Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS PADA NY. PW DENGAN POST PARTUM


NORMAL DI RUANG MATERNITY
SILOAM HOSPITALS BALI
TANGGAL 12-14 JULI 2021

OLEH :
Ni Putu Dian Yuniantari, S.Kep
NIM. C2221127

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


MATERNITAS PADA NY. PW DENGAN POST PARTUM
NORMAL DI RUANG MATERNITY
SILOAM HOSPITALS BALI
TANGGAL 12-14 JULI 2021

Diajukan Oleh:

Ni Putu Dian Yuniantari, S.Kep


C2221127

Telah Disahkan Sebagai Laporan Praktik


Stase Keperawatan Maternitas di Minggu Kedua

Preseptor Klinik Preseptor Akdemik

Ni Kadek Yudi Asmini, SST Dr. Ns.IGA Ratih Agustini, S.Kep. M.Kes
NIK. 1600001598 NIK.10.01.0038

Mengetahui

Program Studi Profesi Ners


Ketua

Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep,M.Kep


NIK. 11.01.0045
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. ANATOMI FISIOLOGI
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga
panggul. Eksternal (sampai vagina): fungsi kopulasi, Internal: fungsi ovulasi,
fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan/dipengaruhi oleh hormon-
hormon gondaotropin/steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus –
hipofisis–adrenal–ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/
ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi: payudara, kulit daerah
tertentu, pigmen dan sebagainya.
1. Genitalia Eksterna

Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita

a) Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
1) Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
2) Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu
(pada commisura posterior).
3) Labia minor
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung
serabut saraf.
b) Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
c) Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu
orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae
Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.
d) Introitus /orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu: selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen
normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.
Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang
menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae).
Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis
adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah
melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak
berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
e) Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix
uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral.
Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran: fornix
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina: untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar
1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
f) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body
adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum
meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
2. Genitalia Interna

Gambar 2. Sistem Reproduksi Wanita

a. Uterus (rahim)
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi
dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi
dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. Dinding
rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar
2. Lapisan otot (lapisan miometrium), di tengah
3. Lapisan mukosa (endometrium), di dalam.

Fungsi utama uterus:


1. Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya
perubahan dan pelepasan dari endometrium
2. Tempat janin tumbuh dan berkembang
3. Tempat melekatnya plasenta
4. Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk
lancarnya persalinan dan kembalinya uterus pada saat involusi.
a) Serviks uteri (mulut rahim)
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan pars
supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan
jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di
dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan
lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum
(dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil,
setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/multigravida)
berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-
posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein
kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan
air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi
siklus haid.
b) Corpus uteri (batang/badan rahim)
Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
c) Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rectouterina.
1) Ligamentum Latum
Terletak di kanan kiri uterus meluas sampai dinding
rongga panggul dan dasar panggul, seolah-olah
menggantung pada tuba. Ruangan antar kedua lembar
dari lipatan ini terisi oleh jaringan yang longgar disebut
parametrium dimana berjalan arteria, vena uterina
pembuluh limpa dan ureter.
2) Ligamentum Rotundum (Ligamentum Teres Uteri)
Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari
insersi tuba, kedua ligamen ini melelui kanalis inguinalis
kebagian kranial labium mayus. Terdiri dari jaringan
otot polos dan jaringan ikat ligamen. Ligamen ini
menahan uterus dalam antefleksi. Pada saat hamil
mengalami hypertrophi dan dapat diraba dengan
pemeriksaan luar.
3) Ligamentum Infundibulo Pelvikum (Ligamen
suspensorium)
Ada 2 buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium,
ligamen ini menggantungkan uterus pada dinding
panggul. Antara sudut tuba dan ovarium terdapat
ligamentum ovarii propium.
4) Ligamentum Kardinale (lateral pelvic
ligament/Mackenrodt’s ligament)
Terdapat di kiri kanan dari serviks setinggi ostium
internum ke dinding panggul. Ligamen ini membantu
mempertahankan uterus tetap pada posisi tengah
(menghalangi pergerakan ke kanan ke kiri) dan
mencegah prolap.
5) Ligamentum Sakro Uterinum
Terdapat di kiri kanan dari serviks sebelah belakang ke
sakrum mengelilingi rektum.
6) Ligamentum Vesiko Uterinum
Dari uterus ke kandung kencing
d) Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
1) Arteri uterine
Berasal dari arteria hypogastrica yang melalui ligamentum
latum menuju ke sisi uterus kira-kira setinggi OUI dan
memberi darah pada uterus dan bagian atas vagina dan
mengadakan anastomose dengan arteria ovarica.
2) Arteri ovarica
Berasal dari aorta masuk ke ligamen latum melalui ligamen
infundibulo pelvicum dan memberi darah pada ovarium, tuba
dan fundus uteri. Darah dari uterus dialirkan melalui vena
uterina dan vena ovarica yang sejalan dengan arterinya hanya
vena ovarica kiri tidak masuk langsung ke dalam vena cava
inferior, tetapi melalui vena renalis sinistra.
b. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan: serosa, muskular (longitudinal dan
sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis,
pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria,
dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada
setiap bagiannya.
1) Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet.
2) Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini.
3) Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi
“menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium,
dan membawanya ke dalam tuba.
4) Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
c. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum,
sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan
pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium
berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum
(dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di
korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-
hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh
korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum
tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum
yang dilepaskan pada saat ovulasi. Fungsi ovarium adalah:
1) Mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone
2) Mengeluarkan sel telur setiap bulan
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum dan
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis
inferior terhadap arteri renalis.
d. Vagina
Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim, terletak
diantara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina panjangnya
7-9 cm dan dinding belakang 9-11 cm. Dinding vagina berlipat-lipat yang
berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan ditengahnya ada bagian
yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Dinding vagina terdiri dari 3
lapisan yaitu: lapisan mukosa yang merupakan kulit, lapisan otot dan
lapisan jaringan ikat. Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan
lengkung, antara lain forniks lateral kanan kiri, forniks anterior dan
posterior.
Bagian dari serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Suplai
darah vagina diperoleh dari arteria uterina, arteria vesikalis inferior,
arteria hemoroidalis mediana san arteria pudendus interna. Fungsi penting
vagina adalah:
1) Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari
Rahim
2) Alat untuk bersenggama dan Jalan lahir pada waktu bersalin.

B. DEFINISI
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni, 2017).
Masa nifas atau puer perium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono 2018).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan
normal sebelum hamil (Bobak, 2015).

C. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Perubahan fisik
a. System reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur - angsur, kondisi uterus akan membaik
dengan pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun
tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi:
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir ± 2 cm di bawah umbilicus ± 1000 gram
dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium
sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilicus 500 gram
dan simfisis pubis

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram


6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera


setelah bayi lahir. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama
masa ini, biasanya suntikan oksitosin secara IV atau IM diberikan
segera setelah plasenta lahir. Ibu yang berencana menyusui bayinya
dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir
karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2) Cerviks
Segera setelah post partum bentuk seviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan cerviks uteri tidak dapat
berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
cerviks uteri berbentuk semacam cincin cerviks berwarna merah
kehitaman, konsistensinya lunak dan terkadang ada perlukaan kecil
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga Rahim, setelah 2
jam dapat dilalui 2 -3 jari dan setelah 7 hari yang dapat masuk hanya
1 jari saja.
3) Vagina
Segera setelah melahirkan, terdapat edema yang membiru, tonus
otot berkurang, terdapat laserasi, saluran melebar, rugac berkurang dan
kembali pada minggu ke-3, kembali mendekati ukuran seperti tidak
hamil, dalam 6-8 minggu bentuk ramping melebar produksi mucus
normal dengan ovulasi.
4) Lochea
Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal
dari kavum uteri dan vagina. Macam – macam lochia:
a. Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban,
terjadi selama 2 hari pasca persalinan
b. Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c. Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning.
Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d. Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
5) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh
hormon laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum
diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post
partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan
mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan
suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering
menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi.
Perubahan yang terjadi pada payudara meliputi:
1) Proliferasi jarngan kelenjar mamma dan lemak.
2) Pengeluaran kolustrum yang berwarna kuning, mengandung
banyak protein albumin dan globulin yang baik untuk
meningkatkan system imunitas bayi.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam mamma

b. System endokrin
1. Hormone placenta
HCG (-) pada minggu ke 3 post partum, progesterone plasma tidak
terdeteksi dalam 72 jam post partum normal.
2. Hormon pituitary
Prolactin meningkat terjadi pada 2 minggu pertama. FSH menurun saat
ibu tidak menyusui. LH menurun pada minggu pertama post partum.

c. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan,
kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh
makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi
camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selamawaktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
3) Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat
defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomi,
laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus usus kembali normal.
d. Sistem Perkemihan
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-
daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih atau
melalui kateter sering menunjukan adanya trauma pada kandung kemih.
Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi
trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah
bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk
berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi
penurunan atau mengubah reflex berkemih, penurunan berkemih, seiring
diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih.
Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita
melahirkan dapat menyebabkan pendarahan berlebih karena keadaan ini
bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Tonus kandung kemih
biasanya akan pulih kembali dalam 5 sampai 7 hari setelah bayi lahir.
e. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang
seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider

2. Perubahan psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode
yaitu sebagai berikut:
a. Periode Taking In
1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang.
6) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
7) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
b. Periode Taking Hold
1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
2) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
3) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
4) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
5) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.

c. Periode Letting Go
1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
2) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
3) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
4) Keinginan untuk merawat bayi meningkat
5) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues (Hafifah, 2011).

E. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat - alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae. Otot-otot uterus
berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara
nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera
post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala (Hafifah, 2011).

F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500
cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram %.
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari
24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan
menjadi kasus lainnya, tiga penyebab utama perdarahan antara lain :
1) Atonia uteri: pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
2) Laserasi jalan lahir: perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
3) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
4) Lain-lain
a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
b) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
c) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2009)
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 380
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah :
streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis.
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting
susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan,
mastitis umumnya di awali pada bulan pertama post partum.
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakteri
gram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus)
tromboplebitis superficial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari
pertama post partum.
7. Emboli
Yaitu: partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebabkan
kematian terbanyak di Amerika.
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan
obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh
bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak
tertarik pada sex, kehilangan semangat (Bobak, 2010).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap (Bobak, 2010).

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan (Bobak, 2010).
PATHWAY

POST PARTUM NORMAL

Perubahan fisiologi Perubahan psikologi

Prosesn involusi Vagina dan perinium Laktasi Taking in Taking Hold letting go

Peningkatan kadar struktur dan karakter


Ocytosin, peningkatan payudara ibu Perubahan
Kontraksi uterus Ruptur jaringan Butuh perlindungan peran menjadi
orang tua

Trauma personal pembuluh dan pelayanan


Mekanis hygiene darah rusak Hormon Aliran darah di Berfokus pada diri Belajar Kondisi
Kurang baik estrogen payudara berurai sendiri dan lemas mengenai pera- tubuh menga-
Dari uterus (involusi) watan diri dan bayi lami perubahan

Genetelia Perdarahan Prolaktin Retensi darah di


Nyeri Akut Kotor meningkat pembuluh payudara Gangguan Butuh informasi
Resiko Pola tidur
Syok Bengkak
Pembentukan Defesiensi
Hipofolemi
Resiko ASI Pengetahuan
kk
Infeksi
ASI keluar Penyempitan pada duktus intiverus

Payudara bengkak ASI tidak keluar Reaksi ASI Mastitis

Ketidakefektifan Pemberian ASI


BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Mengkaji identitas pasien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, status
pernikahan, agama, pekerjaan, serta alamat.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh nyeri / ketidaknyamanan pada daerah kemaluannya
setelah melahirkan.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian kemaluannya disaat klien bergerak
dan berkurang apabila beristirahat.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Perlu ditanyakan mengenai kondisi penyakit sebelumnya seperti hipertensi,
DM, Jantung atau keluhan yang lainnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang perlu ditanyakan adalah penyakit yang sifatnya menurun (hipertensi, DM,
Jantung) dan penyakit menular serta mempunyai riwayat persalinan kembar.
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Karena kecemasannya terhadap jahitan perineum biasanya klien BAK atau
BABnya menjadi sulit dan takut karena jahitannya dapat robek. Oleh karena
itu perlu dilakukan perawatan dan pengetahuan tentang cara vulva hygiene
setiap BAK atau BAB agar dapat terjadi infeksi dan jahitannya dapat kering.
b. Pola nutrisi metabolic
Pada ibu hamil post natal terjadi peningkatan nafsu makan dan kehilangan
rata – rata berat badan 5,5 kg.
c. Pola eliminasi
Pada penderita post partum sering terjadi adanya perasaan sering atau susah
untuk BAK yang ditimbulkan oleh terjadinya udema dari trigono, yang
menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi. Selain
itu klien takut BAB atau BAK karena jahitannya robek atau nyerinya
bertambah.
d. Pola aktivitas-latihan
Biasanya klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan terbatas,
misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien dengan nyeri perineum
terjadi keterbatasan aktivitas.
e. Pola tidur – istirahat
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
merasakan nyeri pada perineum.
f. Pola kognitif perceptual
Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada perineum akibat luka jahitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif terjadi pada ibu
primipara yang mengalami kecemasan atas nyeri yang dialaminya.
g. Pola toleransi – koping stress
Klien berpenampilan rapi, berbicara pelan-pelan, dan selalu minta
pertimbangan suami atau ibunya jika ada masalah atau harus mengambil
keputusan.
h. Persepsi diri / konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehailannya lebih menjelang
persalinan. Dampak psikologisnya adalah terjadinya perubahan konsep diri
yaitu Body Image dan ideal diri.
i. Pola seksual – reproduksi
Terjadi perubahan sexsual atau disfungsi sexual yaitu perubahan dalam
hubungan sexual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
j. Pola hubungan dan peran
Dalam hubungan peran biasanya mengalami sedikit gangguan karena masa
nifas adalah masa dimana ibu harus istirahat dan melakukan aktivitas
terbatas.
k. Pola nilai kepercayaan
Klien dengan masa nifas tidak dapat melakukan ibadah, tetapi klien hanya
bisa berdoa karena klien masih dalam keadaan bedrest dan belum bersih.

7. Pengkajian fisik
a. Vital sign
b. Kesadaran
c. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik head to toe :
1) Pemeriksaan kulit
a) Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasilesi/perlukaan, pucat,
sianosis, dan ikterik.
Normal : kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
b) Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan,
turgor kulit,dan udema.
Normal : lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
2) Pemeriksaan kepala
a) Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya
lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut,
jumlah dan distribusi rambut.
Normal : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan gizi (rambut jagung dan kering)
b) Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal : tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan
kuat/tidak rapuh.
3) Pemeriksaan wajah
a) Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal : warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
b) Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang.
Normal : tidak ada nyeri tekan dan edema.
4) Pemeriksaan mata
Inspeksi : bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak
mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera
(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon
terhadap cahaya.
Normal : simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva
pink, dan sclera berwarna putih.
5) Pemeriksaan telinga
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi
telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu
dengar.
Normal : bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna
sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu
dengar.
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal : tidak ada nyeri tekan.
6) Pemeriksan hidung dan sinus
Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),
rongga, hidung (lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal
(kemerahan, lesi, tanda2 infeksi).
Normal : simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada
lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
Palpasi dan Perkusi : frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan
septum deviasi)
Normal : tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
7) Pemeriksaan mulut dan bibir
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,
tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal : warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis
Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,
perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan
langit2.
Normal : gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau
kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris,
warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
8) Pemeriksaan leher
Inspeksi : warna integritas, bentuk simetris.
Normal : warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
Inspeksi dan auskultasi arteri karotis : lokasi pulsasi
Normal : arteri karotis terdengar.
Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid : (nodus/difus, pembesaran,batas,
konsistensi, nyeri, gerakan/ perlengketan pada kulit), kelenjer limfe
(letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/
teraba)
Normal : tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri,
tidak ada
Auskultasi : bising pembuluh darah.
9) Pemeriksaan dada (dada dan punggung)
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-
otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/
penonjolan.
Normal : simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda
distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak
ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema.
Palpasi : Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus, (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk
mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan
perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)
Normal : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cenderung sebelah kanan
lebih teraba jelas.
Perkusi : paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi
dengansatu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi
ke sisi)
Normal : resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih dari pada
bagian udara = pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar
dari bagian padat = hiperesonan (“deng deng deng”).
Auskultasi : suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan
dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di
atas manubrium dan di atas trachea)
Normal : bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
10) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
Palpasi : denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
Perkusi : ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah
samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup).
Normal : batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri
dari garis mid sterna, pada RIC 4, 5, dan 8.
Auskultasi : bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian
diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
Normal : terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung
II/S2 (dub),tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
11) Dada dan aksila
Inspeksi payudara : Integritas kulit.
Palpasi payudara : Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan
penyebaran vena
Inspeksi dan palpasi aksila : nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.
12) Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,
ostomy distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan
gerakan dinding perut.
Normal : simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak
ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilicus.
Auskultasi: suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian
diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction
rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal : suara peristaltic terdengar setiap 5-20 x/dtk, terdengar
denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak
searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman
kualitas bunyinya.
Perkusi hepar: Batas
Perkusi Limfa : ukuran dan batas
Perkusi ginjal : nyeri
Normal : timpani, bila hepar dan limfa membesar = redup
dan apabila banyak cairan = hipertimpani
Palpasi semua kuadran : massa, karakteristik organ, adanya
asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu.
Normal : tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
dan penumpukan cairan
13) Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan,
Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal : simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan
otot penuh.
Palapasi : denyutan a.brachialis dan a. radialis .
Normal : teraba jelas
Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal : reflek bisep dan trisep positif
14) Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan
telapak kaki)
Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas
kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal : simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif,
kekuatan otot penuh
Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal : teraba jelas
Tes reflex :tendon patella dan archilles.
Normal : reflex patella dan archiles positif
15) Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Inspeksi genitalia eksternal : mukosa kulit, integritas kulit, contour
simetris,edema, pengeluaran.
Normal : bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris
tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi
dan, massa
Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa edema,
haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
Normal : tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/
polip/ tanda tanda infeksi dan pendarahan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis ditandai dengan


involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan diskontinuitas
pemberian ASI.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis.
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
C. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


Nyeri Akut Outcome tambahan untuk Mengukur 1. Pemberian analgetik :
1
penyelesaian dari diagnosis a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, keparahan nyeri
Definisi: Nyeri akut
sebelum mengobati pasien
1. Kontrol nyeri
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional b. Cek adanya riwayat alergi obat
a. Mengenali kapan terjadi nyeri (5) secara
tidak menyenangkan yang muncul akibat c. Pilih analgesic atau kombinasi analgesic yang sesuai
konsisten menunjukkan.
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau ketika lebih dari satu diberikan
b. Menggambarkan factor penyebab (5)
yang digambarkan sebagai kerusakan 2. Manajemen nyeri
secara konsisten menunjukkan.
(International Association for the Study of a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
c. Menggunakan tindakan pengurangan
Pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
(nyeri) tanpa analgesik (5) secara
intensitas ringan hingga berat dengan akhir intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus
konsisten menunjukkan.
yang dapat diantisipasi atau diprediksi. b. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan
d. Menggunakan analgetik yang di
dengan pemantauan yang ketat
Batasan Karakteristik : rekomendasikan (5) secara konsisten
c. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai
menunjukkan.
1. Bukti nyeri dengan menggunakan nyeri
standar daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat e. Melaporkan perubahan terhadap gejala d. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
mengungkapkannya nyeri pada professional kesehatan (5) nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi
2. Diaforesis secara konsisten menunjukkan. akibat ketidaknyamanan akibat prosedur
3. Dilatasi pupil f. Melaporkan nyeri yang terkontrol (5) e. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi
4. Ekspresi wajah nyeri secara konsisten menunjukkan. respon pasien terhadap ketidaknyamanan
5. Fokus menyempit f. Ajarkan prinsip – prinsip manajemen nyeri
6. Fokus pada diri sendiri g. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim
7. Keluhan tentang intensitas kesehatan lainnya untuk memilih dan
menggunakan standar skala nyeri mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri
8. Perubahan posisi untuk menghindari nonfarmakologi dan farmakologi
nyeri 3. Monitor Tanda-Tanda Vital
9. Perubahan selera makan a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
10. Putus asa dengan tepat
11. Sikap melindungi area nyeri b. Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat jika
Faktor-faktor yang berhubungan : memungkinkan
1. Agens cidera biologis (Mis., infeksi, c. Monitor suara paru
iskemia, neoplasma) d. Monitor warna kulit, suhu, kelembapan
2. Agen cidera fisik (Mis., abses, e. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermia dan
amputasi, luka bakar, terpotong, hipotermia
mengangkat berat, prosedur bedah,
trauma, olahraga berlebihan)
3. Agens cidera kimiawi (Mis., luka
bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens
mustard)

2 Ketidakefektifan Pemberian ASI NOC NIC


Definisi : Kesulitan memberikan susu pada 1. Keberhasilan Menyusui : Bayi 1. Pengurangan kecemasan
bayi atau anak secara langsung dari payudara, a. Kesejajaran tubuh yang sesuai dan a Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
yang dapat memengaruhi status nutrisi bayi / (bayi) menempel dengan baik (5) b Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
anak. sepenuhnya adekuat c Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien
Batasan Karakteristik: b. Genggaman (tangan bayi) pada d Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
1. Bayi menangis dalam jam pertama areola dengan tepat (5) sepenuhnya mengurangi ketakutan
setelah menyusui adekuat e Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
2. Bayi menangis pada payudara c. Reflek menghisap (5) sepenuhnya f Dengarkan klien
3. Bayi mendekat kearah payudara adekuat g Puji / kuatkan perilaku yang baik secara tepat
4. Bayi menolak latching on d. Terdengar menelan (5) sepenuhnya h Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk
5. Bayi tidak mampu latch- on pada adekuat mengurangi tekanan
payudara secara tepat e. Menyusui minimal 5 – 10 menit per 2. Dukungan Emosional
6. Ketidakadekuatan defekasi bayi payudara (5) sepenuhnya adekuat a. Diskusikan dengan pasien mengenai pengalaman
7. Ketidakcukupan kesempatan untuk f. Minimal menyusui 8 kali per hari (5) emosinya
menghisap payudara sepenuhnya adekuat b. Eksplorasi apa yang memicu emosi pasien
8. Tidak tampak pelepasan oksigen g. Buang air kecil per hari sesuai usia c. Buat pertanyaan yang mendukung dan berempati
9. Penurunan berat badan bayi terus (5) sepenuhnya adekuat d. Rangkul dan sentuh pasien dengan penuh dukungan
menerus h. Feses cair, kuning, dan berserat per e. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang
10. Kurang penambahan berat badan bayi hari sesuai usia (5) sepenuhnya sesuai
11. Tampak ketidakadekuatan asupan susu adekuat f. Bantu pasien untuk mengenali perasaannya seperti
12. Tidak menghisap payudara terus - i. Penambahan berat badan sesuai usia adanya cemas, marah, atau sedih
menerus (5) sepenuhnya adekuat g. Berikan bantuan dalam pembuatan keputusan
j. Bayi puas setelah makan (5) h. Temani pasien dan berikan jaminan keselamatan dan
sepenuhnya adekuat keamanan selama periode cemas
Factor yang berhubungan:
2. Keberhasilan Menyusui : Maternal 3. Manajemen Nutrisi
1. Ambivalensi ibu a. Posisi nyaman selama menyusui (5) a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien )
2. Anomali payudara ibu sepenuhnya adekuat untuk memenuhi kebutuhan gizi
3. Ansietas ibu b. Pengeluaran ASI (5) sepenuhnya b. Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan
4. Diskontinuitas pemberian ASI adekuat yang dimiliki pasien
5. Keletihan ibu c. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi
6. Keluarga tidak mendukung c. Hisapan dihentikan sebelum pasien
7. Keterlambatan laktogen II dipindah ke payudara lain (5) d. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu:
8. Kurang pengetahuan orang tua tentang sepenuhnya adekuat membahas pedoman diet dan piramida makanan)
pentingnya pemberian ASI d. Intake cairan ibu (5) sepenuhnya e. Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau
9. Tidak cukup waktu menyusu ASI adekuat piramida makanan yang paling cocok dalam memenuhi
10. Suplai ASI tidak cukup e. Mengenali isyarat lapar di awal (5) kebutuhan nutrisi dan prefensi (misalnya., Piramida
11. Prematuritas sepenuhnya adekuat Makanan Vegetarian, Piramida Panduan Makan, dan
12. Penggunaan dot 3. Mempertahankan Pemberian ASI Piramida Makanan untuk Lanjut Usia Lebih dari 70
13. Pembedahan payudara sebelumnya a. Pertumbuhan bayi dalam rentang tahun)
14. Masa cuti melahirkan yang pendek normal(5) sepenuhnya adekuat f. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
b. Perkembangan bayi dalam rentang bimbingan terhadap pilihan (makanan) yang lebih
normal (5) sepenuhnya adekuat sehat, jika diperlukan
c. Mengenali tanda – tanda penurunan g. Atur diet yang diperlukan (yaitu: menyediakan
pasokan ASI (5) sepenuhnya adekuat makanan protein tinggi; menyerahkan menggunakan
d. Puas dengan proses menyusui (5) bumbu dan rempah – rempah sebagai alternative untuk
sepenuhnya adekuat garam, menyediakan pengganti gula; menambah atau
mengurangi kalori, menambah atau mengurangi
vitamin, mineral, atau suplemen)
h. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
mengkonsumsi makanan (misalnya, bersih,
berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang
menyengat)
i. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan
j. Beri obat – obatan sebelum (misalnya, penghilang rasa
sakit, antiseptic) jika diperlukan
k. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di
kursi, jika memungkinkan
l. Pastikan makan disajikan dengan cara yang menarik
dan pada suhu yang paling cocok untuk konsumsi
secara optimal
m. Anjurkan keluarga untuk membawa maknan favorit
pasien sementara pasien berada di rumah sakit atau
fasilitas perawatan, yang sesuai
n. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk
kondisi sakit(yaitu: untuk pasien dengan penyakit
ginjal, pembatasan natrium, kalium, protein, dan
cairan)
o. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
p. Monitor kalori dan asupan makan
q. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
4. Konseling Laktasin
a. Berikan informasi mengenai manfaat (kegiatan )
menyusui baik fisiologis maupun psikologis
b. Berikan materi pendidikan sesuai kebutuhan
c. Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
d. Beri kesempatan pada ibu untuk menyusui setelah
melahirkan, jika memungkinkan
3 Gangguan Pola Tidur: 1. Tidur 1. Peningkatan Tidur
a. Jam tidur dengan skala 5 (tidak a. Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
Definisi: interupsi jumlah waktu dan kualitas
terganggu) b. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
tidurakibat faktor external
b. Pola tidur dengan skala 5 (tidak c. Tentukan efek dari obat yang dikonsumsi pasien
Batasan karakteristik : terganggu) terhadap pola tidur
c. Kualitas tidur dengan skala 5 (tidak d. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
1. Kesulitan jatuh tertidur
terganggu) e. Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur
2. Ketidakpuasan tidur
f. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi pasien
3. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
4. Penurunan kemampuan berfungsi d. Suhu ruangan yang nyaman 5 (tidak g. Sesuaikan jadwal pemberian obat untuk mendukung
5. Perubahan pola tidur terganggu) tidur / siklus bangun pasien
6. Sering terjaga tana jelas penyebabnya e. Perasaan segar setelah tidur dengan skala h. Dorong pasien untuk menetapkan rutinitas waktu tidur
Faktor-faktor yang berhubungan: 5 (tidak terganggu) untuk memfasilitasi perpindahan dari terjaga menuju
f. Kesulitan tidur dengan skala 5 (tidak tidur
1. Gangguan Karena pasangan tidur
terganggu) i. Bantu untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur
2. Halangan lingkungan (misalnya: bising,
g. Kesulitan memulai tidur dengan skala 5 j. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai
pajanan cahaya/gelap, suhu, kelembapan,
(tidak terganggu) Teknik untuk meningkatkan tidur.
lingkungan yang tidak dikenal)
h. nyeri dengan skala 5 (tidak terganggu) 2. Manajemen lingkungan
3. Imobilisasi
i. Mimpi buruk dengan skala 5 (tidak a. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
4. Kurang privasi
terganggu) b. Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan
5. Pola tidur tidak menyehatkan.
fungsi fisik dan kognitif serta riwayat masa lalu
c. Singkirkan benda – benda yang berbahaya dari
lingkungan
d. Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang rendah,
yang sesuai
e. Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi atau bantalan
disisi ruangan, yang sesuai
f. Berikan kamar terpisah, seperti diidentifikasi
g. Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan
nyaman
3. Manajemen lingkungan: Kenyamanan
a. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola
lingkungan dan kenyamanan yang optimal
b. Mudahkan transisi pasien dan keluarga dengan adanya
sambutan hangat di lingkungan yang baru
c. Cepat bertindak jika terdapat panggilan bel, yang harus
selalu dalam jangkauan
d. Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu
untuk beristirahat
e. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
f. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
g. Sesuaikan suhu ruangan yang paling menyamankan
individu, jika memungkinkan
Defisiensi pengetahuan NOC NIC
4
Definisi: ketiadaan atau defisiensi informasi Pengetahuan : manajemen penyakit akut 1. Peningkatan kesadaran kesehatan
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. a. Ciptakan lingkungan perawatan kesehatan dimana
Batasan karakteristik : b. pasien dengan permasalahan memahami aksara dapat
1. Ketidakakuratan melakukan test 1. Faktor-faktor penyebab dan factor yang c. mencari bantuan tanpa merasa malu atau merasa
2. Ketidakakuratan melakukan perintah berkontribusi (5) pengetahuan sangat dicela
3. Kurang pengetahuan banyak. d. Gunakan komunikasi yang sesuai dan jelas
4. Perilaku tidak tepat (mis., histeria, 2. Perjalanan penyakit biasanya (5) e. Gunakan bahasa sederhana
bermusuhan, agitasi, apatis) pengetahuan sangat banyak. f. berikan informasi penting secara tertulis maupun
Faktor yang berhubungan : 3. Manfaat manajemen penyakit (5) lisan pada pasien sesuai dengan bahasa
1. Gangguan fusngsi kognitif pengetahuan sangat banyak. utamanya/bahasa ibu
2. Gangguan memori 4. Tanda dan gejala penyakit (5) g. pertimbangkan hal yang telah pasien ketahui tentang
3. Kurang informasi pengetahuan sangat banyak. kondisi kesehatannya atau risikonya dan
4. Kurang minat untuk belajar 5. Tanda dan gejala komplikasi (5) menghubungkan informasi baru dengan apa yang
5. Kurang sumber ilmu pengetahuan pengetahuan sangat banyak penggunaan sudah pasien ketahui
6. Salah pengertian terhadap orang lain. obat-obatan resep yang benar (5) 2. Pengajaran : proses penyakit
pengetahuan sangat banyak. a. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses
penyakit yang spesifik
b. Jelaskan paktovisiologi penyakit dan bagaimana
hubungannya dengan anatomi dan visiologi sesuai
kebutuhan
c. Riview pengetahuan pasien mengenai kondisinya
d. Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
e. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit,
sesuai kebutuhan
f. Eksplorasi bersama pasien apakah dia telah mealakukan
manajemn gejala
g. Jelaskan mengenai proses penyakit sesuai kebutuhan
h. Identifikasi kemungkinan penyebab sesuai kebutuhan
i. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada, sesuai
kebutuhan
j. Instruksikan pasien mengenai tindakan untuk mencegah
atau meminimalkan efek samping penanganan dari
penyakit, sesuai kebutuhan
Risiko Infeksi 1. Kontrol resiko 1. kontrol resiko
5
Definisi : Rentan mengalami infasi dan a. Mengidentifikasi factor resiko (5) secara
a. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah dipakai pasien
multifikasi organism patogenik yang dapat konsisten menunjukkan
lain
mengganggu kesehatan. b. Mengenali factor resiko individu (5)
b. Pertahankan teknik isolasi
Faktor Risiko: secara konsisten menunjukkan
c. Batasi pengunjung bila perlu
1. Kurang pengetahuan untuk c. Memonitor factor resiko di lingkungan
d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
menghindari pemajanan patogen (5) secara konsisten menunjukkan
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
2. Malnutrisi
e. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
3. Obesitas d. Memonitor factor resiko individu (5) f. Cuci tangan setiap sebelum dan setelah tindakan
4. Penyakit kronis secara konsisten menunjukkan keperawatan
5. Prosedur infasif e. Mengembangkan strategi yang efektif g. Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung
dalam mengontrol resiko (5) secara h. Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
konsisten menunjukkan i. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
f. Mengenali perubahan status kesehatan dengan petunjuk umum
(5) secara konsisten menunjukkan j. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
k. Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
l. Tingkatkan intake nutrisi
m. Berikan terapi antibiotic bila perlu infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
n. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
o. Monitor hitung granulosit, WBC
p. Monitor kerentanan terhadap infeksi
q. Batasi pengunjung
r. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
s. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
t. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
u. Dorong masukan cairan
v. Instruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep
w. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
x. Ajarkan cara menghindari infeksi
D. IMPLEMENTASI
Pada implementasi, perawat melakukan tindakan berdasarkan, perencanaan
mengenai diagnosa yang telah di buat sebelumnya.
E. EVALUASI
Menurut Nursalam (2011) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai.
2. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan
SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Adaptasi maternal pada periode. Available

at:http://kesehatanbyteguh.blogspot.com/2012/01/adaptasi-maternal-pada-

periode.html. Opened at: 20 maret 2014, 18.21 wita.

Anonim. 2012. Asuhan keperawatan Post partum. Available

at:http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-

2-babii.pdf. Opened at: 20 Maret 2014, 18.00 wita.

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2011), Rencana

AsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Moorhead, Sue et al. 2018. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United
States of America : Mosby.

NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-


2019. Jakarta : EGC.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Yoga. 2013. Askep post partum. Available

at:http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-post-partum-nifas.html.

opened at: 20 maret 2014, 18.05 wita


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK. Mendiknas RI. Nomor : 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/Akred/PT/IV/2015
Kompleks Kampus Mapindo, Jln. Padang Luwih Tegal Jaya Dalung-Badung.
Telp(0361)433132;Fax:(0361)419959;email:binausada@yahoo.com;website: binausadabali.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN POSTPARTUM


ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa : Ni Putu Dian Yuniantari Tgl. Pengkajian: 12 Juli 2021


NIM : C2221127 Jam Pengkajian: 09.00
RS/Ruangan : Siloam Hospitals Bali/ Maternity
Tgl. Masuk RS : 12 Juli 2021

A. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny.PW Nama Suami : Tn AD
Usia : 25 tahun Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : Sarjana
Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pekerjaan : Pegawai Swasta Status Perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan Uluwatu Bukit Jimbaran
Diagnosa Medis Pasien : P1 A0 Post Partum Spontan

B. PENGKAJIAN
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri pada luka jaritan dan ASI tidak mau keluar

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu, pasien pertama kali masuk Rumah Sakit

Riwayat penyakit keluarga :


Di keluarga pasien ayah pasien memiliki riwayat diabetes mellitus
Genogram :
Ket : Laki-laki
Perempuan
Garis Keturunan
Tinggal Serumah
Pasien

Riwayat Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
Usia Menarche : 16 tahun
Siklus : teratur/tidak, 28 hari
Banyaknya : 5 kali ganti pembalut
Karakteristik Menarche : warna merah, bau darah, stolsel
Keluhan Keputihan : jarang ada

b. Masalah ginekologi
Riwayat penyakit menular seksual : Ada / Tidak, Jelaskan .
Pembedahan ginekologi : Pernah / Tidak, Jelaskan.............................................................
Keganasan ginekologi : Ya / Tidak, Jelaskan......................................................................
Pemeriksaan Papsmear : Ya / Tidak , Waktu pemeriksaan :
Hasil Pemeriksaan Papsmear : tidak ada masalah
Infertilitas : - Tahun
Mioma Uteri : ( ) Ya (√ ) Tidak
Kista Ovarium : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Perdarahan pervaginam : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Keluhan lainnya : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Sebutkan……………………………………………………………………………..............

Riwayat Pernikahan
Umur menikah : 24 tahun
Usia pernikahan : 1 tahun
Pernikahan ke- : Pertama
Riwayat KB : Tidak ada
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Tanggal Penyulit
Jenis Jenis BB Keadaan
No Lahir/ Penolong Selama Umur
Kelamin Persalinan lahir Saat ini
tahun Persalinan

Pengalaman menyusui : Ya / Tidak


Berapa lama : Satu tahun
Masalah pada kehamilan yang pernah terjadi :
Tidak ada

Riwayat psikologis selama hamil :


Pasien sangat bahagia karena ini kehamilan pertamanya

Interaksi selama kehamilan:


Pasien mengatakan selama kehamilan pasien selalu berbicara dengan bayinya di dalam perut,
pasien selalu mendengarkan lagu klasik untuk bayinya

Harapan Ibu selama kehamilan:


Pasien mengatakan bayinya lahir normal, tidak emiliki kekurangan sesuatu apapun, sehat dan
bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tua

Peran yang dilakukan ibu selama hamil :


Menjadi istri dan calon ibu yang selalu memperhatikan kesehatan diri dan keperluan suami.

Kebiasaan yang merugikan ibu


Merokok (-) Obat-obatan terlarang (-)
Alkohol (-) Obat-obatan yang dijual bebas (-)

Riwayat Persalinan dan kelahiran saat ini


Lamanya persalinan : ± 4 jam
Jenis Persalinan: Spontan (letkep/ letsu) / Tindakan (EF,EV) ...............................................
SC a/i riwayat ………sectio caesaria Tanggal……/Jam: ……./ pukul …...
Jenis Kelamin Bayi: L/P, BB/PB: 3200 gram/…..50….cm
Perdarahan:...........± 400.............. cc
Penggunaan analgesik dan anastesi : Pasien mengatakan diberikan analgetik
Masalah dalam Persalinan : Tidak ada asalah dalam persalinan namun bayi lahir di mobil
perjalanan ke Rumah Sakit
Pengalaman setelah melahirkan
a. Pengalaman ibu selama melahirkan :
Pasien mengatakan sangat bahagia atas kelahiran bayinya, pasien berharap bayinya tidak
ada masalah karena lahir di mobil

b. Fase penerimaan bayi :


Pasien terus memeluk bayinya hingga tiba di Rumah Sakit, pasien sangat bahagia

c. Bonding attachment :
Bayinya tertidur saat digendong ibunya, ibu sangat bahagia dengan kelahiran bayinya.

d. Breastfeeding/ kolostrum : keluar / tidak, jelaskan putting masuk ke dalam ASI tidak mau
keluar
Kemampuan menyusui bayi :
Bayi tidak bisa menyedot putting ibu karena puting masuk kedalam

e. Interaksi sosial selama kelahiran :


Pasien berinteraksi dengan perawat dan dokter dengan baik

f. Peran ayah selama kelahiran :


Ayah selalu mendampingi ibu dan bayi sampai persalinan selesai

g. Adaptasi psikologis ibu :


Ibu sangat bahagia dengan kelahiran anaknya

h. Aktifitas dan latihan :


Tingkat mobilisasi : Pasien sudah bisa berjalan , miring kiri dan miring kanan

Latihan/senam : Tidak ada

Masalah Khusus : Tidak ada

i. Nutrisi :
Asupan Nutrisi : Pasien diet bebas, pasien mampu menghabiskan menu dari Rumah Sakit
Nafsu makan: Baik / Kurang / Tidak baik, Jelaskan ......................................................
Asupan Cairan :…………± 1500 cc………..…….. cukup/kurang
Masalah Khusus :………………Tidak ada...............…………………..........................
j. Eliminasi :
Urin: Kebiasaan BAK:………± 8 kali sehari.........….................
BAK saat ini :………3 kali …………....Nyeri : Ya / Tidak
BAB: Kebiasaan BAB :…………1 kali dalam sehari…………............................
BAB saat ini :………Belum BAB…………… Konstipasi : Ya / Tidak
Masalah Khusus :…………Tidak ada.........…………………………............................

k. Istirahat tidur :
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama :……± 8……..jam, Frekuensi :………1 kali...................
Pola tidur saat ini : tidak ada gangguan
Gangguan Tidur :……ada……… Ya / Tidak, Lokasi............................................................
Sifat :…Nyeri saat berjalan……….. Intensitas :………Hilang timbul...................................
Penyebab gangguan tidur :

l. Orang yang terlibat dalam perawatan bayi :


Bidan, dokter anak, nenek, ayah, ibu

m. Peran dalam perawatan bayi


Ibu : Merawat bayi, mencoba memberikan ASI

Ayah :
Menjaga dan menemani Ibu dan Bayi

n. Pengalaman dalam perawatan bayi :


Pasien mengatakan belum pernah merawat bayi sebelumnya, hanya sesekali mengajak
anak iparnya

o. Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang :


Pasien berharap agar bayinya sehat selalu dan ASInya mau keluar

p. Kesanggupan dan pengetahuan ibu tentang:


Breast care : pasien belum mengetahui cara perawatan payudara yang baik

Perineal care : pasien mengatakan sudah tau cara yang benar merawat perinium

Nutrisi : pasien mengatakan akan berusaha mempelajari nutrisi yang baik untuk ibu
dan bayi

Senam Nifas : pasien mengatakan tidak mengetahui adanya senam nifas


KB : pasien mengatakan belum pernah menggunakan KB

Menyusui : pasien mengatakan tidak mengetahui cara agar ASInya mau keluar

q. Pandangan ibu terhadap perannya sebagai orang tua :


Ibu mengatakan sangat bahagia bisa menjadi orang tua, pasien akan berusaha merawat
bayinya.

r. Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu :


Pasien tidak memiliki pengalaman masa lalu

s. Percaya diri dalam menjalankan peran :


Pasien mengatakan akan berusaha keras menjalani perannya

t. Pencapaian peran sebagai orang tua :


Pasien sangat bahagia sudah bisa menjadi orang tua

Riview of System dan Pemeriksaan Fisik


Status Obstetrik : P..1.. A...0..H....1...
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
BB/TB : .......70........Kg/ .............168......cm
Tanda Vital :
Tekanan Darah: ........110/60.......mmHg Nadi:...........95..........x/menit
o
Suhu : ..........36...... C Pernafasan:........18 .....x/menit

Kepala :
a. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
b. Kepala : Bentuk simetris, wajah bersih, tidak ada lesi, tampak meringis,
penyebaran rambut merata
c. Mata : Konjungtiva merah muda, pengelihatan baik
d. Hidung : Tidak ada secret, penciuman baik
e. Mulut : Kebersihan mulut baik, tidak ada lesi, lidah bersih
f. Telinga : Pendengaran baik, simetris, bersih, tidak keluar cairan

Dada : a. Jantung : I = simetris


P = tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
P=
A= suara jantung lub dub

b. Paru-paru : I = simetris
P = tidak ada nyeri tekan
P = resonan
A = vesikuler
c. Payudara : putting masuk kedalam, areola mamae meluas, tidak ada varises,

d. Pengeluaran ASI: ASI belum keluar

e. Puting susu: masuk kedalam

Abdomen: a. Involusi Uterus :


Tinggi fundus uterus : Sepusat / ± 18 cm
Kontraksi : Ya / Tidak
Posisi : 2 jari di bawah pusat
b. Kandung kemih : tidak ada distensi kandung kemih
Distraksi Rektus Abdominis........................x.............................cm
c. Luka bekas operasi : Ya / Tidak, kondisi luka :

Pigmentasi : a. Linea nigra : Ya / Tidak , letaknya : vertikal di tengah tali pusat

b. Striae : Ya/ Tidak, letaknya : disekitar perut dan paha

Fungsi Pencernaan :
Tidak ada masalah

Perineum dan Genitalia :


Vagina : a. Integritas kulit : elastis
b. Edema : tidak ada
c. Memar : tidak ada
d. Hematom : tidak ada

Perineum : Utuh / Episiotomi / Ruptur , jelaskan tanda REEDA


R : (Kemerahan), Ya / Tidak
E : (Edema/ Bengkak), Ya / Tidak
E : (Echimosis), Ya / Tidak
D : (Discharge), Serum / Pus / Darah / Tidak ada
A : (Approximate), Baik / Tidak
Kebersihan : Baik

Lokia : Ya / Tidak, Jenis/Warna : Rubra/merah kecoklatan


Konsistensi : Encer dan terdapat stolsel
Bau : Amis
Hemoroid : Derajat : II
Lokasi : Eksterna
Berapa lama : 3 tahun
Nyeri : Ya / Tidak
Masalah Khusus :
Ekstremitas :
a. Ekstremitas Atas : Edema : Ya / Tidak
Inspeksi : Tidak ada lesi

b. Ekstremitas Bawah : Inspeksi : Tidak ada lesi, kaki belum bisa digerakkan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Varises : Tidak ada


Edema : Tidak ada
Reflek Patela : + / - , Jika ada: +1 / +2 / +3 / +4

C. DATA PENUNJANG
Obat-obatan/ terapi yang dikonsumsi saat ini :
Tgl : 12 Juli 2021

No Therapy Dosis Cara pemberian


1 IVFD RL 500 ml/8 jam IV
2 Amoxan 3 x 500 mg Oral
3 Mefinal 3 x 500 mg Oral
4 Asifit 3 x 1 tablet Oral
5 Lactamam 3 x 1 tablet Oral

 Microbiology
SARS-CoV-2 (Real Time-PCR)
TEST RESULT UNIT REFERENCE
RANGE
Specimen Type Swab Nasopharing I Negative Negative
Specimen to Result
Hasil pemeriksaan penunjang : (Laboratorium/ USG/ Rotgen)
Tgl. 12 Juli 2021
Test Result Unit Nilai Normal
Haemoglobin 9,5 g/dL 12,0-16,00
Hematocrit 35,6 % 37,0-47,0

Leucocyte 10,8 10³/Ul 44,0-10,00

Eritrosit 3,75 10⁶/Ul 4,20-5,40


PT 9,2 Second 9,9-11,6
PT INR 0,85 Second 9,9-11,6
APTT 24,4 Second 26,4-37,6
Platelet 252 10³/Ul 150-400

Badung, 12…..Juli……2021
Mahasiswa,

(Ni Putu Dian Yuniantari, S.Kep)


D. ANALISA DATA

HARI/ MASALAH
ANALISA DATA ETIOLOGI
TANGGAL KEPERAWATAN
Senin, DS : Pasien mengeluh nyeri Agen cidera fisik Nyeri akut
12/07/21 pada luka jalan lahir
P = Luka pada jalan lahir
Q = Seperti tersayat
R = Pada perineum
S = Skala nyeri 4
T = Hilang timbul
DS : Pasien tampak
meringis saat beraktivitas

Senin, DS : Pasien mengatakan Ketidakadekuatan Ketidakefektifan


12/07/21 ASI nya tidak mau keluar suplai ASI menyusui
DO :
- ASI tidak menetes
- Putting masuk
kedalam
- Bayi rewel

Senin, DS : pasien mengatakan Risiko infeksi


12/07/21 nyeri pada luka perinium
DO : terdapat luka
episiotomy
S = 36 °C
N = 95 x/menit
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN (berdasarkan prioritas)

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik di buktikan dengan pasien mengatakan nyeri
pada jalan lahir, nyeri seperti tersayat, nyeri memberat saat beraktivitas skala nyeri 4, nyeri
hilang timbul, pasien tampak meringis saat beraktivitas

2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI dibuktikan


dengan ASI tidak mau keluar ASI tidak menetes, putting masuk kedalam, bayi rewel

3. Risiko infeksi dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri pada luka perineum, terdapat luka
perineum episiotomy, S = 36°C, N = 95 x/menit

F. RENCANA PENDIDIKAN KESEHATAN

NO Area Rencana Tindakan


1. Kerja Ingatkan pasien untuk tidak melakukan pekerjaan berat terlebih dahulu
2. Istirahat KIE pasien untuk istirahat berbaring, ataupun duduk
3. Latihan Latihan miring kanan dan miring kiri secara bertahap, kemudian belajar
jalan
4. Hygiene KIE pasien untuk selalu melakukan hygiene terutama pada bagian vagina
(vulva hygiene) dan ajarkan teknik membasuh yg benar
5. Koitus Anjurkan kepada pasien dan suami jika aktivitas koitus dilakukan setelah
masa post partum berakhir
6. Kontrasepsi Lakukan penyuluhan mengenai KB
7. Follow-up KIE jadwal kontrol berikutnya pasca perawatan rumah sakit, dan apa yang
harus di siapkan saat kontrol
8. Lain-lain KIE jadwal kontrol ibu agar bisa berbarengan dengan jadwal kontol bayi
KIE perawatan payu dara, ASI, dan perawatan luka perineum dirumah
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN &


INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC label
berhubungan dengan keperawatan selaa 3 x 24 jam di Manajemen Nyeri
agen cidera fisik di harapkan NOC Label 1. Melakukan pengkajian nyeri meliputi 1. Untuk menentukan
buktikan dengan Pain level lokasi nyeri, karakteristik, durasi, intervensi yang tepat
pasien mengatakan 1. Nyeri yang di laporkan dari frekuensi, kualitas 2. Mengurangi penggunaan
nyeri pada jalan lahir, skor 3 (sedang) ke skor 4 2. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen obat
(ringan) dengan tanda skala
nyeri seperti tersayat, nyeri (relaksasi) 3. Memudahkan intervensi
nyeri 1
nyeri memberat saat 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan 4. Mencegah komplikasi
2. Ekspresi wajah dari skor 3
beraktivitas skala pasien mengenai nyeri 5. Mencegah alergi
(sedang) ke skor 4 (ringan)
nyeri 4, nyeri hilang dengan tanda wajah 4. Pilih analgetik yang sesuai ketika analgetik
timbul, pasien tampak tampak tenang diberikan lebih dari satu
meringis saat 3. Denyut nadi dari skor 3 5. Cek adanya riwayat alergi
beraktivitas (deviasi sedang dari
kisaran normal) ke skor 4
Monitor tanda-tanda vital
(deviasi ringan dari kisaran
normal) dengan tanda N = 1. Monitor TD, Nadi, Suhu, dan status 1. Mengetahui kondisi
60-80 x/menit pernapasan pasien
2. Monitor TD stelah pasien minum obat 2. Mencegah alergi
2 Ketidakefektifan Dengan dilakukan asuhan NIC Label
menyusui keperawatan selama 3 x 24 jam Pengurangan kecemasan
berhubungan dengan diharapkan menyusui efektif 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan 1. Agar pasien percaya
ketidakadekuatan NOC Label meyakinkan 2. Membuat pasien nyaman
suplai ASI dibuktikan - Keberhasilan menyusui 2. Dengarkan cerita pasien 3. Agar pasien percaya dir
dengan ASI tidak mau - Pengetahuan menyusui 3. Puji/ kuatkan perilaku yang baik dan semangat
keluar ASI tidak Kriteria hasil secara tepat
menetes, putting 1. Pengeluaran ASI dari skor 2 Manjemen Nutrisi
masuk kedalam, bayi (sedikit adekuat) ke skor 4 1. Anjurkan keluarga membawa 1. Agar nafsu makan
rewel (sebagian besar adekuat) makanan favorite pasien bertambah
dengan tanda ASI menetes 2. Monitor kalori dan asupan makanan 2. Memperbaiki produksi
2. Intake cairan ibu dari skor 3 3. Atur diet yang diperlukan ASI
(cukup adekuat) ke skor 4 3. Menambah produksi ASI
(sebagian besar adekuat) Konseling laktasi
dengan tanda ibu mampu 1. Berikan konseling mengenai 1. Agar ibu semangat
minum 2000 ml air manfaat menyusi 2. Mengetahui kemampuan
3. Memompa payudara dari 2. Monitor kemampuan bayi bayi
skor 3 (cukup adekuat) ke menghisap 3. Membantu menambah
skor 4 (sebagian besar 3. Kolaborasi pemberian vitamin ASI
adekuat) dengan tanda ASI penambah ASI
keluar saat di pompa
4. Puas dengan proses
menyusui dari skor 3
(cukup adekuat) ke skor 4
(sebagian besar adekuat)
dengan tanda bayi melepas
putting saat menyusui
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan NIC Label
dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Kontrol infeksi
pasien mengatakan diharapkan risiko infeksi 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 1. Mencegah kontak
nyeri pada luka teratasi tindakan keperawatan
2. Mengurangi kuman
perineum, terdapat NOC Label 2. Memakai sarung tangan steril saat masuk ke luka
luka perineum Kontrol Risiko perawatan luka
3. Mencegah kontaminasi
episiotomy, S = 36°C, Proses Infeksi 3. Pastikan teknik perawatan luka yang luka
N = 95 x/menit 1. Mengidentifikasi tanda dan tepat
4. Mempercepat
gejala infeksi dari skor 3 4. Berikan terapi antibiotik yang tepat penyembuhan luka
(kadang menunjukkan) ke
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai 5. Mencegah infeksi
skor 4 (sering menunjukkan) tanda dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkan pada penyedia jasa 6. Mencegah infeksi dari
dengan tanda pasien
kesehatan luar
melaporkan kondisi luka
2. Mencuci tangan dari skor 3 6. Anjurkan pengunjung untuk mencuci
tangan padasaat memasuki dan
(kadang menunjukkan) ke
meninggalkan ruangan dan ajarkan
skor 4 (sering menunjukkan)
dengan tanda pasien langkah-langkah cuci tangan yang
mencuci tangan sebelum dan benar

sesudah ke toilet
3. Mencari informasi terkait
kontrol infeksi dari skor 3
(kadang menunjukkan) ke
skor 4 (sering menunjukkan)
ditandai dengan pasien
bertanya soal penyembuhan
luka
H. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal No Respon
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Senin, 1,2 09.00 Mengakji kondisi pasien dan DS : pasien
12/07/2021 tingkat nyeri pasien mengatakan ASI
tidak mau ke luar,
nyeri pada
perineum
DO : pasien
tampak meringis
saat jalan skala
nyeri : 4

2 11.00 Mengompres payudara DS : pasien


mengatakan
payudaranya
keras
DO : kompres
hangat terpasang
pada payudara
1,2,3 13.00 Mengobservasi tanda-tanda vital DS : pasien
pasien mengatakan nyeri
pada luka
DO : TD = 110/80
mmHg, N = 98
x/menit

2 16.00 Mengkaji tingkat kecemasan DS : pasien


pasien mengatakan takut
ASI nya tidak
mau keluar
DO : pasien
tampak gelisah

3 18.00 Mengajarkan pasien, keluarga DS : -


untuk cuci tangan DO : semua
tampak mengikuti
instruksi
1,2,3 20.00 Melakukan kolaborasi DS : -
pemberian amoxan 500 mg, DO : Obat sudah
mefinal 500 mg, asifit 1 tablet, masuk, tidak ada
lactamam 1 tablet, tramadol 1 gr tanda alergi obat
1 22.00 Memberikan pasien lingkungan DS : -
yang nyaman sebelum istirahat DO : suhu
ruangan sejuk,
lampu redup, bayi
tampak tidur
disebelah pasien
Hari/Tanggal No Respon
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Selasa, 1,2 08.00 Mengobeservasi kondisi pasien DS : pasien
13/07/2021 dan tingkat nyeri mengatakan
sudah keluar
cairan bening dari
payudara, nyeri
berkurang
DO : skala nyeri
3, tampak
colostrum keluar
dari payudara
1,2,3 10.00 Mengobservasi tanda-tanda vital DS : -
pasien DO : TD = 110/85
mmHg, N = 89
x/menit, S = 36°C
1,2,3 12.00 Melakukan kolaborasi DS : -
pemberian amoxan 500 mg, DO : obat sudah
mefinal 500 mg, asifit 1 tablet, masuk, tidak ada
lactamam 1 tablet alergi obat

3 16.00 Melakukan perawatan luka DS : pasien


mengatakan nyeri
pada luka
DO : tidak ada
rembesan, tidak
ada kemerahan
1,2 18.00 Mengajarkan teknik relaksasi DS : pasien
nafas dalam mengatakan
mengerti dengan
penjelasan
perawat
DO : pasien
tampak mengikuti

2 19.00 Melakukan kompres dan DS : pasien


massase payudara mengatakan
bengkak
berkurang
DO : tampak bayi
meminum ASI
ibu
1,2 21.00 Memberikan lingkungan yang DS : pasien
nyaman pada pasien mengatakan ingin
istirahat
DO : bayi tampak
tidur disamping
ibu, penerangan
redup
Hari/Tanggal No Jam Implementasi Respon Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
/Shift DK Pasien
Rabu, 1,2 07.00 Mengkaji kondisi ibu dan tingkat DS : Ibu 09.00 DK 1
14/07/2021 nyeri pasien mengatakan ASI S : pasien mengatakan
nya sudah keluar, nyeri berkurang
nyeri berkurang O:
DO : Bayi tampak - skala nyeri 2 (skor 4)
menyusui hingga - Posien nampak tenang
tidur, skala nyeri (skor 4)
2, pasien nampak - N = 75 x/menit (skor 4)
tenang. A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi,
1,2,3 08.00 Mengkaji intake makanan dan DS : ibu ajarkan kembali cara
cairan ibu dan tanda-tanda vital mengatakan manajemen nyeri yang
mampu bisa dilakukan dirumah
menghabiskan 1 seperti :
porsi makanan - Ajarkan prinsip-prinsip
snack, minum ± manajemen nyeri
3000 cc/ hari (relaksasi)
DO : TD = 100/80 - Pilih analgetik yang
mmHg, N = 75 sesuai ketika diberikan
x/menit, S = lebih dari satu
36°C, pasien DK 2
nampak tenang S : Pasien mengatakan
ASI nya sudah keluar
3 09.00 Melakukan perawatan luka DS : - (skor 4)
DO : tidak tampak O:
rembesan, tidak - Ibu minum ± 3000 cc/
tampak hari (skor 4)
kemerahan - ASI keluar saat di
pompa (skor 4)
- Bayi menyusui hingga
tidur (skor 4)
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi,
ajarkan kembali cara
manajemen nutrisi dan
konseling lakatasi yang
bisa dilakukan di rumah
seperti :
- Monitor kalori dan
asupan makanan
- Atur diet yang
diperlukan
- Kolaborasi pemberian
vitamin penambah ASI

DK 3
S:-
O:
- Pasien tampak
melaporkan kondisi
luka (skor 4)
- Pasien tampak mencuci
tangan (skor 4)
- Tidak tampak
rembesan
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi,
ajarkan kembali cara
mengurangi risiko infeksi
dengan cara
- Cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan

- Pastikan teknik
perawatan luka yang
tepat

- Ajarkan pasien dan


keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkan pada
penyedia jasa
kesehatan

- Anjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan
padasaat memasuki
dan meninggalkan
ruangan dan ajarkan
langkah-langkah cuci
tangan yang benar

Anda mungkin juga menyukai