Anda di halaman 1dari 26

1

A. Judul

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIF LEARNING TIPE THINK TALK

WRITE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA

(PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jatiserang I Kecamatan Panyingkiran

Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2016/2017)

B. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di jenjang

Sekolah Dasar, matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006

(KTSP) dinyatakan sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia.

Tujuan mata pelajaran matematika tercantum secara jelas dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP) (Depdiknas, 2006)

disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran matematika pada jenjang pendidikan

dasar yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan, sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara


konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan menggunakan penalaran
pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematikan, menyelesaikan model dan
menfsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
2

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam


mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.

Mata pelajaran Matematika adalah “Suatu alat untuk mengembangkan

cara berpikir” (Herman H, 2012:37) namun pada hakekatnya merupakan suatu

ilmu dengan cara bernalar secara deduktif formal dan abstrak. Matematika,

dalam suatu kondisi dipandang statis, karena guru selalu menjadi pusat

perhatian dan siswa diharapkan mampu meniru serta menguasai dengan baik

dari apa yang didemonstrasikan oleh guru. Proses pembelajaran matematika

dari beberapa pendapat para ahli, guru hendaknya memperhatikan serta

menyajikan sebuah proses pembelajaran yang efektif dan effisien

menyesuaikan terhadap pola pikir siswa karena kemampuan siswa berbeda-

beda dan juga kurikulum yang sesuai karena “Konsep pada kurikulum

matematika tingkat Sekolah Dasar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu,

penanaman konsep dasar, pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan”

(Heruman, 2010:02). Belajar matematika berarti belajar tentang konsep dan

struktur yang abstrak serta hubungannya, kemudian siswa diharapkan dapat

memahami konsep matematika dan selanjutnya siswa akan mendapatkan

keterampilan matematika yang diharapkan.

Menurut George R. Knight (2007:150-151) menyatakan bahwa “Para

subjek didik adalah mahkluk dinamis yang secara alamiah berkeinginan untuk

belajar dan akan belajar jika mereka tidak dibuat frustasi”. Seperti yang

diketahui proses pembelajaran dikelas siswa tidak hanya mendengarkan dan

mencatat apa yang di jelaskan guru karena sudah tidak sesuai dengan
3

perkembangan zaman serta siswa tidak bersifat pasif yang hanya mendapatkan

informasi. Proses belajar yang monoton seperti halnya siswa hanya

mendengarkan dan mencontoh apa yang guru berikan bukan lagi hal yang akan

membuat sukses dalam proses pembelajaran namun hal seperti itu akan

membuat siswa kesulitan ketika menemukan situasi lain dengan kondisi lain

diluar konteks yang diajarkan, maka hal tersebut yang sering memicu

anggapan bahwa matematika itu sulit dan mengakibatkan hilangnya motivasi

dalam belajar matematika. Anggapan sulit yang diutarakan oleh siswa

merupakan sikap yang menggambarkan bahwa proses pembelajaran dikelas

belum bermakna.

Perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan di era sekarang ini,

membuat banyak ragam pilihan terhadap strategi dalam proses pembelajaran

salah satunya adalah model Cooperatif Learning tipe Think Talk Write (TTW),

yaitu “strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis

bahasa tersebut dengan lancar” (Mifttahul Huda, 2015:218). Model

pembelajaran TTW terdiri dari tiga tahapan yaitu, Think, yang berarti siswa

berpikir untuk memahami suatu permasalahan, Talk, yang berarti siswa

menkomunikasikan apa yang dipikirkannya, dan Write, yang berarti siswa

menulis dari hasil dan kesimpulan dari tahap pertama dan kedua. Menurut

Silver dan Smith dikutip dari buku Miftahul Huda: Silver dan Smith (dalam

Miftahul Huda, 2015: 219), menyatakan bahwa:

“Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan


penggunaan strategi Think Talk Write adalah mengajukan dan
menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif
berpikir, mendorong dan menyimak ide-ide yang dikemukakan siswa
4

secara lisan dan tertulis dengan hati-hati mempertimbangkan dan


memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi,
seta memonitor, menilai, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi
secara aktif”.

Hasil studi pendahuluan dan wawancara terhadap guru serta siswa

tentang proses pembelajaran matematika di SDN Jatiserang I terdapat

beberapa permasalahan yang diantaranya, siswa kesulitan dan lamban dalam

memahami suatu konsep matematika yang disampaikan guru, siswa mengeluh

dan siswa menganggap pembelajaran matematika tidak menyenangkan karena

proses pembelajaran yang kurang bervariatif. Anggapan sulit dan keluhan

siswa dalam suatu proses pembelajaran merupakan hal yang menghilangkan

motivasi siswa dalam proses belajar baik disekolah maupun diluar jam

sekolah.

Semua permasalahan yang muncul dimata peneliti merupakan hal yang

harus segera dipecahkan maka dari itu berdasarkan uraian diatas peneliti

berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul

Penggunaan Model Cooperatif Learning Tipe Think Talk Write (TTW)

Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pada Siswa

Kelas V SD Negeri Jatiserang I Kecamatan Panyingkiran Kabupaten

Majalengka Tahun Ajaran 2016/2017 ). Pemilihan Model Think Talk Write

(TTW) dalam penelitian ini yaitu diharapkan siswa lebih termotivasi dan aktif

dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep

pada mata pelajaran matematika.


5

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas teridentifikasi beberapa

permasalahan diantaranya :

1. Kurang bervariasinya proses pembelajaran matematika.

2. Siswa kesulitan dan lamban dalam memahami suatu konsep matematika.

3. Kebiasaan siswa mengeluh dan menganggap pembelajaran matematika

sulit dan tidak menyenangkan.

4. Hilangnya motivasi siswa dalam proses belajar baik disekolah maupun

diluar jam sekolah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan suatu

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model Cooperatif Learning tipe Think Talk Write

(TTW) pada mata pelajaran Matematika dikelas V SDN Jatiserang I ?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep matematika siswa setelah

penggunaa model Cooperatif Learning tipe Think Talk Write (TTW)

dikelas V SDN Jatiserang I ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran matematika dikelas V SDN

Jatiserang I setelah menggunakan model Cooperatif Learning tipe Think

Talk Write (TTW).


6

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep

matematika setelah penggunaa model Cooperatif Learning tipe Think Talk

Write (TTW) dikelas V SDN Jatiserang I.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki manfaat yang cukup besar,

baik bagi guru, pembelajaran maupun bagi sekolah karena menurut Raka Joni,

Kardiawarman, dan Hadisubroto dikutip dari buku Igak Wardhani dan

Kuswaya Wihardit (dalam Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit, 2010:1.25)

tujuan PTK adalah “memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir

memperbaiki belajar siswa”.

1. Manfaat bagi guru

Bagi guru manfaat dari penelitian ini diantaranya:

a. Menjadikan pengalaman untuk memperbaiki pembelajaran karena

adanya peningkatan kualitas dari proses pembelajaran yang dikelola.

b. Memacu motivasi guru-guru lainnya untuk melakukan Penelitian

Tindakan Kelas.

c. Dengan melakukan PTK dapat mengembangkan profesionalisme guru

karena dapat menunjuka proses perbaikan terhadap kelas yang

dikelolanya.

d. Guru lebih percaya diri karena dapat mengembangkan alternatif untuk

mengatasi kelemahan yang ada dalam kelas yang dikelolanya.

e. Guru berkontribusi dalam mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan dalam memperbaiki pembelajaran.


7

2. Manfaat bagi siswa

Bagi siswa manfaat dari penelitian ini yaitu:

a. Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru karena dengan

PTK guru akan selalu kritis terhadap hasil belajar siswa.

b. Pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat meningkat.

c. Menumbuhkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran

matematika.

d. Menjadikan matematika mata pelajaran yang tidak lagi dianggap

kurang menyenangkan dan membosankan.

3. Manfaat bagi Sekolah

Penelitian Tindakan Kelas akan mendorong perkembangan bagi

sekolah secara menyeluruh dan memberikan hal yang positif terhadap

kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan

profesionalisme guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta

adanya iklim pendidikan yang kondusif di sekolah.

G. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Matematika

Matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006

(KTSP) dinyatakan sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin

ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika

dipandang sebagai suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa,

namun pada hakekatnya merupakan suatu ilmu dengan cara bernalar secara
8

deduktif formal dan abstrak.

Matematika, menurut Ruseffendi dari buku yang ditulis Heruman:

Ruseffendi (dalam Heruman,2010:01) menyatakan bahwa matematika

adalah “Bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian

secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang

terorganisasi”. Sedangkan menurut Herman Hudjojo (2012:107)

matematika merupakan “suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah

bentuk-bentuk, sruktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan

diantara hal-hal itu”. Dari pendapat diatas jelas bahwa matematika

merupakan sebuah konsep abstrak dengan bahasa simbol dan adanya

struktur serta hubungan di dalamnya.

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap

sulit karena banyak siswa yang mengeluh dan hilangnya motivasi dalam

belajar matematika, hal tersebut merupakan bentuk penolakan dari siswa

terhadap proses pembelajaran karena ketidak sukaan siswa terhadap proses

pembelajarannya maupun terhadap mata pelajarannya. Disini lah perlu

suatu perubahan yang mendasar terhadap proses pembelajaran dikelas agar

siswa dapat termotivasi dan tidak menolak suatu proses pembelajaran

matematika.

Pembelajaran matematika dikelas hendaklah dipersiapkan dengan

sebaik mungkin karena dalam mengajarkan matematika diperlukan suatu

cara untuk menggambarkan konsep abstrak agar mudah dipahami siswa

karena pada hakekatnya matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-


9

struktur, dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik, jadi

matematika akan selalu berhubungan dengan konsep-konsep abstrak. Salah

satu materi matematika yang diajarkan dikelas lima yaitu tentang geometri

dan pengukuran pada standar kompetensi menghitung luas bangun datar

sederhana dan mengunakannya dalam pemecahan masalah dan kompetensi

dasarnya menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar.

2. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman Konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan

konsep, Menurut Sumarno yang dikutip dari jurnal penelitian Nila K:

Sumarno (dalam Nila K, 2008:230) menyatakan bahwa Pemahaman

diartikan dari kata “Understanding”. Maka dari itu derajat pemahaman

siswa dapat ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur,

atau fakta yang dipahami secara menyeluruh. Sedangkan Konsep dapat

diartikan sebagai ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan

sekumpulan objek (Depdiknas, 2003:18).

Pemahaman konsep matematika dapat diartikan sebagai derajat

pemahaman dari ide abstrak yang berkaitan dengan gagasan, prosedur atau

fakta matematika. Sedangkan dalam Depdiknas (2003:2) mengungkapkan

bahwa “Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau

kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar

matematika”. Kecakapan yang dimaksud yaitu kecakapan dalam

menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengklasipikasikan konsep

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.


10

Dalam suatu proses pembelajaran matematika, pemahaman konsep

merupakan hal yang penting karena merupakan landasan berpikir dalam

pemecahan masalah matematika. Adapun indikator dalam pemahaman

konsep matematika menurut kurikulum 2006, yaitu:

a. Mendefinisikan konsep,

b. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,

c. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep,

d. Menyajikan konsep dari berbagai bentuk referensi matematika,

e. Memahami bagaimana ide-ide matematika saling berkaitan satu sama

lainnya, dan

f. Menggunakan matematika dalam dalam konteks diluar matematika.

3. Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Think Talk Write

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para

ahli dengan persamaan dan perbedaannya. Dari berbagai teori yang ada

memiliki prinsip yang berkaitan dengan motivasi, keaktifan,

keterlibatan/pengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan

serta perbedaan indVidu karena guru harus memahami bahwa kemampuan

setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi suatu mata

pelajaran. Guru hendaknya dapat memilih suatu proses perencanaan

pembelajaran yang dapat menyajikan proses pembelajaran yang efektif dan

efisien sesuai dengan pola pikir siswa dan juga kurikulum yang berlaku.

Salah satu model pembelajaran yang efektif dan efisien adalah model

Cooperatif Learning tipe Think Talk Write.


11

Model pembelajaran Cooperatif Learning tipe “Think Talk Write

adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan

menulis bahasa tersebut dengan lancar” (Miftahul Huda, 2014:218).

Strategi ini mendorong siswa untuk berpikir, berpikir dan kemudian

menuliskan apa yang dipahami, secara sederhana strategi ini membolehkan

siswa aktif untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum

menuliskan apa yang dipahaminya. Strategi ini didasarkan pada

pemahaman bahwa belajar adalah bagian dari prilaku sosial.

Dalam Buku yang ditulis Miftahul Huda (2014:218) menyatakan

bahwa, Strategi Think Talk Write memiliki tiga sintak, yaitu think

(berpikir), talk (berbicaraberdiskusi), dan write (menulis). Tahapan dalam

sintak tersebut sesuai dengan nama strategi ini, berikut tiga tahapan

tersebut:

a) Tahap 1 : Think, Pada tahap pertama, siswa memulai kegiatan dengan

membaca suatu permasalahan atau informasi dapat pula berupa soal,

kemudian siswa secara indVidu memikirkan suatu penyelesaian

permasalahan yang ada, membuat catatan kecil dan hal-hal yang tidak

dipahami dengan bahasa sendiri.

b) Tahap 2 : Talk, Pada tahap kedua, siswa diperkenankan untuk

membicarakan atau mendiskusikan hasil yang ditemukan dan

dipikirkannya dengan rekannya selain itu dapat pula merefleksi hasil

yang dipikirkan kemudian mengkomunikasikan kepada orang lain.


12

c) Tahap 3 : Write, Pada tahap ini siswa menuliskan ide-ide yang

diperolehnya yang terdiri atas landasan konsep yang digunakan,

keterkaiatan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian dan

solusi yang diperoleh.

Kegiatan pembelajaran yang ada dalam sintak tersebut memicu siswa

untuk bekerja secara aktif, sebagaimana yang diungkapkan Silver dan

Smith dalam buku miftahul huda: Silver dan Smith (dalam Miftahul Huda,

2014:219), tentang peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan

penggunaan strategi Think Talk Write adalah:

Guru mengajukan dan menyediakan tugas yang


memungkinkan siswa terlibat secara aktif berppikir, mendorong
dan menyimak ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan
dan tertulis dengan hati-hati, mempertimbangkan dan memberi
informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta
memonitor, menilai, dan mendorong siswa berpartisipasi secara
aktif.

Pada akhirnya dalam kegiatan ini siswa dapat merefleksi dan

membuat kesimpulan atas materi yang dipelajarinya secara bersama dan

menetapkan suatu kesepakatan didalamnya.

H. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. PTK Indah Indriyani (2015)

Indah Indriyani (2015) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul

“Penerapan Model Think Talk Write (TTW) Dengan Media Bangun Datar

Dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Sifat-Sifat Bangun

Datar Pada Siswa Kelas V SDN 2 Jatisari”. Penelitian ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif yang dilaksanakan dalam tiga


13

siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Jatisari tahun

ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan

model model Think Talk Write (TTW) dengan media bangun datar dalam

peningkatan pembelajaran matematika di kelas V SDN 2 Jatisari tahun

ajaran 2014/2015 diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model

pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan media bangun datar dapat

meningkatkan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar

terlihat dari hasil persentase ketuntasan pembelajaran matematika pada

siklus I yang mencapai rerata 75,86 atau 61,03%, pada siklus II meningkat

menjadi rerata 79,67 atau 85%, dan pada siklus III meningkat menjadi

rerata 82,82 atau 91,38%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

persentase ketuntasan pembelajaran matematika mengalami peningkatan

dari siklus I sampai siklus III.

2. PTK Amaliya (2015)

Amaliya (2015) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul

“Penerapan Model Think Talk Write menggunakan Mind Map untuk

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Sifat-Sifat Bangun Datar

dan Bangun Ruang Siswa Kelas V SD 5 Puyoh”. Hasil yang diperoleh dari

penelitian tindakan kelas tersebut meliputi keterampilan guru pengelolaan

pembelajaran matematika dengan menerapkan model Think Talk Write

menggunakan Mind Map pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,8 dan
14

meningkat menjadi 3,4 pada siklus II dengan kategori sangat baik.

Prestasi belajar siswa dilihat dari ranah kognitif siswa tuntas

dengan presentase siklus I sebesar 66,66% dan mengalami peningkatan

pada siklus II menjadi 85,71%. Sedangkan kemampuan afektif siswa pada

siklus I mendapat skor rata-rata 2,5 dengan kriteria penilaian cukup baik

kemudian meningkat pada siklus II mendapat skor rata-rata 3,15 dengan

kriteria penilaian baik. Sementara itu, nilai kemampuan psikomotor siswa

pada siklus I mendapat skor rata-rata 2,6 dengan kriteria penilaian baik

kemudian meningkat pada siklus II mendapat skor rata-rata 3,35 dengan

kriteria penilaian sangat baik.

Simpulan dari hasil penelitian tersebut yaitu menerangkan bahwa

penerapan model Think Talk Write menggunakan Mind Map dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SD 5 Puyoh. Untuk itu

disarankan dalam penerapan model Think Talk Write menggunakan Mind

Map, guru hendaknya sering mengadakan pembelajaran dengan

pendekatan pemahaman siswa dan membagi siswa dalam kelompok

diskusi sehingga dapat lebih mendorong dan meningkatkan interaksi di

dalam kelas.

3. Novi Nur Alviyani

Novi Nur Alviyani dalam jurnal penelitiannya yang berjudul

“Penggunaaan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Think Talk

Write dengan Media Benda Konkret dalam Peningkatan Keterampilan

Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Kelas V”. Penelitian ini


15

bertujuan meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita siswa

kelas V SD. Subjek penelitian ini siswa kelas V SDN 5 Kebumen

sebanyak 27 siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam tiga

siklus. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi dan wawancara.

Validitas data menggunakan triangulasi data dan sumber. Analisis data

dilakukan melalui analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian

menunjukkan penggunaan model Cooperatif Learning tipe TTW dengan

media benda konkret dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan

soal cerita, terbukti dari data peningkatan hasil belajar siswa yang

ketuntasan siswa pada siklus II meningkat dari 82,61% menjadi 84%.

Siklus III mengalami peningkatan dari 84% menjadi 88,46%.

I. Hipotesis Tindakan

“Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah penelitian yang

kebenarannya akan diuji dalam penelitian. Hipotesis bersifat logis dan rasional

berdasarkan kajian awal dan teori yang relevan dengan masalah penelitian”

Musfiqon (2012:47). hipotesis masih merupakan dugaan, belum merupakan

pembenaran atas jawaban masalah penelitian namun hal tersebut perlulah

untuk dirumuskan karena hipotesis dianggap sebagai jawaban yang akan kita

cari atau tuju dalam penelitian .

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas peneliti dapat merumuskan hipotesis

tindakan dari penelitian tindakan kelas ini yaitu Model Cooperatif Learning

Tipe Think Talk Write dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika di

Kelas V SDN Jatiserang I.


16

J. Metodologi

1. Setting Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu tujuh bulan

dimulai sejak bulan Maret sampai dengan bulan September 2016.

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini berlokasi di SD Negeri Jatiserang I, terletak

di Jalan Perwira, Desa Jatiserang, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten

Majalengka. Pemelihan tempat di SDN Jatiserang I karena penulis

menemukan permasalahan sebagai berikut:

1) Siswa kesulitan dan lamban memahami suatu konsep matematika.

2) Kebiasaan dan lamban dalam memahami suatu konsep matematika.

3) Hilangnya motivasi dalam proses belajar baik disekolah maupun

diluar jam sekolah.

4) Kurang bervariasinya proses pembelajaran matematika.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Jatiserang I

Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka dengan jumlah siswa

sebanyak 22 orang siswa, yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 12

orang siswa perempuan.


17

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini akan diperoleh dari siswa dan guru

yang meliputi data primer berupa nilai hasil tes evaluasi, observasi,

dokumentasi dan sumber data sekunder yaitu data berbentuk dokumen

seperti daftar absen kelas, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), serta

data berbentuk dokumen lainnya sebagai penguat dari sumber data

penelitian yang akan dilaksanakan.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2014:305) menyatakan bahwa “…,terdapat dua

hal yang mempengaruhi kualitas dari penelitian yaitu kualitas instrument

penelitian, dan kualias pengumpulan data”. Berikut adalah teknik dan alat

dalam pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini :

a. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

diantaranya meliputi Tes, Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.

1) Tes, Tes merupakan alat yang berbentuk latihan yang akan

digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa.

2) Observasi Terfokus, Observasi merupakan teknik pengumpulan

data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang

berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi yang terfokus

pada peningkatan pemahaman konsep matematika.

3) Dokumentasi, digunakan untuk meengkapi data dalam proses

penelitian
18

b. Alat pengumpul data

1) Butir Soal, Tes yang digunakan adalah berupa tertulis berupa

butiran soal dengan tujuan unutk mengetahui aspek kognitif siswa

pada pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran.

2) Lembar Observasi Guru, Alat pengumpul data yang digunakan

yaitu daftar cek lis untuk mengobservasi aktifitas guru.

3) Lembar Observasi Siswa, Alat pengumpul data yang digunakan

yaitu menggunakan daftar cek lis untuk mengobservasi aktifitas

siswa.

4) Dokumen, Alat pengumpul data untuk dokumentasi berupa foto-

foto kegiatan saat penelitian berlangsung dan catatan harian.

5. Prosedur Penelitian

a. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Menurut Daryanto (2012:3) “Penelitian

Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam

kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kualitas pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat di

tingkatkan”.

Penelitian Tindakan Kelas berfokus pada kelas dan proses

pembelajaran yang terjadi untuk meningkatkan mutu pembelajaran,

tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan


19

permasalahan nyata yang terjadi di kelas serta untuk meningkatkan

kinerja guru dalam proses pembelajaran.

b. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan menggunakan pendekata kualitatif dan bersifat kolaboratif

dengan guru kelas V SD Negeri Jatiserang I. Desain penelitian yang

akan digunakan yaitu mengacu pada desain yang dikembangkan oleh

John Elliot. Ide dasar dari pengambilan model John Elliot ini adalah

dasar dari permasalahan yang dihadapi guru dalam proses

pembelajaran sehari-hari dikelas kemudian merumuskan sebuah

rancangan dalam pelaksanaan penelitian yang dimulai dari adanya

sebuah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi

yang berada dalam satu siklus sedangkan untuk proses pelaksanaannya

direncanakan dalam tiga siklus.

Peneliti memilih desain penelitian model John Elliot karena

peneliti menganggap desain tersebut lebih menggambarkan proses

penelitian secara terperinci walaupun waktu yang ditempuh dan proses

yang akan ditembuh lebih rumit dari desain yang di gambarkan

Kemmis dan Taggart seperti yang dikutip dari sebuah skripsi Dini

Oktavia (2013:31) yang menerangkan bahwa “John Elliot mengadopsi

spiral Kemmis dan Taggart namun desainnya dibuat sedikit lebih

rumit. Berikut ini adalah bagan desain Penelitian Tindakan Kelas yang

dikembangkan oleh John Elliot tersebut :


20

Survei
(Penemuan Fakta
dan Analisis

S
Perencanaan
I Implementasi
Umum
K Tindakan
L Tindakan 1, 2, 3
U
S
Memonitor
1
Implementasi dan
Pengaruhnya

Peninjauan Ulang Revisi Ide Umum

Perencanaan yang
diubah Implementasi
S Tindakan
Tindakan 1, 2, 3
I
K
L Memonitor
U Implementasi dan
S Pengaruhnya
2
Revisi Ide
Peninjauan Ulang
Umum

Perencanaan
yang diubah Implementasi
S Tindakan
Tindakan 1, 2, 3
I
K
L Memonitor
U Implementasi
S dan Pengaruhnya
3
Pembahasan
akhir dan
mengambil
kesimpulan dari
penelitian

Gambar 1. Desain PTK John Elliot dalam Hopkins (Dini Oktavianti, 2013:31)
21

Setelah Observasi awal dilaksanakan kemudian mendiskusikan maksud

dan tujuan penelitian yang akan dilakukan bersama guru dan kepala sekolah,

seperti yang diuraikan dalam bagan diatas yaitu bagan PTK yang dikembangkan

John Elliot, secara garis besar akan dilaksanakan dalam empat tahap di setiap

siklusnya, berikut penjelasan empat tahapan tersebut menurut Kasihani Kasbolah

dan I Wayan Sukarnyana (2012:40-42)

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam penelitian ini akan disusun berdasarkan

permasalahan yang akan dipecahkan berdasarkan hipotesis tindakan yang

ada. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan direncanakan dengan

menentukan titik atau focus terhadap hal yang akan diperbaiki kemudian di

buat suatu instrument sebagai alat untuk mengumpulkan data selama

penelitian berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan yang

telah disusun sebelumnya. Peneliti akan melaksanakan tindakan sesuai

dengan apa yang telah dirumuskan dalam perencanaan.

3. Observasi

Observasi atau pengumpulna data dalam penelitian tindakan kelas

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, peneliti mengamati

dan mencatat hal-hal yang masih kurang dan harus diperbaiki pada siklus

berikutnya.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan dimana semua informasi yang diperoleh

dalam satu siklus dikaji dan dipahami serta dikaitkan dengan teori atau
22

hasil penelitian yang relevan untuk mendapatkan sebuah kesimpulan dari

pelaksanaan satu siklus dan akan memutuskan bahwa penelitian tersebut

perllu diperbaiki atau sudah berhasil memperbaiki kekurangan yang ada.

K. Validasi Data

Penulis dalam melakukan validasi data terhadap data yang didapatkan

menggunakan Tringaluasi, Member Check, dan Auditrail.

1. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang ada” (Sugiyono, 2008:330). Peneliti menggunakan observasi

terfokus, wawancara tak terstruktur dan dokumentasi untuk sumber data

yang sama secara serentak.

2. Member check dilakukan dengan meninjau kembali keteranga-keterangan

atau data. Penulis mengemukakan hasil temuan sementara untuk

memperoleh tanggapan, sanggahan, atau informasi tambahan baik dari

guru maupun siswa. Sehingga terjaring data yang benar dan memiliki

derajat validitas yang tinggi.

3. Kegiatan Auditrail mengecek kebenaran prosedur dan metode

pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan pembimbing

dan teman sejawat yang memiliki kemampuan dan kemahiran berkaitan

dengan penelitian PTK yang dilakukan.


23

L. Analisis Data

Data yang didapat dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan

kualitatif, kemudian semua data yang didapat akan di deskripsikan kedalam

bentuk presentase. Data kuantitatif akan diperoleh dari hasil tes sedangkan

data kualitatif akan didapatkan dari hasil observasi yang akan dilaksanakan

dalam penelitian ini. Siswa dikatakan tuntas jika mendapat nilai 65 yaitu nilai

yang sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan untuk data

kualitatif akan diperoleh dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran

yang akan dilaksanakan. Adapun analisis data yang akan dilaksanakan dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Hasil Tes akan dianalisis dengan cara:

a. Mencari Nilai

b. Menghitung tingkat keberhasilan proses pembelajaran

Keterangan :

P = Presentase hasil belajar

∑n = Jumlah siswa yang tuntas belajar

∑N = Jumlah seluruh siswa


24

2. Hasil Observasi akan dianalisis dengan cara:

Skor pada setiap aspek dijumlahkan sehingga skor akhir yang

kemudian diinterprestasikan berdasarkan lima kriteria sebagai berikut:

 Baik Sekali = 81%-100%

 Baik = 61%-80%

 Cukup = 41%-60%

 Kurang = 21%-40%

 Kurang Sekali = 0%-20%

M. Jadwal Penelitian

Waktu penelitian yang akan ditempuh yaitu selama tujuh bulan, terhitung

dari bulan Maret sampai bulan September 2016. Agar kegiatan penelitian ini

terarah dan tersusun dengan baik dan memiliki acuan serta pedoman dalam

pelaksanaanya maka penulis dengan ini akan menggambarkan rencana

kegiatan pelaksanaan penelitian dengan rincian sebagai berikut :


25

Tabel 1. Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian.


Waktu Pelaksanaan (Bulan)

September
Agustus
Maret

April

Juni
Mei

Juli
No Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pendahuluan
2 Pengajuan Judul
3 Penyusunan Proposal
4 Revisi Proposal
5 Seminar Proposal
6 Persiapan Penelitian
7 Penyusunan Instrumen
8 Tindakan Siklus I
9 Tindakan Siklus II
10 Tindakan Siklus III
11 Pengelolaan Data
12 Penyusunan Laporan

N. Daftar Pustaka

Abdul, K. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Grup.

Alviyani, N.N. (2015). “Penggunaaan Model Pembelajaran Cooperatif


Learning Tipe Think Talk Write dengan Media Benda Konkret dalam
Peningkatan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di
Kelas V”. hlm 1-6.

Amaliya. (2015). Penerapan Model Think Talk Write menggunakan Mind Map
untuk Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Sifat-Sifat
Bangun Datar dan Bangun Ruang Siswa Kelas V SD 5 Puyoh. Skripsi
pada FKIP UnVersitas Muria: tidak diterbitkan.

Danim, S. (2010). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Daryanto.(2012). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.


Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


26

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. (2013). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka


Cipta.

Hasbullah. (2013). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo


Persada.

Heruman. (2010). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: Rosda.

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Hudjojo, H. (2012). Pengembang Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.


Malang: UM Press.

Indriyani, I. (2015). “Penerapan Model Think Talk Write (TTW) Dengan


Media Bangun Datar Dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika
Tentang Sifat-Sifat Bangun Datar Pada Siswa Kelas V SDN 2 Jatisari”.
3. (2.1) hlm 148-153.

Knight, G.R. (2007). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media.

Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan,


Jakarta: Prestasi Pustaka

Nila Kesumawati. (2008). “Pemahaman Konsep Matematika dalam


Pembelajaran Matematika”. (2), hlm 229-235.

Oktavia, D. (2013). Penerapan Model CooperatVe Learning Tipe Student


Team Achievement Dvision (STAD) Dalam Pembelajaran Matematika
Materi Bangun Ruang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi
pada FKIP UPI: Repository.upi.edu.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Suharjono, dan Supardi.(2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:


Bumi Aksara.

Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika.


Jakarta: Leuser Citra Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai