Anda di halaman 1dari 13

1 KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan karunian-Nya. Hanya kepada-
Nya lah kami memuji dan bersyuku, meminta ampunan dan memohon pertolongan. Tak lupa
shalawat dan salam tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW karena telah menyampaikan
ajaran-ajaran Islam dan petunjuk dari Allah SWT, yaitu syariat agama Islam yang sempurna.
Satu-satunya syariat Islam dari Rasulullah SAW adalah karunia terbesar bagi alam semesta.

Penulisan makalah berjudul “Tabarruj dalam Islam” berikut disusun guna


menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah memberikan informasi tentang hukum tabarruj yang sering dianggap biasa bagi
generasi millennium sekarang ini. Sekaligus menambah wawasan pembaca tentang apasaja
perilaku dan tindakan yang termasuk tabarruj.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari bahwa
banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan dan penulisan. Demi kesempurnaan
makalah ini, kami sangat berharap adanya perbaikan, kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca.

Ponorogo, 6 Desember 2021

Penyusun

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
Latar Belakang...................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................4
Pengertian Tabarruj...........................................................................................................................4
Hukum Tabarruj.................................................................................................................................5
Hal-Hal yang Merupakan Tabarruj.....................................................................................................5
Memperlihatkan Perhiasan yang Dipakainya.................................................................................5
Memakai Wewangian yang Tercium Aromanya oleh Orang Lain..................................................5
Wanita yang Memakai Pakaian yang Menyerupai Laki-Laki..........................................................6
Larangan Membuat Tato dan Merenggangkan Gigi.......................................................................6
Larangan Mencukur dan Menyambung Rambut...........................................................................6
Memakai Pakaian yang Tipis dan Transparan................................................................................7
Dampak Negatif Tabarruj...................................................................................................................8
Solusi.................................................................................................................................................8
a. Jilbab..........................................................................................................................................8
b. Perhiasan...................................................................................................................................9
c. Kosmetik..................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................12
Kesimpulan......................................................................................................................................12
Saran................................................................................................................................................12
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................13

2
2 BAB I
3 PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang
Isu-isu muslim yang sering marak dibicarakan dan banyak perhatian orang sejak dulu
adalah masalah wanita. Wanita sering menjadi sorotan muslim atas kecantikannya
kelebihannya atau sesuatu yang menyangkut tentang dirinya. Bahkan isu-isu tersebut
dipublikasikan melalui sarana informasi saat ini. Jika anda perhatikan secara seksama,
muslim tidak ada iklan di media elektronik maupun di media cetak yang tidak menampilkan
wanita dengan memanfaatkan keidahan tubuh dan kecantikan wajahnya. Bahkan “sesuatu”
yang dulunya sangat tabu untuk dibicarakan kini menjadi tontonan setiap saat. Jelas ini
merupakan suatu penistaan bagi wanita. Anehnya tidak ada seorang pun dari kaum wanita
yang memprotes hal itu.

Namun sebenarnya dalam Islam, memperbolehkan hambanya untuk menghias dan


mempercantik diri. Seperti dalam HR. Muslim yang berbunyi sesungguhnya Allah itu indah
dan mencintai keindahan. Dalam kalimat ini memiliki makna yang agung, yakni dari makrifat
(pengetahuan) dan suluk (perilaku). Sehingga kita sebagai hamba-Nya alangkah senantiasa
selalu menjaga keindahan pula agar dicintai Allah.

Dan mempercantik diri dalam Islam adalah ibadah. Seperti dalam HR. Thabrani yang
berbunyi sebaik-baik istri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika
engkau menyuruhnya, serta menjaga dirinya di saat engkau pergi. Tandanya seorang istri
tidak boleh memperlihatkan keadaan yang tidak disukai suaminya. Ia harus selalu menjaga
kebersihan dirinya, sebab kebersihan merupakan bagian dari iman.

Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangan dalam berhias jika berlebihan
maka akan termasuk dalam pelanggaran syariat islam contohnya tabbaruj untuk orang yang
bukan mahromnya. Maka dari itu disusunya makalah yang berjudul Berhias dalam Islam
dapat menambah pengetahuan uslimah sekalian tentang berhias yang dibolehkan ataupun
yang tidak diperbolehkan dalam islam.

3
4 BAB II
5 PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Tabarruj
Tabarruj berarti berhias dengan memperhatikan kecantikan dan menampakkan
keindahan tubuh dan kecantikan wajah. Qatadah mengatakan : ”Yaitu wanita yang jalannya
dibuat-buat dan genit.”

“Tabbaruj adalah tindakan yang dilakukan seorang wanita dengan melepaskan


jilbabnya, sehingga tampak darinya gelang dan kalungnya,” papar Muqatil.

Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan :”Yaitu wanita yang keluar rumah dengan berjalan
di hadapan orang laki-laki. Yang demikian itu disebut sebagai tanarruj jahiliah.” Imam Al-
Bukhari mengatakan : ”Tabarruj adalah tindakan seorang wanita yang menampakkan
kecantikannya kepada orang lain.”1

Dari semua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian tabarruj adalah
keluarnya wanita yang telah berhias dari rumahnya yang dengan sengaja memperlihatkan
kecantikan wajah dan tubuhnya dengan genit serta melenggak-lenggokan jalannya sehingga
terlihat perhiasan yang ada padanya dihadapan orang lain. Baik dengan maksud menarik
perhatian, merangsang nafsu syahwat laki-laki yang dilewatinya ataupun pujian dari orang.

Mengumbar aurat termasuk dalam salah satu tabarruj. Namun pengertian tabarruj
bukanlah mengumbar aurat. Melainkan mempertontonkan kecantikan dan perhiasan wanita
untuk menarik simpati laki-laki. Maka, tindakan tabarruj dapat dilakukan oleh seorang wanita
yang telah menutup aurat. Tabarruj itu bisa terjadi walaupun jilbab telah mentup aurat dengan
benar, namun masih menggunakan pernak-pernik yang mewah sehingga menggoda
pandangan. Atau menggunakan arfum yang semerbak sehingga tercium oleh siapa saja yang
ia lewati. Atau merias muka dengan menolok. Itu semua merupakan tindakan tabarruj.

Hendaklah wanita Muslimah mengetahui bahwa tabarruj merupakan ciri kebodohan


dan keterbelakangan. Jika wanita berhias dimaksudkan untuk selain suaminya, maka Allah
SWT akan membakarnya dengan api neraka, karena berhias untuk selain suami termasuk

1 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, (Beirut: Pustaka Al-Kautsar,2009),hlm.691.

4
tabarruj dan dapat mengundang nafsu birahi laki-laki. Jika seorang wanita telah melakukan
hal ini berarti dia telah berbuat kerusakan dan berkhianat kepada suaminya.2

5.2 Hukum Tabarruj


Ada beberapa ayat dalam Al-Quran yang membahas tentang tabarruj. Seperti dalam
Q.S. Al-Ahzab:33 Allah SWT berfirman : ‫َوقَرْ نَ فِ ْي بُيُوْ تِ ُك َّن َواَل تَبَرَّجْ نَ تَبَرُّ َج ْال َجا ِهلِيَّ ِة ااْل ُوْ ٰلى‬

Artinya : Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah
laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu.

Bisa disimpulkan bahwa tabarruj tidak diperbolehkan dalam Islam. Terdapat juga
hadits yang melarang tabarruj. Abdullah bin ‘Amr mengisahkan, “Umaimah bintu Ruqoiqoh
mendatangi Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepadanya dalam
rangka masuk islam, maka (nabi) berkata: Aku membaiatmu untuk tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu pun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anakmu, tidak membuat-
buat kedustaan yang kamu kerjakan dengan kedua tangan dan kakimu, tidak meratap, dan
tidak bertabarruj seperti dilakukan wanita-wanita jahiliyyah dahulu”. (HR. Ahmad).

5.3 Hal-Hal yang Merupakan Tabarruj


5.3.1 Memperlihatkan Perhiasan yang Dipakainya
Sesungguhnya memakai perhiasan berupa emas telah diperbolehkan dalam Islam bagi
para Muslimah. Meskipun demikian, memamerkan dan memperlihatkan apa yang
dikenakannya adalah tindakan yang makruh.

Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata: sabda rasulullah SAW: Barang siapa memakai pakaian
yang membikin heboh di dunia, maka Allah SWT akan memberi pakaian yang
menghinakan kelak di hari akhirat. Hadist di atas berbicara tentang pakaian yang dipakai
dengan tujuan mencari dan menari perhatian agar orang lain melihat pakaian yang
mencolok itu. Pakaian yang demikian tidak diperbolehkan dalam Islam.3

5.3.2 Memakai Wewangian yang Tercium Aromanya oleh Orang Lain


Sabda Rassulullah SAW: Dari Musa bin Ysar ia berkata: pernah ada seorang
perempuan lewat di hadapan Abu Huarairah, sedang baunya semerbak, lalu Abu
Hurairah bertanya kepadanya: hendak kemana hamba (Allah) Dzat yang maha gagah?
Ia menjawab: ke masjid, Abu Hurairah berkata: kembalilah dan mandilah karena aku
pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: Allah tidak menerima shalat seorang
2 Syaikh Kamil Muhammad,, Uwaidah, al-jami’ Fi Fiqhi An-Nisa’,(Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah,196),hlm.668.
3 Ansori Umar, Fiqih Wanita, (Semarang: Asy-Shifa’,1896),hlm.136.

5
perempuan yang keluar ke masjid dan baunya semerbak sehingga ia kembali pulang
lalu mencuci (menghilangkan) bau-bauan itu.4
Dari hadist di atas dapat diambil petunjuk bahwa orang wanita apabila keluar
dari rumah memakai wangi-wangian dan bersolek merupakan salah satu tindakkan
tabarruj. Dan ini merupakan dosa besar meskipun telah mendapat izin dari suaminya.

5.3.3 Wanita yang Memakai Pakaian yang Menyerupai Laki-Laki


Dari Abu Hurairah beliau berkata: “Rasulullah melaknat laki-laki yang
mengenakan pakaian perempuan, dan perempuan mengenakan pakaian laki-laki.”
Hadist diatas jelas menunjukkan bahwa wanita diharamkan memakai pakaian yang
menyerupai laki-laki begitu pula sebaliknya.5

5.3.4 Larangan Membuat Tato dan Merenggangkan Gigi


Dari Abdullah bin Mas’ud as. Rasulullah SAW bersabda: “Allah melaknat
wanita yang membuat tato (pada kulitnya) dan wanita yang meminta dibuatkan tato,
yang mencukur alisnya dan wanita yang meminta direnggangkan giginya untuk
mempercantik diri, yang mereka semua merubah ciptaan Allah SWT.” (Muttafaqun
Alaih)

Dari Abu Al-Husain Al Haitsam, dia menuturkan, aku pernah mendengar Abu
Raihanah mengatakan: “Rasullulah melarang sepuluh hal: Mengasah gigi, membuat
tato, mencabut alis, … sampai sabdanya, dan juga berkumpulnya dua orang wanita
dalam satu kain tanpa hijab… ” (HR. Abu Dawud)6

5.3.5 Larangan Mencukur dan Menyambung Rambut


Bagi wanita Muslimah yang mengerti akan syairat Islam hendaknya dia tidak
mecukur rambutnya dan disambung dengan rambut sendiri, rambut orang lain, rambut
hewan ataupun rambut yang lainnya.

Bahkan Ibnu Hazm mengatakan, bahwa menyambung rambut merupakan


salah satu perbuatan dosa. Dari Ali bin Abi Thalib as. Dia berkata :

“Rasulullah SAW talah melarang wanita mencukur rambutnya .” (HR. At-


Tirmidzi dan An-Nasa’i) Dari Asma’ binti Abu-Shiddiq, dia menceritakan, pernah ada
seorang wanita yang datang kepada Rasulullah SAW seraya bertanya: “Wahai

4 Imron Mu’amal Hidy A.Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ashshabuni, (Surabaya: Bina Ilmu,
1990),hlm.13.
5 Al-Albani, Jinabul Mar-atil Muslima, h.146-14
6 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, (Beirut: Pustaka Al-Kautsar,2009),hlm.686

6
Rasulullah, aku mempunyai putri yang terserang penyakit, sehingga rambutnya
rontok, apakah berdosa jika menyambungnya ?” Beliau menjawab: “Allah SWT
melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan wanita yang meminta
disambungkan rambutnya.” (Muttafaqun Alaih)

Dari Humaid bin Abdirrahman, dia menceritakan, aku pernah mendengar


Mu’awiyah ketika dia sedang berada di atas mimbar di Madinah, dimana dia
mengambil dari dalam kopiahnya guntingan rambut seraya berkata: “Wahai penduduk
Madinah, dimana ulama-ulama kalian, sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi
SAW MELARANG melakukan ini (menyambung rambut). Ketahuilah, bahwa orang-
orang Bani Israel binasa ketika wanita-wanita kalangan mereka melakukan hal ini.”

Dari Mu’awiyah as. Bahwa Rasulullah SAW melarang tipu daya wanita
adalah menyambung rambutnya. 7

5.3.6 Memakai Pakaian yang Tipis dan Transparan


Pakaian wanita yang sesuai syariat haruslah menutup dengan sebaik mungkin
bagian tubuh agar jangan sampai tembus pandang hingga lekukan tubuh terlihat
secara samar. Pakaian yang transparan bukanlah ciri-ciri pakaian yang islami karena
sama saja berpakaian tapi telanjang.

Sehingga warna dan bahan pakaian yang dipilih tidak boleh transparan agar
lekuk tubuh tidak terlihat. Artinya bahan yang digunakan tidak terlalu terang dan juga
tidak tipis. Pakaian yang sesuai syariat juga harus dipertimbangkan saat dalam
keadaan berkeringat maupun kehujanan agar tidak tembus.

Dari Abdullah bin Umar as. Dia menceritakan, aku pernah mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Pada akhir umatku nanti aka nada beberapa orang laki-
laki menaiki pelana, mereka singgah di beberapa pintu masjid, yang wanita-wanita
mereka berpakaian (seperti) telanjang, di atas kepala mereka terdapat sesuatu seperti
punuk unta yang miring. Laknat mereka, karena mereka semua terlaknat.”8

7 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, (Beirut: Pustaka Al-Kautsar,2009),hlm.686

8 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, (Beirut: Pustaka Al-Kautsar,2009),hlm.688.

7
5.4 Dampak Negatif Tabarruj
1.   Tabarruj dapat mengubah kecenderungan kaum Muslim dari kecenderungan untuk
senantiasa menjaga dan menahan pandangan menjadi kecenderungan untuk memuja hawa
nafsu dan hasrat seksual.  Akibatnya, laki-laki dan wanita mulai berlomba-lomba untuk
menarik lawan jenisnya, dengan mengenakan pakaian dan perhiasan yang dapat memberi
pengaruh antara satu dengan lainnya. Mereka juga menyibukkan diri dengan urusan
mempercantik diri dan menarik perhatian maupun memikat lawan jenisnya.  Sehingga,
banyak orang terjatuh pada hubungan-hubungan lawan jenis yang dilarang oleh syariat Islam,
misalnya, pacaran, berkhalwat, perselingkuhan, perzinaan, dan sejenisnya.

2.   Tabarruj bisa mengubah paradigma hubungan laki-laki dan wanita di dalam Islam;


yaitu, hubungan yang didasarkan pada prinsip ketakwaan menjadi hubungan yang didasarkan
pada pemenuhan daya tarik fisik maupun kebutuhan biologis semata.

3.   Tabarruj juga akan melemahkan kaum Muslim dari upaya-upaya untuk


mendekatkan diri kepada Allah, atau perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah swt. 
Dengan kata lain, tabarruj akan melemahkan semangat kaum Muslim untuk menegakkan
hukum-hukum Allah, serta upaya untuk mendakwahkan Islam baik dengan propaganda mau-
pun jihad.

5.5 Solusi
Setelah mengetahui kendala pada tata cara berhias menurut syari’at Islam, pasti akan
ada kemauan untuk menemukan solusinya, berikut adalah beberapa solusinya :
5.5.1 Jilbab
Salah satu jenis pakaian yang dapat menutup salah satu aurat wanita yaitu Jilbab.
Jilbab beragam jenisnya, tetapi walaupun banyak ragamnya dan menjadi hiasan diri
pemakaianya disamping dapat menutup aurat, dari atas kepala manusia sampai dengan dada
manusia.
Telah menjadi suatu ijma’ bagi kaum Muslimin di semua Negara dan di setiap masa
pada semua golongan fuqaha, ulama, ahli-ahli hadis dan ahli tasawuf, bahwa rambut wanita
itu termasuk perhiasan yang wajib ditutup, tidak boleh dibuka di hadapan orang yang bukan
muhrimnya. Adapun dasarnya adalah Q.S.An Nur: 31. Maka, berdasarkan ayat di atas, Allah
swt. telah melarang bagi wanita Mukminat untuk memperlihatkan perhiasannya. Kecuali
yang lahir (biasa tampak). Di antara para ulama, baik dahulu maupun sekarang, tidak ada
yang mengatakan bahwa rambut wanita itu termasuk hal-hal yang lahir; bahkan ulama-ulama
yang berpandangan luas, hal itu digolongkan perhiasan yang tidak tampak.

8
Allah telah memerintahkan bagi kaum wanita Mukmin, dalam ayat di atas, untuk
menutup tempat-tempat yang biasanya terbuka di bagian dada. Arti Al Khimar itu ialah kain
untuk menutup kepala.
Al Qurthubi berkata, “Sebab turunnya ayat tersebut ialah bahwa pada masa itu kaum
wanita jika menutup kepala dengan akhmirah (kerudung), maka kerudung itu ditarik ke
belakang, sehingga dada, leher dan telinganya tidak tertutup. Maka, Allah memerintahkan
untuk menutup bagian mukanya, yaitu dada.”
Dalam riwayat Bukhari, bahwa Aisyah r.a. telah berkata, “Mudah-mudahan wanita
yang berhijrah itu dirahmati Allah.” Ketika Aisyah r.a. didatangi oleh Hafsah,
kemenakannya, anak dari saudaranya yang bernama Abdurrahman r.a. dengan memakai
kerudung (khamirah) yang tipis dibagian lehernya, Aisyah r.a. lalu berkata, “Ini amat tipis,
tidak dapat menutupinya.”

5.5.2 Perhiasan
Nabi menganjurkan agar wanita berhias. Al Qur’an memang tidak merinci jenis-jenis
perhiasan salah satu yang diperselisihkan para ulama adalah emas dan sutera sebagai pakaian
atau perhiasan lelaki.
“ dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu
mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS. An Nahl : 14)
Dalam Al Qur’an, persoalan ini tidak disinggung, tetapi sekian banyak hadis Nabi
menegaskan bahwa keduanya haram dipakai oleh kaum lelaki. Ali bin Abi Thalib berkata,
“Saya melihat Rasullullah mengambil sutera lalu beliau meletakkan di sebelah kanannya,
dan emas diletakkannya di sebelah kirinya, kemunduran beliau bersabda, ‘Kedua hal ini
haram bagi lelaki umatku” (HR Abu Dawud dan Nasa’i).
Pendapat ulama berbeda-beda tentang sebab-sebab diharamkannya kedua hal tersebut
bagi kaum lelaki. Antara lain bahwa keduanya menjadi simbol kemewahan dan perhiasan
yang berlebihan, sehingga menimbulkan ketidakwajaran kecuali bagi kaum wanita. Selain itu
ia dapat mengundang sikap angkuh, atau karena menyerupai pakaian kaum musyrik.

9
5.5.3 Kosmetik
5.5.3.1 Wajah
Dalam kitab Al-Mu’jam Al Wasith disebutkan humrah sebagai salah satu perhiasan
wajah perempuan, “humrah adalah campuran wewangian yang digunakan perempuan untuk
mengolesi wajahnya, agar indah warnanya.” Selain itu seorang pengantin perempuan pada
zaman Rasulullah SAW. biasa berhias dengan shufrah yaitu wewangian berwarana kuning.
Diperbolehkan pula menggunakan celak. Hal ini sesuai dengan hadist yang diterangkan oleh
Ummu Athiyah: “Kami dilarang berkabung untuk mayat lebih dari tiga hari, kecuali atas
suami selama empat bulan sepuluh hari. Kami tidak boleh bercelak, memakai wewangian,
dan memakai pakaian yang bercelup” (HR. Bukhari dan Muslim.Hadist tersebut
menerangkan dibolehkannya memakai celak, wewangian dan pakaian bercelup (wewangian)
dalam kondisi normal, sedangkan pada masa berkabung (ihdad) tidak dibolehkan.
5.5.3.2 Telapak Tangan
Salah satu perhiasan tangan perempuan adalah pewarna pada kuku (khidhab).
Kebolehan hal ini dijelaskan dalam hadist Rasulullah SAW dalam peristiwa dengan seorang
perempuan yang menyodorkan kitab tetapi beliau tidak mengambilnya dan mengatakan,
“Aku tidak tahu, apakah itu tangan perempuan atau laki-laki?” kemudian perempuan itu
menjawab: “Tangan perempuan” sabda Nabi: “Jika engkau seorang perempuan, tentu
engkau akan mengubah warna kukumu dengan inai” (HR. An-Nasa’i). Perempuan
diperkenankan pula memakai perhiasan tangan, seperti cincin dan gelang.

5.5.3.3 Parfum
Disunnatkan menggunakan farfum bagi laki-laki dan perempuan. Penggunaan ini
dikecualikan dalam keadaan berihram untuk haji ataupun umrah, atau jika perempuan itu
sedang berihdad (berkabung) atas kematian suaminya, atau jika ia berada di suatu tempat
yang ada laki-laki asing (bukan mahramnya), karena larangannya shahih.

5.5.3.4 Alat yang Digunakan Bebas dari Barang-Barang Najis


Alat yang digunakan untuk berdandan sebaiknya diperhatikan, jangan sampai alat
yang digunakan dapat menghalangi air untuk mensucikan tubuh atau kulit. Seperti
menggunakan pelembab atau parfum yang banyak kandungan alkoholnya, atau barang yang
digunakan terdapat komposisi barang-barang najis.
5.5.3.5 Tidak Mengikuti Dandanan Wanita Kafir
Miris sekali ketika melihat kalangan remaja Muslimah yang masih mengidolakan
wanita- wanita kafir yang kemudian mengikuti khas atau gayanya baik dalam berbusana

10
maupun berhias dan berperilaku. Muslimah yang Cerdas tentu tidak akan mengikuti atau
menyerupai mode wanita kafir. Rasullulah SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa yang
mengikuti atau menyerupai suatu kaum, makai a termasuk bagian dari mereka”.(HR. Ahmad
dan Abu Daud)

Seperti mencukur atau mencabut alis, mengikir gigi, operasi agar wajah tirus, hidung
mancung dan lain sebagainya, memakai celak diperbolehkan namun tidak harus merubah apa
yang sudah Allah berikan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Allah melaknat wanita
yang mentato dan meminta ditato yang mencabut bulu alis dan meminta dicabut yang
merenggangkan gigi dan memperindahnya, serta wanita-wanita yang merubah ciptaan Allah
SWT.”

11
6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Tabarruj adalah menampakan sesuatu yang seharusnya dilindungi dan ditutupi.
Menunjukan keangkuahan dengan memamerkan perhiasan dan kemewahan busananya.
Tabarruj adalah perilaku yang dilaknat Allah SWT. Tabarruj itu sendiri termasuk salah satu
kebodohan. Karena betapa celakanya Muslimah yang berani menentang Allah SWT namun
tidak berani menentang hawa nafsu mereka sendiri.

Jika wanita bertabarruj dengan sengaja untuk menarik perhatian khalayak ramai maka
sungguh Allah SWT akan membakarnya di api neraka. Sesungguhnya berhias diperbolehkan.
Namun tidak melanggar syariat Islam. Karena sesunuhnya merawat diri adalah wujud rasa
syukur kita atas apa yang telah diberikan Allah SWT kepada hambanya.

6.2 Saran
Diharapkan kepada muslimah yang beriman pada hari pembalasan. Hendaknya
menjauhi tindakan yang termasuk dalam tabarruj. Kerena sesungguhnya adzab-Nya sangatlah
pedih. Jika wanita berhias dimaksudkan untuk orang selain suaminya, maka Allah akan
membakarnya dengan api neraka, karena berhias untuk selain suami termasuk tabarruj dan
dapat mengundang nafsu birahi laki-laki. Jika seorang wanita melakukan hal ini berarti dia
telah berbuat kerusakkan dan berkhianat kepada suaminya.

12
7 Daftar Pustaka

1. ‘Uwaidah, Kamil Muhammad.2009 . Fiqih Wanita. Beirut:Pustaka Al-Kautsar


2. Umar, Ansori. 1986. Fiqih Wanita. Semarang: VC. Asy-Syifa.
3. Manan, Imron Mu’amal Haidy A.1990.Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam ashShabuni.
Surabaya:Bina Ilmu
4. Al Albaniy, Muhammad Nashiruddiin, Jilbab Wanita Muslimah (Terjemahan Kitab
Jinaabul Mar’atil Muslimati fii Alkitabi was Sunnati)
5. Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad.1996. Al-Jami’ Fiqhi an-Nisa’, Beirut: Darul
Kutub Al-Ilmiyah.

13

Anda mungkin juga menyukai