Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMERIKSAAN KIMIA DARAH


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik 3
Dosen Mata Kuliah : Ns. Herdiman, S. Kep., M. Kep.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Abdullah Patty 1211001
Ade Tita Rosita Destianti 1211002
Asri Nuraeni 1211003
Bilqisthi Adinda Umar 1211004
Candra Permana 1211005
Candra Utama 1211006
Caska Adiansyah 1211007
Corrysa Febia Lestari 1211008
Dede Lukman 1211009
Deva Nursilawati 1211010
Dian Anisya Ramdhani 1211011
Djeni Mustiawati 1211012

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


STIKEP PPNI KOTA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Kimia Darah Pada
Pasien Sirosis Hepatis”.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak
akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka
dengan tulus kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
judul makalah ini.

 
Bandung, November 2021

Penyusun,
Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar.......................................................................................................3
2.2 Tujuan Pemeriksaan.............................................................................................8
2.4 Implikasi Keperawatan........................................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, uin, sputum (ludah
dan dahak), cairan otak, ginjal, sekret-sekret yang dikelurakan. Pemeriksaan laboratorium yang
berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin, atau cairan tubuh lain. Terdapat
banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati,
otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula
dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakan diagnosis anemi
(Anonim, 2012).
Pemeriksaan lemak darah meliputi kadar kolesterol toral, trigliserida, HDL, dan LDL
kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada
pembuluh darah seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan
pembuluh darah jantung, pasien dengan diabetes milletus (DM) dan hipertensi serta pasien
dengan keluarga yang menunjukan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah
ini, sebaiknya berpuasa selama 12-14 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum yang
diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserida sebaiknay pemeriksaan diulang
setelah berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol
total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu dikenal pemerikasaan
lipoprotein bila meningkat dapat merupakan faktor resiko terjadinya penyakit  jantung koroner
(Anonim, 2012).
Maksud percobaan adalah untuk mengetahui kelainan pada darah dengan bertujuan untuk
mengetahui unsur-unsur yang ada di dalam darah atau komponen-komponen darah.
Prinsip percobaan adalah berdasarkan alat strip yang digunakan kemudian diteteskan darah yang
tersedia dan di baca pada alat glukometer.

1.2 Tujuan Penulisan


 1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu
12.1 Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar kimia darah.

3
 Mahasiswa mampu memahami tujuan pemeriksaan kimia darah.
 Mahasiswa mampu memahami implikasi keperawatan dalam pemeriksaan kimia
darah

1.3 Rumusan Masalah


1) Bagaimana konsep kimia darah?
2) Apa tujuan pemeriksaan kimia darah?
3) Apa implikasi keperawatan dalam pemeriksaan kimia darah?

1.4 Manfaat Penulisan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar


A. Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibuthkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan- bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo atau
hemato yang berasala dari bahasa Yunani “haima” yang berarti darah.

B. Kimia
Kimia adalah cabang dari ilmu fisik yang mempelajari tentang susunan struktur, sifat,
dan perubahan materi. Ilmu kimia meliputi topik-topik seperti sifat-sifat umum dari atom,
cara atom membentuk ikatan kimia untuk menghasilkan senyawa kimia, iteraksi zat-zat
melalui gaya antar molekul yang menghaslkan sifat-sifat umum dari materi dan interaksi
antar gaya zat melalui reaksi kimia untuk membentuk zat-zat yang berbeda.
Kimia kadang-kadang disebut sebagai ilmu pengetahuan pusat karena menjembatani
ilmu-ilmu pengetahuan alam, termasuk fisika, geologi dan biologi.

C. Kimia Darah
Tes kimia adalah tes darah yang mengukur tingkat beberapa zat dalam darah
(seperti elektrolit). Tes kimia akan menunjukkan kesehatan umum seseorang,
membantu melihat masalah-masalah tertentu, dan mencari tahu apakah pengobatan
ntuk masalah spesifik yang sedang seseorang alami bekerja dengan baik.

D. Sirosis Hepatis
E.
F.

1. Glukosa Darah

5
Glukosa adalah bahan bakar karbohidrat utama yang ditemukan dalam darah,
dan bagi banyak organ tubuh, glukosa merupakan bahan bakar primer. Glukosa
diangkut dalam plasma menuju seluruh bagian tubuh. Pada beberapa daerah di
tubuh, glukosa ditarik menyeberangi bantalan kapiler (capillary beds) dan
langsung digunakan sebagai sumber energi. Pada daerah-daerah lain, glukosa
diambil dan disimpan sebagai glikogen atau dikonversi menjadi senyawa-
senyawa intermedict berenergi tinggi semacam asam lemak (Geoge H. Fried,
2005).
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula darah dianjurkan dilakukan
setiap tahun bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun. Lebih awal lagi bagi
wanita dengan faktor resiko tinggi, misalnya yang memiliki riwayat keluarga
penderita diabetes dan pengidap kelebihan berat badan (Lanny Sustrani, 2006).
Setelah makan makanan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah meningkat dari
kadar puasa sekitar 80-100 mg/dL (~5 mM) ke kadar sekitar 120-140 mg/dL
(8mM) dalam periode 30 menit sampai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah
kemudian mulai menurun, kembali kerentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam
setelah makan. Harus dicurigai adanya diabetes milletus (DM) apabila kadar
glukosa plasma vena yang diambil tanpa memandang kapan saat makan terakhir
(sampel “acak/sewaktu” glikosa darah) “jelas meningkat” (yaitu ≥ 200 mg/dL),
terutama pada penderita yang memperhatikan tanda dan gejala klasik dari
hiperglikemia kronik (polidipsia, poliuria, penglihatan kabur, nyeri kepala,
penurunan berat badan yang cepat, kadang-kadang disertai mual dan muntah).
Untuk memastikan diagnosis tersebut, penderita berpuasa satu malam (10-16
jam), dan pengukuran gula darah harus diulang. Nilai yang berkurang dari 115
mg/dL dianggap normal. Nilai yang lebih besar daripada 140 mg/dL
mengisyaratkan diabetes milletus (DM). Harus dilakukan pengukuran
hemoglobin terglikosilasi untuk menentukan tingkat hiperglikemia selama 4-8
minggu terakhir. Nilai glukosa darah antara 115 mg/dL dan 140 mg/dL adalah
perbatasan (borderline), dan harus dilakukan pemeriksaan lebih lanut untuk
menentukan apakah individu ini mengidap gangguan toleransi glukosa (GTG)
atau diabetes milletus (Marks Dawn B, 2000).

2. Kolesterol total
Kolesterol merupakan molekul yang amfifilik karena memiliki gugus

6
hidroksil yang bersifat polar, tetapi memberikan sifat yang lebih kaku pada
membran sel dari pada lipid membran yang lainnya, kolesterol sendiri tidak larut
dalam darah, untuk itu perlu berikatan dengan pengangkutnya yaitu lipoprotein,
yaitu low-density lipoprotein (LDL) atau dikenal dengan lemak “jahat” dan high-
density lipoprotein (HDL) yang dikenal dengan lemak ”baik”. Kolesteril
merupakan molekul yang penting dalam menentukan membran. Selain itu,
kolesterol juga bermanfaat sebagai prekursor dari metabolisme hormon steroid,
yaitu suatu substansi yang mengatur berbagai macam fungsi fisiologis, misalnya
perkembangan seksual dan metabolisma karbohidrat.
Berdasarkan penjabaran tersebut diketahui bahwa kolesterol memiliki peran
penting bagi makhluk hidup. Meskipun demikian, kadar kolesterol yang terdapat
pada darah harus dalam jumlah yang tepat. Kolesterol dalam darah tidak boleh
berada dalam jumlah/kadar yang tinggi, karena ini dapat menyebabkan penyakit
hiperkolesterolimia , atau lebih dikenal oleh masyarakat dengan penyakit
kolesterol tinggi. Orang yang memiliki kadar kolesterol terlalu tinggi pada darah
memiliki resiko yang tinggi terkena penyakit jantung koroner maupun stroke.
Lipoprotein merupakan ikatan dari beberapa kolesterol. Kolesterol bersifat tidak
larut dalam air sehingga diperlukan suatu alat transportasi untuk beredar dalam
darah yaitu apoprotein yang merupakan salah satu jenis protein. Kolesterol akan
membentuk kompleks dengan apoprotein sehingga membentuk suatu ikatan yang
disebut lipoprotein.

Lipoprotein ini dibagi menjadi 4 jenis :


a. Kilomikron : komponen utamanya adalah trigliserida (85-90%) dan kolesterolnya
hanya 6%. Fungsinya mentransfer lemak dari usus dan tidak berpengaruh dalam
proses arteriosklirosis.
b. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) : Pre Beta Lipoprotein, terdiri dari
protein (8-10%) dan kolesteril (19%) dibentuk di hati dan sebagian di usus.
Fungsinya mengangkut triasil-gliserol.
c. LDL (Low Density Lipoprotein) : Beta Lipoprotein, terdiri dari protein 20% dan
kolesterol 45%. Fungsinya mentransfer kolesterol dalam darah ke jaringan perifer
dan memegang peranan mentransfer fosfolipid membran sel, dibutuhkan untuk
pembentukan hati dari sisa-sisa VLDL, diambil oleh sel sasaran melalui
endositosis yang diperantarai reseptor.

7
d. HDL (High Density Lipoprotein) : Alpha Lipoprotein, disebut juga Alpha-1-
Lipoprotein dibentuk oleh sel hati dan usus. Fungsing mentraspot kolesterol dari
perifer ke hati dimana zat tersebut dimetabolisasi dan diekskresi (Anonim, 2013).

3. Trigleserida
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang dibawa dalam aliran darah dan
juga merupakan zat yang disimpan di dalam jaringan sebagai hasil dari konversi
sebagian besar jenis lemak di dalam tubuh. Trigliserida yang ada dalam darah
manusia tidak hanya berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi,
melainkan juga dari hasil produksi yang dilakukan sendiri oleh tubuh sebagai
sumber energi. Trigliserida merupakan hasil konversi kalori tidak terpakai dan
disimpan untuk menyediakan cadangan energi bagi tubuh. Hal tersebut
menyebabkan seseorang yang sering mengonsumsi kalori melebihi jumlah yang
dibutuhkan oleh tuubuhnya, akan berisiko memiliki kadar trigliserida tinggi.
Semakin tinggi kadar trigliserida, maka resiko untuk terkena penyakit jantung
dan sindrom metabolik juga berhubungan dengan stroke. Kadar trigliserida dalam
tubuh bisa diketahui melalui tes darah. Berikut ini parameter kadar trigliserida
yang bisa digunakan sebagai acuan kesehatan.
4. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau juga dinamakan AST
( Aspartat Aminotrasferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otaot jantung
dan hati, sementara dalam konstrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan
pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera
seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada
infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai
puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali
setelah 4-6 hari jika terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya
dibandingkan dengan kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase),
LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10
kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama. SGOT/AST serum
umumnya diperiksa secara fotometri atau spetrofotometri, semi otomatis
menggunakan fotometer atau spekrofotometer, atau secara otomatis
mengguanakan chemistry analyzer . Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah laki-
laki: 0- 50 U/L Perempuan 0-35 U/L.

8
5. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Trasaminase)
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Trasaminase) atau juga dinamakan ALT
( Alanin Aminotrasferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel
hati serta efektif untuk mendiagnosis dekstruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam
jumlah yang kecil sering dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada
umumnya nilai tes.
SGPT/ALT lebih tinggi daripada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan
pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa
secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai
rujukan untuk SGPT/ALT pada laki-laki adalah 0-50 U/L sedangkan untuk
perempuan adalah 0-35 U/L.
6. Asam Urat
Pada manusia, asam urat adalah produk akhir metabolism purin. Purin (adenine
dan guanin) merupakan konstituen asam nukleat. Di dalam tubuh, perputaran
purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan penguraian RNA
dan DNA, sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat
dalam jumlah substansial. Asam urat disintesis terutama dalam hati, dalam suatu
reaksi yang dikatalisis oleh xantin oksidase (Sacher Ronald A, 2004).
Pemeriksaan laboratorim untuk memonitor kadar asam urat di dalam darah dan
urin. Pemeriksaan darah diperlukan untuk diagnosa gout, sedangkan pemeriksaan
urin untuk pria antara 2,1 sampai 8,5 mg/dL dan wanita 2,0 sampai 6,6 mg/dL.
Bagi mereka yang lanjut usia, kadar tersebut sedikit lebih tinggi. Rata-rata kadar
normal asam urat adalah 3,0 sampai 7,0 mg/dL. Bila lebih dari 7,0 mg/dL dapat
menyebabkan serangan gout dan dianggap berlebihan. Dan, bila lebih dari 12
mg/dL dapat menyebkan terjadinya batu ginjal (Lanny Sustrani, 2007).
7. Urea (Blood Ureum Nitrogen. BUN)
Urea adalah produk buangan dari hasil pencernaan protein makanan yang
dimakan. Protein mengandung nitrogen yang tidak bisa dicerna tubuh dan harus
dikeluarkan. Sebelum dikeluarkan, nitrogen akan diubah bentuknya menjadi urea
atau juga yang disebut sebagai nitrogen urea. Normalnya, urea akan disaring oleh
ginjal untuk kemudian dikeluarkan bersama urin.
Secara umum, kadar BUN yang normal adalah antara 7-20 mg/dL. Namun
kadar urea darah tiap orang bisa berbeda-beda, tergantung usia dan jenis kelamin:
 Laki-laki dewasa : 8-20 mg/dL

9
 Wanita dewasa : 6-20 mg/dL
 Anak-anak : 5-18 mg/dL

Jika lebih atau kurang biasanya dokter akan menambahkan tes lainnya untuk
melihat gambaran kesehatan ginjal secara keseluruhan. Hasil nilai BUN ini akan
diperngaruhi oleh konsumsi protein, kondisi kehamilan, penuaan, dan juga obat-
obatan yang dikonsumsi.
8. Kreatinin
Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin sebagian besar
dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energi sebagai
keratin fosfat. Dalam sintesis ATP ( Adenisin Tri Phospat) dari ADP ( Adenosin
Diphospat) , kreatin fosfat diubah benjadi kreatin dengan kataliasi enzim keratin
kinase. Sejumlah kecil proses kreatinin diubah secara irreversible menjadi
kreatinin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlaj kreatinin yang
dihasilkan oleh seseorang setara dengan masa otot rangka yang dimiliki (Sacher,
2004).
Kreatinin dalam darah meningkat apabila fungsi renal berkurang, bila
pengurangan fungsi ginjal terjadi lambat dan disampingnya massa otot juga
menyusut secara berangsur-angsur, maka ada kemungkinan kadar kreatinin dalam
darah serum tetap sama meskipun ekskresi per 24 jam kurang dari normal
(Widman, 2009).
Kreatinin punya batasan normal yang sempit. Nilai batasan ini menunjukkan
semakin berkurangnya fungsi ginjal secara pasti. Terdapat ikatan yang jelas
antara bertambahnya nilai kreatinin dengan derajat kerusakan ginjal, sehingga
diketahui pada nilai berapa, perlu dilakukan tindakan cuci darah.

2.2 Tujuan Pemeriksaan

10
2.4 Implikasi Keperawatan
a. Pemeriksaan penunjang dalam menegakan diagnosa keperawatan.
b. Menemukan kemngkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis.
c. Membantu perkembangan penyakit pasien.
d. Screening / uji saring adanya penyakit subsklinis yang mungkin menyertai.
e. Menyediakan informasi prognostik atau perjalanan sebuah penyakit.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tes kimia adalah tes darah yang mengukur tingkat beberapa zat dalam darah (seperti
elektrolit). Tes kimia akan menunjukkan kesehatan umum seseorang, membantu melihat
masalah-masalah tertentu, dan mencari tahu apakah pengobatan ntuk masalah spesifik
yang sedang seseorang alami bekerja dengan baik. Yang termasuk ke dalam tes kimia
darah adalah glukosa darah, kolesterol, trigliserida, SGOT, SGPT, Asam urat, BUN, dan
Kreatinin

3.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa/i keperawatan dapat
memahami serta menambah wawasan tentang pemeriksaan kimia darah. Dan untuk
perawat diharapkan agar meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam
pelaksanaan pemeriksaan kimia darah.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. http://biomedika.co.id/v2/services/laboratoriym/33/pemeriksaan-kimia-
klinik.html Fried, George H dan Hademenos George J. 2005. Biologi. Jakarta:
Erlangga
2. Sacher, A Roland dan Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta: EGC Sustrani, Lanny dkk. 2006. Diabetes. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
3. Sustrani, Lanny. 2007. Asam Urat. Jakarta: Percetakan Kedoktera Dasar
https://hellosehat.com/kesehatan/tes-kesehatan/kimia-darah/
4. https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kadar-urea-darah-kerusakan-ginjal/

13

Anda mungkin juga menyukai