbangkan oleh dokter gigi dalam menggunakan HVE. HVE ada yang
diluar dental unit dan menyatu dengan dental unit. Dokter gigi perlu memeriksa
kekuatan dan volume aliran udara HVE secara berkala, karena ada HVE dengan
sistem yang memiliki aliran udara bersih dan menunjukan aliran udara yang cukup
tetapi ternyata dalam pengukuran statis tekanan vakum (mmHg) tekanan ada yang
sangat rendah. Jarak yang tepat harus dijaga oleh dokter gigi saat memegang
perangkat HVE. Perangkat harus dipegang dengan jarak sekitar 6-15 cm dari ujung
aktif atau polisher udaranya. Saat menggunakan HVE, dokter gigi perlu mencari
posisi saat mengakses mulut dengan nyaman. Sudut kemiringan (angulasi) dari
perangkatan HVE ke mulut pasien harus dilakukan untuk menghindari kontak dengan
pipi/lidah pasien. Ada keterbatasan gerakan yang ergonomis bagi dokter gigi dan
mungkin akan menghadapi kesulitan dalam memgang HVE yang berat atau akan
mengakibatkan akses visibilitas penghilangan langsung menjadi terhalang.
● Penggunaan Extra oral suction
1. Saat akan melakukan AGP, maka ambil mesin dari ruang penyimpanan.
Pertama-tama, pastikan terlebih dahulu bahwa keempat roda tidak dalam
keadaan terkunci (switch roda keatas pada posisi tidak terkunci). Jangan paksa
roda berputar saat kondisi terkunci, atau berisiko mesin jatuh.
2. Pastikan kabel daya tidak terhubung dengan sumber listrik dan posisi kabel
aman untuk menggeser mesin suction.
3. Pastikan lengan mesin mengarah sesuai arah panah agar titik berat dari lengan
mesin tersebar dengan baik dan tidak rentan jatuh. Setelahnya lengan mesin
dapat diputar 360 derajat arah horisontal, baik berlawanan arah jarum jam
maupun searah jarum jam, untuk mendapatkan posisi ideal dari lengan mesin,
namun pastikan lengan mesin tetap searah dengan panah merah pada gambar
sepanjang waktu.
4. Dorong mesin dari sisi belakang saat menggeser agar mesin tetap stabil dan
tidak rentan terjatuh. Sisi belakang mesin adalah bagian tanpa tombol daya.
Pastikan di sekitar Dental Unit yang akan digunakan tersedia port listrik yang
berfungsi sebagai sumber listrik mesin.
5. Posisikan mesin di sebelah kiri pasien, bisa di depan maupun belakang pasien,
dan pastikan kabel daya mesin tidak melintang di jalan dan menimbulkan
risiko tersandung.
6. Untuk mengencangkan atau melonggarkan baut-baut lengan mesin, gunakan
dua tangan. Tangan A digunakan untuk memutar baut, sedangkan tangan yang
lain (B) digunakan untuk fiksasi baut di sisi yang lain agar tidak ikut terputar.
Pastikan tangan B menahan lengan mesin dengan kencang sesuai arah panah,
agar saat baut sisi A dilonggarkan lengan mesin tidak terbanting/terjatuh.
7. Corong dapat ditempatkan 10-15 cm dari mulut pasien agar dapat bekerja
secara efektif. Corong diposisikan agar tidak mengganggu kerja operator
maupun asisten.
8. Setelah mesin dan corong diposisikan dengan baik, nyalakan mesin dengan
menekan saklar daya di belakang mesin agar saklar daya posisi ON (tanda (|) )
dan lampu menyala hijau.
9. Setelah saklar daya di belakang mesin menyala, berikutnya tekan tombol daya
yang terletak di atas mesin hingga menyala berwarna hijau di sekelilingnya.
Mesin akan mulai berfungsi setelah 7-10 detik sesudah tombol daya
dinyalakan
10. Atur kekuatan hisap mesin diantara 6- 8 untuk penggunaan pada pasien
(dibawah 6 kurang menghisap, diatas 8 suara yang dihasilkan terlalu bising).
Jika ingin menggunakan kekuatan diatas 8 disarankan agar pasien dan operator
memakai earplug.
11. Operator dapat mulai bekerja
12. Bila pasien ingin berkumur, tidak perlu mematikan mesin, cukup putar tombol
kekuatan hisap ke angka 1, lalu kembalikan ke angka sebelumnya saat akan
kembali bekerja.
13. Bila pasien ingin berkumur, tidak perlu mematikan mesin, cukup putar tombol
kekuatan hisap ke angka 1, lalu kembalikan ke angka sebelumnya saat akan
kembali bekerja.
14. Setelah selesai merawat pasien, putar dial ke angka 1, lalu tekan tombol daya
agar lampu hijau padam. Setelah mematikan tombol daya, berikutnya matikan
saklar daya yang terletak dibelakang mesin.
15. Lakukan pembersihan mesin sebelum digunakan oleh operator lain yaitu
dengan mengganti seluruh plastic wrap yang membungkus mesin, dan
melakukan pengelapan corong dengan cairan desinfeksi. Lakukan tahap 4
sampai 13 untuk pasien berikutnya.
16. Setelah selesai digunakan pada hari itu, lakukan pembersihan seluruh badan
mesin dengan melepas plastic wrap lalu mengelap menggunakan disinfektan.
Jangan lupa juga disinfeksi bagian dalam lengan mesin dengan cara
menyemprotkan alkohol 70% sebanyak 3x kedalam corong dalam keadaan
menyala dan kekuatan hisap 10. Setelah itu kembalikan mesin ke tempat
penyimpanan.
8. Tugas OP 1 dan OP 2
1. Tugas OP 1
1) Sebelum pasien datang, bersama OP 2:
a) Melaporkan rencana asuhan yang akan dilakukan di hari tersebut
kepada DPJP.
b) Memeriksa kelengkapan dan fungsi dental unit (DU), termasuk
handpiece dan suction.
c) Melakukan desinfeksi dan wrapping DU dan kamera (jika perlu
dilakukan pengambilan foto intraoral).
d) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan disiapkan di tray
di atas meja unit
e) Menyiapkan rekam medik dan segala kelengkapannya
2) Saat tindakan pekerjaan pada pasien:
a) Menyambut dan melakukan identifikasi pasien, mempersilahkan
pasien ke DU.
b) Mengatur posisi duduk pasien pada DU.
c) Melakukan informed consent kepada pasien.
d) Melakukan pekerjaan sesuai dengan rencana asuhan.
e) Mengatur posisi duduk pasien
f) Melapor saat tindakan telah selesai dan meminta persetujuan DPJP.
3) Setelah tindakan pada pasien:
a) Mendampingi pasien pada saat pembayaran.
b) Melakukan desinfeksi pada hasil cetakan (jika melakukan pekerjaan
cetak).
c) Bersama dengan OP 2:
i) Membersihkan dan desinfeksi alat-alat, pisahkan antara alat
yang akan disterilisasi di CSSD dan yang tidak.
ii) Membersihkan dan desinfeksi DU setelah digunakan.
iii) Mengisi formulir CSSD sesuai dengan alat-alat yang akan
dikirimkan.
d) Membantu OP 2 menyemprotkan cairan desinfeksi/alkohol dan
melepaskan gown pada saat doffing.
2. Tugas OP 2
1) Sebelum pasien datang, bersama OP 1:
a) Memeriksa kelengkapan dan fungsi dental unit (DU), termasuk
handpiece dan suction, melakukan desinfeksi dan wrapping DU, serta
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Menyiapkan rekam medik dan segala kelengkapannya
c) Memastikan kesediaan alat tulis dan papan jalan plastik untuk
pengisian rekam medik
2) Saat pasien datang:
a) Memasang polibib pada pasien dan menginstruksikan pasien untuk
berkumur larutan Povidone Iodine selama 60 detik.
b) Membantu pasien dalam mengisi informed consent.
c) Mengatur dan menyesuaikan posisi lampu DU sesuai kebutuhan OP 1.
d) Melakukan pengisian rekam medik sesuai arahan OP 1.
e) Membantu OP 1 selama melakukan prosedur foto intraoral, kamera
yang digunakan sudah dilapisi dengan plastik.
f) Mengatur posisi suction dan lampu unit.
g) Melakukan transfer instrumen dengan efektif dan efisien sesuai
instruksi OP 1.
h) Membantu mengambilkan barang tambahan selama OP 1 melakukan
asuhan (mengambil kekurangan bahan, dll).
i) Memanggil DPJP yang bertugas ke DU.
3) Setelah tindakan pekerjaan pada pasien:
a) Melepaskan polibib dari pasien.
b) Memastikan pengisian rekam medik sudah sesuai.
c) Bersama dengan OP 1:
i) Melakukan desinfeksi pada hasil cetakan
ii) Membersihkan dan desinfeksi alat-alat, kemudian memisahkan
antara alat yang akan disterilisasi di CSSD dan yang tidak
iii) Mengisi formulir CSSD sesuai dengan alat-alat yang akan
dikirimkan
iv) Membersihkan dan desinfeksi DU setelah digunakan.
d) Membantu OP 1 menyemprotkan cairan desinfeksi/alkohol dan
melepaskan gown pada saat doffing.
KELOMPOK H
9. Persiapan alat dan bahan sebelum bekerja (PJ Ruangan Dan
Pengambilan alat dan Bahan)
Pengambilan alat steril berada di ruang alat yang terletak pada Klinik Integrasi 2,
pengambilan alat steril harus menggunakan nampan yang dialasi polibib dan wrapping.
Untuk pengambilan bahan, mahasiswa harus mengisi formulir yang lalu dimintakan tanda
tangan DPJP. Formulir ini lalu diserahkan kepada petugas bahan untuk di paraf. Kemudian
mahasiswa dapat mengambil bahan yang dibutuhkan. Semua alat dan bahan dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum pasien datang sehingga mengurangi kontaminasi akibat lalu lalang
operator dalam mengambil bahan. Ketika pasien datang dan duduk di dental unit, baru semua
alat yang masih di dalam medipack (masih steril) dibuka.
Setelah alat selesai digunakan, bahan-bahan yang tersisa pada alat dibersihkan
terlebih dahulu dengan tisu (dengan cara swab) kemudian alat kotor dimasukkan kembali ke
medipack bekas dan diserahkan kembali kepada petugas alat. Lalu, polibib dan wrapping
pada nampan dilepas dan dibuang dan nampan diserahkan ke petugas alat bersama dengan
alat kotor yang sudah dimasukkan ke medipack bekas pakai untuk disterilisasi di CSSD.
Pembuangan limbah medis yang diantaranya spuit, ampul, botol-botol tempat bahan,
masker, sarung tangan, gigi yang telah diekstraksi, kasa yang terkontaminasi darah, limbah
alginat, cotton pellet, dan pembuangan limbah non medis (limbah koran, majalah, makanan
serta pembungkusnya) dilakukan sesuai warna tempat sampah. Sampah cairan dibuang pada
wastafel dental unit. Pengemasan dilakukan dengan mengikat kantong plastik sebagai wadah
limbah apabila limbah sudah penuh. Limbah jarum suntik dan benda tajam lain diletakkan
pada safety box dan ditutup rapat. Menurut jurnal Safety Office tahun 2012, kantong plastik
heavy duty atau kantong plastik yang tebal sebaiknya digunakan untuk menghindari
kebocoran. Kantong plastik dengan warna yang berbeda digunakan untuk meletakkan limbah
dengan jenis yang berbeda, sebagai contoh limbah infeksius diletakkan pada kantong plastik
berwarna kuning, sedangkan limbah non medis diletakkan pada kantong plastik berwarna
hitam. Selanjutnya, kantong plastik sebaiknya diikat dengan metode “swan neck tie” dengan
tahapan yaitu putar kantong plastik hingga rapat, tekuk hingga menjadi dua bagian, pegang
kantong plastik yang telah diputar tersebut kemudian letakkan penutup pada “leher” kantong
plastik, terakhir kencangkan penutup agar kantong plastik tertutup rapat.
Persiapan alat dan bahan yang ada di integrasi setiap harinya dikontrol oleh PJ harian
dari mahasiswa. Yang bertugas untuk :
- Memastikan semua alat, bahan, dan DU sudah siap sebelum kerja pasien, yaitu: DU
sudah di wrapping semua, disetiap DU sudah ada botol disinfektan dan alkohol, alat bahan
kerja sudah di DU
- Memastikan semua alat kotor ada pada tempatnya (box alat kotor yang di lab basah).
Ketika semua orang sudah selesai kerja, antar box alat kotor tersebut ke Kak Elfrida di ruang
alat integrasi 2, agar nantinya dibawa ke CSSD sama Kak Elfrida
- Memastikan DU dalam kondisi bersih sebelum pulang, yaitu: wrapping sudah
dilepas, DU sudah diberi desinfektan, semua botol spray sudah kembali ke ruang bahan, tidak
ada alat yang tertinggal
- Memastikan tidak ada RM yang tertinggal atau tercecer di sekitar DU
KELOMPOK I
10. Alur dan Cara Sterilisasi Alat dan Bahan Setelah Digunakan
Sejak adanya pandemi Covid-19, peningkatan kebersihan di rumah sakit menjadi
prioritas karena tergolong kawasan yang berisiko tinggi dan menyebabkan penularan
penyakit. Sterilisasi peralatan rumah sakit, terutama peralatan kedokteran gigi harus
dilakukan secara teratur untuk menekan risiko penularan. Cara sterilisasi alat dalam rumah
sakit perlu melalui beberapa tahapan.
Sterilisasi sendiri memiliki arti yaitu proses menghancurkan atau menghilangkan
semua bentuk kehidupan mikroorganisme yang dilakukan pada fasilitas kesehatan, yang
dapat dilakukan dalam berbagai cara. Sedangkan disinfeksi merupakan proses menghilangkan
banyak atau semua mikroorganisme patogen, kecuali spora bakteri pada benda mati. Objek
biasanya di disinfeksi dengan cairan kimia dengan disinfektan. Disinfektan adalah
antimikroba yang diterapkan hanya pada benda mati dan tidak untuk kulit karena dapat
bersifat iritasi.1
Semua instrumen harus dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum sterilisasi.
Selama mencuci, disarankan untuk menghindari cipratan air memakai sarung tangan dan face
shield. Instrumen yang mencapai jaringan harus disterilkan dalam autoclave. Dianjurkan
untuk melakukan heat sterilize pada barang-barang yang menyentuh mukosa atau setidaknya
dilakukan desinfeksi, sebagai contoh, dengan imersi ke dalam larutan glutaraldehida 2%.
Instrumen yang tidak dapat diautoklaf harus didesinfeksi. Handpiece harus mampu
mengalirkan air selama dua menit sebelum digunakan. Handpiece yang tidak dapat diautoklaf
dapat didesinfeksi menggunakan agen viricidal. Setelah sterilisasi, semua instrumen harus
disimpan dengan aman untuk menghindari kontaminasi ulang selama maksimal 30 hari, 60
hari jika ditutup dalam double bags.2
Pemrosesan ulang instrumen / alat medis merupakan tindakan cleaning,
decontaminating, dan disinfeksi level tinggi atau sterilisasi alat medis yang dapat digunakan
kembali pada pasien.
Tahapan yang direkomendasi dalam pemrosesan ulang instrumen, yaitu:
1. Persiapan pasca penggunaan instrumen
Alat kotor dibersihkan terlebih dahulu dengan disinfektan untuk menghilangkan
noda/kotoran yang ada pada alat. Hal ini sangat dianjurkan untuk dilakukan sebelum
dilakukan pemindahan alat ke tempat pembersihan.
2. Transportasi instrumen
Alat kotor harus dibawa secara hati-hati dengan menggunakan APD untuk mencegah
infeksi. Alat yang terkontaminasi harus disimpan di dalam leak proof container yang
tertera simbol biohazard supaya mencegah adanya cedera atau kontaminasi silang
selama pemindahan alat ke area pemrosesan/pembersihan. Beberapa persiapan yang
harus dilakukan sebelum memulai sterilisasi alat-alat medis adalah sebagai berikut:
● Pisahkan alat-alat medis yang wajib disterilisasi dengan alat medis yang
bersifat tidak kritis atau satu kali pakai, contohnya stetoskop dan jarum suntik.
● Alat-alat medis yang akan dicuci dan disterilisasi harus disimpan dalam wadah
tertutup berupa plastik atau toples kedap udara.
● Selanjutnya, peralatan medis dipindahkan ke Instalasi Pusat Sterilisasi di
rumah sakit tersebut, contohnya CSSD.
Orang yang akan melakukan sterilisasi peralatan rumah sakit harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), yang terdiri dari pakaian APD khusus tenaga medis (hazmat
dan gown), sarung tangan karet, masker medis, penutup kepala, pelindung
sepatu/boots, dan pelindung wajah (goggle dan face shield).
3. Cleaning dan Inspeksikan
Langkah pertama yang patut dilakukan dalam proses sterilisasi
alat adalah mencuci seluruh peralatan yang akan disterilisasi.
Proses pencucian membutuhkan deterjen cair dan cairan
disinfektan yang terbuat dari bahan-bahan yang ramah
lingkungan. Alat-alat tersebut harus direndam deterjen cair dan
cairan disinfektan sambil digosok dengan sikat berbulu halus
agar semua kotorannya terlepas sempurna (darah, nanah, cairan
tubuh pasien, debu, dan kotoran lainnya). Alat tidak boleh
dibersihkan di atas permukaan air karena dapat menghasilkan aerosol. Kalau seluruh
peralatan medis sudah dicuci, peralatan tersebut wajib dibilas selama 30 detik.
Kemudian, letakkan peralatan medis di atas handuk bersih dan biarkan sejenak hingga
benar-benar kering. Setelah itu, lakukan inspeksi setiap instrumen secara kritis, bebas
dari debri dan jangan pernah mensterilisasi alat yang kotor.
4. Packaging
Tempat yang bersih dan area dengan kontaminasi rendah merupakan tempat yang
baik untuk packaging alat. Salah satu packaging alat, yaitu dengan sterilization pouch
yang merupakan kantong sterilisasi untuk mengemas instrumen kecil dan ringan.
Kantong kertas / plastik memungkinkan untuk melihat isinya dan dilengkapi dengan
pita perekat untuk penyegelan. Untuk quality assurance, biasanya disertakan indikator
kimiawi untuk verifikasi di dalam pouch sesuai dengan cara sterilisasi yang
digunakan. Ketika cara sterilisasi yang digunakan merupakan cara steam dengan
autoklaf, maka steam indicator strip dapat digunakan. Cara lain adalah dengan
memperhatikan indikator pada ujung sterilization pouch sesuai instruksi pabrik.
5. Sterilisasi
Sterilisasi Uap Tekanan Tinggi (Autoklaf): sistem sterilisasi ini paling modern dan
hanya membutuhkan waktu singkat karena menggunakan uap panas yang efektif
melemahkan lapisan luar mikroorganisme penyebab penyakit.
6. Storage dan Delivery
Alat steril harus disimpan dengan cara yang mengurangi potensi kontaminasi. Shelf-
life dari alat steril bergantung pada kualitas bahan packaging, kondisi penyimpanan
dan handling. Kemasan steril harus selalu ditangani dengan hati-hati. Hindari
menyeret, menghancurkan, membengkokkan, mengompresi, atau menusuk, karena hal
ini dapat mengganggu kesterilannya. Pastikan untuk memeriksa kemasan steril
sebelum mendistribusikan. Jangan gunakan kemasan apa pun yang rusak, basah,
ternoda, atau terbuka.
RSKGM FKG UI menggunakan teknik pemrosesan ulang instrumen / alat medis yang sama
seperti di atas dengan beberapa modifikasi, yaitu:
1. Alat steril yang belum dipakai berada dalam medipack yang tersegel rapat. Medipack
tersebut dibuka ketika sudah akan digunakan untuk perawatan pasien. Medipack tidak
dibuang karena akan digunakan untuk membawa alat yang telah digunakan.
2. Sebelum digunakan pada perawatan pasien, alat steril dapat disemprot dengan
alkohol/betadine/desinfektan.
3. Setelah perawatan pasien, alat yang telah digunakan dimasukkan ke dalam medipack
yang sebelumnya digunakan. Lalu letakkan alat di atas tray dan dibawa ke lab basah.
4. Alat dicuci dengan menggunakan sabun dan disemprot dengan menggunakan
desinfektan, kemudian dikeringkan. Setelah itu, alat dimasukkan ke dalam medipack
baru dan pastikan medipack sudah tersegel rapat. Kemudian medipack tersebut
dikumpulkan bersama dengan medipack-medipack lainnya untuk disterilisasi dalam
uap tekanan tinggi (autoklaf) yang akan dilakukan oleh staf RSKGM FKG UI.
5. Medipack yang sudah disterilisasi tersebut kemudian disimpan dengan baik sehingga
dapat mengurangi potensi kontaminasi hingga didistribusikan kembali kepada
mahasiswa-mahasiswa FKG UI.
6. Mahasiswa harus memastikan kembali sebelum pemakaian untuk tidak menggunakan
kemasan apa pun yang rusak, basah, ternoda, atau terbuka.
Referensi
1. Amtha, Rahmi et al. (2020). Panduan Dokter Gigi Dalam Era New Normal.
Monograph Press, [S.l.], 1(1). Available at:
http://jurnal.pdgi.or.id/index.php/monograph/article/view/601. Date accessed: 28 apr.
2021. doi: https://doi.org/10.32793/monograph.v1i1.601.
2. Bizzoca, M., Campisi, G., & Lo Muzio, L. (2020). Covid-19 Pandemic: What
Changes for Dentists and Oral Medicine Experts: A Narrative Review and Novel
Approaches to Infection Containment. International Journal Of Environmental
Research And Public Health, 17(11), 3793. doi: 10.3390/ijerph17113793
KELOMPOK J
11. SOP dan Kontrol Infeksi Resiko Produksi Aerosol pada Perawatan
a. GTSL/GTL
i. Pencetakkan Model Studi dan Model Kerja dengan Bahan Cetak yang
Berbeda (alginat, ZnOE pasta dan polyvinyl siloxane)
Pencetakan Model Studi GTSL/GTL
1. Persiapkan alat dan bahan
a. Alat standar
b. Material cetak (alginate)
c. Air
d. Bowl
e. Spattle
f. Sendok cetak (sendok cetak bersudut/edentulous)
g. Gelas kumur
h. Tissue
i. Tempat sampah
j. Bahan desinfektan (povidone iodine/ alkohol 70%/ NaOCL
2,5%/ glutaraldehyde)
k. Plastik zip lock
2. Pencetakan model studi
a. Siapkan alat dan bahan
b. Atur posisi pasien dan posisi operator
i. Posisi pasien: duduk tegak, bidang oklusal paralel
terhadap lantai, tinggi kursi disesuaikan sama tinggi
dengan siku operator
ii. Posisi operator:
1. Rahang atas: operator berdiri di kanan dan
belakang pasien
2. Rahang bawah: operator berdiri di depan kanan
pasien
Pencetakan Mukofungsional
1. Alat dan Bahan (Border Molding)
a. Alat standar
b. Sendok cetak perorangan
c. Lampu Spiritus
d. Bowl berisi air
e. Tissue
f. Green stick compound
g. Mikromotor
h. Akrilik trimmer
2. Langkah-langkah
a. Persiapan alat dan bahan
b. Posisi pasien: duduk tegak, bidang oklusal paralel terhadap
lantai, tinggi kursi disesuaikan sama tinggi dengan siku
operator
c. Posisi operator:
i. Rahang atas: operator berdiri di kanan dan belakang
pasien
ii. Rahang bawah: operator berdiri di depan kanan pasien
d. Lakukan tahap border molding dengan memanipulasi green
stick compound yang dipanaskan diatas lampu spiritus hingga
melunak dan diletakkan pada 1-2 mm dari tepi SCP
e. Letakkan green stick compound yang telah dipanaskan tadi
pada tepi sendok cetak dimulai dari posterior ke anterior per
region (kanan/kiri) untuk memudahkan pelaksanaan
pembentukan tepi
f. Panaskan lagi diatas api spiritus, celupkan kedalam air di bowl
untuk kemudian dimasukkan kedalam mulut pasien
g. Pasien dianjurkan untuk melakukan gerakkan fungsional
i. Rahang Atas
1. Labial Pasien melakukan gerakan dengan bibir
(mengkerut, menyeringai, meringis, membuka
lebar, dan tersenyum)
2. Bentuk frenulum harus diperhatikan dan
terduplikasi dengan baik
3. Posterior lateral: Menggerakkan mandibula ke
kanan dan kiri
4. Hamular notch: Menekan compound kedalam
notch, kemudian pasien membuka mulut lebar
dan menutup dengan tangan menahan dagu
5. Vertikal notch dari pterygomandibular raphe
harus tercetak
6. Posterior vibrating line: Pasien diinstruksikan
mengatakan “ah”
7. Compound dipotong sampai daerah ini. Palpasi
ke arah bilateral mukosa bergerak yang terdapat
pada batas antara palatum keras dan lunak, dan
letakkan compound pada butterfly shape border
seal
Pengasahan Gigi:
1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan (handpiece high/low speed,
diamond bur, articulating paper, alat standard)
2. Periksa keseluruhan gigi dan mulut pasien (OHIS) serta kesiapan
pasien
3. Dengan menggunakan articulating paper, tentukan gigi-gigi mana
yang mengalami prematur kontak / blocking berlebih yang dapat
mengganggu proses oklusi dan artikulasi (ditandai dengan jejas tebal /
berlebih yang ditinggalkan tinta articulating paper pada permukaan
gigi)
4. Setelah itu tentukan sisi mana dari gigi yang akan dilakukan
pengasahan
5. Usahakan pengasahan dilakukan pada gigi RA bagian palatal
6. Setelah pengasahan dirasa cukup, cek kembali dengan articulating
paper untuk memastikan tidak ada lagi jejas yang berlebih
7. Pastikan paska pengasahan gigi, pasien tetap merasa nyaman dan tidak
merasa ngilu
iv. Tahap Penentuan Gigitan degan Galangan Gigit atau Catatan Gigit
Pencatatan gigit dilakukan untuk mendapatkan hubungan dari model rahang
atas dan rahang bawah seperti hubungannya di dalam mulut. Pencatatan gigit
dilakukan menggunakan bite wax pada sentrik oklusi untuk model kerja
1. Persiapan alat dan bahan : wax, air dan lampu spiritus, desinfeksi
povidone iodine
2. Panaskan satu lembar wax sampai dapat dilipat, lalu bentuk wax
melengkung seperti tapal kuda. Kemudian panaskan kembali sampai agak
lunak
3. Instruksikan pasien untuk membuka mulut kemudian masukan wax yang
telah dilunakan lalu minta pasien untuk menggigit (oklusi sentris)
4. Tandai di wax bagian mana yang rahang atas dan bawah
5. Desinfeksi cetakan
1. Cuci hasil cetakan di bawah air mengalir
2. Keringkan dengan three way syringe
3. Rendam pada larutan povidone iodine 1:1
b. GTC
i. Preparasi Gigi Penyangga
Alat yang digunakan untuk melakukan preparasi bidang insisal adalah dengan
straight cylindrical diamond bur untuk membuat grrove dan pengasahan
dengan tapered cylindrical diamond bur dengan handpiece high speed
Pada bidang labial digunakan straight cylindrical diamond bur untuk membuat
groove, lalu untuk melakukan pengasahan menggunakan round end tapered
cylindrical diamond bur dengan handpiece high speed
Untuk melakukan pengasahan pada bidang palatal maka digunakan flame type
diamond bur dengan pengasahan mengikuti bentuk anatomis
5. Pengasahan di servikal
Pembersihan dan sterilisasi instrument wajib dilakukan dalam setiap perawatan kedokteran
gigi. Penggunaan gloves sebagai pelindung inisial dapat melindungi kulit dari eksposur
material yang terpapar pada instrumen.
1) Pada Perawatan
Sebelum digunakan, instrumen harus dibersihkan dan disterilisasi. Pembersihan secara
ultrasonik direkomendasikan, ataupun pembersihan normal dengan deterjen non korosif.
Pembersihan enzimatik memaksimalkan pembersihan terutama untuk instrumen bedah
dan periodontal dengan melepas debris asing, jaringan, protein darah lebih cepat daripada
pembersih biasa. Pembersih spesifik dengan alat pembersih mengurangi kebutuhan untuk
pembersihan menggunakan tangan, yang mengurangi risiko risiko cedera pada tangan dan
kontaminasi langsung ke jaringan tubuh. Penggunaan fenol, glutaraldehid, dan iodofor
kontraindikasi untuk instrumen resin.
Perawatan Handpiece
Handpiece dibersihkan dan dilubrikasi sesuai dengan instruksi pabrik dan disteril setiap
pergantian pasien. Setelah proses sterilisasi, handpiece disimpan untuk menghindari
kontaminasi, handpiece dipasang saat akan mengerjakan pasien.
· Saat handpiece dibersihkan, pasangkan bur untuk menghindari kontaminasi air yang
akan merusak bearing handpiece
· Bersihkan luar handpiece dengan deterjen dan air (jangan merendam hanpiece dalam
disinfektan atau ultrasonic cleaner)
Sterilisasi Instrumen
Sterilisasi yang sesuai dapat memperpanjang jangka penggunaan instrumen dan mengurangi
kemungkinan penggantian instrumen.
1) Steam Autoclave
Steam autoclave merupakan cara yang paling efektif untuk menghancurkan organisme
patogen atau bentuk vegetasi lainnya. Sterilisasi ini dicapai pada suhu 270 derajat
fahrenheit dengan tekanan 27 pound per square inch (psi) pada 6 menit. Cek sesuai
petunjuk penggunaan autoclave dan sesuaikan dengan waktu sterilisasi. Penggunaan
steam autoclave direkomendasikan untuk instrumen resin.
3) Dry Heat
Sistem ini dicapai ketika temperatur internal unit stabil pada 320 derajat fahrenheit
selama 2 jam (suhu lebih dari 350 derajat dapat mengakibatkan kegagalan instrumen
prematur). Metode ini digunakan untuk instrumen yang tidak dapat menahan kondisi
terkompresi uap. Korosi yang terjadi minimal dan tip serta bagian pemotong tetap tajam.
Kekurangannya adalah dapat merusak alat dengan bahan plastik & karet yang tidak tahan
panas, instrumen harus benar benar kering sebelum disterilisasi, waktu sterilisasi lama
dan tidak cocok untuk handpiece.
4) Chemical Solution
Hanya digunakan untuk material yang tidak tahan pada proses sterilisasi panas. Tidak
dianjurkan untuk sterilisasi instrumen berbahan metal.
d). Stabilitas
Saat restorasi casting ditempatkan pada gigi yang telah dipreparasi,
maka harus tetap stabil. Ketika diberikan gaya, restorasi casting tidak
boleh berputar atau goyang. Kegoyangan dalam bentuk apapun dapa
menyebabkan kegagalan saat nantinya digunakan secara fungsional.
Ketidakstabilan casting biasanya diakibatkan adanya nodul kecil pada
permukaan internal. Jika hal ini terjadi maka casting dapat dibenarkan,
namun jika ketidakstabilan disebabkan adanya distorsi, maka perlu
dilakukan casting ulang
e). Oklusi
Pemeriksaan oklusi dengan gigi antagonisnya dapat dilakukan
dengan menggunakan kertas artikulasi. Apabila saat oklusi statis
maupun dinamis terlihat adanya supraoklusi (protesa terlalu tinggi),
maka dapat dilakukan perbaikan dengan reduksi. Sedangkan jika
terdapat undercontour maka perlu dibuat casting baru.
e). Estetis
Coping logam harus menyediakan ruangan yang cukup untuk
facing, sehingga bentuk, ukuran, tanda anatomis dan warna yang sesuai
dapat diperoleh
9. Setiap coping logam keluar atau akan masuk ke mulut pasien, masukan
masukan terlebih dahulu ke dalam larutan povidone idonie 0,1%
10. Jika tindakan sudah selesai, operator melepaskan polybib pasien
kemudian melepas wrapping dental unit, desinfeksi dental unit dengan
desinfektan serta meletakkan alat kotor pada tempat yang telah
disediakan untuk disterilisasi oleh CSSD
Sementasi Tetap
1. Operator melakukan cuci tangan kemudian memakai APD level 3
2. Dental unit sudah diwrapping dengan plastic wrap
3. Mempersiapkan alat dan bahan
○ Alat Standar
○ Paper pad
○ Articulating Paper
○ Povidone Iodine 0,1%
○ Crown retractor
○ Bahan sementasi: GIC/ZnPO4
○ Dental floss
○ Gelas Kumur
○ Bowl
○ Polybib
○ Mixing slab
○ Semen spatle
○ Separator oil
4. Pengaturan posisi pasien yaitu duduk tegak dengan bidang oklusal
parallel terhadap lantai, tinggi kursi dental unit disesuaikan sehingga
mulut pasien berada setinggi siku operator dan operator berada di
depan kanan pasien
5. Memakaikan polybib pada pasien dan mempersilahkan pasien untuk
berkumur menggunakan Povidone Iodine 0,1% selama 60 detik
6. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tindakan klinis yang
akan dilakukan dan mendapatkan persetujuan dari pasien untuk
melakukan tahapan sementasi GTJ
7. Tanyakan keluhan subjektif pasien selama sementasi sementara, dan
lakukan pemeriksaan objektif untuk mengevaluasi jaringan lunak
pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:
i. Cek oklusi pasien dengan articulating paper, lihat apakah ada
kontak prematur dengan gigi antagonis
ii. Ada tidaknya keluhan rasa sakit/ngilu
iii. Ada tidaknya gangguan pengunyahan
iv. Ada tidaknya kemerahan gingiva pada bagian servikal dan
dasar pontik
v. Apabila hasil evaluasi baik, sementasi sementara dapat diganti
dengan sementasi tetap.
8. Lepaskan mahkota tiruan yang disementasi sementara dengan crown
retractor dari arah palatal
9. Persiapan sementasi pada pasien:
○ Gigi tiruan dicobakan terlebih dahulu ke gigi yang telah
dipreparasi, perhatikan dan ingat posisinya saat oklusi dan
artikulasi. Kemudian lepaskan kembali, bersihkan GTJ sebelum
dilakukan insersi kedalam mulut pasien dengan membersihkan
bagian dalam GTJ dengan alkohol 70% agar bersih dari kotoran
dan keringkan dengan air spray dan masukan GTJ kedalam
larutan povidone idonie 0,1%
○ Lakukan pembersihan atau sterilisasi pada gigi penyangga
dengan antiseptik povidone ionine dan keringkan dengan air
spray. Pembersihan gigi penyangga jangan menggunakan
alkohol karena dapat menyebabkan dehidrasi jaringan yang
akan mempengaruhi vitalitas pada pulpa.
i. Bila preparasi gigi penyangga banyak mengurangi
struktur gigi yang dapat berisiko teriritasi oleh asam
semen, maka beri 2-3 lapis cavity varnish terutama pada
daerah yang dekat pulpa, tetapi tidak di daerah marginal
karena dapat menyebabkan microleakage. Lapisi
dengan Ca(OH)2 bila perlu.
○ Isolasi gigi dari kontaminasi saliva dengan meletakan cotton
roll di area vestibulum.
○ Beri separator oil pada dasar pontik dan daerah interdental
yang berguna untuk memudahkan pengambilan sisa kelebihan
semen. Serta letakkan juga dental floss pada dasar pontik untuk
gigi tiruan atas atau di atas residual ridge pada gigi tiruan
bawah untuk pengambilan sisa kelebihan semen
10. Tahapan sementasi GTJ
a). Lakukan pengadukan semen dengan perbandingan powder dan
liquid , cara dan durasi pengadukan sesuai dengan petunjuk pabrik
b). Oleskan semen secara merata dan secukupnya pada bagian dalam
gigi tiruan
c). Pasang gigi tiruan ke gigi yang sudah dipreparasi, tekan dengan jari
secara merata dan bertahap untuk memberikan kesempatan bahan
semen mengalir dan memperoleh posisi yang tepat.
d). Setelah didapatkan posisi yang tepat, instruksikan pasien untuk
menggigit dan cek apakah keadaan oklusi serta artikulasi sama
dengan saat sebelum diberikan semen. Jika ada perubahan, maka
dapat segera dibuka dan mengulangi prosedur sementasi
e). Ambil sisa kelebihan semen dengan sonde dan menggunakan dental
floss untuk mengambil sisa semen pada daerah interdental.
f). Periksa kembali dengan articulating paper apakah terdapat kontak
prematur, evaluasi margin dan titik kontak.
11. Instruksi pasca pemasangan GTJ:
○ Instruksikan pasien untuk datang kontrol 1 minggu setelah
sementasi tetap
○ Instruksikan pasien untuk tidak makan dan minum selama 1
jam terlebih dahulu dan selama 1 hari, gigi tersebut jangan
digunakan untuk makan
○ Instruksikan pasien untuk tetap menjaga kebersihan rongga
mulut dengan sikat gigi 2 kali sehari pada pagi hari dan malam
sebelum tidur, menggunakan dental floss, mengurangi
konsumsi makanan yang manis dan asam
○ Instruksikan pasien untuk kontrol rutin kedokter gigi 6 bulan
sekali
12. Jika tindakan sudah selesai, operator melepaskan polybib pasien
kemudian melepas wrapping dental unit, desinfeksi dental unit dengan
desinfektan serta meletakkan alat kotor pada tempat yang telah
disediakan untuk disterilisasi oleh CSSD
Referensi:
1. Shilingburg HT. Fundamentals of Fixed Prosthodontics, 3 rd Ed. Canada:
Quintessence; 1997: 85-6, 455-6.
2. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics, 4th Ed.
New York: Mosby Elsevier; 2006 :59-63, 202-4, 643-7.
3. Guidelines for Infection Control [Internet]. Ada.org.au. 2021 [cited 30 April 2021].
Available from: https://www.ada.org.au/Dental-Professionals/Publications/Infection-
Control/Guidelines-for-Infection-
Control/1ADA_GuidelinesforInfectionControl_3.aspx
4. Hemalatha. R et al. Disinfection of Dental Impression. Pharm. Sci. & Res. Vol. 8(7),
2016, 661-664
5. Mushtaq MA, Waseem M, Khan U. An Overview of Dental Impression Disinfection
Techniques-. 2019
6. Mantena SR, et al. Disinfection of Impression Materials : A Comprehensive Review
of Disinfection. 2019;1(1):7-16.