Anda di halaman 1dari 50

TUGAS PROSTO ANGKATAN KLINIK 2019

KELOMPOK A
1. Tingkat Risiko Prosedur Kedokteran Gigi yang Menghasilkan Aerosol
Dokter gigi termasuk dalam kategori profesi yang beresiko tinggi terhadap transmisi
virus SARS-CoV-2. Penilaian tingkat risiko dalam tata laksana kedokteran gigi didasari oleh
potensi terhadap paparan, dari tindakan yang diketahui atau diduga mengandung SARS-CoV-
2. Tindakan tersebut berpotensi menghasilkan aerosol seperti penggunaan handpiece
berkecepatan tinggi atau rendah, ultrasonic scaller, three-ways syringe dan pemolesan.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) kemudian menetapkan tingkat risiko
sebagai berikut:
A. Risiko Rendah
Tidak ada kontak dengan pasien, asisten dokter gigi, atau kontak langsung
pada aerosol.
Tindakan:
Preventif:
● Instruksi untuk menjaga dan meningkatkan kebersihan rongga mulut
dan diet pasien
Diagnostik:
● Konsultasi
● Pemeriksaan radiograf ekstraoral
B. Risiko Sedang
Adanya kontak dekat namun minimal, tanpa aerosol (tanpa menggunakan
three-way syringe).
Tindakan:
Preventif:
● Aplikasi fluoride
Diagnostik:
● Pemeriksaan klinis
● Pemeriksaan radiograf intraoral
Kuratif:
● Tindakan emergensi seperti drainase abses
● Teknik restorative atraumatic
● Pencabutan gigi sederhana
● Kontrol pasca operasi
● Kontrol alat ortodontik
● Pencetakan model studi
C. Risiko Tinggi
Melibatkan prosedur aerosol pada pasien secara terkontrol.
Tindakan:
Preventif:
● Scaling manual
● Pemolesan yang terkontrol dengan penggunaan pasta yang minimal
● Sealant disertai pemakaian rubber dam
Kuratif:
● Insersi/sementasi implant endodontik
● Restorasi dan prosedur disertai pemakaian rubber dam
● Scaling dan root planning manual
● Kuretase gingiva yang terkontrol
● Penggunaan handpiece grinding ekstraoral
● Prosedur gigi tiruan tanpa penyesuaian intraoral (misalnya tindakan
koreksi oklusi), semua alat atau protesa yang telah dimasukkan ke dalam
mulut pasien harus didesinfeksi
D. Risiko Sangat Tinggi
Melibatkan prosedur aerosol pada pasien yang sulit dikendalikan.
Tindakan:
Preventif:
● Scaling dengan menggunakan ultrasonic
Kuratif:
● Perbaikan titik kontak
● Occlusal adjustment
● Pemakaian high/low-speed handpiece
● Preparasi dan restorasi gigi
● Penggunaan three-way syringe
(semua tindakan di atas dilakukan tanpa pemakaian rubber dam)
Catatan: Tindakan PSA wajib menggunakan rubber dam
Referensi:

Satgas Covid-19 PDGI. 2020. Panduan Dokter Gigi dalam Era New Normal.

2. Alur Masuk, Skrining, Persiapan Pasien Sebelum Kerja dan


Kepulangan Pasien
Alur Masuk dan Skrining Pasien di RSKGM FKG UI

1. Pasien dan pengunjung wajib memakai masker.


2. Pasien dan pengunjung cuci tangan menggunakan air sabun atau hand sanitizer yang
telah disediakan. Setelah itu, skrining pengukuran suhu dan pengisian kuesioner yang
berisi mengenai berbagai tanda dan gejala yang dapat berhubungan dengan penyakit
Covid-19 di area lobby gedung C (gedung utama RSKGM FKG UI), kemudian diberi
label bertuliskan suhu dan tanggal.
3. Pasien mengambil nomor pendaftaran sesuai status pasien (Pasien Baru atau Lama)
4. Pasien memberikan kuesioner kepada bagian pendaftaran kemudian pasien diperiksa
tekanan darah. (Apabila pasien merupakan pasien baru, setelah pemeriksaan tekanan
darah, pasien diperiksa di klinik oral diagnostik)
5. Pasien menunggu di depan ruang Integrasi 1 dengan tetap memerhatikan physical
distancing

Alur Masuk dan Keluar Pasien di Unit Integrasi

KELOMPOK B
3. Alur Bekerja Mahasiswa Profesi di Klinik Integrasi
1) Mahasiswa datang ke RSKGM FKG UI dengan baju biasa dan masker medis
2) Mahasiswa ganti dengan scrub di ruang ganti yang sudah disediakan; Wanita di ex-
ruang pedo, Pria di sebelah pintu masuk Integrasi 1

3) Mahasiswa masuk melalui pintu Integrasi 3


4) Meletakkan tas dan barang-barang di ruang mahasiswa
5) Wrapping dental unit, siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai rencana
asuhan (menggunakan APD level 1)

6) Donning
7) Mahasiswa izin lapor kerja dengan DPJP mengenai persiapakan kerja serta
menjelaskan rencana asuhan hari itu

8) OP 2 memanggil pasien untuk masuk ke dalam klinik integrasi melalui pintu Integrasi
1

9) Melakukan pekerjaan pada pasien


10) Setelah selesai bekerja, mahasiswa lapor ke DPJP untuk acc pasien

11) DPJP melakukan pemeriksaan kepada pasien

12) Lapor DPJP sebelum memulangkan pasien

13) Setelah selesai ACC, pasien membayar biaya tindakan di kasir Integrasi 1

14) Mahasiswa melakukan desinfeksi alat kotor dengan alkohol dan mencuci alat
yang telah digunakan lalu meletakkan alat pada medipack dan masukkan ke box alat
kotor di lab basah Integrasi 1 untuk diberikan ke CSSD

15) Mahasiswa melepas seluruh wrapping dan desinfeksi DU, semprot seluruh
bagian dental unit

16) Doffing

17) Mahasiswa keluar melalui pintu Integrasi 3, lalu ganti scrub dengan baju biasa
di ruang ganti dan pulang

KELOMPOK C
4. Tata Cara Pemasangan dan Pelepasan APD Level 3
(Referensi: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Penatalaksanaan Praktik di
RSKGM FKG UI Selama Masa Pandemi COVID-19. Jakarta. 2020)
● Tata Cara Pemasangan APD Level 3 Bagi Petugas Klinis

Gambar 4.1 Tata Cara Pemasangan APD Level 3 Bagi Petugas Klinis

a. Pakai baju kerja, lepaskan seluruh aksesoris (cincin, jam tangan, gelang)
b. Lakukan 6 langkah cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
■ Langkah-langkah mencuci tangan (Mencuci tangan dengan sabun dan
air selama 60 detik, pastikan kontak dengan sabun):
● Gosokkan kedua telapak tangan
● Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan telapak
tangan kanan dan sebaliknya
● Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan
● Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
● Gosok berputar pada ibu jari tangan kiri dalam genggaman
tangan kanan dan sebaliknya
● Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya

Gambar 4.2 6 Langkah Mencuci Tangan


c. Kenakan shoes cover
d. Lakukan hand rub (Langkah-langkah sama seperti dengan mencuci tangan,
menggunakan sanitizer selama 20 detik)
e. Gunakan sarung tangan nitril atau latex
f. Kenakan coverall
g. Kenakan masker N95
h. Kenakan masker bedah di depan masker N95
i. Kenakan penutup kepala bedah sekali pakai
j. Kenakan goggles
k. Kenakan bagian kepala dari coverall
l. Kenakan gaun
m. Gunakan face shield
n. Gunakan sarung tangan kedua

● Tata Cara Pelepasan APD Level 3 Bagi Petugas Klinis


Gambar 4.3 Tata Cara Pelepasan APD Level 3 Bagi Petugas Klinis

a. Lepas sarung tangan paling luar, gulung dari dalam keluar


b. Lakukan hand rub (Langkah-langkah sama seperti dengan mencuci tangan,
menggunakan sanitizer selama 20 detik)
c. Lepaskan face shield
d. Lakukan hand rub
e. Lepaskan gaun
f. Lakukan hand rub
g. Lepaskan coverall
h. Lakukan hand rub
i. Lepaskan goggles
j. Lakukan hand rub
k. Lepaskan headcap
l. Lakukan hand rub
m. Buka masker bedah dilanjutkan dengan masker N95
n. Lakukan hand rub
o. Lepaskan shoes cover
p. Lakukan hand rub
q. Lepaskan sarung tangan pertama
r. Lakukan 6 langkah cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
■ Langkah-langkah mencuci tangan (Mencuci tangan dengan sabun dan
air selama 60 detik, pastikan kontak dengan sabun):
● Gosokkan kedua telapak tangan
● Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan telapak
tangan kanan dan sebaliknya
● Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan
● Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
● Gosok berputar pada ibu jari tangan kiri dalam genggaman
tangan kanan dan sebaliknya
● Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
s. Tinggalkan ruang lepas APD dan disarankan untuk mandi dan keramas
t. Mengganti pakaian dengan yang bersih dan segera meninggalkan area
RSKGM FKG UI
KELOMPOK D
5. Denah Dental Unit Integ 3 dan peruntukannya

KELOMPOK E
6. Persiapan Dental Unit
● Wrapping/melapisi dengan pelindung mekanis PVC film atau kantung plastik pada
permukaan dental unit dan diganti untuk tiap pasien.
● Permukaan yang perlu dilapis adalah:
○ Tombol on/off manual dan meja dental unit
○ Pegangan lampu
○ Sandaran kepala dental unit
○ Pegangan dental unit
○ Kursi pasien dental unit
○ High dan low speed handpieces
○ Three way syringe
○ Suction
○ Kursi operator
● Lakukan desinfeksi setiap akhir perawatan pasien. Desinfeksi dan penggantian wrap
dilakukan oleh operator 1 dan operator 2.

KELOMPOK F
7. Tatalaksana penggunaan exhaust fan, saliva ejector, High Volume
Evacuator/HVE, dan Extra Oral suction
● Exhaust fan

Exhaust fan berfungsi untuk menghisap udara di dalam ruangan untuk dibuang ke
luar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar di luar ke dalam ruangan. Selain
itu, exhaust fan juga bisa mengatur volume udara yang akan disirkulasikan pada
ruangan. Exhaust fan dalam klinik dokter gigi memiliki fungsi untuk mengekstraksi
udara ruangan keluar ruang bertemu dengan udara terbuka sehingga terjadi dilusi.
Exhaust fan harus diposisikan agar udara kotor tidak mengenai langsung ke petugas.

Dalam penggunaan exhaust fan, perlu dihitung terlebih dahulu kapasitas kipas angin
untuk aliran udara dalam ruang praktik guna menentukan besarnya kekuatan exhaust
fan yang diperlukan. Rumus kekuatan exhaust fan = volume ruang (dalam feet) x 12
ach (rekomendasi CDC). Misalkan ruang 4 m x 3 m dengan tinggi (dari lantai ke atap
langit-langit) 2 m. Maka perhitungannya adalah:
Volume ruangan 4 x 3 x 2 = 24 m3 . 24 m3 x 12 ach = 288 m3/h Konversikan ke cfm
(Cubic feet/menit). 1 jam = 60 menit , 1 m3 = 35.31 ft3, Jadi 1 m3/hour = 35.31/60 =
0.58 ft3/menit, sehingga 288 CMH = 288 x 0.58 = 167 CFM. Kekuatan exhauster fan
yang harus dicari adalah 167 cfm.

● Saliva ejector
Saliva ejector merupakan suatu suction unit yang berfungsi dalam menyedot cairan,
seperti saliva dan air dari handpiece, yang ada di dalam mulut. Umumnya, dalam
penerapan four handed dentistry, perawat/Asisten dokter gigi membantu operator
untuk menyedot cairan yang ada dalam mulut pasien. Penggunaan saliva ejector saja
tidak cukup dalam mengevakuasi aerosol yang diproduksi saat dilakukan tindakan
sehingga selama pandemi COVID-19 saliva ejector wajib digunakan bersamaan
dengan HVE. Pemasangan saliva ejector dilakukan dengan menekuk bagian tengah
saliva ejector tip dan memasangkan saliva ejector tip pada holder saliva ejector yang
ada di dental unit, kemudian perawat/asisten dokter gigi mengarahkan saliva ejector
tip di dalam mulut untuk mengevakuasi cairan yang keluar dari handpiece atau saliva.
Saliva ejector tidak boleh diletakkan di tengah lidah karena akan menimbulkan rasa
tidak nyaman pada pasien.

● HVE
HVE (High Volume Evacuator) adalah mesin evacuator volume tinggi dengan
kemampuan hisap besar selama periode waktu tertentu dan dipasang pada sistem
evakuasi yang dapat menghilangkan volume udara lebih besar dari 100 kaki kubik per
menit (cfm). HVE dapat mengatasi pengurangan aerosol tetapi teknik dan spesifikasi
harus dipertimbangkan oleh dokter gigi dalam menggunakan HVE. HVE ada yang
diluar dental unit dan menyatu dengan dental unit. Dokter gigi perlu memeriksa
kekuatan dan volume aliran udara HVE secara berkala, karena ada HVE dengan
sistem yang memiliki aliran udara bersih dan menunjukan aliran udara yang cukup
tetapi ternyata dalam pengukuran statis tekanan vakum (mmHg) tekanan ada yang
sangat rendah. Jarak yang tepat harus dijaga oleh dokter gigi saat memegang
perangkat HVE. Perangkat harus dipegang dengan jarak sekitar 6-15 cm dari ujung
aktif atau polisher udaranya. Saat menggunakan HVE, dokter gigi perlu mencari
posisi saat mengakses mulut dengan nyaman. Sudut kemiringan (angulasi) dari
perangkatan HVE ke mulut pasien harus dilakukan untuk menghindari kontak dengan
pipi/lidah pasien. Ada keterbatasan gerakan yang ergonomis bagi dokter gigi dan
mungkin akan menghadapi kesulitan dalam memgang HVE yang berat atau akan
mengakibatkan akses visibilitas penghilangan langsung menjadi terhalang.
● Penggunaan Extra oral suction
1. Saat akan melakukan AGP, maka ambil mesin dari ruang penyimpanan.
Pertama-tama, pastikan terlebih dahulu bahwa keempat roda tidak dalam
keadaan terkunci (switch roda keatas pada posisi tidak terkunci). Jangan paksa
roda berputar saat kondisi terkunci, atau berisiko mesin jatuh.
2. Pastikan kabel daya tidak terhubung dengan sumber listrik dan posisi kabel
aman untuk menggeser mesin suction.
3. Pastikan lengan mesin mengarah sesuai arah panah agar titik berat dari lengan
mesin tersebar dengan baik dan tidak rentan jatuh. Setelahnya lengan mesin
dapat diputar 360 derajat arah horisontal, baik berlawanan arah jarum jam
maupun searah jarum jam, untuk mendapatkan posisi ideal dari lengan mesin,
namun pastikan lengan mesin tetap searah dengan panah merah pada gambar
sepanjang waktu.
4. Dorong mesin dari sisi belakang saat menggeser agar mesin tetap stabil dan
tidak rentan terjatuh. Sisi belakang mesin adalah bagian tanpa tombol daya.
Pastikan di sekitar Dental Unit yang akan digunakan tersedia port listrik yang
berfungsi sebagai sumber listrik mesin.
5. Posisikan mesin di sebelah kiri pasien, bisa di depan maupun belakang pasien,
dan pastikan kabel daya mesin tidak melintang di jalan dan menimbulkan
risiko tersandung.
6. Untuk mengencangkan atau melonggarkan baut-baut lengan mesin, gunakan
dua tangan. Tangan A digunakan untuk memutar baut, sedangkan tangan yang
lain (B) digunakan untuk fiksasi baut di sisi yang lain agar tidak ikut terputar.
Pastikan tangan B menahan lengan mesin dengan kencang sesuai arah panah,
agar saat baut sisi A dilonggarkan lengan mesin tidak terbanting/terjatuh.
7. Corong dapat ditempatkan 10-15 cm dari mulut pasien agar dapat bekerja
secara efektif. Corong diposisikan agar tidak mengganggu kerja operator
maupun asisten.
8. Setelah mesin dan corong diposisikan dengan baik, nyalakan mesin dengan
menekan saklar daya di belakang mesin agar saklar daya posisi ON (tanda (|) )
dan lampu menyala hijau.
9. Setelah saklar daya di belakang mesin menyala, berikutnya tekan tombol daya
yang terletak di atas mesin hingga menyala berwarna hijau di sekelilingnya.
Mesin akan mulai berfungsi setelah 7-10 detik sesudah tombol daya
dinyalakan
10. Atur kekuatan hisap mesin diantara 6- 8 untuk penggunaan pada pasien
(dibawah 6 kurang menghisap, diatas 8 suara yang dihasilkan terlalu bising).
Jika ingin menggunakan kekuatan diatas 8 disarankan agar pasien dan operator
memakai earplug.
11. Operator dapat mulai bekerja
12. Bila pasien ingin berkumur, tidak perlu mematikan mesin, cukup putar tombol
kekuatan hisap ke angka 1, lalu kembalikan ke angka sebelumnya saat akan
kembali bekerja.
13. Bila pasien ingin berkumur, tidak perlu mematikan mesin, cukup putar tombol
kekuatan hisap ke angka 1, lalu kembalikan ke angka sebelumnya saat akan
kembali bekerja.
14. Setelah selesai merawat pasien, putar dial ke angka 1, lalu tekan tombol daya
agar lampu hijau padam. Setelah mematikan tombol daya, berikutnya matikan
saklar daya yang terletak dibelakang mesin.
15. Lakukan pembersihan mesin sebelum digunakan oleh operator lain yaitu
dengan mengganti seluruh plastic wrap yang membungkus mesin, dan
melakukan pengelapan corong dengan cairan desinfeksi. Lakukan tahap 4
sampai 13 untuk pasien berikutnya.
16. Setelah selesai digunakan pada hari itu, lakukan pembersihan seluruh badan
mesin dengan melepas plastic wrap lalu mengelap menggunakan disinfektan.
Jangan lupa juga disinfeksi bagian dalam lengan mesin dengan cara
menyemprotkan alkohol 70% sebanyak 3x kedalam corong dalam keadaan
menyala dan kekuatan hisap 10. Setelah itu kembalikan mesin ke tempat
penyimpanan.

8. Tugas OP 1 dan OP 2
1. Tugas OP 1
1) Sebelum pasien datang, bersama OP 2:
a) Melaporkan rencana asuhan yang akan dilakukan di hari tersebut
kepada DPJP.
b) Memeriksa kelengkapan dan fungsi dental unit (DU), termasuk
handpiece dan suction.
c) Melakukan desinfeksi dan wrapping DU dan kamera (jika perlu
dilakukan pengambilan foto intraoral).
d) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan disiapkan di tray
di atas meja unit
e) Menyiapkan rekam medik dan segala kelengkapannya
2) Saat tindakan pekerjaan pada pasien:
a) Menyambut dan melakukan identifikasi pasien, mempersilahkan
pasien ke DU.
b) Mengatur posisi duduk pasien pada DU.
c) Melakukan informed consent kepada pasien.
d) Melakukan pekerjaan sesuai dengan rencana asuhan.
e) Mengatur posisi duduk pasien
f) Melapor saat tindakan telah selesai dan meminta persetujuan DPJP.
3) Setelah tindakan pada pasien:
a) Mendampingi pasien pada saat pembayaran.
b) Melakukan desinfeksi pada hasil cetakan (jika melakukan pekerjaan
cetak).
c) Bersama dengan OP 2:
i) Membersihkan dan desinfeksi alat-alat, pisahkan antara alat
yang akan disterilisasi di CSSD dan yang tidak.
ii) Membersihkan dan desinfeksi DU setelah digunakan.
iii) Mengisi formulir CSSD sesuai dengan alat-alat yang akan
dikirimkan.
d) Membantu OP 2 menyemprotkan cairan desinfeksi/alkohol dan
melepaskan gown pada saat doffing.
2. Tugas OP 2
1) Sebelum pasien datang, bersama OP 1:
a) Memeriksa kelengkapan dan fungsi dental unit (DU), termasuk
handpiece dan suction, melakukan desinfeksi dan wrapping DU, serta
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Menyiapkan rekam medik dan segala kelengkapannya
c) Memastikan kesediaan alat tulis dan papan jalan plastik untuk
pengisian rekam medik
2) Saat pasien datang:
a) Memasang polibib pada pasien dan menginstruksikan pasien untuk
berkumur larutan Povidone Iodine selama 60 detik.
b) Membantu pasien dalam mengisi informed consent.
c) Mengatur dan menyesuaikan posisi lampu DU sesuai kebutuhan OP 1.
d) Melakukan pengisian rekam medik sesuai arahan OP 1.
e) Membantu OP 1 selama melakukan prosedur foto intraoral, kamera
yang digunakan sudah dilapisi dengan plastik.
f) Mengatur posisi suction dan lampu unit.
g) Melakukan transfer instrumen dengan efektif dan efisien sesuai
instruksi OP 1.
h) Membantu mengambilkan barang tambahan selama OP 1 melakukan
asuhan (mengambil kekurangan bahan, dll).
i) Memanggil DPJP yang bertugas ke DU.
3) Setelah tindakan pekerjaan pada pasien:
a) Melepaskan polibib dari pasien.
b) Memastikan pengisian rekam medik sudah sesuai.
c) Bersama dengan OP 1:
i) Melakukan desinfeksi pada hasil cetakan
ii) Membersihkan dan desinfeksi alat-alat, kemudian memisahkan
antara alat yang akan disterilisasi di CSSD dan yang tidak
iii) Mengisi formulir CSSD sesuai dengan alat-alat yang akan
dikirimkan
iv) Membersihkan dan desinfeksi DU setelah digunakan.
d) Membantu OP 1 menyemprotkan cairan desinfeksi/alkohol dan
melepaskan gown pada saat doffing.

KELOMPOK H
9. Persiapan alat dan bahan sebelum bekerja (PJ Ruangan Dan
Pengambilan alat dan Bahan)

Pengambilan alat steril berada di ruang alat yang terletak pada Klinik Integrasi 2,
pengambilan alat steril harus menggunakan nampan yang dialasi polibib dan wrapping.
Untuk pengambilan bahan, mahasiswa harus mengisi formulir yang lalu dimintakan tanda
tangan DPJP. Formulir ini lalu diserahkan kepada petugas bahan untuk di paraf. Kemudian
mahasiswa dapat mengambil bahan yang dibutuhkan. Semua alat dan bahan dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum pasien datang sehingga mengurangi kontaminasi akibat lalu lalang
operator dalam mengambil bahan. Ketika pasien datang dan duduk di dental unit, baru semua
alat yang masih di dalam medipack (masih steril) dibuka.
Setelah alat selesai digunakan, bahan-bahan yang tersisa pada alat dibersihkan
terlebih dahulu dengan tisu (dengan cara swab) kemudian alat kotor dimasukkan kembali ke
medipack bekas dan diserahkan kembali kepada petugas alat. Lalu, polibib dan wrapping
pada nampan dilepas dan dibuang dan nampan diserahkan ke petugas alat bersama dengan
alat kotor yang sudah dimasukkan ke medipack bekas pakai untuk disterilisasi di CSSD.
Pembuangan limbah medis yang diantaranya spuit, ampul, botol-botol tempat bahan,
masker, sarung tangan, gigi yang telah diekstraksi, kasa yang terkontaminasi darah, limbah
alginat, cotton pellet, dan pembuangan limbah non medis (limbah koran, majalah, makanan
serta pembungkusnya) dilakukan sesuai warna tempat sampah. Sampah cairan dibuang pada
wastafel dental unit. Pengemasan dilakukan dengan mengikat kantong plastik sebagai wadah
limbah apabila limbah sudah penuh. Limbah jarum suntik dan benda tajam lain diletakkan
pada safety box dan ditutup rapat. Menurut jurnal Safety Office tahun 2012, kantong plastik
heavy duty atau kantong plastik yang tebal sebaiknya digunakan untuk menghindari
kebocoran. Kantong plastik dengan warna yang berbeda digunakan untuk meletakkan limbah
dengan jenis yang berbeda, sebagai contoh limbah infeksius diletakkan pada kantong plastik
berwarna kuning, sedangkan limbah non medis diletakkan pada kantong plastik berwarna
hitam. Selanjutnya, kantong plastik sebaiknya diikat dengan metode “swan neck tie” dengan
tahapan yaitu putar kantong plastik hingga rapat, tekuk hingga menjadi dua bagian, pegang
kantong plastik yang telah diputar tersebut kemudian letakkan penutup pada “leher” kantong
plastik, terakhir kencangkan penutup agar kantong plastik tertutup rapat.
Persiapan alat dan bahan yang ada di integrasi setiap harinya dikontrol oleh PJ harian
dari mahasiswa. Yang bertugas untuk :
- Memastikan semua alat, bahan, dan DU sudah siap sebelum kerja pasien, yaitu: DU
sudah di wrapping semua, disetiap DU sudah ada botol disinfektan dan alkohol, alat bahan
kerja sudah di DU
- Memastikan semua alat kotor ada pada tempatnya (box alat kotor yang di lab basah).
Ketika semua orang sudah selesai kerja, antar box alat kotor tersebut ke Kak Elfrida di ruang
alat integrasi 2, agar nantinya dibawa ke CSSD sama Kak Elfrida
- Memastikan DU dalam kondisi bersih sebelum pulang, yaitu: wrapping sudah
dilepas, DU sudah diberi desinfektan, semua botol spray sudah kembali ke ruang bahan, tidak
ada alat yang tertinggal
- Memastikan tidak ada RM yang tertinggal atau tercecer di sekitar DU

KELOMPOK I

10. Alur dan Cara Sterilisasi Alat dan Bahan Setelah Digunakan
Sejak adanya pandemi Covid-19, peningkatan kebersihan di rumah sakit menjadi
prioritas karena tergolong kawasan yang berisiko tinggi dan menyebabkan penularan
penyakit. Sterilisasi peralatan rumah sakit, terutama peralatan kedokteran gigi harus
dilakukan secara teratur untuk menekan risiko penularan. Cara sterilisasi alat dalam rumah
sakit perlu melalui beberapa tahapan.
Sterilisasi sendiri memiliki arti yaitu proses menghancurkan atau menghilangkan
semua bentuk kehidupan mikroorganisme yang dilakukan pada fasilitas kesehatan, yang
dapat dilakukan dalam berbagai cara. Sedangkan disinfeksi merupakan proses menghilangkan
banyak atau semua mikroorganisme patogen, kecuali spora bakteri pada benda mati. Objek
biasanya di disinfeksi dengan cairan kimia dengan disinfektan. Disinfektan adalah
antimikroba yang diterapkan hanya pada benda mati dan tidak untuk kulit karena dapat
bersifat iritasi.1
Semua instrumen harus dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum sterilisasi.
Selama mencuci, disarankan untuk menghindari cipratan air memakai sarung tangan dan face
shield. Instrumen yang mencapai jaringan harus disterilkan dalam autoclave. Dianjurkan
untuk melakukan heat sterilize pada barang-barang yang menyentuh mukosa atau setidaknya
dilakukan desinfeksi, sebagai contoh, dengan imersi ke dalam larutan glutaraldehida 2%.
Instrumen yang tidak dapat diautoklaf harus didesinfeksi. Handpiece harus mampu
mengalirkan air selama dua menit sebelum digunakan. Handpiece yang tidak dapat diautoklaf
dapat didesinfeksi menggunakan agen viricidal. Setelah sterilisasi, semua instrumen harus
disimpan dengan aman untuk menghindari kontaminasi ulang selama maksimal 30 hari, 60
hari jika ditutup dalam double bags.2
Pemrosesan ulang instrumen / alat medis merupakan tindakan cleaning,
decontaminating, dan disinfeksi level tinggi atau sterilisasi alat medis yang dapat digunakan
kembali pada pasien.
Tahapan yang direkomendasi dalam pemrosesan ulang instrumen, yaitu:
1. Persiapan pasca penggunaan instrumen
Alat kotor dibersihkan terlebih dahulu dengan disinfektan untuk menghilangkan
noda/kotoran yang ada pada alat. Hal ini sangat dianjurkan untuk dilakukan sebelum
dilakukan pemindahan alat ke tempat pembersihan.
2. Transportasi instrumen
Alat kotor harus dibawa secara hati-hati dengan menggunakan APD untuk mencegah
infeksi. Alat yang terkontaminasi harus disimpan di dalam leak proof container yang
tertera simbol biohazard supaya mencegah adanya cedera atau kontaminasi silang
selama pemindahan alat ke area pemrosesan/pembersihan. Beberapa persiapan yang
harus dilakukan sebelum memulai sterilisasi alat-alat medis adalah sebagai berikut:
● Pisahkan alat-alat medis yang wajib disterilisasi dengan alat medis yang
bersifat tidak kritis atau satu kali pakai, contohnya stetoskop dan jarum suntik.
● Alat-alat medis yang akan dicuci dan disterilisasi harus disimpan dalam wadah
tertutup berupa plastik atau toples kedap udara.
● Selanjutnya, peralatan medis dipindahkan ke Instalasi Pusat Sterilisasi di
rumah sakit tersebut, contohnya CSSD.
Orang yang akan melakukan sterilisasi peralatan rumah sakit harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), yang terdiri dari pakaian APD khusus tenaga medis (hazmat
dan gown), sarung tangan karet, masker medis, penutup kepala, pelindung
sepatu/boots, dan pelindung wajah (goggle dan face shield).
3. Cleaning dan Inspeksikan
Langkah pertama yang patut dilakukan dalam proses sterilisasi
alat adalah mencuci seluruh peralatan yang akan disterilisasi.
Proses pencucian membutuhkan deterjen cair dan cairan
disinfektan yang terbuat dari bahan-bahan yang ramah
lingkungan. Alat-alat tersebut harus direndam deterjen cair dan
cairan disinfektan sambil digosok dengan sikat berbulu halus
agar semua kotorannya terlepas sempurna (darah, nanah, cairan
tubuh pasien, debu, dan kotoran lainnya). Alat tidak boleh
dibersihkan di atas permukaan air karena dapat menghasilkan aerosol. Kalau seluruh
peralatan medis sudah dicuci, peralatan tersebut wajib dibilas selama 30 detik.
Kemudian, letakkan peralatan medis di atas handuk bersih dan biarkan sejenak hingga
benar-benar kering. Setelah itu, lakukan inspeksi setiap instrumen secara kritis, bebas
dari debri dan jangan pernah mensterilisasi alat yang kotor.
4. Packaging
Tempat yang bersih dan area dengan kontaminasi rendah merupakan tempat yang
baik untuk packaging alat. Salah satu packaging alat, yaitu dengan sterilization pouch
yang merupakan kantong sterilisasi untuk mengemas instrumen kecil dan ringan.
Kantong kertas / plastik memungkinkan untuk melihat isinya dan dilengkapi dengan
pita perekat untuk penyegelan. Untuk quality assurance, biasanya disertakan indikator
kimiawi untuk verifikasi di dalam pouch sesuai dengan cara sterilisasi yang
digunakan. Ketika cara sterilisasi yang digunakan merupakan cara steam dengan
autoklaf, maka steam indicator strip dapat digunakan. Cara lain adalah dengan
memperhatikan indikator pada ujung sterilization pouch sesuai instruksi pabrik.

5. Sterilisasi
Sterilisasi Uap Tekanan Tinggi (Autoklaf): sistem sterilisasi ini paling modern dan
hanya membutuhkan waktu singkat karena menggunakan uap panas yang efektif
melemahkan lapisan luar mikroorganisme penyebab penyakit.
6. Storage dan Delivery
Alat steril harus disimpan dengan cara yang mengurangi potensi kontaminasi. Shelf-
life dari alat steril bergantung pada kualitas bahan packaging, kondisi penyimpanan
dan handling. Kemasan steril harus selalu ditangani dengan hati-hati. Hindari
menyeret, menghancurkan, membengkokkan, mengompresi, atau menusuk, karena hal
ini dapat mengganggu kesterilannya. Pastikan untuk memeriksa kemasan steril
sebelum mendistribusikan. Jangan gunakan kemasan apa pun yang rusak, basah,
ternoda, atau terbuka.

RSKGM FKG UI menggunakan teknik pemrosesan ulang instrumen / alat medis yang sama
seperti di atas dengan beberapa modifikasi, yaitu:
1. Alat steril yang belum dipakai berada dalam medipack yang tersegel rapat. Medipack
tersebut dibuka ketika sudah akan digunakan untuk perawatan pasien. Medipack tidak
dibuang karena akan digunakan untuk membawa alat yang telah digunakan.
2. Sebelum digunakan pada perawatan pasien, alat steril dapat disemprot dengan
alkohol/betadine/desinfektan.
3. Setelah perawatan pasien, alat yang telah digunakan dimasukkan ke dalam medipack
yang sebelumnya digunakan. Lalu letakkan alat di atas tray dan dibawa ke lab basah.
4. Alat dicuci dengan menggunakan sabun dan disemprot dengan menggunakan
desinfektan, kemudian dikeringkan. Setelah itu, alat dimasukkan ke dalam medipack
baru dan pastikan medipack sudah tersegel rapat. Kemudian medipack tersebut
dikumpulkan bersama dengan medipack-medipack lainnya untuk disterilisasi dalam
uap tekanan tinggi (autoklaf) yang akan dilakukan oleh staf RSKGM FKG UI.
5. Medipack yang sudah disterilisasi tersebut kemudian disimpan dengan baik sehingga
dapat mengurangi potensi kontaminasi hingga didistribusikan kembali kepada
mahasiswa-mahasiswa FKG UI.
6. Mahasiswa harus memastikan kembali sebelum pemakaian untuk tidak menggunakan
kemasan apa pun yang rusak, basah, ternoda, atau terbuka.

Referensi
1. Amtha, Rahmi et al. (2020). Panduan Dokter Gigi Dalam Era New Normal.
Monograph Press, [S.l.], 1(1). Available at:
http://jurnal.pdgi.or.id/index.php/monograph/article/view/601. Date accessed: 28 apr.
2021. doi: https://doi.org/10.32793/monograph.v1i1.601.
2. Bizzoca, M., Campisi, G., & Lo Muzio, L. (2020). Covid-19 Pandemic: What
Changes for Dentists and Oral Medicine Experts: A Narrative Review and Novel
Approaches to Infection Containment. International Journal Of Environmental
Research And Public Health, 17(11), 3793. doi: 10.3390/ijerph17113793

KELOMPOK J

11. SOP dan Kontrol Infeksi Resiko Produksi Aerosol pada Perawatan

a. GTSL/GTL
i. Pencetakkan Model Studi dan Model Kerja dengan Bahan Cetak yang
Berbeda (alginat, ZnOE pasta dan polyvinyl siloxane)
Pencetakan Model Studi GTSL/GTL
1. Persiapkan alat dan bahan
a. Alat standar
b. Material cetak (alginate)
c. Air
d. Bowl
e. Spattle
f. Sendok cetak (sendok cetak bersudut/edentulous)
g. Gelas kumur
h. Tissue
i. Tempat sampah
j. Bahan desinfektan (povidone iodine/ alkohol 70%/ NaOCL
2,5%/ glutaraldehyde)
k. Plastik zip lock
2. Pencetakan model studi
a. Siapkan alat dan bahan
b. Atur posisi pasien dan posisi operator
i. Posisi pasien: duduk tegak, bidang oklusal paralel
terhadap lantai, tinggi kursi disesuaikan sama tinggi
dengan siku operator
ii. Posisi operator:
1. Rahang atas: operator berdiri di kanan dan
belakang pasien
2. Rahang bawah: operator berdiri di depan kanan
pasien

3. Lakukan pencobaan sendok cetak pada rahang


pasien. Sendok cetak dicuci terlebih dahulu dan
desinfeksi direndam dalam alkohol 70%/
povidone iodine 1% selama 1 menit. Setelah itu,
bilas dengan air dan keringkan
4. Lakukan manipulasi alginate dengan takaran
sesuai anjuran pabrik, aduk hingga homogen
5. Letakkan adonan alginate pada sendok cetak
dimulai dari posterior dan diratakan hingga ke
anterior
6. Masukkan sendok cetak yang telah berisi bahan
cetak ke dalam mulut pasien, tunggu hingga
setting
7. Lepaskan hasil cetakan dari mulut pasien, cuci
di bawah air mengalir, evaluasi hasil cetakan
8. Desinfeksi hasil cetakan dapat direndamkan
pada larutan NaOCL 1% selama 10 menit,
kemudian dikeluarkan dan dibilas dengan air
bersih
9. Lakukan pengecoran model studi
Pembuatan SCP

1. Alat dan Bahan


a. Pensil
b. Model Studi
c. Self-Cured Resin
d. Cucing Porselen
e. Semen Spatula
f. Kuas
g. Separator Cold Mould Seal( CMS)
2. Langkah – langkah
a. Gambar outline dengan pensil yaitu 2 mm diatas batas mukosan
bergerak dan tidak bergerak yang disebut mucogingival line
b. Model dioles dengan separator CMS dengan kuas secara merata
dan tipos
c. Sambil menunggu CMS kering, takar liquid akrilik. Untuk
rahang atas 6 cc dan rahang bawah 5cc. Tuang ke cucing
porselen
d. Taburkan powder akrilik sedikit demi sedikit ke dalam cucing
sambil mengetok-negtokkan cucing agar powder dan liquid
tercampur dengan baik
e. Setelah campuran cukup padat dan tidak ada liquid berlebih,
tutup rapat cucing dan tunggu saat fase buram. Ambil seluruh
adonan. Untuk rahang atas adonan dibuat berbentuk bulat
sedangkan rahang bawah adonan dibentuk bulat panjang sesuai
prosesus alveolar. Gunakan kertas selofan dan basahi jar agar
akrilik tidak melekat pada jari tangan
f. Untuk rahang atas, adonan akrilik dibentuk satu bulatan dan
diletakan ditengah-tengah palatum. Untuk rahang bawah,
adonan akrilik dibentuk silinder sepanjang lengkung gigi dan
diletakkan diatas ridge. Kemudian tekan adonan hingga
diperoleh ketebalan merata pada seluruh permukaan daerah
garis batas SCP
g. Sebelum adonan benar-benar mengeras dan menghasilkan
panas, lepaskan SCP dari model kemudian kembalikan pada
tempatnya, selanjutnya tunggu sampai self-cured acrylicbenar-
benar mengeras dan sudah tidak panas lagi. Lepaskan SCP,
kemudia rapikan dan haluskan

Tahapan Pembuatan Tangkai Sendok Cetak Perseorangan


1. Alat dan Bahan
a. Baseplate Wax
b. Lecron
c. Pisau Wax
d. Lampu Spiritus
e. Chip Blower
f. SCP akrilik
2. Langkah-langkah
1. Lunakkan baseplate wax/malam menggunakan spiritus, kemudia
gulung hingga padat
2. Bentuk malam menjadi persegi panjang, kemudian lengkungkan
dan letakkan diatas ridge anterior dari premolar kiri hingga
kanan. Posisi tangkai kira-kira sama dengan posisi gigi anterior.
3. Lekatkkan hingga cekat pada SCP
4. Ukuran tangkai SCP:
○ Panjang: dari regio premolar kanan hingga premolar kiri
○ Permukaan oklusal anterior dan posterior sejajar basi
model
○ Tinggi oklusal anterior = posterior yaitu 10-12 mm
○ Lebar oklusal region anterior RA=RB yaitu 4-6 mm dan
region posterior RA=RB 6-7 mm

Pencetakan Mukofungsional
1. Alat dan Bahan (Border Molding)
a. Alat standar
b. Sendok cetak perorangan
c. Lampu Spiritus
d. Bowl berisi air
e. Tissue
f. Green stick compound
g. Mikromotor
h. Akrilik trimmer
2. Langkah-langkah
a. Persiapan alat dan bahan
b. Posisi pasien: duduk tegak, bidang oklusal paralel terhadap
lantai, tinggi kursi disesuaikan sama tinggi dengan siku
operator
c. Posisi operator:
i. Rahang atas: operator berdiri di kanan dan belakang
pasien
ii. Rahang bawah: operator berdiri di depan kanan pasien
d. Lakukan tahap border molding dengan memanipulasi green
stick compound yang dipanaskan diatas lampu spiritus hingga
melunak dan diletakkan pada 1-2 mm dari tepi SCP
e. Letakkan green stick compound yang telah dipanaskan tadi
pada tepi sendok cetak dimulai dari posterior ke anterior per
region (kanan/kiri) untuk memudahkan pelaksanaan
pembentukan tepi
f. Panaskan lagi diatas api spiritus, celupkan kedalam air di bowl
untuk kemudian dimasukkan kedalam mulut pasien
g. Pasien dianjurkan untuk melakukan gerakkan fungsional
i. Rahang Atas
1. Labial Pasien melakukan gerakan dengan bibir
(mengkerut, menyeringai, meringis, membuka
lebar, dan tersenyum)
2. Bentuk frenulum harus diperhatikan dan
terduplikasi dengan baik
3. Posterior lateral: Menggerakkan mandibula ke
kanan dan kiri
4. Hamular notch: Menekan compound kedalam
notch, kemudian pasien membuka mulut lebar
dan menutup dengan tangan menahan dagu
5. Vertikal notch dari pterygomandibular raphe
harus tercetak
6. Posterior vibrating line: Pasien diinstruksikan
mengatakan “ah”
7. Compound dipotong sampai daerah ini. Palpasi
ke arah bilateral mukosa bergerak yang terdapat
pada batas antara palatum keras dan lunak, dan
letakkan compound pada butterfly shape border
seal

ii. Rahang Bawah


1. Labial Pasien melakukan gerakan dengan bibir
(mengkerut, menyeringai, meringis, membuka
lebar, dan tersenyum)
2. Bentuk frenulum harus diperhatikan dan
terduplikasi dengan baik
3. Buccal shelf: Pasien membuka mulut lebar,
gerakan meringis dan mengkerut
4. Masseteric notch: Pasien menutup mulut dengan
tangan menahan dagu
5. Retromolar pad: Pasien membuka mulut lebar
dan menutup mulut dengan tangan menahan
dagu
6. Retromylohyoid fossa: Tekan compound ke
dalam area fossa dimana pasien melakukan
gerakan menjilat bibir bawah serta pipi kanan
dan kiri, dan menelan
7. Lingual border dan lingual anterior border :
Pasien melakukan gerakan menjilat bibir bawah
dan atas serta pipi kiri dan kanan, dan
menekankan lidah ke pegangan SCP atau ke
jempol operator.

h. Evaluasi hasil cetakan border molding.


Syarat border molding yang baik adalah:
● Tidak ada bagian yang terlipat, tepi membulat,
ketebalan 1-2 mm, permukaan halus, tebal merata, tidak
ada undercut, tidak ada yang patah, dan tidak tajam,
green stick compound retentive dengan SCP
i. Lakukan desinfeksi : rendam pada bowl berisi povidone iodine
selama 1 menit dan semprotkan NaOCl 2,5% (OP 2)

Pencetakan Model Kerja GTSL/GTL


1. Persiapan Alat dan bahan:
a. Alat standar, GTL: SCP yang sudah diborder molding, Mixing
Slab, Bahan Cetak → ZOE (GTL), alginate (GTSL), Spattle,
larutan Desinfeksi → semprot NaOCl 2,5%
b. Instruksikan pasien untuk berkumur dan cobakan SCP yang
sudah diborder molding (OP 1)
2. Manipulasi ZOE (oleh OP 2)
a. GTL: Aduk pasta ZOE di paper pad pada mixing slab dengan
gerakan melipat dengan spattle sampai homogen
b. GTSL: Aduk alginate dengan takaran sesuai anjuran pabrik,
aduk hingga homogen
3. Masukkan pasta ZOE/Alginate pada SCP dan ratakan
4. Cetakkan pada mulut pasien dan instruksikan pasien untuk melakukan
gerakan fungsional selama 12 menit dan tunggu hingga setting (OP 1)
5. Keluarkan sendok cetak dari mulut pasien dan instruksikan pasien
untuk berkumur (OP 1)
6. Lakukan evaluasi hasil cetakan:
Seluruh anatomi tercetak, tidak ada porus, cetakan tidak robek, cetakan
melekat pada SCP, dan semua bagian SCP tertutup oleh bahan cetak
7. Lakukan Desinfeksi Cetakan (OP 2)
a. Rendam pada bowl berisi larutan povidone iodine, lalu rendam
ke larutan glutaraldehida 2% selama 10 menit, lalu dibilas
dengan air mengalir
b. Lakukan pengecoran model kerja

Desinfeksi Material Cetak


Desinfeksi dapat juga menggunakan agen desinfektan sesuai bahan cetak
seperti berikut:
1. Glutaraldehida
Glutaraldehida adalah desinfektan level tinggi yang cocok untuk
digunakan dalam kondisi netral, asam dan basa. desinfektan jenis itu
transparan dengan bau menyengat. Sangat cocok untuk membunuh
bakteri, jamur dan virus. Penggunaan desinfektan jenis ini haurs
dengan hati-hati dikarenakan dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
mata dan saluran pernapasan. Desinfektan glutaraldehida cocok untuk
digunakan pada cetakan berbahan Zinc Oxide Eugenol, dengan cara
direndam kedalam larutan 2% glutaradehida selama 30 menit.
Desinfektan jenis ini juga digunakan di Jepang sebagai bahan
desinfektan untuk bahan cetak alginat dengan larutan glutaraldehida 2-
3,5% selama 30-60 menit.
2. Sodium hipoklorit
Sodium hipoklorit atau yang lebih dikenal sebagai NaOCl adalah
desinfektan level sedang yang umum digunakan untuk desinfeksi alat
kedokteran gigi. desinfektan jenis ini memiliki kelebihan berupa
aktivitas pembunuhan bakteri yang cepat, selain itu sodium hipoklorit
mudah larut dalam air, tidak mudah terbakar, tidak membuat noda,
murah, dan tidak berwarna. Terdapat beberapa penelitian yang
dilakukan untuk penggunaan sodium hipoklorit dalam desinfeksi
material cetak alginat. Menurut Musthaq, perendaman alginat yang
sudah dicetak kedalam larutan sodium hipoklorit 1% selama 10 menit
tidak mengubah dimensi dari alginatnya, sedangkan pada penggunaan
larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 15 menit ditemukan perubahan
dimesi yang kecil. meski demikian, lebih banyak jurnal yang memilih
penggunaan sodium hipoklorit 0,5% selama 15 menit.
3. Iodofor
Iodofor adalah desinfektan level sedang yang memiliki sifat untuk
membunuh bakteri, fungi dan virus. Iodofor mengandung bahan iodin,
sehingga sama fungsinya dengan povidone inodine. Terdapat
perbedaan pendapat antara beberapa peneliti yang menyatakan bahwa
iodofor juga memiliki kemampuan untuk membunuh spora. Umumnya,
iodofor lebih digunakan sebagai antiseptik dibanding desinfektan.
selain itu, iodofor juga mudah memberikan stain pada cetakan.
konsentrasi yang direkomendasikan adalah 1-2% dan cetakan
direndam selama 10 menit. untuk cetakan yang cocok dengan
desinfektan jenis ini adalah alginat, Zinc Oxide Eugenol, Polyvinyl
Siloxane (PVS), polisulfida, dan bahan cetak lainnya.
4. Alkohol
Alkohol merupakan salah satu bahan desinfektan, namun tidak
dianjurkan untuk digunakan untuk desinfeksi bahan cetak karena dapat
mengubah struktur permukaan bahan cetak, dan juga tidak boleh untuk
desinfeksi basis gigi tiruan.

ii. Pengecoran Model


1. Setelah melakukan pencetakkan model studi dan memulangkan pasien,
segera cor model studi dengan operator tetap menggunakan APD level
3.
2. Mempersiapkan alat dan bahan
● Hasil cetakkan
● Bowl
● Dental gypsum
● Spatula
● Lekron
● Trimmer
● Vibrator
3. Manipulasikan gypsum dengan air, dan letakkan pada bowl dan
letakkan diatas vibrator dengan tujuan agar campuran gypsum tersebar
dengan baik dan tidak ada gelembung udara yang tersisa, yang dapat
menyebabkan porus.
4. Dengan tetap menggunakan vibrator, tuang campuran gypsum ke
dalam hasil cetakkan rongga mulut pasien yang sebelumnya telah
didesinfeksi segera mungkin untuk menghindari adanya shrinkage.
5. Tunggu hingga mengeras dengan sempurna.
6. Setelah mengeras, keluarkan hasil cor dengan hati-hati dan cek apakah
ada porus atau gelembung udara.
7. Cek kembali bagian tepi dan gunakan trimmer untuk membantu
membentuk dan merapihkan model agar menjadi model yang ideal.
8. Lakukan desinfeksi dental stone dengan spraying menggunakan:
● Glutaraldehyde 2%
● Povidone Iodine (Selama perubahan warna menjadi kekuningan
tidak menjadi suatu kepentingan)

iii. Tahap Preprostodontik: Persiapan Tempat Cengkram, Pengasahan Gigi


Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mempersiapkan space pada bagian
oklusal gigi tempat dimana cengkeram akan diletakkan agar tidak
mengganggu oklusi dari pasien. Pengasahan gigi juga diperlukan pada gigi-
gigi yang mengalami prematur kontak / yang berpotensi untuk memblocking
serta mengganggu proses oklusi serta artikulasi

Persiapan Tempat Cengkeram:


1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan (handpiece high/low speed,
diamond bur, kawat 0.8, alat standard, TAF)
2. Periksa keseluruhan gigi dan mulut pasien (OHIS) serta kesiapan
pasien
3. Pastikan sisi gigi yang akan dipreparasi tidak terdapat karies / tambalan
yang tidak baik (overhang / reverse ledge)
4. Setelah semuanya dipersiapkan dan dipastikan, gunakan round bur
untuk mulai preparasi
5. Jika memungkinkan, ukur terlebih dahulu diameter round bur yang
digunakan sebagai tujuan untuk dijadikan patokan kedalaman
pengeburan agar tidak lewat dari kedalaman 0.8mm (diameter kawat
cengkeram)
6. Setelah itu dengan perlahan dan stabil, bur sisi gigi yang akan
diletakkan cengkeram sesuai dengan kedalaman diameter round bur
7. Selalu cek berulang kali dengan memasukkan kawat berdiameter
0.8mm tersebut di tempat yang sudah di preparasi
8. Kemudian minta pasien untuk melakukan oklusi untuk memastikan
apakah kawat terasa mengganjal dan mengganggu oklusi / tidak
9. Setelah preparasi dirasa cukup dan persiapan tempat cengkeram telah
selesai, oleskan TAF pada tempat preparasi untuk meminimalkan rasa
ngilu pada gigi pasien paska preparasi

Pengasahan Gigi:
1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan (handpiece high/low speed,
diamond bur, articulating paper, alat standard)
2. Periksa keseluruhan gigi dan mulut pasien (OHIS) serta kesiapan
pasien
3. Dengan menggunakan articulating paper, tentukan gigi-gigi mana
yang mengalami prematur kontak / blocking berlebih yang dapat
mengganggu proses oklusi dan artikulasi (ditandai dengan jejas tebal /
berlebih yang ditinggalkan tinta articulating paper pada permukaan
gigi)
4. Setelah itu tentukan sisi mana dari gigi yang akan dilakukan
pengasahan
5. Usahakan pengasahan dilakukan pada gigi RA bagian palatal
6. Setelah pengasahan dirasa cukup, cek kembali dengan articulating
paper untuk memastikan tidak ada lagi jejas yang berlebih
7. Pastikan paska pengasahan gigi, pasien tetap merasa nyaman dan tidak
merasa ngilu

iv. Tahap Penentuan Gigitan degan Galangan Gigit atau Catatan Gigit
Pencatatan gigit dilakukan untuk mendapatkan hubungan dari model rahang
atas dan rahang bawah seperti hubungannya di dalam mulut. Pencatatan gigit
dilakukan menggunakan bite wax pada sentrik oklusi untuk model kerja
1. Persiapan alat dan bahan : wax, air dan lampu spiritus, desinfeksi
povidone iodine
2. Panaskan satu lembar wax sampai dapat dilipat, lalu bentuk wax
melengkung seperti tapal kuda. Kemudian panaskan kembali sampai agak
lunak
3. Instruksikan pasien untuk membuka mulut kemudian masukan wax yang
telah dilunakan lalu minta pasien untuk menggigit (oklusi sentris)
4. Tandai di wax bagian mana yang rahang atas dan bawah
5. Desinfeksi cetakan
1. Cuci hasil cetakan di bawah air mengalir
2. Keringkan dengan three way syringe
3. Rendam pada larutan povidone iodine 1:1

v. Tahap Try-in Malam


1. Operator melakukan cuci tangan kemudian memakai APD level 3
2. Wrapping dental unit yang akan digunakan dengan plastic wrap
3. Mempersiapkan alat dan bahan
● Alat Standar
● Gigi Tiruan Malam
● Artikulator
● Pisau Wax
● Lekron
● Akrilik Trimmer
● Lampu Spiritus
● Calliper
● Korek Api
● Wax Merah
● Articulating Paper
● Selotip
● Spidol
4. Pengaturan posisi pasien yaitu duduk tegak dengan bidang oklusal
parallel terhadap lantai, tinggi kursi dental unit disesuaikan sehingga
mulut pasien berada setinggi siku operator dan operator berada di
depan kanan pasien
5. Siapkan extraoral suction dan posisikan dengan tepat.
6. Memakaikan polybib pada pasien dan mempersilahkan pasien untuk
berkumur menggunakan Povidone Iodine 1% selama 30 detik
7. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tindakan klinis yang
akan dilakukan dan mendapatkan persetujuan dari pasien untuk
melakukan tahapan try-in GT malam
8. Evaluasi susunan gigi geligi serta oklusi dan artikulasi sesuai
penyusunan gigi pada artikulator
9. Sebelum GT malam dicobakan kepada pasien, dicuci terlebih dahulu
dan didisinfeksi dengan direndam dalam Povidone Iodine 1% selama
60 detik. Kemudian, dibilas dengan air dan keringkan
10. Evaluasi try-in GT malam
● Evaluasi perluasan sayap serta retensi dan stabilisasi
○ Pastikan tepi sayap membulat dan tidak ada bagian yang
tajam atau menekan
○ Retensi GT baik, dilihat saat pemasangan tidak mudah
lepas dan saat dilepaskan berlawanan arah insersi
terdapat tahanan
○ Stabilisasi GT dilihat saat melakukan gerakan
fungsional tidak mudah goyang dan jika ditekan salah
satu sisi bagian sisi lain tidak terangkat
● Evaluasi DVO dan kontak oklusal saat oklusi sentris
○ Lakukan tahapan pengecekan DV seperti sebelumnya
dan pastikan DV tetap sama sebelum dan sesudah
dimasukkan GT atau tidak ada perubahan
● Evaluasi RS
○ Dapat digunakan 2 metode yaitu aktif dengan metode
Nucleus Walkoff dan pasif dengan metode Gravitasi,
kemudian diperhatikan midline sudah sesuai
● Evaluasi estetik
○ Periksa wajah pasien dari arah frontal dan lateral saat
memakai gigi tiruan dan beroklusi, pastikan dukungan
bibir da pipi sudah baik. Dukungan bibir dan pipi sudah
baik jika terlihat ekspresi wajah normal
○ Garis midline gigi sesuai dengan garis midline wajah
○ Permukaan incisal RA sejajar garis interpupil dan gigi
posterior sejajar garis champer
○ ⅔ incisal gigi anterior terlihat saat pasien tersenyum
● Evaluasi fonetik
○ Pasien diminta untuk mengucapkan huruf labiodental
(FVW) untuk melihat apakah saat pengucapan tepi
insisal anterior RA berkontak ringan dengan bibir
bawah yang menunjukkan penyusunan gigi sudah baik
○ Mengucapkan huruf berakhiran S (sebelas, duabelas)
dilihat apakah saat pengucapan RA dan RB terdapat
celah (closest speaking space)
○ Mengucapkan huruf bilabial (BPM) untuk melihat
dukungan bibir
○ Mengucapkan huruf linguoalveolar (TDSZ) dilihat
apakah saat pengucapan lidah sudah menyentuh bagian
anterior dari palatum
11. Jika ada penyesuaian yang perlu dilakukan diluar mulut pasien, cuci
GT malam dibawah air dan disinfeksi dengan Povidone Iodine 1%
kemudian dimasukkan kembali dalam mulut pasien.
12. Setelah evaluasi GT malam selesai, GT dikeluarkan dari mulut pasien
kemudian dicuci kembali dibawah air mengalir hingga tidak ada saliva
dan disinfeksi dengan rendam dalam Povidone Iodine 1% selama 60
detik. Kemudian, bilas dengan air dan keringkan.
13. Jika tindakan sudah selesai, operator melepaskan polibib pasien
kemudian melepas wrapping dental unit, desinfeksi dental unit dengan
desinfektan serta meletakkan alat kotor pada tempat yang telah
disediakan untuk disterilisasi oleh CSSD.

vi. Tahap Insersi dan Kontrol


1. Operator melakukan cuci tangan kemudian memakai APD level 3
2. Dental unit sudah diwrapping dengan plastic wrap
3. Mempersiapkan alat dan bahan:
- Alat standar
- Gigi tiruan yang telah siap untuk diinsersi
- Gelas kumur
- Povidone iodine 0,1%
- Fletcher powder
- Olive oil
- Kuas
- Articulating paper
- Lowspeed handpiece
- Acrylic trimmer
- Tang cengkram
4. Siapkan extraoral suction dan posisikan dengan tepat.
5. Instruksi pasien untuk duduk di dental unit, memakaikan polybib pada
pasien, instruksikan pasien duduk tegak dengan bidang oklusal sejajar
lantai dan posisi mulut pasien setinggi siku operator serta operator berada
didepan kanan pasien
6. Instruksikan pasien untuk berkumur menggunakan larutan povidone
iodine 0,1% selama 30 detik
7. Berikan penjelasan kepada pasien terkait tindakan yang akan dilakukan
serta mendapatkan persetujuan pasien untuk melakukan tindakan klinis.
8. Sebelum melakukan insersi, gigi tiruan harus sudah dievaluasi,
diantaranya adalah basis tidak porus, mengkilap, halus, tidak tajam,
cengkram pada GTS membulat dan tidak tajam.
9. Lakukan evaluasi kondisi rongga mulut pasien apakah terdapat area
eritema atau ulserasi
10. Asisten operator memanipulasi Pressure Indicating Paste (PIP) untuk
melakukan evaluasi basis dan sayap
11. Aplikasikan PIP pada area basis dan sayap pada permukaan intaglio
hingga merata. Masukkan ke dalam mulut pasien. Instruksikan pasien
untuk diam dan tidak menggigit, karena akan memberikan tekanan pada
gigi tiruan.
12. Keluarkan gigi tiruan dari mulut pasien dan lakukan evaluasi apakah
terdapat area basis atau sayap yang terhapus PIP-nya. Jika terhapus, maka
bagian tersebut menekan mukosa dan harus dikurangi dengan
menggunakan acrylic trimmer. Ulangi prosedur tersebut hingga jejas PIP
merata.
13. Lakukan pengecekan oklusi dengan articulating paper dan pengecekan
artikulasi. Pastikan tidak terdapat blocking dan prematur kontak. Bila
terdapat blocking atau prematur kontak, maka lakukan selective grinding
dan evaluasi kembali hingga tidak terdapat blocking dan prematur kontak.
14. Pada GTS, lakukan pengecekan cengkram. Cengkram harus bersifat pasif,
tidak menekan, dan terletak pada tempatnya yang baik.
15. Tanyakan kepada pasien apakah sudah merasa nyaman, tidak sakit, atau
tidak merasa tertekan
16. Lakukan instruksi dan edukasi pasien, meliputi:
- Cara melepas dan memasang gigi tiruan
- Edukasi pasien cara melakukan disinfeksi gigi tiruan di rumah, yaitu
dengan merendam gigi tiruan pada larutan Chlorhexidine gluconate
0,2% selama 10 menit.
- Cara membersihkan gigi tiruan yaitu disikat menggunakan sikat gigi
dengan menggunakan sabun yang tidak abrasif di bawah air
mengalir setiap sebelum dan sesudah dipakai
- Saat tidak digunakan, gigi tiruan disimpan dalam wadah berisi air
bersih
- Gigi tiruan dilepas saat tidur
- Edukasikan ke pasien bahwa diawal pemasangan akan terasa tidak
nyaman, banyak air liur, dan sulit berbicara sehingga memerlukan
latihan dan adaptasi.
- Lakukan kontrol pertama 24 jam pasca insersi, kontrol 2 48 jam
pasca kontrol 1, dan kontrol 3 72 jam pasca kontrol 2.
17. Pada saat kontrol
- Lakukan evaluasi terhadap gigi tiruan apakah terdapat basis yang
patah atau cengkram yang lepas pada GTS.
- Lakukan evaluasi rongga mulut pasien apakah terdapat area eritema
atau ulserasi.
- Tanyakan juga kepada pasien apakah ada area yang terasa tertekan
atau sakit, lelah, tegang, sulit menelan, pada GTS tanyakan apakah
gigi abutmen cengkram terasa sakit.
- Lakukan evaluasi basis dan sayap dengan menggunakan PIP yang
dioleskan menggunakan kuas pada permukaan intaglio area sayap
dan basis. Lakukan evaluasi apakah terdapat area basis atau sayap
yang terhapus PIP-nya. Jika terhapus, maka bagian tersebut
menekan mukosa dan harus dikurangi dengan menggunakan acrylic
trimmer. Ulangi prosedur tersebut hingga jejas PIP merata.
- Lakukan pengecekan oklusi dengan articulating paper dan
pengecekan artikulasi. Pastikan tidak terdapat blocking dan prematur
kontak. Bila terdapat blocking atau prematur kontak, maka lakukan
selective grinding dan evaluasi kembali hingga tidak terdapat
blocking dan prematur kontak.
- Pada GTS, lakukan pengecekan cengkram. Cengkram harus bersifat
pasif, tidak menekan, dan terletak pada tempatnya yang baik.
- Apabila sebelum waktu kontrol pada area rongga mulut pasien
terdapat ulserasi yang menyakitkan atau menyulitkan fungsi bicara
dan pengunyahan pasien saat menggunakan gigi tiruan, maka pasien
dapat melakukan teleconsultation. Operator dapat menyarankan
analgesik atau gel antiseptic yang dapat digunakan pasien untuk
meringankan keluhan pasien dan menghentikan sementara
penggunaan gigi tiruan hingga jadwal kontrol selanjutnya.
18. Jika tindakan insersi atau pun kontrol sudah selesai, operator melepaskan
polybib pasien kemudian melepas wrapping dental unit, desinfeksi dental
unit dan extraoral suction dengan desinfektan serta meletakkan alat kotor
pada tempat yang telah disediakan untuk disterilisasi oleh CSSD

b. GTC
i. Preparasi Gigi Penyangga

1. Pengasahan bidang Proksimal


Alat yang digunakan adalah pointed tapered cylindrical diamond bur dengan
handpiece high speed, lalu menggunakan sonde lurus untuk mengecek ada
tidaknya undercut

2. Pengasahan bidang Insisal

Alat yang digunakan untuk melakukan preparasi bidang insisal adalah dengan
straight cylindrical diamond bur untuk membuat grrove dan pengasahan
dengan tapered cylindrical diamond bur dengan handpiece high speed

3. Pengasahan bidang labial

Pada bidang labial digunakan straight cylindrical diamond bur untuk membuat
groove, lalu untuk melakukan pengasahan menggunakan round end tapered
cylindrical diamond bur dengan handpiece high speed

4. Pengasahan bidang palatal

Untuk melakukan pengasahan pada bidang palatal maka digunakan flame type
diamond bur dengan pengasahan mengikuti bentuk anatomis

5. Pengasahan di servikal

Pengasahan di servikal maka menggunakan round end tapered cylindrical


diamond bur

6. Pembulatan dan penghalusan

Pembulatan dilakukan dengan bertujuan untuk memudahkan adaptasi


permukaan dalam restorasi. Pembulatan dilakukan dengan fine bur/ finishing
bur dengan bentuk round end tapered cylindrical diamond bur. Penghalusan
dilakukan dengan fine bur / finishing bur dengan bentuk pointed tapered
cylindrical diamond bur.
Pembersihan Instrumen

Pembersihan dan sterilisasi instrument wajib dilakukan dalam setiap perawatan kedokteran
gigi. Penggunaan gloves sebagai pelindung inisial dapat melindungi kulit dari eksposur
material yang terpapar pada instrumen.
1) Pada Perawatan
Sebelum digunakan, instrumen harus dibersihkan dan disterilisasi. Pembersihan secara
ultrasonik direkomendasikan, ataupun pembersihan normal dengan deterjen non korosif.
Pembersihan enzimatik memaksimalkan pembersihan terutama untuk instrumen bedah
dan periodontal dengan melepas debris asing, jaringan, protein darah lebih cepat daripada
pembersih biasa. Pembersih spesifik dengan alat pembersih mengurangi kebutuhan untuk
pembersihan menggunakan tangan, yang mengurangi risiko risiko cedera pada tangan dan
kontaminasi langsung ke jaringan tubuh. Penggunaan fenol, glutaraldehid, dan iodofor
kontraindikasi untuk instrumen resin.

2) Ketika Pembersihan Rutin Tidak Memungkinkan


Jika instrumen tidak dapat dibersihkan segera, rendam dalam larutan untuk menyelimuti
instrumen dari debris kering yang dapat menghasilkan diskolorasi serta sterilisasi
inadekuat.

Perawatan Handpiece

Handpiece dibersihkan dan dilubrikasi sesuai dengan instruksi pabrik dan disteril setiap
pergantian pasien. Setelah proses sterilisasi, handpiece disimpan untuk menghindari
kontaminasi, handpiece dipasang saat akan mengerjakan pasien.

· Saat handpiece dibersihkan, pasangkan bur untuk menghindari kontaminasi air yang
akan merusak bearing handpiece

· Bersihkan luar handpiece dengan deterjen dan air (jangan merendam hanpiece dalam
disinfektan atau ultrasonic cleaner)

· Lubrikasi dengan minyak sesuai anjuran pabrik

· Bersihkan kelebihan minyak

· Steril dengan steam steriliser

· Jalankan hanpece sebelum digunakan untuk menghilangkan sisa lubrikan.

Sterilisasi Instrumen

Sterilisasi yang sesuai dapat memperpanjang jangka penggunaan instrumen dan mengurangi
kemungkinan penggantian instrumen.
1) Steam Autoclave
Steam autoclave merupakan cara yang paling efektif untuk menghancurkan organisme
patogen atau bentuk vegetasi lainnya. Sterilisasi ini dicapai pada suhu 270 derajat
fahrenheit dengan tekanan 27 pound per square inch (psi) pada 6 menit. Cek sesuai
petunjuk penggunaan autoclave dan sesuaikan dengan waktu sterilisasi. Penggunaan
steam autoclave direkomendasikan untuk instrumen resin.

2) Unsaturated Chemical Vapor


Sistem ini efektif untuk semua instrumen metal, terutama instrumen karbon-baja, meski
sistem ini mengandung sedikit air dan dapat menyebabkan karat serta korosi,
dibandingkan metode sterilisasi lain. Sistem ini dicapai pada suhu 270 fahrenheit dan
tekanan 20-40 psi selama 20 menit. Kekurangannya adalah perlu larutan kimia khusus,
sisa larutan dapat berbahaya, instrumen harus benar benar kering sebelum disterilisasi,
harus memiliki ventilasi yang baik dan kurang cocok untuk sterilisasi handpiece.

3) Dry Heat
Sistem ini dicapai ketika temperatur internal unit stabil pada 320 derajat fahrenheit
selama 2 jam (suhu lebih dari 350 derajat dapat mengakibatkan kegagalan instrumen
prematur). Metode ini digunakan untuk instrumen yang tidak dapat menahan kondisi
terkompresi uap. Korosi yang terjadi minimal dan tip serta bagian pemotong tetap tajam.
Kekurangannya adalah dapat merusak alat dengan bahan plastik & karet yang tidak tahan
panas, instrumen harus benar benar kering sebelum disterilisasi, waktu sterilisasi lama
dan tidak cocok untuk handpiece.

4) Chemical Solution
Hanya digunakan untuk material yang tidak tahan pada proses sterilisasi panas. Tidak
dianjurkan untuk sterilisasi instrumen berbahan metal.

ii. Try in Backing


1. Operator melakukan cuci tangan kemudian memakai APD level 3
2. Dental unit sudah diwrapping dengan plastic wrap
3. Mempersiapkan alat dan bahan
a. Alat Standar
b. Coping logam
c. Povidone Iodine 0,1%
d. Gelas Kumur
e. Dental floss
f. Articulating Paper
4. Instruksi pasien untuk duduk di dental unit, memakaikan polybibi pada
pasien, instruksikan pasien duduk tegak dengan bidang oklusal sejajar
lantai dan posisi mulut pasien setinggi siku operator serta operator
berada didepan kanan pasien
5. Instruksikan pasien untuk berkumur menggunakan larutan povidone
iodine 0,1%
6. Berikan penjelasan kepada pasien terkait tindakan klinis yang akan
dilakukan serta mendapatkan persetujuan pasien untuk dilakukannya
tindakan klinis.
7. Evaluasi coping dari dental lab sebelum dicobakan ke dalam mulut
pasien.
Pastikan bentuk, ukuran, dan desain coping logam telah sesuai,
permukaan halus tidak ada gelembung/nodul serta tidak ada porus pada
permukaan coping logam
8. Melakukan tahap pencobaan dan evaluasi
Metal casting yang dikeluarkan dari laboratorium harus dicoba
terlebih dahulu di dalam mulut pasien sebelum dilakukan sementasi.
Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain kontak proksimal, ketepatan
tepi gigi tiruan (marginal fitness and integrity), stabilisasi, oklusi,
contouring, characterization dan glazing
a). Kecekatan (Fitness/self retention)
Adanya self retention yakni restorasi tetap berada pada posisi
yang tepat terhadap gigi yang dipreparasi tanpa lepas atau terjatuh, dan
mampu melawan gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah
insersi tanpa diberi semen restorasi.
b). Kontak Proksimal
Lokasi, ukuran dan ketepatan mahkota tiruan harus menyerupai
gigi asli. Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging atau
overcontour. Cek ketepatan kontak proksimal dengan menggunakan
dental floss, dimana dental floss dapat melewati kontak proksimal
dengan sedikit hambatan namun tidak sampai merobek dental floss.
jika dental floss mengalami hambatan, maka dapat dikatakan kontak
proksimal terlalu ketat. sedangkan jika kontak proksimal terlalu
longgar (dental floss dapat mudah melewati kontak proksimal) dapat
menyebabkan mudahnya terselip makanan.
c). Ketepatan tepi gigi tiruan (marginal fitness and integrity)
Casting yang dibuat harus dapat beradaptasi dengan baik pada
marginal gigi. Salah satu cara untuk menilai ketepatan tepi servikal
adalah dengan menggunakan sonde atau eksplorer. Gerakkan sonde
arah serviko-oklusal dan mengelilingi servikal gigi, serta saat dicek
menggunakan sonde, tidak boleh terangkat. Selain itu dapat dilihat
kondisi gusi sekitar, jika terlihat pucat maka dapat menandakan bahwa
tepi terlalu panjang dan menekan gusi. Apabila terdapat bagian yang
berlebih atau overhanging maka dapat dilakukan pembuangan dengan
menggunakan white stone dan cuttle disk. Jika terdapat celah makan
perlu dilakukan casting ulang.

d). Stabilitas
Saat restorasi casting ditempatkan pada gigi yang telah dipreparasi,
maka harus tetap stabil. Ketika diberikan gaya, restorasi casting tidak
boleh berputar atau goyang. Kegoyangan dalam bentuk apapun dapa
menyebabkan kegagalan saat nantinya digunakan secara fungsional.
Ketidakstabilan casting biasanya diakibatkan adanya nodul kecil pada
permukaan internal. Jika hal ini terjadi maka casting dapat dibenarkan,
namun jika ketidakstabilan disebabkan adanya distorsi, maka perlu
dilakukan casting ulang
e). Oklusi
Pemeriksaan oklusi dengan gigi antagonisnya dapat dilakukan
dengan menggunakan kertas artikulasi. Apabila saat oklusi statis
maupun dinamis terlihat adanya supraoklusi (protesa terlalu tinggi),
maka dapat dilakukan perbaikan dengan reduksi. Sedangkan jika
terdapat undercontour maka perlu dibuat casting baru.
e). Estetis
Coping logam harus menyediakan ruangan yang cukup untuk
facing, sehingga bentuk, ukuran, tanda anatomis dan warna yang sesuai
dapat diperoleh
9. Setiap coping logam keluar atau akan masuk ke mulut pasien, masukan
masukan terlebih dahulu ke dalam larutan povidone idonie 0,1%
10. Jika tindakan sudah selesai, operator melepaskan polybib pasien
kemudian melepas wrapping dental unit, desinfeksi dental unit dengan
desinfektan serta meletakkan alat kotor pada tempat yang telah
disediakan untuk disterilisasi oleh CSSD

Try in facing dan sementasi sementara GTJ


1. Operator melakukan cuci tangan kemudian memakai APD level 3
2. Dental unit sudah diwrapping dengan plastic wrap
3. Mempersiapkan alat dan bahan
● Alat Standar
● Gigi Tiruan Jembatan
● Akrilik Trimmer
● Articulating Paper
● Povidone Iodine 0,1%
● Dental floss
● Gelas Kumur
● Bowl
● Polybib
● Mixing slab
● Semen spatle
4. Pengaturan posisi pasien yaitu duduk tegak dengan bidang oklusal
parallel terhadap lantai, tinggi kursi dental unit disesuaikan sehingga
mulut pasien berada setinggi siku operator dan operator berada di
depan kanan pasien
5. Memakaikan polybib pada pasien dan mempersilahkan pasien untuk
berkumur menggunakan Povidone Iodine 0,1% selama 60 detik
6. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tindakan klinis yang
akan dilakukan dan mendapatkan persetujuan dari pasien untuk
melakukan tahapan try-in facing serta sementasi sementara GTJ
7. Operator melakukan evaluasi GTJ sebelum dicobakan ke pasien tidak
ada crack, bubble, warna, bentuk dan desain sesuai. Sebelum
dimasukan kedalam mulut pasien facing GTL dibersihkan terlebih
dahulu dan lakukan perendaman dalam larutan povidone idonie 1%
8. Tahapan pencobaan GTJ:
● Lepaskan mahkota tiruan sementara pada pasien dan cobakan
facing GTJ kepada pasien
● Melakukan evaluasi facing GTJ
○ Kecekatan/fitness yang membentuk self retention
○ Ketepatan marginal GT: pemeriksaan menggunakan
sonde half moon berujung kecil dan tajam. Sonde
dijalankan pada area margin restorasi dan gigi. Apabila
terdapat tahanan maka itu berarti terdapat gap/celah di
bagian tersebut. Apabila masalah tersebut terjadi akibat
kontak proksimal yang berlebih ataupun akibat bahan
luting agent yang mengganggu pemasangan maka
dilakukan tindakan korektif. Tetapi apabila celah yang
terjadi akibat restorasi/mahkota yang tidak akurat maka
segera kembalikan ke lab dan lebih baik lakukan
pencetakan ulang.
○ Kontak proksimal dengan gigi tetangga: Adanya
kontak ringan tapi tidak boleh menekan, dan dapat
dilewati dental floss, serta tidak boleh titik kontaknya
terbuka (tidak ada titik kontak) yang dapat
menyebabkan retensi dan impaksi makanan
○ Stabilitasi dan adaptasi terhadap mukosa: Keadaan
dimana tidak terungkit atau bergoyang atau rotasi
apabila ditekan pada salah satu sisi
○ Penyesuaian oklusi dan artikulasi dengan menggunakan
articulating paper. Lakukan evaluasi dimana terdapat
jejas kontak yg merata, tidak ada hambatan dalam
artikulasi, oklusi gigi sebelum dan sesudah GT dipasang
harus sama. Apabila terdapat terdapat hambatan
dilakukan selective grinding atau pengasahan pada jejas
tebal yang dapat menganggu oklusi dan artikulasi
○ Evaluasi estetis: bentuk, warna, ukuran gigi sudah
sesuai pasien
9. Setiap gigi tiruan keluar atau akan masuk ke mulut pasien, masukan
GT dalam larutan povidone idonie 0,1%
10. Setelah dilakukan try in dan evaluasi facing GTJ dilanjutkan
melakukan sementasi sementara GTJ dengan freegenol/ZOE.
Sementasi sementara digunakan sebelum dilakukan sementasi tetap,
tujuannya agar dokter gigi dan pasien dapat memeriksa dan
mengevaluasi penampilan dan fungsi dari gigi tiruan jembatan.
Tahapan sementasi sementara:
● Keringkan gigi (biarkan sedikit lembab dan tidak basah) dan
isolasi daerah kerja serta gunakan suction intraoral.
● Manipulasi powder dan liquid hingga homogen.
● Masukan bahan ke dalam bagian intaglio GTJ.
● Masukan GTJ ke dalam gigi, tekan hingga bahan freegenol ada
yang keluar, dan tunggu hingga bahan setting.
● Bersihkan kelebihan freegenol pada bagian dengan cotton
pellet atau sonde diarea servikal gigi dan dibagian proksimal
menggunakan dental floss
11. Instruksi kontrol 1 minggu kepada pasien untuk sementasi tetap,
apabila GTJ lepas segera datang ke dokter gigi, menjaga kebersihan
mulut pasien dengan menyikat gigi dua kali sehari pada pagi dan
malam sebelum tidur.
12. Jika tindakan sudah selesai, operator melepaskan polybib pasien
kemudian melepas wrapping dental unit, desinfeksi dental unit dengan
desinfektan serta meletakkan alat kotor pada tempat yang telah
disediakan untuk disterilisasi oleh CSSD

Sementasi Tetap
1. Operator melakukan cuci tangan kemudian memakai APD level 3
2. Dental unit sudah diwrapping dengan plastic wrap
3. Mempersiapkan alat dan bahan
○ Alat Standar
○ Paper pad
○ Articulating Paper
○ Povidone Iodine 0,1%
○ Crown retractor
○ Bahan sementasi: GIC/ZnPO4
○ Dental floss
○ Gelas Kumur
○ Bowl
○ Polybib
○ Mixing slab
○ Semen spatle
○ Separator oil
4. Pengaturan posisi pasien yaitu duduk tegak dengan bidang oklusal
parallel terhadap lantai, tinggi kursi dental unit disesuaikan sehingga
mulut pasien berada setinggi siku operator dan operator berada di
depan kanan pasien
5. Memakaikan polybib pada pasien dan mempersilahkan pasien untuk
berkumur menggunakan Povidone Iodine 0,1% selama 60 detik
6. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tindakan klinis yang
akan dilakukan dan mendapatkan persetujuan dari pasien untuk
melakukan tahapan sementasi GTJ
7. Tanyakan keluhan subjektif pasien selama sementasi sementara, dan
lakukan pemeriksaan objektif untuk mengevaluasi jaringan lunak
pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:
i. Cek oklusi pasien dengan articulating paper, lihat apakah ada
kontak prematur dengan gigi antagonis
ii. Ada tidaknya keluhan rasa sakit/ngilu
iii. Ada tidaknya gangguan pengunyahan
iv. Ada tidaknya kemerahan gingiva pada bagian servikal dan
dasar pontik
v. Apabila hasil evaluasi baik, sementasi sementara dapat diganti
dengan sementasi tetap.
8. Lepaskan mahkota tiruan yang disementasi sementara dengan crown
retractor dari arah palatal
9. Persiapan sementasi pada pasien:
○ Gigi tiruan dicobakan terlebih dahulu ke gigi yang telah
dipreparasi, perhatikan dan ingat posisinya saat oklusi dan
artikulasi. Kemudian lepaskan kembali, bersihkan GTJ sebelum
dilakukan insersi kedalam mulut pasien dengan membersihkan
bagian dalam GTJ dengan alkohol 70% agar bersih dari kotoran
dan keringkan dengan air spray dan masukan GTJ kedalam
larutan povidone idonie 0,1%
○ Lakukan pembersihan atau sterilisasi pada gigi penyangga
dengan antiseptik povidone ionine dan keringkan dengan air
spray. Pembersihan gigi penyangga jangan menggunakan
alkohol karena dapat menyebabkan dehidrasi jaringan yang
akan mempengaruhi vitalitas pada pulpa.
i. Bila preparasi gigi penyangga banyak mengurangi
struktur gigi yang dapat berisiko teriritasi oleh asam
semen, maka beri 2-3 lapis cavity varnish terutama pada
daerah yang dekat pulpa, tetapi tidak di daerah marginal
karena dapat menyebabkan microleakage. Lapisi
dengan Ca(OH)2 bila perlu.
○ Isolasi gigi dari kontaminasi saliva dengan meletakan cotton
roll di area vestibulum.
○ Beri separator oil pada dasar pontik dan daerah interdental
yang berguna untuk memudahkan pengambilan sisa kelebihan
semen. Serta letakkan juga dental floss pada dasar pontik untuk
gigi tiruan atas atau di atas residual ridge pada gigi tiruan
bawah untuk pengambilan sisa kelebihan semen
10. Tahapan sementasi GTJ
a). Lakukan pengadukan semen dengan perbandingan powder dan
liquid , cara dan durasi pengadukan sesuai dengan petunjuk pabrik
b). Oleskan semen secara merata dan secukupnya pada bagian dalam
gigi tiruan
c). Pasang gigi tiruan ke gigi yang sudah dipreparasi, tekan dengan jari
secara merata dan bertahap untuk memberikan kesempatan bahan
semen mengalir dan memperoleh posisi yang tepat.
d). Setelah didapatkan posisi yang tepat, instruksikan pasien untuk
menggigit dan cek apakah keadaan oklusi serta artikulasi sama
dengan saat sebelum diberikan semen. Jika ada perubahan, maka
dapat segera dibuka dan mengulangi prosedur sementasi
e). Ambil sisa kelebihan semen dengan sonde dan menggunakan dental
floss untuk mengambil sisa semen pada daerah interdental.
f). Periksa kembali dengan articulating paper apakah terdapat kontak
prematur, evaluasi margin dan titik kontak.
11. Instruksi pasca pemasangan GTJ:
○ Instruksikan pasien untuk datang kontrol 1 minggu setelah
sementasi tetap
○ Instruksikan pasien untuk tidak makan dan minum selama 1
jam terlebih dahulu dan selama 1 hari, gigi tersebut jangan
digunakan untuk makan
○ Instruksikan pasien untuk tetap menjaga kebersihan rongga
mulut dengan sikat gigi 2 kali sehari pada pagi hari dan malam
sebelum tidur, menggunakan dental floss, mengurangi
konsumsi makanan yang manis dan asam
○ Instruksikan pasien untuk kontrol rutin kedokter gigi 6 bulan
sekali
12. Jika tindakan sudah selesai, operator melepaskan polybib pasien
kemudian melepas wrapping dental unit, desinfeksi dental unit dengan
desinfektan serta meletakkan alat kotor pada tempat yang telah
disediakan untuk disterilisasi oleh CSSD

Referensi:
1. Shilingburg HT. Fundamentals of Fixed Prosthodontics, 3 rd Ed. Canada:
Quintessence; 1997: 85-6, 455-6.
2. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics, 4th Ed.
New York: Mosby Elsevier; 2006 :59-63, 202-4, 643-7.
3. Guidelines for Infection Control [Internet]. Ada.org.au. 2021 [cited 30 April 2021].
Available from: https://www.ada.org.au/Dental-Professionals/Publications/Infection-
Control/Guidelines-for-Infection-
Control/1ADA_GuidelinesforInfectionControl_3.aspx
4. Hemalatha. R et al. Disinfection of Dental Impression. Pharm. Sci. & Res. Vol. 8(7),
2016, 661-664
5. Mushtaq MA, Waseem M, Khan U. An Overview of Dental Impression Disinfection
Techniques-. 2019
6. Mantena SR, et al. Disinfection of Impression Materials  : A Comprehensive Review
of Disinfection. 2019;1(1):7-16.

Anda mungkin juga menyukai