LP Askep Post Partum Normal Sudah TTD CI
LP Askep Post Partum Normal Sudah TTD CI
OLEH :
Ni Putu Dian Yuniantari, S.Kep
NIM. C2221127
Diajukan Oleh:
Ni Kadek Yudi Asmini, SST Dr. Ns.IGA Ratih Agustini, S.Kep. M.Kes
NIK. 1600001598 NIK.10.01.0038
Mengetahui
A. ANATOMI FISIOLOGI
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga
panggul. Eksternal (sampai vagina): fungsi kopulasi, Internal: fungsi ovulasi,
fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan/dipengaruhi oleh hormon-
hormon gondaotropin/steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus –
hipofisis–adrenal–ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/
ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi: payudara, kulit daerah
tertentu, pigmen dan sebagainya.
1. Genitalia Eksterna
a) Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
1) Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
2) Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu
(pada commisura posterior).
3) Labia minor
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung
serabut saraf.
b) Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
c) Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu
orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae
Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.
d) Introitus /orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu: selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen
normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.
Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang
menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae).
Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis
adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah
melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak
berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
e) Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix
uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral.
Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran: fornix
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina: untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar
1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
f) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body
adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum
meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
2. Genitalia Interna
a. Uterus (rahim)
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi
dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi
dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. Dinding
rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar
2. Lapisan otot (lapisan miometrium), di tengah
3. Lapisan mukosa (endometrium), di dalam.
B. DEFINISI
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni, 2017).
Masa nifas atau puer perium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono 2018).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan
normal sebelum hamil (Bobak, 2015).
C. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Perubahan fisik
a. System reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur - angsur, kondisi uterus akan membaik
dengan pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun
tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi:
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir ± 2 cm di bawah umbilicus ± 1000 gram
dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium
sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilicus 500 gram
dan simfisis pubis
b. System endokrin
1. Hormone placenta
HCG (-) pada minggu ke 3 post partum, progesterone plasma tidak
terdeteksi dalam 72 jam post partum normal.
2. Hormon pituitary
Prolactin meningkat terjadi pada 2 minggu pertama. FSH menurun saat
ibu tidak menyusui. LH menurun pada minggu pertama post partum.
c. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan,
kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh
makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi
camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selamawaktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
3) Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat
defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomi,
laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus usus kembali normal.
d. Sistem Perkemihan
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-
daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih atau
melalui kateter sering menunjukan adanya trauma pada kandung kemih.
Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi
trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah
bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk
berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi
penurunan atau mengubah reflex berkemih, penurunan berkemih, seiring
diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih.
Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita
melahirkan dapat menyebabkan pendarahan berlebih karena keadaan ini
bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Tonus kandung kemih
biasanya akan pulih kembali dalam 5 sampai 7 hari setelah bayi lahir.
e. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang
seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider
2. Perubahan psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode
yaitu sebagai berikut:
a. Periode Taking In
1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang.
6) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
7) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
b. Periode Taking Hold
1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
2) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
3) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
4) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
5) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.
c. Periode Letting Go
1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
2) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
3) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
4) Keinginan untuk merawat bayi meningkat
5) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues (Hafifah, 2011).
E. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat - alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae. Otot-otot uterus
berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara
nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera
post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala (Hafifah, 2011).
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500
cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram %.
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari
24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan
menjadi kasus lainnya, tiga penyebab utama perdarahan antara lain :
1) Atonia uteri: pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
2) Laserasi jalan lahir: perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
3) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
4) Lain-lain
a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
b) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
c) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2009)
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 380
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah :
streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis.
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting
susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan,
mastitis umumnya di awali pada bulan pertama post partum.
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakteri
gram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus)
tromboplebitis superficial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari
pertama post partum.
7. Emboli
Yaitu: partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebabkan
kematian terbanyak di Amerika.
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan
obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh
bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak
tertarik pada sex, kehilangan semangat (Bobak, 2010).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap (Bobak, 2010).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan (Bobak, 2010).
PATHWAY
Prosesn involusi Vagina dan perinium Laktasi Taking in Taking Hold letting go
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Mengkaji identitas pasien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, status
pernikahan, agama, pekerjaan, serta alamat.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh nyeri / ketidaknyamanan pada daerah kemaluannya
setelah melahirkan.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian kemaluannya disaat klien bergerak
dan berkurang apabila beristirahat.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Perlu ditanyakan mengenai kondisi penyakit sebelumnya seperti hipertensi,
DM, Jantung atau keluhan yang lainnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang perlu ditanyakan adalah penyakit yang sifatnya menurun (hipertensi, DM,
Jantung) dan penyakit menular serta mempunyai riwayat persalinan kembar.
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Karena kecemasannya terhadap jahitan perineum biasanya klien BAK atau
BABnya menjadi sulit dan takut karena jahitannya dapat robek. Oleh karena
itu perlu dilakukan perawatan dan pengetahuan tentang cara vulva hygiene
setiap BAK atau BAB agar dapat terjadi infeksi dan jahitannya dapat kering.
b. Pola nutrisi metabolic
Pada ibu hamil post natal terjadi peningkatan nafsu makan dan kehilangan
rata – rata berat badan 5,5 kg.
c. Pola eliminasi
Pada penderita post partum sering terjadi adanya perasaan sering atau susah
untuk BAK yang ditimbulkan oleh terjadinya udema dari trigono, yang
menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi. Selain
itu klien takut BAB atau BAK karena jahitannya robek atau nyerinya
bertambah.
d. Pola aktivitas-latihan
Biasanya klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan terbatas,
misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien dengan nyeri perineum
terjadi keterbatasan aktivitas.
e. Pola tidur – istirahat
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
merasakan nyeri pada perineum.
f. Pola kognitif perceptual
Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada perineum akibat luka jahitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif terjadi pada ibu
primipara yang mengalami kecemasan atas nyeri yang dialaminya.
g. Pola toleransi – koping stress
Klien berpenampilan rapi, berbicara pelan-pelan, dan selalu minta
pertimbangan suami atau ibunya jika ada masalah atau harus mengambil
keputusan.
h. Persepsi diri / konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehailannya lebih menjelang
persalinan. Dampak psikologisnya adalah terjadinya perubahan konsep diri
yaitu Body Image dan ideal diri.
i. Pola seksual – reproduksi
Terjadi perubahan sexsual atau disfungsi sexual yaitu perubahan dalam
hubungan sexual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
j. Pola hubungan dan peran
Dalam hubungan peran biasanya mengalami sedikit gangguan karena masa
nifas adalah masa dimana ibu harus istirahat dan melakukan aktivitas
terbatas.
k. Pola nilai kepercayaan
Klien dengan masa nifas tidak dapat melakukan ibadah, tetapi klien hanya
bisa berdoa karena klien masih dalam keadaan bedrest dan belum bersih.
7. Pengkajian fisik
a. Vital sign
b. Kesadaran
c. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik head to toe :
1) Pemeriksaan kulit
a) Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasilesi/perlukaan, pucat,
sianosis, dan ikterik.
Normal : kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
b) Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan,
turgor kulit,dan udema.
Normal : lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
2) Pemeriksaan kepala
a) Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya
lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut,
jumlah dan distribusi rambut.
Normal : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan gizi (rambut jagung dan kering)
b) Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal : tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan
kuat/tidak rapuh.
3) Pemeriksaan wajah
a) Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal : warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
b) Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang.
Normal : tidak ada nyeri tekan dan edema.
4) Pemeriksaan mata
Inspeksi : bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak
mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera
(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon
terhadap cahaya.
Normal : simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva
pink, dan sclera berwarna putih.
5) Pemeriksaan telinga
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi
telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu
dengar.
Normal : bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna
sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu
dengar.
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal : tidak ada nyeri tekan.
6) Pemeriksan hidung dan sinus
Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),
rongga, hidung (lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal
(kemerahan, lesi, tanda2 infeksi).
Normal : simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada
lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
Palpasi dan Perkusi : frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan
septum deviasi)
Normal : tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
7) Pemeriksaan mulut dan bibir
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,
tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal : warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis
Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,
perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan
langit2.
Normal : gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau
kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris,
warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
8) Pemeriksaan leher
Inspeksi : warna integritas, bentuk simetris.
Normal : warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
Inspeksi dan auskultasi arteri karotis : lokasi pulsasi
Normal : arteri karotis terdengar.
Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid : (nodus/difus, pembesaran,batas,
konsistensi, nyeri, gerakan/ perlengketan pada kulit), kelenjer limfe
(letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/
teraba)
Normal : tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri,
tidak ada
Auskultasi : bising pembuluh darah.
9) Pemeriksaan dada (dada dan punggung)
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-
otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/
penonjolan.
Normal : simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda
distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak
ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema.
Palpasi : Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus, (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk
mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan
perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)
Normal : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cenderung sebelah kanan
lebih teraba jelas.
Perkusi : paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi
dengansatu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi
ke sisi)
Normal : resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih dari pada
bagian udara = pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar
dari bagian padat = hiperesonan (“deng deng deng”).
Auskultasi : suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan
dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di
atas manubrium dan di atas trachea)
Normal : bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
10) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
Palpasi : denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
Perkusi : ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah
samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup).
Normal : batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri
dari garis mid sterna, pada RIC 4, 5, dan 8.
Auskultasi : bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian
diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
Normal : terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung
II/S2 (dub),tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
11) Dada dan aksila
Inspeksi payudara : Integritas kulit.
Palpasi payudara : Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan
penyebaran vena
Inspeksi dan palpasi aksila : nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.
12) Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,
ostomy distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan
gerakan dinding perut.
Normal : simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak
ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilicus.
Auskultasi: suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian
diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction
rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal : suara peristaltic terdengar setiap 5-20 x/dtk, terdengar
denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak
searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman
kualitas bunyinya.
Perkusi hepar: Batas
Perkusi Limfa : ukuran dan batas
Perkusi ginjal : nyeri
Normal : timpani, bila hepar dan limfa membesar = redup
dan apabila banyak cairan = hipertimpani
Palpasi semua kuadran : massa, karakteristik organ, adanya
asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu.
Normal : tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
dan penumpukan cairan
13) Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan,
Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal : simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan
otot penuh.
Palapasi : denyutan a.brachialis dan a. radialis .
Normal : teraba jelas
Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal : reflek bisep dan trisep positif
14) Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan
telapak kaki)
Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas
kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal : simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif,
kekuatan otot penuh
Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal : teraba jelas
Tes reflex :tendon patella dan archilles.
Normal : reflex patella dan archiles positif
15) Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Inspeksi genitalia eksternal : mukosa kulit, integritas kulit, contour
simetris,edema, pengeluaran.
Normal : bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris
tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi
dan, massa
Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa edema,
haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
Normal : tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/
polip/ tanda tanda infeksi dan pendarahan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
at:http://kesehatanbyteguh.blogspot.com/2012/01/adaptasi-maternal-pada-
at:http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-
Moorhead, Sue et al. 2018. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United
States of America : Mosby.
at:http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-post-partum-nifas.html.
A. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny.PW Nama Suami : Tn AD
Usia : 25 tahun Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : Sarjana
Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pekerjaan : Pegawai Swasta Status Perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan Uluwatu Bukit Jimbaran
Diagnosa Medis Pasien : P1 A0 Post Partum Spontan
B. PENGKAJIAN
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri pada luka jaritan dan ASI tidak mau keluar
Riwayat Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
Usia Menarche : 16 tahun
Siklus : teratur/tidak, 28 hari
Banyaknya : 5 kali ganti pembalut
Karakteristik Menarche : warna merah, bau darah, stolsel
Keluhan Keputihan : jarang ada
b. Masalah ginekologi
Riwayat penyakit menular seksual : Ada / Tidak, Jelaskan .
Pembedahan ginekologi : Pernah / Tidak, Jelaskan.............................................................
Keganasan ginekologi : Ya / Tidak, Jelaskan......................................................................
Pemeriksaan Papsmear : Ya / Tidak , Waktu pemeriksaan :
Hasil Pemeriksaan Papsmear : tidak ada masalah
Infertilitas : - Tahun
Mioma Uteri : ( ) Ya (√ ) Tidak
Kista Ovarium : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Perdarahan pervaginam : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Keluhan lainnya : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Sebutkan……………………………………………………………………………..............
Riwayat Pernikahan
Umur menikah : 24 tahun
Usia pernikahan : 1 tahun
Pernikahan ke- : Pertama
Riwayat KB : Tidak ada
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Tanggal Penyulit
Jenis Jenis BB Keadaan
No Lahir/ Penolong Selama Umur
Kelamin Persalinan lahir Saat ini
tahun Persalinan
c. Bonding attachment :
Bayinya tertidur saat digendong ibunya, ibu sangat bahagia dengan kelahiran bayinya.
d. Breastfeeding/ kolostrum : keluar / tidak, jelaskan putting masuk ke dalam ASI tidak mau
keluar
Kemampuan menyusui bayi :
Bayi tidak bisa menyedot putting ibu karena puting masuk kedalam
i. Nutrisi :
Asupan Nutrisi : Pasien diet bebas, pasien mampu menghabiskan menu dari Rumah Sakit
Nafsu makan: Baik / Kurang / Tidak baik, Jelaskan ......................................................
Asupan Cairan :…………± 1500 cc………..…….. cukup/kurang
Masalah Khusus :………………Tidak ada...............…………………..........................
j. Eliminasi :
Urin: Kebiasaan BAK:………± 8 kali sehari.........….................
BAK saat ini :………3 kali …………....Nyeri : Ya / Tidak
BAB: Kebiasaan BAB :…………1 kali dalam sehari…………............................
BAB saat ini :………Belum BAB…………… Konstipasi : Ya / Tidak
Masalah Khusus :…………Tidak ada.........…………………………............................
k. Istirahat tidur :
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama :……± 8……..jam, Frekuensi :………1 kali...................
Pola tidur saat ini : tidak ada gangguan
Gangguan Tidur :……ada……… Ya / Tidak, Lokasi............................................................
Sifat :…Nyeri saat berjalan……….. Intensitas :………Hilang timbul...................................
Penyebab gangguan tidur :
Ayah :
Menjaga dan menemani Ibu dan Bayi
Perineal care : pasien mengatakan sudah tau cara yang benar merawat perinium
Nutrisi : pasien mengatakan akan berusaha mempelajari nutrisi yang baik untuk ibu
dan bayi
Menyusui : pasien mengatakan tidak mengetahui cara agar ASInya mau keluar
Kepala :
a. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
b. Kepala : Bentuk simetris, wajah bersih, tidak ada lesi, tampak meringis,
penyebaran rambut merata
c. Mata : Konjungtiva merah muda, pengelihatan baik
d. Hidung : Tidak ada secret, penciuman baik
e. Mulut : Kebersihan mulut baik, tidak ada lesi, lidah bersih
f. Telinga : Pendengaran baik, simetris, bersih, tidak keluar cairan
b. Paru-paru : I = simetris
P = tidak ada nyeri tekan
P = resonan
A = vesikuler
c. Payudara : putting masuk kedalam, areola mamae meluas, tidak ada varises,
Fungsi Pencernaan :
Tidak ada masalah
b. Ekstremitas Bawah : Inspeksi : Tidak ada lesi, kaki belum bisa digerakkan
C. DATA PENUNJANG
Obat-obatan/ terapi yang dikonsumsi saat ini :
Tgl : 12 Juli 2021
Microbiology
SARS-CoV-2 (Real Time-PCR)
TEST RESULT UNIT REFERENCE
RANGE
Specimen Type Swab Nasopharing I Negative Negative
Specimen to Result
Hasil pemeriksaan penunjang : (Laboratorium/ USG/ Rotgen)
Tgl. 12 Juli 2021
Test Result Unit Nilai Normal
Haemoglobin 9,5 g/dL 12,0-16,00
Hematocrit 35,6 % 37,0-47,0
Badung, 12…..Juli……2021
Mahasiswa,
HARI/ MASALAH
ANALISA DATA ETIOLOGI
TANGGAL KEPERAWATAN
Senin, DS : Pasien mengeluh nyeri Agen cidera fisik Nyeri akut
12/07/21 pada luka jalan lahir
P = Luka pada jalan lahir
Q = Seperti tersayat
R = Pada perineum
S = Skala nyeri 4
T = Hilang timbul
DS : Pasien tampak
meringis saat beraktivitas
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik di buktikan dengan pasien mengatakan nyeri
pada jalan lahir, nyeri seperti tersayat, nyeri memberat saat beraktivitas skala nyeri 4, nyeri
hilang timbul, pasien tampak meringis saat beraktivitas
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri pada luka perineum, terdapat luka
perineum episiotomy, S = 36°C, N = 95 x/menit
sesudah ke toilet
3. Mencari informasi terkait
kontrol infeksi dari skor 3
(kadang menunjukkan) ke
skor 4 (sering menunjukkan)
ditandai dengan pasien
bertanya soal penyembuhan
luka
H. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal No Respon
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Senin, 1,2 09.00 Mengakji kondisi pasien dan DS : pasien
12/07/2021 tingkat nyeri pasien mengatakan ASI
tidak mau ke luar,
nyeri pada
perineum
DO : pasien
tampak meringis
saat jalan skala
nyeri : 4
DK 3
S:-
O:
- Pasien tampak
melaporkan kondisi
luka (skor 4)
- Pasien tampak mencuci
tangan (skor 4)
- Tidak tampak
rembesan
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi,
ajarkan kembali cara
mengurangi risiko infeksi
dengan cara
- Cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan
- Pastikan teknik
perawatan luka yang
tepat
- Anjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan
padasaat memasuki
dan meninggalkan
ruangan dan ajarkan
langkah-langkah cuci
tangan yang benar