Anda di halaman 1dari 151

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT, hanya berkat


rahmat dan hidayah Allah SWT semata penulis dapat menyusun modul mata
kuliah Ekonomi Pertanian ini. Salawat dan salam semoga tetap dilimpahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW. Modul ini adalah materi kuliah dari mata
kuliah Ekonomi Pertanian untuk mahasiswa program studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Modul mata kuliah ini sangat diperlukan bagi perkuliahan Ekonomi
Pertanian di Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Sesuai dengan judulnya, matakuliah ini mengemukakan materi kegiatan pokok
ekonomi pertanian yang memuat konsep dasar, teori dan aplikasi ekonomi
dalam menyelesaikan permasalahan di bidang pertanian.
Dalam penyusunan modul ini memiliki kekurangan dan kelemahan,
akhirnya kepada bapak/ibu dosen dan para pembaca kiranya dapat
memberikan masukan dan saran untuk lebih baik kedepannya.

Penulis

Team Teaching
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................
I. IDENTITAS.................................................................................
a. Nama Mata kuliah..................................................................
b. Kode Mata kuliah...................................................................
c. Jumlah SKS...........................................................................
d. Nama Dosen/ Team Teaching..............................................
II. PENDAHULUAN........................................................................
a. Deskripsi Mata Kuliah............................................................
b. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah......................................
c. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah..............................
III. PEMBELAJARAN......................................................................
a. Kegiatan Pembelajaran ke 1.................................................
1. Konsep Dasar Ekonomi dan Hubungan Ilmu Ekonomi
dengan Pertanian.............................................................
2. Tujuan Materi Pembelajaran............................................
3. Materi Pembelajaran........................................................
4. Tugas/Latihan..................................................................
5. Evaluasi............................................................................
b. Kegiatan Pembelajaran ke 2.................................................
1. Peran Pertanian dalam Sektor Perekonomian................
2. Tujuan Materi Pembelajaran............................................
3. Materi Pembelajaran........................................................
4. Tugas/Latihan..................................................................
5. Evaluasi............................................................................
IV. PENUTUP................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
I. IDENTITAS

1. Nama mata kuliah : Ekonomi Pertanian


2. Kode mata kuliah : PAE330072
3. Jumlah sks : 2 sks
4. Nama dosen / team teaching : 1. Muhammad Thamrin, S.P., M.Si
2. Juita Rahmadani Manik.,S.P., M.Si
3. Salsabila, S.P., M.P.
II. PENDAHULUAN

A. Deskripsi matakuliah

Mata kuliah Ekonomi Pertanian ini bertujuan untuk melatih mahasiswa


menyusun rencana program penyelesaian masalah di bidang pertanian
berdasarkan analisis ekonomi guna meningkatkan produktivitas pertanian
secara berkelanjutan kepada mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi
Agroteknologi pada semester III. Mata kuliah ini berisi tentang: (1) konsep
dasar ekonomi dan hubungan ilmu ekonomi dengan pertanian, (2) sumberdaya
pertanian, (3) penawaran dan permintaan komoditi pertanian (4) teori produksi
pertanian (5) biaya produksi (6) pemasaran komoditi pertanian, dan (7)
kebijakan dan pembangunan pertanian. Untuk mencapai tujuan dan isi materi
tersebut digunakan metode pembelajaran role playing, problem solving,
problem based learning, discovery learning, small group discussion, simulasi,
dan sebagainya. Penilaian (evaluasi) mencakup tiga aspek, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik.

B. Capaian pembelajaran matakuliah (CPMK)

Mahasiswa mampu menyusun rencana program penyelesaian masalah di


bidang pertanian berdasarkan analisis ekonomi guna meningkatkan
produktivitas pertanian secara berkelanjutan berdasarkan nilai – nilai Al –Islam
dan KeMuhammadiyahan.

C. Sub capaian pembelajaran matakuliah


1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar ekonomi dan hubungan
ilmu ekonomi dengan pertanian.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan peran pertanian dalam sektor
perekonomian dan menganalisis variabel ekonomi terkait dengan
persoalan umum dan terbaru di bidang pertanian secara mandiri dan
bertanggung jawab.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik ekonomi pertanian di
Indonesia
4. Mahasiswa mampu menganalisis dan mengklasifikasikan jenis dan peran
masing – masing sumberdaya di bidang pertanian.
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan faktor – faktor yang
mempengaruhi penawaran dan permintaan komoditi pertanian secara
benar .
6. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai teori produksi pertanian
7. Mahasiswa mampu menganalisis biaya produksi pertanian secara benar,
mandiri dan bertanggung jawab
8. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pemasaran komoditi pertanian
9. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memberikan alternatif solusi terkait
kebijakan pemerintah di bidang produksi, harga dan perdagangan produk
pertanian dengan benar, kolaboratif dan bertanggung jawab.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa indikator penting dari
pembangunan pertanian.
a.
III. Pembelajaran
a. Kegiatan Pembelajaran ke - 1
1) Konsep Ekonomi Pertanian
2) Tujuan Materi Pembelajaran
a) Mahasiswa menjadi lebih tanggap terhadap masalah dalam
pembangunan pertanian dan mampu memberikan sumbang saran
pemikiran dalam ekonomi pertanian. Mahasiswa mampu
menjelaskan dan menentukan formulasi model matematika.
3) Materi Pembelajaran
3.1. Makna Ilmu Ekonomi Pertanian
Apa itu Ekonomi Pertanian, Ekonomi Pertanian adalah suatu
cabang ilmu ekonomi terapan yang mempelajari beberapa hal tentang
bagaimana produsen, konsumen dan masyarakat menggunakan dan
memanfaatkan sumber daya yang langka ini dalam proses produksi,
distribusi, dan konsumsi produk pertanian, terutama pangan dan
sandang. Setelah mempelajari Modul 1 ini, Anda diharapkan mampu
menjelaskan esensi utama dari ekonomi pertanian. Secara khusus,
setelah mempelajari Modul 1 ini, Anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan esensi dari ekonomi pertanian dalam kehidupan sehari-


hari
2. Menjelaskan ruang lingkup ilmu ekonomi, khusus tentang
kelangkaan sumber daya dan pilihan yang harus diambil seorang
manusia.

Kita mulai pembahasan di sini dengan fakta berikut. Di negara


mana pun di dunia, berita tentang pertanian sering menjadi headline dan
hampir selalu menarik minat pembaca dari kalangan masyarakat biasa,
petani, pelajar-mahasiswa, peneliti, aktivis, pengusaha, politisi, pejabat
pemerintah, dan para pemerhati lain yang peduli terhadap pertanian. Di
negara agraris (dan maritim) seperti Indonesia, pangsa sektor pertanian
terhadap perekonomian nasional masih cukup besar (15 persen) dan
tenaga kerja yang terlibat di sektor pertanian juga sangat besar (41
persen). Jadi, dalam modul ini akan lebih banyak dibahas secara
mendalam proses hubungan ekonomi yang melingkupi dan mewarnai
sektor pertanian.

Ekonomi pertanian sebenarnya telah memiliki akar sampai jauh


sejak zaman dahulu kala, ketika sebuah kaum (bangsa) menderita
kelaparan dan sebagian lagi mengalami keberlimpahan pangan, sampai
membawanya atau melakukan perdagangan dengan negara lain, seperti
tercantum pada cerita Kitab Suci masyarakat beragama. Ekonom
pertanian pertama yang tercatat sejarah mungkin adalah Nabi Yusuf,
yang hidup pada masa Mesir Kuno, yang secara brilyan telah mampu
mengelola ketersediaan cadangan pangan untuk mengantisipasi
datangnya masa paceklik. Pada masa kekuasaannya, Khalifah Ummar
bin Khaththab mampu memberikan teladan sebagai pemimpin yang
mendengar langsung penderitaan warganya. Khalifah Umar melakukan
respon cepat dengan membawa sendiri sekarung gandum untuk
memberikan bahan makanan kepada seorang ibu yang sedang
menggodok batu untuk menenangkan anaknya yang terus menangis,
karena tidak memiliki bahan makanan.

Jika ada yang berpendapat bahwa ekonomi pertanian adalah


aplikasi atau penerapan ilmu ekonomi dalam bidang pertanian,
pendapat itu secara teknis memang tidak salah, walau pun dalam arti
yang sempit. Di sana tidak dijelaskan hal-hal yang menyangkut
ekonomi, sosial dan lingkungan hidup, sebagaimana menjadi fokus
pertanian para ekonom pertanian modern saat ini.

Sebelum pembahasan tentang ekonomi berputar terlalu jauh,


dalam modul ini akan diuraikan secara sistematis beberapa hal penting
berikut: ruang lingkup ekonomi dan peran ekonom pertanian atau profesi
ekonomi pertanian secara umum. Pembahasan ini diharapkan mampu
memperjelas mengenai definisi atau makna dari ekonomi pertanian
seperti disebutkan sebagai judul Modul 1 ini.

3.2. RUANG LINGKUP EKONOMI


Ruang lingkup ekonomi yang diuraikan di sini pasti tidak berbeda
dengan penjelasan yang umum dijumpai dalam buku-buku Pengantar
Ilmu Ekonomi, yang seharusnya telah dipahami oleh mereka yang
mengambil BMP Ekonomi Pertanian.Di sini juga dibahas bahwa ilmu
ekonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari penggunaan
sumber daya yang "langka" untuk memenuhi keinginan manusia yang
tidak terbatas.Dengan keterbatasan itulah, maka manusia harus
melakukan "pilihan" untuk memenuhi keinginannya tadi, atau untuk
memaksimumkan kepuasannya.Konsumen harus memilih
mengkonsumsi barang atau jasa yang mampu memberikan manfaat
atau kepuasan maksimum dengan keterbatasan pendapatan atau
anggaran yang dimilikinya.Produsen juga harus mampu membuat
pilihan produksi, distribusi dan investasi untuk menghasilkan
keuntungan maksimum berdasarkan sumber daya atau anggaran yang
dimiliknya.Setelah mempertimbangkan biaya dan manfaat yang
diperoleh, masyarakat pun harus membuat pilihan untuk melakukan
alokasi sumber daya yang terbatas tersebut.

3.3. DEFENISI EKONOMI

”Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari bagaimana


konsumen, produsen, dan masyarakat melakukan pilihan dari
serangkaian alternatif yang tersedia dan kemungkinan penggunaan
sumber daya langka dalam proses produksi, distribusi dan konsumsi
barang dan jasa”.

3.4. DEFINISI EKONOMI PERTANIAN


Berdasarkan penjelasan yang cukup panjang lebar di atas,
ekonomi pertanian berusaha menjelaskan penerapan atau aplikasi ilmu
ekonomi dalam bidang pertanian. Dengan demikian, definisi ekonomi
pertanian yang merangkum penjelasan tersebut di atas dapat dituliskan
sebagai berikut: “Ekonomi Pertanian adalah suatu cabang ilmu
ekonomi terapan yang mempelajari beberapa hal tentang bagaimana
produsen, konsumen dan masyarakat menggunakan dan memanfaatkan
sumber daya yang langka ini dalam proses produksi, distribusi, dan
konsumsi produk pertanian, terutama pangan dan sandang”. Ilmu
Ekonomi Pertanian merupakan satu cabang ilmu yang masih sangat
muda, sekian generasi dari ilmu ekonomi modern yang dikembangkan
oleh Adam Smith melalu bukunya yang fenomelan The Wealth of
Nations pada tahun 1776 di Inggris.Ilmu Ekonomi Pertanian boleh
dikatakan dilahirkan di Amerika Serikat, tepatnya sejak mata pelajaran
Rural Economics pertama-kali diajarkan pada tahun 1892 di Universitas
Ohio. Mata pelajaran Economics of Agriculture mulai diberikan di
Universitas Cornell pada tahun1901 dan Farm Management pada tahun
1903. Pada tahun 1910 beberapa universitas di Amerika Serikat sudah
memberikan kuliah-kuliah yang teratur dalam Agricultural Economics,
seperti yang dilakukan oleh Profesor Henry C Taylor di Universitas
Wisconsin-Madison.
Di Indonesia, mata pelajaran ilmu ekonomi pertanian diberikan mula-
mula pada beberapa fakultas pertanian dengan tradisi pengajaran Eropa Barat
oleh Guru besar-Guru besar Ilmu Pertanian yang berasal dari Eropa. Mata
pelajaran ini sebenarnya merupakan "aspek sosial ekonomi" dari ilmu
pertanian, sebagai bagian tidak terpisahkan dari aspek teknis dan bio-fisik dari
ilmu pertanian yang telah lebih dahulu berkembang.Profesor Iso
Reksohadiprodjo dan Profesor Teko Sumodiwirjo adalah bapak-bapak ilmu
ekonomi pertanian di Indonesia dengan kuliah-kuliahnya pada Fakultas
Pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB) – dulu masih merupakan bagian dari
Universitas Indonesia – dan Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai tahun 1950
(Mubyarto, 1987).
Pada dekade 1960-an, generasi muda ekonom pertanian Indonesia
pada waktu itu seperti Mubyarto, Sjarifuddin Baharsjah, dan lain-lain baru saja
kembali dari masa studinya di Amerika Serikat.Metode pengajaran dan
pembelajaran ekonomi pertanian di kampus-kampus besar di Indonesia telah
semakin baik.Di luar kampus, profesi ekonomi pertanian menjadi semakin
diminati karena seakan-akan mampu menembus batas disiplin eksakta dan
disiplin sosial-ekonomi dari ilmu-ilmu pertanian. Selain mereka yang berlatar
belakang ilmu ekonomi, para ilmuwan sosial lainnya juga sangat meminati
ekonomi pertanian, terutama karena ”kedekatannya” dengan teori dan praktik
pembangunan pertanian di Indonesia.
Mubyarto (1987) menguraikan bahwa kegiatan profesional untuk
mengembangkan ilmu ekonomi pertanian menjadi lebih intensif dengan
pembentukan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) pada
bulan Februari 1969 di Ciawi,Bogor, sebagai realisasi dari cita-cita para ahli
dan peminat Ekonomi Pertanian yang telah berkumpul menghadiri Konferensi
Nasional Ekonomi Pertanian I pada bulan Desember 1964 di Cibogo, Bogor.
Perhepi kemudian berhasil mengadakan Konferensi Nasional Ekonomi
Pertanian II pada bulan Januari 1970 di Bukittinggi, Sumatera Barat.Dalam
bidang penelitian ekonomi pertanian, kegiatan anggota-anggota Perhepi
tertampung di dalam proyek Survei Agro Ekonomi (SAE) yang disponsori oleh
Pemerintah dan dikordinasikan oleh Departemen Pertanian.Komunikasi ilmiah
antar anggota-anggota Perhepi dan antar anggota-anggotadengan masyarakat
dilaksanakan melalui majalah setengah tahun Agro Ekonomika.
Singkatnya, ekonomi pertanian telah dilahirkan di Indonesia pada
awal tahun1950an, namun baru berhasil memperoleh dukungan yang
kuat dan simpati yang besar dari masyarakat luas setelah berdirinya
profesi Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) pada awal
1969.Tidak secara kebetulan apabila Pemerintah Orde Baru di bawah
pimpinan Presiden Soeharto mulai melaksanakan Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) Pertama per 1 April 1969, yang
memberikan tekanan utama pada pembangunan pertanian. Ilmu
ekonomi pertanian dan profesi ekonomi pertanian berkembang cepat,
seiring dan sejalan, sampai menjadi saksi sejarah bagi pencapaian
Indonesia pada tahun 1984 yang berhasil mengubah status negara
pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara yang
berswasembada beras. Kini, profesi ekonomi pertanian telah berumur
40 tahun lebih, suatu usia yang sebenarnya dapat dianggap dewasa dan
matang untuk berperan dalam pembangunan ekonomi dan
pembangunan peradaban masyarakat Indonesia.
4. Latihan
Diskusikanlah dengan kelompok anda masing – masing membahas
tentang konsep dasar ekonomi pertanian serta cara mengaplikasikan
ilmu ekonomi pada pertanian.
5. Evaluasi
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas,
jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan apa yang dimaksud definisi ekonomi, ekonomi pertanian
?
2. Dimana sebenarnya tempat lahir Ilmu Ekonomi Pertanian di
Indonesia?
b. Kegiatan Pembelajaran ke - 2
1) Konsep Ekonomi Pertanian
2) Tujuan Materi Pembelajaran
a) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan persoalan-persoalan
ekonomi pertanian serta organisasi kelembagaan pertanian
b) Mahasiswa diharapkan mampu menguraikan dan memahami
persoalan-persoalan ekonomi pertanian dan organisasi kelembagaan
pertanian beserta dengan contoh yang terkait
3) Materi Pembelajaran
3.1. Persoalan – Persoalan Ekonomi Pertanian
Banyak persoalan yang dihadapi petani baik yang
berhubungan lansung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil
pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-
hari. Pertanian bagi petani adalah cara hidup (way of life), sehingga
tidak hanya aspek ekonomi saja, tetapi aspek sosial dan
kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan serta aspek
tradisi.
1. Jarak waktu yang lebar Antara pengeluaran dan Penerimaan
Pendapatan dalam Pertanian (Gestation Period). Gap pada sektor
pertanian jauh lebih besar daripada bidang industri. Di dalam
bidang industri sekali produksi telah berjalan maka penerimaan
dari penjualan akan mengalir setiap hari sebagaimana mengalrnya
hasil produksi. Selain sektor pertanian, perkebunan besar seperti
kelapa sawit, perkebunan tembakau memiliki gap yang sangat
besar, dapat kita lihat pada gambar dibawah ini:
Akibat Gestation Periode :
1. Adanya jarak waktu (gestation period) yang besar dan harus dilalui oleh
petani atau pengusaha pertanian antara pengeluaran yang harus dilakukan
dengan penerimaan hasil penjualan.
2. Timbul perbedaan persoalan pertanian dengan industri, karena pada
bidang industri sekali produksi berjalan maka penerimaan dari penjualan
dapat berjalan setiap hari.
3. Menjadi persoalan bagi petani (khususnya pada petani miskin) karena
penerimaan hanya diterima pada saat panen, sedangkan pengeluaran
harus dilakukan setiap hari apalagi bila ada pengeluaran besar (pesta,
sekolah) atau pengeluaran yang tidak direncanakan (musibah).
4. Petani terlibat ijon (penjualan tanaman saat tanaman masih hijau) future
market.
5. Terjadi fluktuasi harga yg besar.
Usaha Yang Dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Gestation Periode :
1. Kebijaksanaan harga beras dan komoditi- komoditi penting melalui
harga terendah (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price)
2. Kebijaksanaan ekspor-import (harga, pajak, bea masuk dan aturan-
aturan untuk komoditi import)
3. Bimbingan inovasi baru dan metode-metode baru dalam berusahatani
(tumpang sari, mina padi, bibit unggul, pupuk).
2. Pembiyaan Pertanian, Petani kita rata-rata memiliki modal yang kecil
Indikasi faktor ini menjadi masalah terlihat dari banyaknya petani kita
yang terlibat dengan hutang dan ijon, serta banyaknya petani yang
memerlukan kredit murah untuk usahataninya.
Usaha pemerintah sebagai solusi :
1. Bantuan kredit-kredit murah melalui BRI : KUT, KUK, KKP
2. Memperbanyak proyek supervised credit : lembaga kredit didekatkan
pada petani untuk mempermudah petani meminjam dan fihak bank
untuk mengawasi (mencegah penyalahgunaan kredit dan kredit macet)
3. Tekanan Penduduk, Penduduk bertambah lebih cepat daripada
pertambahan produksi bahan makanan (Teori Malthus), akibatnya
Indonesia masih mengimport pangan untuk tambahan kebutuhan
penduduk. Tingkat pertumbuhan dan penyebaran penduduk di
Indonesia tidak merata, akibatnya kebutuhan & hasil produksi pangan
berbeda (tidak seimbang)
Persoalan penduduk dari sudut ekonomi pertanian
• Persediaan lahan pertanian yang semakin sempit
• Prod. Bahan makanan/jiwa makin menurun
• Pengangguran meningkat
• Memburuknya hubungan pemilik tanah dgn penggarap
• Bertambahnya hutang-hutang pertanian

Solusi Pemerintah dengan melaksanakan & menggiatkan


KB,Transmigrasi tidak hanya ditekankan pada transmigrasi pertanian,
Intensifikasi pertanian dan Industrialisasi

Kelembagaan Pertanian
Lembaga; organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal
yang mengatur prilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam
kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai
tujuan tertentu.
Lembaga masyarakat desa ada yang bersifat asli berasal dari adat
kebiasaan yang turun temurun tetapi ada pula yang baru diciptakan baik dari
dalam maupun dari luar masyarakat desa.
Lembaga-lembaga adat yang penting dalam pertanian;
 Pemilikan tanah
 Jual beli
 Sewa menyewa tanah
 Bagi hasil
 Gotong royong
 Koperasi
 Arisan dan lain-lain

Administrasi Pemerintahan dan Pembangunan Pertanian


 Administrasi yang baik menjamin lancarnya hubungan antara
pemerintah beserta program nasionalnya dengan aparat pelaksana
pada berbagai tingkat, dengan petani produsen, pedagang dan lain-lain
yang mempunyai hubungan dengan kegiatan ekonomi.
 Program pemerintah misalnya KUT, Pupuk Bersubsidi dan lain-lain.

Guy Hunter, ada 4 Pokok Persoalan Administrasi Pembangunan Pertanian

 Koordinasi
 Pola Hubungan
 Masalah Mendorong Partisipasi
 Masalah Kelembagaan
Penyuluhan Pertanian dan Pendidikan Pembagunan
 Penyuluhan pertanian: Proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelesterian
fungsi lingkunga hidup.
 Tujuannya meliputi pengembangan SDM dan peningkatan modal sosial
yaitu : (dapat dilihat pada Undang-undang No.16 Tahun 2006 Tentang
Sitem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K)
 Tugas penyuluhan pertanian terutama menyangkut usaha membantu
petani agar senantiasa meningkatkan efisiensi usahatani.
 Sedangkan bagi petani, penyuluhan itu adalah suatu kesempatan
pendidikan diluar sekolah, dimana mereka dapat belajar sambil berbuat
(learning by doing).
 Program pemerintah dengan merekrut 48 ribu penyuluh pertanian.

Meneth Ginting dkk, penyuluhan berhasil jika ;

 Pengetahuan petani mengenai sesuatu yang berguna bertambah


 Ada penerimaan (adopsi) petani terhadap hal-hal yang dianjurkan
penyuluh
 Petani bersedia bekerjasama dengan penyuluh
 Petani bersedia memberi sesuatu balas jasa kepada penyuluh
 Penyuluh dapat mengubah sikap petani yg merugikan
 Pengetahuan praktis yang ada pada penyuluh bertambah
 Penyuluh dapat memberitahukan sesuatu yang berguna diluar tujuan
proyek tertentu
 Ada perkembangan keinginan kedua pihak untuk mempertahankan
hubungan

Kegiatan Gotong Royong


 Gotong Royong adalah kegiatan bersama untuk mencapai tujuan
bersama misalnya memperbaiki jalan, membuat jembatan, memperbaiki
saluran irigasi dan sebagainya.
 Syarat gotong royong
1. Macam pekerjaan atau proyek yang bersangkutan harus
menyangkut seluruh atau sebagian besar warga masyarakat
2. Proyek yang bersangkutan adalah merupakan proyek desa setempat
dan tidak dibiayai oleh pemerintah
3. Proyeknya bersifat urgen dan dapat diselesaikan dengan cepat.
AT. Mosher, Kegiatan Gotong Royong dapat ditingkatkan pemerintah melalui 4
cara
 Membantu dalam bidang organisasi
 Menyediakan bahan dan alat2 khusus
 Bantuan teknis dan manajemen
 Bantuan keuangan

4) Latihan
Diskusikanlah dengan kelompok anda masing – masing membahas
tentang persoalan-persoaan ekonomi pertanian serta membangun
kelembagaan pertanian dalam menopang pembangunan pertanian

5) Evaluasi
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas,
jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan persoalan ekonomi pertanian beserta contohnya ?
2. Jelaskan kelembagaan pertanian ynag ada di Indonesia?
c. Kegiatan Pembelajaran ke - 3
1) Teori – Teori Ekonomi Pembangunan Pertanian
2) Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui dan memahami
teori-teori pembangunan pertanian
3) Materi Pembelajaran
3.1. Definisi Pertanian
A.T Mosher (1968;19) mengartikan, pertanian adalah sejenis
proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan
tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap usaha
tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan
adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer.Ia
mengambil gas karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya
air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan
ini, dengan menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat
dan minyak yang dapat digunakan oleh manusia. Pertumbuhan
tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur tangan
manusia.Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah
mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya
perbedaan dalam penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau
kelembaban yang tersedia serta sifat tanah.Tiap jenis tumbuhan
menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama tumbuhnya pada musim
tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan jenis-
jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa di
antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut,
sedangkan lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah
kombinasi tumbuhan dan hewan di berbagai dunia.

Pertanian terbagi ke dalam pertanian dalam arti luas dan


pertanian dalam arti sempit (Mubyarto, 1989;16-17). Pertanian dalam
arti luas mencakup :

1. Pertanian rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.


2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau
perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu
perikanan darat dan perikanan laut).

Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit


pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian
keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras,
palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-
tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan.Pertanian rakyat
yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan
“farm” dalam Bahasa Inggris.
Pertanian akan selalu memerlukan bidang permukaan bumi yang luas
yang terbuka terhadap sorotan sinar matahari. Pertanian rakyat
diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang dan pekarangan. Di dalam
pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi hanya
satu macam hasil saja. Dalam satu tahun petani dapat memutuskan
untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan.
Alasan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan
atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan
menanam tanaman perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya
modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan
harapan harga.

3.2. Definisi Usahatani

A.T Mosher (Mubyarto, 1989;66) memberikan definisi farm


sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi di mana
pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia
seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Sedangkan
usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah
dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar
matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan
sebagainya.

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara


ternak.
Ciri yang sangat menonjol dalam sistem usahatani khususnya tanaman
pangan adalah jaringan irigasi. Sedangkan ciri umum yang spesifik pada
suatu wilayah antara lain adanya lahan yang selalu tergenang, lahan
dataran tinggi dengan suhu yang sangat rendah, kondisi iklim yang
kering atau basah. Bentuk umum sistem usaha tani di Indonesia dapat
dibedakan (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian, 1990) antara lain :

1. Sistem usaha tani lahan sawah dengan tanaman padi sebagai tanaman
utama, diselingi palawija, sayur-syuran atau tebu.
2. Sistem usaha tani lahan kering atau tegalan di mana padi gogo dan
berbagai jenis tanaman palawija dan hortikultura sebagai komoditas
pokok.
3. Sistem usaha tani lahan dataran tinggi banyak ditanami dengan sayur-
sayuran dan beberapa jenis palwija dan sebagian varietas padi.Usaha
tani perkebunan yang umumnya menanam berbagai jenis tanaman
ekspor dan industri sebagai komoditas yang diusahakan

3.3. Definisi Pembangunan Pertanian

Pembangunan sering diartikan pada pertumbuhan dan


perubahan. Jadi pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan
kalau terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus
terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih
baik (Dr. Soekartawi, 1994;1).
Sektor pertanian di Indonesia dianggap penting terlebih dari
peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja,
penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan
sebagainya. Dalam pertanian tanaman pangan di Indonesia terdapat
urutan komoditas menurut kepentingannya (Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pertanian, 1990;8). Tanaman padi adalah
tanaman utama.Meskipun secara ekonomis tanaman padi bukan yang
paling menguntungkan, kebanyakan petani mengutamakan padi dalam
usaha taninya.

3.4. Syarat-syarat Dalam Pembangunan Pertanian

A.T Mosher telah menganalisa syarat-syarat pembangunan


pertanian di banyak negara dan menggolong-golongkannya menjadi
syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Terdapat lima syarat yang
tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau
satu saja syarat-syarat tersebut tidak ada, maka terhentilah pembangunan
pertanian, pertanian dapat berjalan terus tetapi sifatnya statis. Syarat-
syarat mutlak yang harus ada dalam pembangunan pertanian (A.T Mosher,
1965;77) adalah:

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani.


2. Teknologi yang senantiasa berkembang.
3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani
5. Tersedianya perangkutan yang lancar dan kontinyu.

Lebih jelasnya, syarat-syarat mutlak yang diperlukan dalam


pembangunan pertanian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

3.5. Pasaran untuk Hasil Usahatani

Tidak ada yang lebih menggembirakan petani produsen daripada


diperolehnya harga yang tinggi pada waktu ia menjual produksinya.
Harga baik atau buruk (tinggi atau rendah) pada umumnya dilihat petani
dalam hubungan dengan harga-harga saat panen sebelumnya.

Pembangunan pertanian meningkatkan produksi hasil


pertanian.Untuk hasil-hasil itu perlu ada pasaran serta harga yang cukup
tinggi guna membayar kembali biaya-biaya tunai dan daya upaya yang
telah dikeluarkan petani sewaktu memproduksikannya. Diperlukan tiga
hal dalam pasaran untuk hasil usaha tani (A.T Mosher, 1965;78), yaitu :
a) Seseorang di suatu tempat yang membeli hasil usaha tani, perlu
ada permintaan (demand) terhadap hasil usaha tani ini.
b) Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usaha tani,
sistem tataniaga.
c) Kepercayaan petani pada kelancaran sistem tataniaga
itu.Kebanyakan petani harus menjual hasil-hasil usaha taninya
sendiri atau di pasar setempat. Karena itu, perangsang bagi mereka
untuk memproduksi barang-barang jualan, bukan sekedar untuk
dimakan keluarganya sendiri, lebih banyak tergantung pada harga
setempat.Harga ini untuk sebagian tergantung pada efisiensi sistem
tataniaga yang menghubungkan pasar setempat dengan pasar di
kota-kota.

3.6. Teknologi dalam Pembangunan Pertanian yang Senantiasa


Berkembang

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat


dilepaskan dari kemajuan teknologi.Revolusi pertanian didorong oleh
penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian.
A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235) menganggap teknologi yang
senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya pembangunan
pertanian.

Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka


pembangunan pertanian pun terhenti. Produksi terhenti kenaikannya,
bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau
karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang
semakin merajalela.Teknologi sering diartikan sebagai ilmu yang
berhubungan dengan keterampilan di bidang industri.

Tetapi A.T Mosher (1965;93) mengartikan teknologi pertanian


sebagai cara-cara untuk melakukan pekerjaan usaha tani. Didalamnya
termasuk cara-cara bagaimana petani menyebarkan benih, memelihara
tanaman dan memungut hasil serta memelihara ternak.Termasuk pula
didalamnya benih, pupuk, pestisida, obat-obatan serta makanan ternak
yang dipergunakan, perkakas, alat dan sumber tenaga.Termasuk juga
didalamnya berbagai kombinasi cabang usaha, agar tenaga petani dan
tanahnya dapat digunakan sebaik mungkin.

Yang perlu disadari adalah pengaruh dari suatu teknologi baru


pada produktivitas pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam
bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas,
apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Seperti halnya
traktor lebih produktif daripada cangkul, pupuk buatan lebih produktif
daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris
lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur.

Demikianlah masih banyak lagi cara-cara bertani baru, di mana


petani setiap waktu dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Dalam
menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian,
digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat
dianggap sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi
(inovation) menurut Mubyarto (1989;235).

Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan


suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang
dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan
produktivitas. Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan hasil
yang lebih tinggi daripada rekan-rekannya karena ia menggunakan
sistem pengairan yang lebih teratur. Caranya hanya dengan
menggenangi sawah pada saat-saat tertentu pada waktu menyebarkan
pupuk dan sesudah itu mengeringkannya untuk memberikan
kesempatan kepada tanaman untuk mengisapnya.Sedangkan inovasi
berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada
atau yang sudah dikenal sebelumnya, artinya selalu bersifat
baru.Sebagai contoh, penerapan bibit karet yang unggul dalam
penanaman baru adalah inovasi.

3.7. Tersedianya Bahan-bahan dan Alat Produksi secara Lokal


Bila petani telah terangsang untuk membangun dan menaikkan
produksi maka ia tidak boleh dikecewakan. Kalau pada suatu daerah
petani telah diyakinkan akan kebaikan mutu suatu jenis bibit unggul atau
oleh efektivitas penggunaan pupuk tertentu atau oleh mujarabnya obat
pemberantas hama dan penyakit, maka bibit unggul, pupuk dan obat-
obatan yang telah didemonstrasikan itu harus benar-benar tersedia
secara lokal di dekat petani, di mana petani dapat membelinya.

Kebanyakan metode baru yang dapat meningkatkan produksi


pertanian, memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi
khusus oleh petani.Diantaranya termasuk bibit, pupuk, pestisida,
makanan dan obat ternak serta perkakas.Pembangunan pertanian
menghendaki kesemuanya itu tersedia di atau dekat pedesaan (lokasi
usaha tani), dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi
keperluan tiap petani yang membutuhkan dan menggunakannya dalam
usaha taninya.

3.8. Perangsang Produksi bagi Pertanian

Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah
dijangkau dan tersedianya sarana dan alat produksi memberi
kesempatan kepada petani untuk menaikkan produksi.Begitu pula
dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah
menjadi perangsang produksi bagi petani.

Pemerintah menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus


yang dapat merangsang pembangunan pertanian.Misalnya
kebijaksanaan harga beras minimum, subsidi harga pupuk, kegiatan-
kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif, perlombaan-perlombaan
dengan hadiah menarik pada petani-petani teladan dan lain-
lain.Pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa, baik
mengenai teknik-teknik baru dalam pertanian maupun mengenai
keterampilan-keterampilan lainnya juga sangat membantu menciptakan
iklim yang menggiatkan usaha pembangunan.
Akhirnya kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin
stabilitas harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat
meningkatkan rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat dan
mereka akan lebih pasti dalam usaha untuk meningkatkan produksi.
Jadi perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani untuk
menaikkan produksinya adalah terutama bersifat ekonomis (A.T Mosher,
1965;124), yaitu :

a) Perbandingan harga yang menguntungkan.


b) Bagi hasil yang wajar.Tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli oleh
petani untuk keluarganya.
3.9. Unsur Perangkutan
Dalam pembangunan pertanian terdapat unsur
perangkutan.Tanpa perangkutan yang efisien dan murah maka
pembangunan pertanian tidak dapat diadakan secara efektif. Pentingnya
perangkutan adalah bahwa produksi pertanian harus tersebar meluas,
sehingga diperlukan jaringan perangkutan yang menyebar luas, untuk
membawa sarana dan alat produksi ke tiap usaha tani dan membawa
hasil usaha tani ke pasaran konsumen baik di kota besar dan/atau kota
kecil.
Selanjutnya, perangkutan haruslah diusahakan semurah mungkin.
Bagi petani, harga suatu input seperti pupuk adalah harga pabrik
ditambah biaya angkut ke usaha taninya. Uang yang diterimanya dari
penjualan hasil pertanian adalah harga di pasar pusat dikurangi dengan
biaya angkut hasil pertanian tersebut dari usaha tani ke pasar. Jika biaya
angkut terlalu tinggi, maka pupuk akan menjadi terlalu mahal bagi petani
dan uang yang diterimanya dari penjualan hasil pertanian tersebut akan
menjadi terlalu sedikit. Sebaliknya, jika biaya angkut rendah, maka uang
yang diterima oleh petani akan menjadi tinggi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi biaya perangkutan (A.T.
Mosher, 1965;138) antara lain :

a) Sifat barang yang harus diangkut, berapa berat atau besarnya


barang itu
b) Jarak pengangkutan barang-barang itu
c) Banyaknya barang yang diangkut
d) Jenis alat perangkutan, berbagai sarana perangkutan dan jarak
jauh bersama-sama harus membentuk sistem perangkuan yang
merupakan satu kesatuan yang harmonis. Tidak hanya jalan raya
yang diaspal, jalan setapak, jalan tanah, saluran air, jalan raya,
sungai dan jalan kereta api semuanya ikut memperlancar
perangkutan. Beberapa diantaranya dapat dibuat dan dipelihara
oleh usaha setempat, termasuk pemerintah setempat.Beberapa
lagi perlu dibangun dan dipelihara oleh pemerintah propinsi dan
pusat.
e) Kesemuanya harus dihubungkan dan diintegrasikan satu dengan
yang lainnya, sehingga hasil pertanian dapat diangkut dengan
lancar dari usaha tani ke pasar-pasar pusat. Demikian pula sarana
dan alat produksi serta berbagai jasa tidak hanya perlu sampai ke
kota kecil dan desa, melainkan juga sampai ke usaha tani itu
sendiri.
Di samping syarat-syarat mutlak di atas, terdapat lima syarat lagi
yang adanya tidak mutlak tetapi kalau ada benar-benar akan
memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk dalam
syarat-syarat pelancar (A.T Mosher, 1965;149) adalah :
1. Pendidikan pembangunan
2. Kredit produksi
3. Kegiatan gotong-royong petani
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanianPerencanaan
Nasional pembangunan pertanian

4) Latihan
Diskusikanlah dengan kelompok anda masing – masing membahas
tentang teori-teori pembangunan pertanian
5) Evaluasi

Dalam memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas,


jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan persoalan teori-teori ekonomi pertanian serat kaitkan dengan
kondisi di lapangan beserta contohnya ?
d. Kegiatan Pembelajaran ke - 4
1) Pembangunan Pertanian
2) Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui dan memahami
peranan pemerintah dalam pembangunan pertanian
b. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan pemerintah
dalam pembangunan pertanian
3) Materi Pembelajaran
3.1. Peranan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian
Sejak awal tahun 1970, paradigma pembangunan pertanian di
Indonesia berubah drastis seiring perubahan paradigma pembangunan
ekonomi kapitalistis yang bertumpu pada modal besar. Dalam kerangka
pembangunan ekonomi saat itu, sektor pembangunan pertanian tidak
lagi ditempatkan sebagai fondasi ekonomi nasional, tetapi dijadikan
buffer (penyangga) guna menyukseskan industrialisasi yang dijadikan
lokomotif pertumbuhan ekonomi. Sebagai penyangga, yang terpenting
bagi pemerintahan Orde Baru (Orba) adalah bagaimana mendongkrak
produksi pangan dalam negeri tanpa harus berbelit-belit, cepat, dan
tidak berisiko secara politik. Pilihan ini sebagai antitesis program land
reform di masa Orde Lama (Orla) yang dijadikan landasan utama dalam
program Pembangunan Pertanian Semesta.
Orba yang sejak kelahirannya menganut ideologi ekonomi
kapitalis cenderung melaksanakan pembangunan pertanian melalui by-
pass approach (jalan pintas), yaitu revolusi hijau tanpa reformasi agraria
(pembaruan agraria). Ekspektasi masyarakat terhadap sektor pertanian
sebagai penghela atau landasan pemulihan perekonomian demikian
besar, terutama sejak krisis melanda Indonesia. Hal ini dikhawatirkan
dapat menjadi kontra-produktif apabila prinsip-prinsip dan strategi
kebijakan pembangunan tidak diseminasi secara efektif kepada
masyarakat. Perubahan paradigma ini menciptakan missing link dalam
pelaksanaan pembangunan pertanian dari satu periode ke periode lain.
pertanian tidak lagi dipandang dalam aspek menyeluruh, tetapi direduksi
sebagai sekadar persoalan produksi, teknologi, dan harga. Oleh karena
itu, peningkatan peran sektor pertanian sebagai salah satu alternatif
sumber penghasilan bagi petani merupakan pilihan yang masih relevan
dan sangat mendesak untuk diperbaharui.
3.2. Kebijakan Pembangunan Pertanian

Pada dasarnya formulasi kebijakan didasarkan pada berbagai


pertimbangan baik politik, sosial-ekonomi, institusi, lingkungan, sumber
daya, tingkat kelayakan, di samping faktor-faktor teknis. Sebagaimana
telah dipahami bersama, pembangunan pertanian memiliki arti yang
sangat strategis, tidak hanya bagi negara-negara berkembang, bagi
negara maju pun pertanian tetap mendapat perhatian dan perlindungan
yang sangat serius.

Merumuskan kebijakan pertanian memang tidak mudah. Posisi di


persimpangan banyak kepentingan, baik ekonomi maupun politik,
membuat kebijakan pertanian kerap kali sulit melepaskan diri dari
berbagai kontroversi. Kentalnya warna politik dalam berbagai kebijakan
tampaknya menyulitkan perbaikan sektor potensial perekonomian
Indonesia ini. Titik berat pembangunan ekonomi di Indonesia sejak dulu
menekankan di bidang industri, walaupun diharapkan adanya
keseimbangan pertumbuhan industri dan pertanian, ternyata dunia
pertanian yang nota bene lebih banyak berlangsung di wilayah
pedesaan dan menjadi gantungan hidup lebih dari 75% penduduk
Indonesia tidak mengalami perkembangan yang menyenangkan. Hal ini
karena segala kebijakan dan subsidi negara lebih banyak ke dalam
industri. Petani kesulitan dalam mengembangkan akses-akses sumber
daya alam yakni tanah dan air, sarana produksi hingga kredit.
Pengusaha dan sektor bisnislah yang menerima keuntungan
pembangunan pertanian yang selama ini ada, karena mereka
menguasai akses tersebut.

Menurut Bustanul (Kompas, 2004) mandeknya sektor pertanian


berakar pada terlalu berpihaknya pemerintah pada sektor industri sejak
pertengahan 1980-an. Menyusul periode pertumbuhan tinggi sektor
pertanian satu dekade sebelumnya, pemerintah seolah menganggap
pembangunan pertanian dapat bergulir dengan sendirinya. Asumsi ini
membuat pemerintah mengacuhkan pertanian dalam strategi
pembangunannya. Ini tidak terlepas dari pengaruh paradigma
pembangunan saat itu yang menekankan industrialisasi. Pemerintah
mencurahkan perhatiannya pada sektor industri, yang kemudian
diterjemahkan dalam pelbagai kebijakan proteksi yang sistematis. Entah
sadar atau tidak, proteksi besar-besaran ini telah merapuhkan basis
pertanian pada tingkat petani.

Selain itu, kebijakan pertanian sejak tahun 1980-an itu pun


cenderung distortif. Alasan memperpendek rantai tata niaga dipakai
menciptakan lembaga-lembaga pemasaran baru. Namun, alih-alih
meningkatkan efisiensi, upaya ini justru merusak kelembagaan
pengelolaan pertanian. Kelemahan kelembagaan ini diperburuk oleh
lemahnya penegakan hukum. Tanpa penegakan hukum, pemburu rente,
baik pengusaha maupun birokrat, dapat mengambil kesempatan dalam
kesempitan dari kelemahan kelembagaan. Tata niaga yang pendek dan
wewenang yang terpusat di birokrasi membuka lebih jauh kesempatan
perburuan rente ini.

Menurut Tito Pranolo (2000), kebijakan nasional pembangunan


pertanian di suatu negara juga tentunya tidak lepas dari pengaruh faktor
eksternal, apalagi dalam era globalisasi yang dicirikan adanya
keterbukaan ekonomi dan perdagangan yang lebih bebas, akan sulit
ditemukan adanya kebijakan nasional pembangunan pertanian yang
steril dari pengaruh-pengaruh faktor eksternal. Faktor eksternal yang
mempengaruhi kebijakan nasional pembangunan pertanian di Indonesia
antara lain; (i) kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO,
APEC dan AFTA; (ii) kebijaksanaan perdagangan komoditas pertanian
di negara-negara mitra perdagangan indonesia; (iii) lembaga-lembaga
internasional yang memberikan bantuan kepada Indonesia terutama
dalam masa krisis. Dalam situasi normal dimana tidak terjadi krisis,
maka 2 (dua) faktor pertama itulah yang lebih banyak mempengaruhi
kebijakan pembangunan pertanian, namun dalam situasi krisis seperti
pada saat ini pengaruh dari lembaga-lembaga internasional seperti IMF
dan Bank Dunia akan lebih besar dari pada kesepakatan internasional
seperti WTO, APEC dan AFTA, dalam mewarnai kebijakan pangan
nasional.

3. Komponen Kerangka Kebijakan Pertanian (Policy Framework)

Ada empat komponen utama dari framework kebijakan pertanian,


yaitu: tujuan (objectives), kendala (constraints), kebijakan (policies), dan
strategi (strategies).

Objectives adalah tujuan yang diharapkan akan dicapai oleh


sebuah kebijakan yang dibuat oleh para pembuat kebijakan. Constraints
(kendala) adalah suatu keadaan yang membuat apa yang bisa dicapai
menjadi terbatas. Kebijakan (policies) terdiri atas berbagai instrumen
yang bisa digunakan pemerintah untuk merubah outcome pertanian.
Sebuah kebijakan yang efektif akan merubah perilaku produsen,
pedagang, dan konsumen dan menciptakan outcome baru dari sebuah
perekonomian. Strategi (strategies) adalah seperangkat instrumen
kebijakan yang digunakan oleh pemerintah untuk mencapai objective
yang telah ditetapkan. Setiap strategi dilaksanakan melalui penerapan
berbagai kebijakan yang terkordinasi dengan baik. Strategi para
pengambil kebijakan terdiri atas seperangkat kebijakan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan outcome ekonomi (yang telah
ditetapkan oleh para pengambil kebijakan).

Berbagai kebijakan tersebut pada pelaksanaannya akan


menghadapi berbagai kendala ekonomi baik yang diakibatkan oleh
aspek supply, demand, serta harga dunia yang bisa meningkatkan atau
menghambat tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian
dampak kebijakan terhadap pencapaian tujuan memungkinkan untuk
melakukan penyesuaian strategi yang telah ditetapkan bila memang
diperlukan. Singkatnya, pemerintah membuat strategi pembangunan
pertanian dengan menentukan seperangkat kebijakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, dengan mempertimbangkan berbagai
kendala ekonomi pada sektor pertanian.

3.3. Tujuan Dasar kebijakan pemerintah


Pada hakikatnya, kebijakan pemerintah memiliki tiga tujuan
utama yaitu efisiensi (efficiency), pemerataan (equity), dan
ketahanan/stabilitas (security/stability).

a. Efisiensi tercapai apabila alokasi sumberdaya ekonomi yang langka


keberadaannya mampu menghasilkan pendapatan maksimum, serta alokasi
barang dan jasa yang menghasilkan tingkat kepuasan konsumen yang paling
tinggi.

b. Pemerataan diartikan sebagai distribusi pendapatan di antara


kelompok masyarakat atau wilayah yang menjadi target pembuat kebijakan.
Biasanya, pemerataan yang lebih baik akan dicapai melalui distribusi
pendapatan yang lebih baik atau lebih merata. Namun, karena kebijakan
adalah aktivitas pemerintah, maka para penentu kebijakan (secara tidak
langsung juga voters dalam sebuah sistem demokrasi) yang menentukan
definisi pemerataan itu. Sebagai contoh, salah satu langkah menurut Awang
Faroek Ishak2 untuk mencapai tujuan pemerataan di Kalimantan Timur adalah
melalui revitalisasi pertanian dalam arti luas yaitu dengan membuat kebijakan
di sektor agribisnis di bidang perkebunan kelapa sawit. Tujuan kebijakan ini
adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat
melalui pengembangan perkebunan.

c. Ketahanan (pangan) akan meningkat apabila stabilitas politik maupun


ekonomi memungkinkan produsen maupun konsumen meminimumkan
adjustment costs. Ketahanan pangan diartikan sebagai ketersediaan pangan
pada tingkat harga yang stabil dan terjangkau.

3.4. Kebijakan yang Mempengaruhi Sektor Pertanian.

Sektor pertanian jelas tidak dapat berdiri sendiri, apalagi jika


harus dijadikan beban ekonomi-politik sektor non pertanian seperti
manufaktur, industri jasa, dan lain sebagainya yang pernah tumbuh dan
berkembang dalam konteks yang sangat semu dan cenderung distortif.
Harus ada upaya kongkrit untuk merestorasi kebijakan pertanian demi
kepentingan nasional. Kebijakan - kebijakan yang dapat mempengaruhi
sektor pertanian dapat digolongkan kepada tiga kategori sebagai berikut
:

1. Kebijakan Harga Pertanian

Kebijakan harga komoditas pertanian merupakan kebijakan yang


bersifat spesifik komoditas. Setiap kebijakan diterapkan untuk satu komoditas
(misalnya, beras). Kebijakan harga juga bisa mempengaruhi input pertanian.
Setiap instrumen kebijakan harga pertanian akan menimbulkan transfer baik
dari produsen kepada konsumen dari komoditas bersangkutan, maupun
anggaran pemerintah, atau sebaliknya. Beberapa kebijakan harga hanya
mempengaruhi dua dari ketiga kelompok tersebut, sementara instrumen yang
lain mempengaruhi seluruh dari ketiga kelompok tersebut. Secara umum,
paling tidak satu kelompok menderita kerugian atau menjadi korban, dan paling
tidak satu kelompok lainnya menerima manfaat dari kebijakan. Ada tiga jenis
instrumen kebijakan yang umum diterapkan yaitu, pajak dan subsidi, hambatan
perdagangan internasional, dan pengendalian langsung (direct controls).

a. Pajak dan subsidi atas komoditas pertanian menyebabkan terjadinya


transfer antara anggaran negara (publik) dengan produsen dan konsumen.
Dalam hal pajak, transfer sumberdaya mengalir kepada pemerintah sementara
dalam hal subsidi transfer sumberdaya berasal dari pemerintah. Sebagai
contoh, subsidi pupuk merupakan transfer dari anggaran pemerintah pada
pupuk. Pemerintah akan menyiapkan subsidi pupuk untuk para petani sebesar
Rp16 triliun-Rp17 triliun untuk tahun 20095 (Amirul Hasan, 2009).

b. Hambatan perdagangan internasional adalah pajak atau kuota yang


sifatnya membatasi impor atau ekspor. Dengan melakukan hambatan
perdagangan, instrumen kebijakan harga ini merubah tingkat harga dalam
negeri. Hambatan impor dapat menaikkan harga komoditas pertanian dalam
negeri. Sebagai contoh, pemerintah menetapkan kebijakan tarif (ad valorem)
impor gula sebesar 25% untuk melindungi produk gula lokal dalam negeri6 ,
selain itu dapat juga diberlakukan SNI sebagai hambatan impor. Sementara
hambatan ekspor menurunkan harga dalam negeri menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan harga dunia. Contohnya, penurunan pajak ekspor CPO
menjadi nol persen bertujuan untuk mengurangi hambatan ekspor, yang
sebelumnya pajak ekspor CPO sebesar 7,5 %.

2. Kebijakan Makroekonomi yang Mempengaruhi Pertanian.

Kebijakan makroekonomi mencakup seluruh wilayah dalam satu negara,


sehingga kebijakan ini akan mempengaruhi seluruh komoditas. Produsen dan
konsumen komoditas pertanian amat dipengaruhi oleh kebijakan ini meskipun
seringkali mereka tidak terlibat dalam proses pembuatan kebijakan yang
bersifat nasional ini. Ada tiga kategori kebijakan makroekonomi yang
mempengaruhi sektor pertanian, yaitu :

a. Kebijakan fiskal dan moneter merupakan inti dari kebijakan


makroekonomi, karena secara bersama-sama mereka mempengaruhi tingkat
kegiatan ekonomi dan tingkat inflasi dalam perekonomian nasional, yang diukur
melalui peningkatan indeks harga konsumen dan indeks harga produsen.
Kebijakan moneter diartikan sebagai pengendalian pemerintah dalam pasokan
(supply) uang dan kemudian permintaan aggregat. Bila supply uang meningkat
lebih tinggi dari pertumbuhan agregat barang dan jasa, maka akan timbul
tekanan inflasi. Contoh kebijakan pemerintah di sektor moneter yang erat
kaitannya dengan upaya-upaya pengembangan usaha kecil, khususnya yang
berkaitan dengan pengembangan usaha pertanian misalnya kebijakan
berkesinambungan perkreditan yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan
masyarakat usaha kecil. Kebijakan fiskal berhubungan dengan keseimbangan
antara kebijakan pajak pemerintah yang meningkatkan pendapatan pemerintah
dan kebijakan belanja publik yang menggunakan pendapatan tersebut. Apabila
belanja pemerintah lebih besar dari pendapatannya, maka pemerintah
mengalami fiskal defisit. Keadaan ini akan menimbulkan inflasi bila defisit
tersebut ditutup dengan menambah supply uang.

b. Kebijakan nilai tukar, secara langsung berpengaruh terhadap harga


output dan biaya produksi pertanian. Nilai tukar adalah nilai konversi mata
uang domestik terhadap mata uang asing. Sebagian besar komoditas
pertanian diperdagangkan secara internasional dan sebagian besar negara
mengimpor atau mengekspor sebagian dari kebutuhan atau hasil produk
komoditas pertanian mereka. Untuk produk-produk yang diperdagangkan
secara internasional, harga dunia akan sama dengan harga dalam negeri
apabila tidak ada hambatan perdagangan. Dengan sendirinya, nilai tukar
secara langsung mempengaruhi harga produk pertanian karena harga
domestik (dinilai dalam mata uang dalam negeri) produk yang diperdagangkan
sama dengan harga dunia (dinilai dalam mata uang asing) dikalikan dengan
nilai tukarnya (rasio antara mata uang dalam negeri dengan mata uang asing).

c. Kebijakan harga faktor domestik, secara langsung mempengaruhi


biaya produksi pertanian. Faktor domestik utama terdiri atas lahan, tenaga
kerja dan modal. Biaya lahan dan tenaga kerja biasanya merupakan porsi
terbesar dari biaya produksi pertanian di negara berkembang. Pemerintah
seringkali menerapkan kebijakan makroekonomi yang mempengaruhi nilai
sewa lahan, upah tenaga kerja, atau tingkat bunga yang berlaku diseluruh
wilayah negara tersebut. Kebijakan faktor dometik lainnya seperti upah
minimum atau tingkat bunga maksimum, lebih mempengaruhi salah satu sektor
dibanding sektor lainnya. Beberapa negara melaksanakan kebijakan khusus
dalam upaya mengendalikan penggunaan lahan atau pengendalian ekploitasi
sumberdaya alam, seperti air dan bahan mineral. Kebijakan makro tersebut
bisa juga mempengaruhi biaya produksi pertanian.

3. Kebijakan Investasi Publik yang Mempengaruhi Pertanian

Kebijakan investasi publik dalam bentuk barang-barang modal pada


infrastruktur, sumberdaya manusia, dan penelitian dan pengembangan
teknologi dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Investasi publik dalam bentuk modal, yaitu dengan mengalokasikan


pengeluaran investasi (modal) yang bersumber dari anggaran belanja negara
(APBN). Salah satu masalah yang dihadapi oleh petani dan nelayan Indonesia
adalah kesulitan dan kekurangan mendapatkan modal kerja. Untuk mengatasi
masalah ini, pemerintah memberikan kredit modal kerja tanpa bunga dari
APBN masing-masing sebesar RP. 3 trilyun kepada petani dan nelayan melalui
BRI, bukan melalui kementerian Koperasi. Petani dan nelayan melakukan akad
kredit orang per orang, bukan per kelompok tani atau kelompok nelayan.
Sehingga jelas masing-masing pribadi petani dan nelayan berapa kredit yang
mereka ambil , dan jelas bagi mereka pinjaman yang harus dikembalikan pada
saat panen.

b. Investasi publik dalam bentuk infrastruktur adalah barang modal


penting, seperti jalan, pelabuhan, dan jaringan irigasi untuk meningkatkan
pendapatan produsen pertanian atau menurunkan biaya produksi.. Barang
modal tersebut dikenal sebagai “barang-barang publik”, yang biayanya
bersumber dari anggaran pemerintah. Investasi dalam bentuk infrastruktur
sifatnya spesifik wilayah serta manfaatnya sebagian besar akan dinikmati oleh
produsen dan konsumen diwilayah tersebut. Kebijakan investasi publik amat
rumit karena infrastruktur tersebut harus dipelihara dan diperbaharui dari waktu
ke waktu. Sebagai contoh, tahun 2009 ini pemerintah telah meresmikan
Jembatan Suramadu yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Pulau
Madura dengan tujuan agar roda perekonomian di pulau Madura tidak
tertinggal jauh dengan pesatnya perekonomian Surabaya. Untuk jangka
pendek sektor pertanian dan peternakan yang merupakan sektor primer akan
berkembang karena kegiatan ekonomi Madura masih bertumpu pada sektor
pertanian primer diantaranya tanaman pangan, peternakan, perikanan,
perkebunan, dan kehutanan9 .

c. Investasi publik dalam bentuk sumberdaya manusia termasuk


didalamnya berbagai jenis pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan tingkat
keahlian atau keterampilan serta kondisi kesehatan produsen dan konsumen.
Investasi dalam bentuk sekolah-sekolah pertanian (SPMA), pusat-pusat
pelatihan dan penyuluhan (BPTP, BLPP), Kegiatan Magang Sekolah Lapang
(SL) Pertanian merupakan contoh-contoh investasi publik yang dapat
meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia sektor pertanian. Investasi
seperti ini amat menentukan dalam pembangunan jangka panjang, tetapi
hasilnya memang baru akan terlihat dalam waktu yang lama.

Investasi publik dalam bentuk penelitian dan pengembangan teknologi


merupakan contoh lain dari barang-barang publik yang secara langsung
memberikan manfaat bagi produsen dan konsumen pertanian. Negara-negara
yang mengalami pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi biasanya
melakukan investasi yang besar di bidang riset budidaya pertanian untuk
mengadopsi teknologi yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga riset
internasional, seperti penggunaan benih unggul baik untuk tanaman pangan
maupun tanaman tahunan. Benih-benih unggul ini seringkali memerlukan
penggunaan teknologi baru, pengaturan air yang lebih baik, dan penggunaan
input yang lebih banyak. Untuk beberapa komoditas, terobosan teknologi yang
dibiayai oleh dana publik, biasanya lebih pada teknologi pengolahan dibanding
teknologi usahatani atau budi daya.

4. Strategi Para Pengambil Kebijakan Pertanian

Dalam rangka memperlancar pelaksanaan pembangunan pertanian,


sinkronisasi antar subsektor dan lintas sektor, serta koordinasi antara pusat
dan daerah, dikembangkan manajemen yang terpadu yang mencakup aspek
perencanaan, implementasi, pengendalian, pemantauan, evaluasi, pelaporan
dan pengawasan yang sesuai dengan prinsip good governance. Persoalan
pertanian juga tidak hanya berkait dengan konsumsi dan produksi, tetapi juga
soal daya dukung sektor pertanian yang komprehensif. Ada empat aspek
menurut Syaiful Bahari10 (2004) yang menjadi prasyarat melaksanakan
pembangunan pertanian, yaitu:

a. Akses terhadap kepemilikan tanah Apabila bercermin pada kisah


sukses pembangunan pertanian di Jepang, Thailand, Korea Selatan, Taiwan,
China, dan Vietnam, semuanya tidak terlepas dan diawali dengan perombakan
dan penataan kembali struktur penguasaan tanah yang timpang melalui
program reformasi agraria. Ketika industri telah menghasilkan surplus,
sebagian keuntungan dikembalikan lagi ke sektor pertanian. Hal inilah yang
tidak terjadi di Indonesia. Kasus di Indonesia, setelah pertanian diperas habis
kemudian ditinggalkan. Surplus industri justru dipakai untuk konsumsi barang
mewah, pembangunan properti, dan sebagian lagi dibawa lari ke luar negeri
(capital outflow). Sedangkan pertanian hanya ditempatkan sebagai subordinasi
sektor industri sehingga tidak pernah terjadi transformasi sosial-ekonomi di
pedesaan maupun tingkat nasional.

Land reform sendiri mencakup redistribusi tanah kepada petani kecil dan
buruh tani, penataan produksi melalui pembangunan infrastruktur pertanian,
fasilitas permodalan dan teknologi tepat guna, penguatan
kelembagaan/organisasi petani dalam bentuk koperasi atau asosiasi petani,
dan proteksi terhadap produk-produk pertanian.

Tujuan land reform yang sesungguhnya untuk menumbuhkan keadilan


struktur penguasaan dan kepemilikan tanah masih jauh dari harapan. Padahal
konstitusi kita mengamanatkan bahwa penerima redistribusi tanah dalam land
reform adalah petani miskin, penggarap, buruh tani dan subyek lainnya (UUPA
1960).

Pemerintah harus memahami bahwa program land reform ini


merupakan bagian dari strategi besar (grand strategy) pembangunan ekonomi.
Program ini sebenarnya bertujuan merombak sistem ekonomi, dari yang sistem
yang mengandalkan perusahaan-perusahaan pertanian, menjadi sistem yang
menempatkan petani sebagai sokoguru ekonomi nasional yang didukung
koperasi-koperasi.

Mungkin kelemahan kita selain land reform yang kurang memihak petani
adalah kebijakan konsolidasi lahan dan penggunaan lahan yang kurang teratur.
Negara-negara pertanian maju sudah sejak lama melakukan konsolidasi lahan
untuk mendukung kesinambungan pembangunan pertanian mereka berikut
meningkatkan taraf hidup petani. Di sisi lain penggunaan lahan untuk pertanian
benar-benar diperuntukkan bagi pertanian. Dengan demikian lahan pertanian
sebagai aset pembangunan pertanian tetap terjaga.

Sumber-sumber agraria merupakan faktor penting dalam pembangunan


pertanian. Oleh karenanya diperlukan jaminan kepastian hukum atas
penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber agraria
bagi rakyat. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan "komitmen politik" yang
sungguh-sungguh dari semua pihak untuk memberikan dasar dan arah
reformasi agraria. Salah satu komitmen politik yang diperlukan ialah melakukan
kaji ulang berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
agraria dalam rangka sinkronisasi kebijakan antar sektor demi terwujudnya
peraturan perundang-undangan agraria yang lebih berkeadilan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa land reform hingga kini adalah jalan terbaik bagi
negara-negara agraris seperti Indonesia untuk melakukan transformasi sosial-
ekonomi dan membangun. Jangan sampai kita membangun pertanian seperti
membangun ’rumah di atas angin’, tanpa disediakan alasnya lebih dulu.

b. Akses input dan proses produksi

Upaya meningkatkan akses terhadap sarana input produksi pertanian


memerlukan aksi nyata dari pemerintah daerah, antara lain: (l) penyusunan
kebutuhan sarana produksi per tahun di setiap daerah sehingga akan
mempermudah penyediaan sarana tersebut, (2) pembuatan alur distribusi
setiap jenis sarana produksi yang diperlukan dan sekaligus memuat instansi
atau lembaga yang bertanggungjawab disetiap tahapan penyediaan, (3)
pembangunan dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang distribusi
sarana produksi, seperti sarana transportasi dan pergudangan dan (4)
pemberian insentif kepada petani yang menerapkan pemakaian sarana
produksi sesuai anjuran.

c. Akses terhadap pasar Petani gurem - petani dengan lahan sempit,


petani penggarap yang tidak punya lahan dan buruh tani lepas yang cuma
mengharap upah sesaat - terjerat oleh belenggu berlapis: lahan yang tidak
memenuhi skala ekonomis, skill dan teknologi terbelakang, tidak memiliki
akses terhadap sumber pembiayaan, lingkungan infastruktur fisik yang tak
memadai, dan tidak punya akses terhadap pasar. Dari daftar kendala di atas,
persolan yang paling sulit dihadapi adalah ketiadaan akses pasar. Baik karena
rantai ijon maupun karena tidak tersedia pilihan peluang pemasaran lain.
Realitas yang dihadapi oleh petani berbunyi: harga adalah nasib. Perbaikan
teknologi dan fasilitas pembiayaan tidak banyak mengubah realitas pahit itu.
Karena itu, perbaikan nasib petani ditentukan oleh mampu atau tidaknya kita
membangun sistim yang memberikan akses pasar lebih langsung kepada para
petani, baik secara individual maupun melalui kelompok tani. Salah satu kredo
pertanian modern berbunyi "put your hands on the plough but put your eyes on
the market" Dalam konteks sistim resi gudang, ada dua prasyarat yang
dibutuhkan untuk memutus isolasi petani dari pasar: Pertama, resi gudang
yang diterbitkan haruslah berupa instrumen yang bisa diperdagangkan, dan
kedua, penyediaan pasar sekunder resi gudang yang likuid dan transparan.
Hanya dengan demikian upaya perbaikan teknologi, perbaikan kualitas hasil
panen dan pembentukan kelompok tani untuk memperoleh skala ekonomis
minimal, berpeluang memperbaiki posisi tawar petani, yang pada gilirannya
memungkinkan perbaikan kualitas hidup petani gurem. Upaya perbaikan nasib
petani memang tak bisa dilakukan sepotong-sepotong. Kita harus membuka
pintu-pintu yang memungkinkan mereka memperoleh sumber pembiyaaan
yang paling murah. Dan tak kalah penting, pintu-pintu yang memberikan akses
pasar yang bersedia memberikan harga lebih pantas terhadap hasil keringat
mereka.

d. Akses terhadap kebebasan Strategi revitalisasi pertanian pun telah


lama dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setidaknya lebih dari
4 tahun yang lalu. Namun menurut Bustanul Arifin (2005), strategi kebijakan
komprehensif yang masih abstrak tersebut masih perlu diterjemahkan lagi
menjadi langkah kebijakan operasional yang lebih ’ground’.

5. Solusi

Peranan pedesaan sebagai penyokong basis pertanian tidak dapat


dipandang sebelah mata. Pedesaan dalam perekonomian tidak mesti
berkonotasi ketertinggalan dengan masa depan suram, lalu harus ditinggalkan
dan ditelantarkan. Contoh di Uni Eropa menunjukkan peran ekonomi pedesaan
yang berkembang sehingga perannya tetap besar dalam perekonomian
nasional walaupun peran sektor pertanian primer cenderung berkurang. Hasil
satu studi yang dilakukan oleh Komisi Eropa menunjukkan peranan yang masih
sangat penting sektor pedesaan dalam ekonomi Uni Eropa (UE) yang kini
sudah beranggotakan 27 negara (UE-27). Areal tanah pedesaan meliputi 91%
yang ditinggali jumlah penduduk 56% keseluruhan. Sektor pedesaan
menghasilkan paling sedikit 49% Nilai Tambah Bruto (Gross Added Value) dan
menyediakan lapangan kerja lebih dari 50%. Di banyak negara anggota peran
ekonomi pedesaan bahkan masih dominan. Ada lima upaya yang harus dan
segera dilakukan agar momentum akselerasi pertumbuhan sektor pertanian
dapat terus dipertahankan secara berkelanjutan yaitu:

(a) Merenovasi dan memperluas infrastruktur fisik, utamanya sistem


irigasi, sistem transportasi, sistem telekomunikasi dan kelistrikan pedesaan;
(b) Revitalisasi sistem inovasi pertanian melalui penelitian dan
pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian;

(c) Pengembangan kelembagaan agribisnis (tata pemerintahan,


organisasi pengusaha dan jejaring usaha);

(d) Rekonstruksi sistem insentif berproduksi dan investasi;

(e) Pengelolaan pasar input dan output.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya pengembangan usaha


pertanian melalui pemanfaatan alsintan dan peningkatan keterampilan petani
melalui pembinaan dan pelatihan, demi terwujudnya visi pembangunan
pertanian yaitu untuk mewujudkan keluarga tani yang mampu mengelola
pertanian yang tangguh dan mandiri, efisiensi serta berwawasan agribisnis
menuju keluarga sejahtera, sehingga pertanian mampu menjadi komoditas
unggulan dan menjadi sokoguru perekonomian, maka perlu adanya
keterpaduan program baik intern maupun lintas sektoral.

4) Latihan
Diskusikanlah dengan kelompok anda masing – masing membahas
tentang peranan pemerintah dalam pembangunan pertanian
5) Evaluasi

Dalam memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas, jawablah


pertanyaan di bawah ini !

1.Jelaskan peranan apa saja yang dilakukan pemerintah dalam


pembangunan pertanian beserta contohnya ?
e. Kegiatan Pembelajaran ke 5
6) Permintaan dan Penawaran terhadap Hasil Pertanian
7) Tujuan Materi Pembelajaran
b) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar teori
ekonomi mengenai permintaan dan penawaran
c) Mahasiswa diharapkan mampu menguraikan penerapan teori
ekonomi yang relevan dalam menyelesaikan persoalan ekonomi
pertanian di Indonesia.
8) Materi Pembelajaran
3.1. Permintaan Komoditas Pertanian
3.1.1. Pengertian Permintaan (Demand)
Secara umum dalam istilah ekonomi kita mengenal istilah
demand yang merupakan permintaan. Permintaan komoditas (demand
for commodity) merujuk kepada jumlah maksimum barang yang
dinginkan konsumen untuk dibeli pada berbagai tingkat harga dengan
asumsi ceteris paribus. Menurut Pracoyo (2006), permintaan merupakan
adanya sejumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai
tingkat harga pada periode tertentu. Sedangkan menurut Sugiarto
(2002), pengertian permintaan merupakan jumlah barang atau jasa yang
diminta oleh pasar. Hal ini berarti permintaan didorong karena adanya
keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap suatu barang atau jasa
yang harus terpenuhi. Ada dua syarat yang harus terpenuhi agar
permintaan komoditas ini dapat terealisasi yaitu ; (1) adanya keinginan
(preferensi) konsumen dan (2) daya beli konsumen. Dengan kata lain,
permintaan dapat terjadi pada saat konsumen memiliki kebutuhan akan
barang tersebut dan juga memiliki daya beli untuk mendapatkan produk
tersebut. Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli dikenal
dengan istilah permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya
didasarkan atas kebutuhan saja disebut dengan permintaan potensial.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permintaan merupakan
adanya kesediaan konsumen , masyarakat, pedagang perantara dalam
membeli sejumlah barang pada tingkat harga selama periode tertentu.

3.1.2. Hukum Permintaan


Hukum permintaan menjelaskan sifat hubungan antara
permintaan suatu barang pada tingkat harga tertentu. Hipotesis yang
dinyatakan dalam hukum permntaan adalah “ semakin rendah harga
suatu barang atau jasa maka semakin tinggi permintaan terhadap suatu
barang atau jasa tersebut”. Sebaliknya, “semakin tinggi harga suatu
barang, maka semakin rendah permintaan terhadap barang atau jasa
tersebut’ (Firdaus, 2008). Oleh karena itu, hubungan antara harga dan
jumlah barang yang diminta adalah negatif.
3.1.3. Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan merupakan suatu bentuk persamaan yang
menunjukkan hubungan antara variabel jumlah barang yang diminta
dengan salah satu variabel dari faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen
adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain (barang substitusi
dan barang komplementer), pendapatan masyarakat, jumlah penduduk,
selera dan lain – lain.
Berikut ini merupakan salah satu contoh salah satu faktor yang
mempengaruhi permintaan daging sapi di pasar. Sebagai contoh pada
saat hari biasa, konsumen akan mempertimbangkan untuk tidak
membeli daging sapi jika terjadi kenaikan harga daging sapi di pasar.
Akan tetapi ketika hari raya idul fitri, konsumen akan tetap membeli
daging sapi untuk melengkapi santapan bersama keluarga pada saat
berkumpul dengan keluarga walaupun terjadi kenaikan harga daging
sapi. Kenaikan harga daging sapi juga merupakan akibat dari
meningkatnya permintaan konsumen pada daging sapi. Hal ini
menunjukkan bahwa permintaan konsumen dipengaruhi oleh harga
pada waktu tertentu, akan tetapi pada saat kondisi tertentu harga
konsumen juga dapat dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan
konsumen pada suatu barang atau jasa. Contoh lain dalam kehidupan
sehari – hari, komoditi cabai merupakan komoditi utama yang
dibutuhkan sebagai bahan baku pangan dan industri. Dengan
banyaknya manfaat dan kegunaan dari cabai merah, maka semakin
meningkatkan permintaan konsumen terhadap cabai merah. Selain itu
peningkatan pendapatan dan meningkatnya konsumsi masyarakat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan
permintaan terhadap cabai merah juga meningkat.
Untuk lebih memudahkan, maka faktor – faktor tersebut
dirangkum dalam bentuk persamaan matematis, Secara matematis,
adapun bentuk persamaan dari fungsi permintaan adalah sebagai
berikut :
QdA = f ( PA, Ps, Pk, I, T, …..)
Dimana :
QdA = Jumlah barang atau jasa yang diminta
PA = Harga barang itu sendiri pada tingkat tertentu
Ps = Harga barang lain (harga barang substitusi)
Pk = Harga barang lain (harga barang komplementer)
I = Income (Pendapatan)
T = Taste (Selera Konsumen)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan
antara jumlah barang yang diminta dengan faktor – faktor yang
mempengaruhinya. Dalam hal ini jumlah barang yang diminta
merupakan variabel dependent atau variabel yang dipengaruhi dan
variabel independent atau variabel yang mempengaruhi yang terdiri dari
harga barang itu sendiri, harga barang lain (harga barang substitusi dan
harga barang komplementer), pendapatan dan jumlah penduduk.
3.1.4. Kurva Permintaan (Demand Curve)
Kurva permintaan merupakan kurva yang menggambarkan
hubungan antara jumlah barang yang diminta pada tingkat harga
tertentu dengan asumsi ceteris paribus. Defenisi dari hukum permintaan
dapat lebih jelas dipahami dalam sebuah tabel dan kurva permintaan.
Tabel permintaan merupakan tabel yang menyajikan data jumlah
permintaan suatu komoditi barang atau jasa pada tingkat harga tertentu
dengan asumsi faktor lain konstan. Berikut merupakan contoh tabel
permintaan jeruk nipis.
Tabel 1. Permintaan Jeruk Nipis.

Harga Jeruk Nipis Kuantitas yang diminta


Kombinasi
(Rp/Kg) (Kg)
A 5.000 10
B 4.000 20
C 3.000 30
D 2.000 40
E 1.000 50

Dari tabel permintaan diatas, dapat digambarkan dalam kurva


permintaan jeruk nipis selama satu bulan yang ada dibawah. Setiap titik
yang pada kurva permintaan menunjukkan hubungan antara harga dan
kuantitas jeruk nipis yang diminta. Kurva permintaan jeruk nipis dibawah
ini memiliki hubungan negatif, yaitu bergerak dari kiri atas ke kanan
bawah.

Gambar
1. Kurva

Permintaan Jeruk Nipis


Pada kurva diatas dapat dilihat bahwa ketika harga jeruk nipis Rp
3.000, jumlah permintaan jeruk nipis sebanyak 30 kg. Kemudian, ketika
harga jeruk turun sebesar Rp 2.000, permintaan terhadap jeruk nipis
meningkat sebesar 40 kg. Sebaliknya, pada saat harga jeruk nipis naik
sebesar Rp 4.000, maka permintaan terhadap jeruk nipis menurun
sebesar 20 kg. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah barang yang diminta
memiliki hubungan yang negatif dengan harga pada tingkat tertentu.
3.1.5. Pergerakan dan Pergeseran di Sepanjang Kurva Permintaan
Pergerakan disepanjang kurva permintaan merupakan perubahan
kuantitas yang diminta yang terjadi karena adanya perubahan harga.
Artinya ketika harga berubah baik itu mengalami kenaikan maupun
penurunan maka jumlah komoditi yang diminta akan berubah sesuai
dengan hukum permintaan. Akan tetapi, ketika semua faktor lain yang
mempengaruhi permintaan berubah, maka terdapat hubungan baru
antara harga dan jumlah komoditi yang diminta atau dengan kata lain
terbentuk kurva yang baru. Perubahan harga barang lain, selera
konsumen, tingkat pendapatan, jumlah penduduk dan faktor lain
menyebabkan kurva permintaan bergeser ke kanan ataupun ke kiri.
Berikut merupakan ilustrasi dari pergerakan dan pergeseran di
sepanjang kurva permintaan.

Pergerakan Kurva Permintaan Pergeseran Kurva Permintaan

Gambar 2. Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan


Dari gambar diatas dapat kita lihat pada gambar kurva yang
berada disebelah kiri yang dimaksud dengan pergerakan di sepanjang
kurva permintaan merupakan perpindahan dari titik A ke titik B ataupun
sebaliknya yang dipengaruh oleh faktor harga komoditi itu sendiri.
Sedangkan gambar kurva yang disebelah kanan menunjukkan
pergeseran disepanjang kurva permintaan yang dilihat dari perpindahan
kurva D ke D1. Pergeseran kurva ini disebabkan oleh faktor lain selain
harga misalnya faktor selera konsumen, harga barang lain dan lainnya.
3.1.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Komoditas
Pertanian
Menurut Soekartawi (2002) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan komoditi pertanian terdiri dari harga, harga
barang lain (barang substitusi, komplementer dan independen), selera,
jumlah penduduk, tingkat pendapatan. Sementara itu, menurut Rahardja
dan Mandala (2002), selain faktor – faktor diatas yang disebutkan
mempengaruhi permintaan produk pertanian diantaranya adalah
perkiraan harga periode mendatang dan upaya produsen meningkatkan
penjualan berupa promosi.
Permintaan suatu komoditi pertanian adalah jumlah komoditi
pertanian yang diminta atau dibutuhkan untuk dikonsumsi oleh
konsumen baik secara langsung atau pun diolah melalui industri. Tinggi
rendahnya permintaan komoditi pertanian umumnya dipengaruhi
oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain, jumlah konsumen
dan pendapatan konsumen. Semakin tinggi harga barang maka
akan rendah jumlah komoditi yang diminta. Jika perubahan tingkat
pendapatan konsumen meningkat maka permintaan komoditi akan
meningkat, hal ini karena daya beli konsumen yang tinggi.
Selanjutnya peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan jumlah
komoditi yang diminta akan meningkat, karena semakin
bertambahnya konsumsi bagi masyarakat. Harga komoditi lain, yaitu
harga komoditi subsitusi atau komplementer yang menjadi komoditi
pengganti atau pelengkap terhadap suatu komoditi, jika komoditi
tersebut komoditi subsitusi, semakin naiknya harga komoditi
subsitusi tersebut maka akan menaikkan permintaan suatu komoditi
dan sebaliknya. Menurut Hanafie (2010), jika jumlah industri berbahan
baku suatu komoditi tersebut semakin meningkat, maka semakin
tinggi permintaan terhadap komoditi tersebut.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya juga telah membahas
mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan produk
pertanian. Salah satunya adalah hasil penelitian Sagala dan dkk (2002)
mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di
Sumatera Utara yang merupakan komoditi utama dan sumber bahan
pangan utama yang penting bagi masyarakat dan juga digunakan
sebagai pakan ternak. Untuk melihat bagaimana pengaruh faktor –
faktor tersebut mempengaruhi permintaan kedelai, maka metode
analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan uji
t hasil penelitian menunjukkan bahwa harga jagung, total populasi,
pendapatan percapita dan jumlah industri untuk konsumsi
berpengaruh signifikan terhadap permintaan kedelai di Provinsi
Sumatera Utara. Sedangkan harga kedelai dan jumlah industri
untuk pakan berpengaruh tidak signifikan terhadap permintaan
kedelai di Provinsi Sumatera Utara.
3.2. Penawaran Komoditas Pertanian
3.2.1. Pengertian Penawaran (Supply)
Menurut T.Gilarso (2003) penawaran adalah kuantitas dari suatu
barang atau jasa tertentu yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu
selama jangka waktu tertentu, ceteris paribus. Dari perumusan tersebut
dapat dilihat bahwa pengertian penawaran menunjukkan adanya
hubungan fungsional antara jumlah yang ditawarkan (Qs) dan harga per
satuan (P). Berapa jumlah barang yang ditawarkan dipengaruhi oleh
harga barang atau jasa bersangkutan.
Gregory Mankiw (2000) menyatakan bahwa pada penawaran,
terdapat hubungan positif antara kuantitas yang ditawarkan dengan
harga barang. Kuantitas barang yang ditawarkan meningkat ketika
harga meningkat dan menurun ketika harga menurun.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penawaran komoditas
pertanian merupakan kesediaan produsen (petani, nelayan, peternak,
dll) untuk menawarkan sejumlah produk pertanian pada tingkat harga
tertentu selama periode tertentu.

3.2.2. Hukum Penawaran

Hubungan antara harga dan kuantitas yang ditawarkan ini


dinamakan hukum penawaran (law of supply) dengan menganggap hal
lainnya sama, ketika harga barang meningkat,maka kuantitas barang
tersebut yang ditawarkan akan meningkat.
Hukum penawaran menjelaskan bahwa kuantitas barang atau
jasa yang ditawarkan berbanding lurus dengan tingkat harga. Artinya,
jika harga barang atau jasa naik, maka kuantitas barang dan jasa yang
ditawarkan akan naik juga. Sebaliknya, jika harga turun, maka jumlah
penawaran barang dan jasa akan turun juga. Oleh karena itu hubungan
antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan memiliki korelasi
positif.
3.2.3. Fungsi Penawaran
Fungsi penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalam
hubungan matematis dengan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Di
dalam fungsi penawaran dapat diketahui hubungan antara variabel
terikat yaitu jumlah barang atau jasa yang diminta dan variabel bebas
yang mempengaruhinya.
Adapun bentuk persamaan matematis secara umum dan
sederhana yang menjelaskan hubungan antara variabel jumlah
komoditas pertanian yang ditawarkan dengan variabel yang
mempengaruhi penawaran komoditas pertanian adalah sebagai berikut.
Qs = f (PA, Ps, Pi, T, Nlp, Hpro)
Dimana :
Qs = Jumlah komoditas pertanian yang ditawarkan
PA = Harga komoditas itu sendiri
Pi = Harga komoditas lain (komoditas substitusi dan komplementer)
Pi = Harga inpu
T = Teknologi
Nlp = Jumlah lembaga pemasaran
Hpro = Harapan produsen terhadap harga komoditas di masa yang akan
datang
3.2.4 Kurva Penawaran
Menurut Haryati (2007), kurva penawaran adalah kurva yang
menghubungkan titik – titik kombinasi antara harga dengan jumlah
barang yang diproduksi atau ditawarkan.
Ciri – ciri kurva penawaran adalah sebagai berikut :
 Digambarkan dari kiri bawah ke kanan atas
 Terdapat hubungan positif antara harga dan jumlah komoditi yang
ditawarkan dalam hal ini apabila harga meningkat, maka jumlah barang
yang ditawarkan akan meningkat.
Menurut Mankiw (2000), kurva penawaran menunjukkan apa
yang terjadi dengan kuantitas barang atau jasa yang ditawarkan ketika
harganya berfluktuasi, dengan menganggap seluruh faktor yang
mempengaruhi lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah penawaran tersebut berubah, kurva penawaran
akan bergeser.
Berikut merupakan tabel penawaran yang menunjukkan jumlah
bawang merah yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu.

Tabel Penawaran dan Kurva Penawaran

Gambar 3. Kurva Penawaran Komoditi Pertanian

Dari kurva diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi


positif antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Peningkatan
dan penurunan harga dapat mempengaruhi jumlah komoditi yang
ditawarkan. Apabila harga bawang merah naik, maka produsen akan
meningkatkan jumlah penawaran bawang merah dan sebaliknya.

3.2.5. Pergerakan dan Pergeseran Kurva Penawaran

Pergerakan kurva penawaran merupakan pergerakan yang terjadi


di sepanjang kurva penawaran yang diakibatkan oleh berubahnya
jumlah produk yang ditawarkan produsen sebagai akibat dari perubahan
harga produk tersebut. Pergerakan ini sejalan dengan Hukum
Penawaran, yaitu ketika harga barang naik, maka jumlah barang yang
ditawarkan akan bertambah, sehingga titik pada kurva penawaran akan
bergerak ke kanan.

Sedangkan kurva penawaran juga bisa mengalami pergeseran,


baik ke kanan maupun ke kiri. Pergeseran ini terjadi karena berubahnya
jumlah produk yang ditawarkan produsen sebagai akibat dari berbagai
faktor kecuali faktor harga produk tersebut. Berbagai faktor yang
dimaksud diantaranya adalah harga input, teknologi, harapan
(ekspektasi), dan jumlah penjual.

Gambar 4. Pergerakan dan Pergeseran di Sepanjang Kurva Penawaran


Dari gambar diatas dapat kita lihat pada gambar kurva yang
berada disebelah kiri yang dimaksud dengan pergerakan di sepanjang
kurva penawaran merupakan perpindahan dari titik A ke titik B ataupun
sebaliknya yang dipengaruh oleh faktor harga komoditi itu sendiri.
Sedangkan gambar kurva yang disebelah kanan menunjukkan
pergeseran disepanjang kurva penawaran yang dilihat dari perpindahan
kurva S ke S1. Pergeseran kurva ini disebabkan oleh variabel lain selain
variabel harga yaitu harga input, teknologi, harapan (ekspektasi), dan
jumlah penjual.
3.2.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Komoditas
Pertanian
Faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran suatu produk
berupa barang atau jasa adalah jumlah barang yang ditawarkan, harga
barang, jumlah faktor produksi (input) yang tersedia, keadaan alam,
pajak, teknologi, jumlah pedagang/penjual, tujuan perusahaan dan
kebijakan pemerintah. Selain itu menurut Soekartawi (2002), faktor lain
yang mempengaruhi penawaran produk pertanian adalah harapan
konsumen dan elastisitas produksi.
Berdasarkan penelitian Purba, dkk mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara (2013).
Penawaran jagung meningkat setiap tahun seiring dengan semakin
berkembangnya industri-industri yang berbahan baku jagung seperti
industri tepung jagung dan pakan ternak. Metode analisis data yang
digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
faktor yang mempengaruhi adalah harga jagung dan luas panen jagung.
Jika harga jagung meningkat sebesar 1 rupiah maka jumlah penawaran
jagung di Sumatera Utara juga meningkat sebesar 297,201 ton dan jika
luas panen jagung meningkat sebesar 1 hektar maka jumlah penawaran
jagung di Sumatera Utara juga meningkat sebesar 2,208 ton.
9) Latihan
Diskusikanlah dengan kelompok anda masing – masing dengan
mengambil salah satu jurnal mengenai permintaan dan penawaran
komoditi pertanian. Analisislah jurnal tersebut dengan melihat faktor –
faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
komoditi tersebut. Kemudian analisis bagaimana faktor – faktor tersebut
mempengaruhi permintaan dan penawaran komoditi tersebut !
10) Evaluasi
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas,
jawablah pertanyaan di bawah ini !
3. Jelaskan apa yang dimaksud permintaan dan penawaran
komoditi pertanian ?
4. Jelaskan faktor – faktor yang mepengaruhi permintaan dan
penawaran komoditi pertanian dan gambar lah dengan kurva
bagaimana faktor – faktor tersebut mempengaruhi permintaan
dan penawaran tersebut ?
11)Kunci jawaban
f. Kegiatan Pembelajaran ke 6 -7
1. Elastisitas Permintaan Komoditas Pertanian
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar elastisitas
permintaan dan penawaran komoditas pertanian
b. Mahasiswa diharapkan mampu menghitung besar dan nilai
elastisitas permintaan dan penawaran komoditas pertanian.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana respon permintaan dan
penawaran komoditas pertanian terhadap perubahan harga
komoditas prertanian.
d. Mahasiswa mampu membedakan, menjelaskan dan menghitung
elastisitas harga dari permintaan, elastisitas pendapatan dari
permintaan da elastisitas silang dari permintaan.
3. Materi Pembelajaran
3.1. Elastisitas Permintaan Komoditas Pertanian

Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah


mengurangi subsidi bahan bakar minyak ternyata meresahkan sebagian
masyarakat Indonesia. Kebijakan ini juga berdampak pada salah satu
sektor yaitu rumah tangga. Kenaikan harga bahan bakar juga akan
berpengaruh terhadap harga komoditi pertanian. Apabila harga komoditi
pertanian naik, bagaimana respon konsumen terhadap kenaikan harga
komoditi pertanian ?. Apakah konsumen akan mengurangi permintaan
terhadap komoditi pertanian ?.Seberapa besar pengaruh perubahan
permintaan terhadap perubahan harga?. Oleh sebab itu, penting bagi
kita mengetahui dan mengukur bagaimana perubahan permintaan
karena adanya perubahan harga ataupun pendapatan.

Elastisitas permintaan komoditas pertanian mengukur perubahan


relatif dalam jumlah unit komoditas yang dibeli sebagai akibat
perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (ceteris paribus).
Ada tiga faktor terpenting yang mempengaruhi permintaan terhadap
komoditi pertanian, yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain dan
pendapatan. Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri
disebut elastisitas harga. Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan
harga barang lain disebut elastisitas silang, dan bila dikaitkan dengan
pendapatan disebut elastisitas pendapatan. Biasanya komoditas
pertanian termasuk barang yang inelastis. Semakin mudah faktor
produksi disubstitusi oleh faktor produksi yang lain sebagai reaksi
perubahan harga faktor produksi tersebut maka makin besar elastisitas
faktor produksi tersebut.

a. Elastisitas harga (price elasticity)


Elastisitas harga menunjukkan besaran perubahan jumlah barang
yang diminta konsumen sebagai akibat perubahan harga. Konsep ini
menyatakan perbandingan antara persentase perubahan variabel
jumlah komoditi pertanian yang diminta dengan persentase
perubahan variabel harga. Besarnya elastisitas harga dari
permintaan komoditas dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut .

( Q2−Q 1) P1
Ep= .
( P2−P1 ) Q1

Dimana :
Ep = Elastisitas harga dari permintaan
Q1 = Jumlah permintaan awal komoditas pertanian
Q2 = Perubahan (naik/turun) jumlah permintaan
P1 = harga awal komoditas pertanian
P2 = perubahan (naik/turun) harga komoditas pertanian
Pengukuran elastisitas permintaan kerap dinyatakan dalam
ukuran koefisien elastisitas permintaan. Koefisien elastisitas
permintaan dapat di rumuskan sebagai berikut:
a) Permintaan Elastis (Ed > 1)
Barang dikatakan elastis bila kurva permintaan mempunyai
koefisien elastisitas lebih besar daripada satu. Hal ini terjadi bila
jumlah barang yang diminta lebih besar daripada persentase
perubahan harga barang tersebut. Permintaan elastis biasanya
sering terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya.
b) Permintaan Elastisitas Kesatuan (Unitary Elasticity) (Ed = 1)
Barang dikatakan elastis uniter bila kurva permintaan mempunyai
koefisien elastisitas sebesar satu. Persentase perubahan harga
direspon proporsional terhadap persentase jumlah barang yang
diminta.
c) Permintaan In – Elastis (Ed <1)
Permintaan in – elastis ini dapat terjadi apabila persentase
permintaan lebih kecil daripada persentase perubahan harga.
Contoh permintaan tidak elastis ini dapat kita temui pada
komoditas pertanian yang termasuk dalam kategori kebutuhan
pokok (essensial goods). Salah satu produknya adalah beras.
Meskipun harga beras naik, orang akan tetap membeli beras
untuk kebutuhan konsumsi sehari – hari. Walapun
penggunaannya dapat dihemat, namun tidak sebesar kenaikan
harga yang terjadi. Sebaliknya, ketika harga beras turun, maka
konsumen tidak akan menambah konsumsinya sebesar
penurunan harga. Hal ini dikarenakan mengonsumsi beras
memiliki keterbatasan yaitu rasa kenyang.
d) Permintaan Elastisitas Sempurna (Ed = ∞ )
Permintaan yang memiliki angka elastisitasnya sama dengan tak
terhingga (Ed = ~) bersifat elastis sempurna. Permintaan dapat
memenuhi yang tak terhingga, walaupun harga barang
tetap. Pasar mampu membeli semua barang pada suatu harga
tertentu. Akan tetapi, kenaikan harga sedikit saja akan
mengakibatkan permintaan menjadi 0.
e) Permintaan In-Elastis Sempurna (Ed = 0)
Permintaan in – elastis sempurna tejadi pada keadaan ini
konsumen tidak akan merubah permintaannya pada tingkat harga
berapapun.
Angka elastisitas dapat tergambar pada kurva permintaan
dibawah ini berdasarkan jenis elastisitasnya

Gambar 4. Kurva Permintaan Berdasarkan Angka Elastisitas

Untuk mempermudah pemahaman terhadap rumus elastisitas


diatas, berikut diberikan contoh kasus harga komoditas turun dan
harga komoditas naik.

1) Kasus harga (P) komoditas turun


Pada saat harga daging sapi Rp 120.000/kg, jumlah daging sapi
yang dibeli konsumen adalah 5 kg dan pada saat harga daging
sapi turun menjadi Rp 110.000/kg jumlah daging sapi yang dibeli
konsumen meningkat sebanyak 8 kg. Berapakah nilai elastisitas
harganya ?
Diketahui : Q1 = 5 kg
Q2 = 8 kg
P1 = Rp 120.000/kg
P2 = Rp 110.000/kg

( Q2−Q 1) P1
Ep= .
( P2−P1 ) Q1

( 8−5 ) 120.000
Ep= .
( 110.000−120.000 ) 5

= -7,5

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai elastisitasnya adalah


sebesar |-7,5|, Artinya, penurunan harga daging sapi sebanyak 1 % akan
mengakibatkan kenaikan permintaan daging sapi sebanyak 7,5 %. Tanda
negatif hanya menunjukkan arah hubungan (perubahan yang berlawanan)
antara harga dengan jumlah daging sapi yang diminta. Nilai elastisitas > 1
yang berarti daging sapi merupakan salah satu komoditas pertanian yang
bersifat elastis.

2) Kasus harga (P) komoditas naik

Apabila harga daging sapi naik dari Rp 110.000/kg menjadi Rp


120.000/kg dan permintaan daging sapi turun dari 8 kg menjadi 5 kg.
Nilai elastisitasnya dapat dihitung sebagai berikut ?

Diketahui : Q1 = 8 kg
Q2 = 5 kg
P1 = Rp 110.000/kg
P2 = Rp 120.000/kg

( Q2−Q 1) P1
Ep= .
( P2−P1 ) Q1
(5−8 ) 110.000
Ep= .
( 120.000−110.000 ) 8

= -4,25

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai elastisitasnya


adalah sebesar |-4,25|, Artinya, kenaikan harga daging sapi sebanyak 1
% akan mengakibatkan permintaan daging sapi menurun sebanyak 4,5
%. Tanda negatif hanya menunjukkan arah hubungan (perubahan yang
berlawanan) antara harga dengan jumlah daging sapi yang diminta.

3) Contoh kasus menghitung elastisitas dari fungsi permintaan


Fungsi permintaan gula merah ditunjukkan oleh persamaan Q =50 –½P.
Tentukan besar elastisitas dari permintaan pada tingkatharga P = 80 ?
Jawab :
Jika P = 80,
maka Q = 50 – 1/2 (80)
Q = 50 – 40
Q = 10
Jika Q=50−1/2P,
∆Q
Maka =−1/2
∆P
∆ Q P1
Jadi E= x
∆ P Q1
80
E=−1/2 x
10
E = -4
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai elastisitasnya
adalah sebesar |-4|, Artinya, kenaikan harga gula merah sebanyak 1 %
akan mengakibatkan permintaan gula merah menurun sebanyak 4 %.
Tanda negatif hanya menunjukkan arah hubungan (perubahan yang
berlawanan) antara harga dengan jumlah gula merah yang diminta.

b. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)


Elastisitas silang (Ec) adalah persentase perubahan jumlah
permintaan suatu komoditas, sebagai akibat adanya perubahan harga
komoditas lain (yang memiliki hubungan baik saling melengkapi ataupun
saling menggantikan) sebesar 1%.
Besarnya elastisitas permintaan silang dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut.

Persamaan diatas dapat ditransformasikan menjadi :


Q Y −Q2 Y P1 X + P2 X
Ec = 1 x
P1 X−P2 X Q 1 Y +Q2 Y

Keterangan :

Ec = Elastisitas silang dari permintaan


Q1Y = jumlah permintaan awal komoditas pertanian produk Y
Q2Y = jumlah permintaan komoditas pertanian produk Y setelah
harga produk X berubah (naik/turun)
P1X = harga awal komoditas pertanian produk X
P2X = harga komoditas pertanian produk X setelah perubahan
(naik/turun)
Nilai Ec mencerminkan hubungan antara komoditas pertanian
produk X dengan komoditas pertanian produk Y. Bila Ec > 0, X
merupakan substitusi Y. Kenaikan harga Y menyebabkan harga relatif X
lebih murah, sehingga permintaan terhadap X meningkat. Jika nilai Ec <
0 menunjukkan hubungan X dan Y adalah komplementer. X hanya bisa
digunakan bersama-sama Y. Kenaikan harga Y menyebabkan
permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan permintaan
terhadap X ikut menurun.

Untuk mempermudah pemahaman mengenai elastisitas silang,


berikut diberikan contoh kasus elastistas silang permintaan untuk
komoditas substitusi dan komplementer.
1) Contoh kasus komoditas substitusi
Harga teh di pasar turun dari Rp 2.000/unit menjadi Rp 1.500/unit.
Penurunan harga teh ini menyebabkan penurunan permintaan kopi
dari 8.000 unit menjadi 5.000 unit. Hitunglah nilai elastisitas silang
dari komoditas pertanian diatas.
Jawab :

Q 1 Y −Q 2 Y P1 X + P2 X
Ec = x
P1 X−P2 X Q 1 Y +Q 2 Y

8.000unit −5.000unit Rp2.000+ Rp 1.500


¿ x
Rp 2.000−Rp1.500 8.000unit +5.000 unit

¿ 1,615

Nilai elastisitas yang diperoleh adalah sebesar 1,61. Artinya,


penurunan harga teh di pasar sebesar 1 % dapat menyebabkan
penurunan jumlah permintaan komoditas kopi sebesar 1,615%. Hal ini
dikarenakan sebagian konsumen beralih mengonsumsi kopi menjadi
teh.

2) Contoh kasus komoditas komplementer


Pada saat harga gula turun dari Rp 9.000/kg menjadi Rp 8.000/kg,
kemudian jumlah permintaan teh meningkat dari 12.000 unit menjadi
14.000 unit. Hitunglah nilai elastisitasnya ?
Jawab :

Q 1 Y −Q 2 Y P1 X + P2 X
Ec = x
P1 X−P2 X Q 1 Y +Q 2 Y

12.000unit −14.000unit Rp 9.000+ Rp 8.000


¿ x
Rp 9.000−Rp 8.000 12.000 unit +14.000 unit

¿ -1,30

Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar -1,30, artinya adalah


penurunan harga gula sebesar 1% menyebabkan kenaikan jumlah
permintaan teh sebesar 1,30 %. Dan begitu juga sebaliknya kenaikan
harga gula sebesar 1% menyebabkan penurunan jumlah permintaan teh
sebesar 1,30%. Atau juga dapat diartikan penurunan harga gula sebesar
2% menyebabkan kenaikan jumlah permintaan the sebesar 2,60% dan
seperti itu selanjutnya.

c. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)


Elastisitas permintaan pendapatan merupakan perbandingan

antara persentase perubahan jumlah komoditas yang diminta akibat


adanya perubahan pendapatan (income) riil konsumen sebesar 1%.
Besarnya nilai elastisitas permintaan pendapatan dapat ditentukan
dengan rumus dibawah ini :

Adapun klasifikasi barang atau komoditas pertanian berdasarkan angka


elastisitas pendapatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

 Jika nilai EI > 0 termasuk dalam kategori barang normal (normal goods).
 Jika nilai EI berada pada 0 < EI < 1 termasuk dalam kategori barang
kebutuhan pokok (essensial goods).
 Jika nilai EI > 1 termasuk dalam kategori barang mewah (luxurius
goods).
 Jika nilai EI < 0 termasuk dalam kategori barang inferior (inferior goods).

Untuk memudahkan kita memahami elastisitas pendapatan, berikut


merupakan contoh kasus dari elastisitas pendapatan. Seorang konsumen
ketika pendapatannya Rp 1.000.000, jumlah komoditas telur yang diminta
adalah sebesar 4 kg. Setelah pendapatannya naik menjadi Rp 1.500.000,
jumlah telur yang diminta naik menjadi 5 kg. Hitunglah nilai elastisitas
pendapatan dari konsumen tersebut ?

Jawab :

∆ Q I1
E I= x
∆ I Q1

5−4 1.000.000
¿ x
500.000 4

¿ 0,5

Nilai elastisitas pendapatan yang diperoleh adalah sebesar 0,5 yang


artinya adalah setiap kenaikan pendapatan konsumen sebesar 4% akan
menyebabkan kenaikan konsumsi terhadap telur ayam sebesar 2%. Nilai
elastisitas sebesar 0,5% atau berada diantara 0<E I<1 yang artinya telur ayam
termasuk dalam kategori barang normal atau kebutuhan pokok.

3.2 Elastisitas Penawaran Komoditas Penawaran

Telah dijelaskan pada kegiatan pembelajaran sebelumnya pada hukum


penawaran komoditas pertanian bahwa perubahan harga suatu komoditas
pertanian akan mempengaruhi jumlah penawaran suatu komoditas tersebut.
Oleh karena itu, untuk menerangkan bagaimana perubahan penawaran maka
digunakan konsep elatisitas penawaran. Elastisitas penawaran mengukur
responsif atau kepekaan produsen atau penjual dengan perubahan jumlah
komoditas pertanian yang ditawarkan akibat perubahan harga komoditas
tersebut.

Sama halnya dengan elastisitas permintaan, untuk menghitung


elastisitas penawaran juga dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Ep = Elastisitas harga dari penawaran
Q1 = Jumlah penawaran awal komoditas pertanian
Q2 = Perubahan (naik/turun) jumlah penawaran
P1 = harga awal komoditas pertanian
P2 = perubahan (naik/turun) harga komoditas pertanian
Pengukuran elastisitas penawaran kerap dinyatakan dalam ukuran
koefisien elastisitas penawaran. Koefisien elastisitas penawaran
diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Penawaran In-elastis Sempurna (Es = 0)


Penawaran Inelastis sempurna terjadi ketika terjadi perubahan harga
tidak menyebabkan perubahan jumlah yang ditawarkan, atau ΔQs = 0,
meskipun ΔP ada. Secara matematis %ΔQs = 0, berapapun perubahan
dalam %ΔP. Dengan kata lain perubahan harga sebesar apapun sama
sekali tidak berpengaruh terhadap jumlah yang ditawarkan.
Kasus penawaran inelastis yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-
hari pada produk/barang-barang hasil pertanian misalnya jumlah
produksinya sudah tidak mungkin ditambah atau sulit ditambah
walaupun harga terus-menerus menaik. Jumlah penawaran kelapa di
suatu daerah ketika musim kemarau sangat sedikit dan
tergantung/dipengaruhi dari faktor alam, walaupun harga tinggi maka
jumlah yang ditawarkan tetap relatif terbatas.
b. Penawaran In – elastis (Es < 1)
Penawaran inelastis terjadi ketika perubahan harga tidak terlalu
berpengaruh terhadap perubahan kuantitas komoditas pertanian yang
ditawarkan. Dengan kata lain persentase perubahan jumlah komoditas
pertanian yang ditawarkan relatif lebih kecil dibanding persentase
perubahan harga. Secara matematis %ΔQs < %ΔP. Penawaran
Inelastis atau sering disebut penawaran yang tidak peka terhadap
harga, misal harga berubah naik 5% maka perubahan penawarannya
akan naik kurang dari 5%.
Elatisitas penawaran lebih kecil dari satu biasanya terjadi pada barang-
barang hasil pertanian, karena barang-barang produk pertanian tidak
mudah untuk menambah atau mengurangi produksinya dalam jangka
pendek.
c. Penawaran Elastis Uniter (Es = 1)
Penawaran Elastis Uniter terjadi ketika perubahan harga sebanding
terhadap perubahan kuantitas komoditas pertanian yang ditawarkan.
Dengan kata lain persentase perubahan jumlah yang ditawarkan sama
dengan persentase perubahan harga. Jadi kalau harga berubah turun
sebesar 5% maka kuantitas yang ditawarkan juga akan berubah dalam
hal ini akan turun sebesar 5%. Secara matematis %ΔQd = %ΔP.
d. Penawaran Elastis (Es > 1)
Penawaran Elastis terjadi ketika perubahan harga pengaruhnya cukup
besar terhadap perubahan kuantitas barang yang ditawarkan. Dengan
kata lain persentase perubahan jumlah yang ditawarkan relatif lebih
besar dari persentase perubahan harga. Jadi kalau harga turun 5%
maka kuantitas barang yang ditawarkan akan mengalami penurunan
lebih besar dari 5%, dan sebaliknya. Secara matematis %ΔQd > %ΔP.
Penawaran yang elastis atau peka terhadap harga (Es >1) dapat
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari biasanya terjadi pada komoditas
pertanian hasil industri yang mudah ditambah atau dikurangi
produksinya.
e. Penawaran Elastis Sempurna ( Es = ∞ )
Penawaran Elastis Sempurna tejadi ketika ada perubahan jumlah yang
ditawarkan meskipun tidak ada perubahan harga, atau ΔQs =
perubahan (naik/turun) jumlah komoditas pertanian yang ditawarkan,
meskipun ΔP = 0. Secara matematis %ΔQs = Ada, %ΔP = 0. Kasus
penawaran elastis sempurna terjadi pada bila penawaran suatu barang
dapat berubah-ubah meskipun harga barang tersebut tetap.
Angka elastisitas dapat tergambar pada kurva penawaran
dibawah ini berdasarkan jenis elastisitasnya

Gambar 5. Kurva Penawaran Berdasarkan Angka Elastisitas

Dalam elastisitas penawaran kita juga akan mengenal elastisitas


produksi (Eprod). Elastisitas produksi menunjukkan nilai yang diperoleh dari hasil
perbandingan antara perubahan produksi akibat adanya perubahan harga
produksi tersebut.
E Persentase perubahan Q
∏ ¿= Persentase perubahan P ¿
Persamaan diatas menjelaskan bila jumlah produksi adalah Q, maka
perubahan produksi adalah ∆Q, jika P menerangkan harga dari komoditas
pertanian tersebut maka ∆P adalah perubahan harga sehingga persamaan
diatas dapat ditransformasikan menjadi :

E ∆Q
Q
∏ ¿= ∆P
¿
P

Untuk mempermudah kita memahami elastisitas penawaran, berikut


diberikan contoh kasus elastisitas penawaran :
Harga cabai merah Rp 20.000/kg. Petani menawarkan komoditas
tersebut sebanyak 10 ton. Selanjutnya harga cabai merah tersebut naik 50%
yaitu menjadi Rp 30.000/kg sehingga petani menawarkan komoditas tersebut
lebih besar yaitu sebanyak 12 ton. Hitunglah berapa besar ealstisitas
penawaran ?

Jawab :

E ∆Q
Q
∏ ¿= ∆P
¿
P
10−12
10
¿
20.000−30.000
20.000

= 0,4

Angka elastisitas produksi yang diperoleh adalah sebesar 0,4 yang


artinya kenaikan harga sebesar 1% akan diikuti kenaikan penawaran sebesar
0,4%. Namun angka elastisitas tersebut dapat terjadi pada titik tertentu.
Berbeda untuk titik yang lain, besarnya elastisitas produksi akan berubah,
angka perubahannya adalah:

10−12
12
¿
20.000−30.000
30.000

= 0,5

Pada elastisitas produksi juga terdapat pembedaan yaitu elastisitas titik


atau dua titik. Cara ini disebut elastisitas busur sehingga Q 2 adalah jumlah
komoditas yang ditawarkan sedangkan Q 1 adalah jumlah komoditas yang
ditawarkan sebelumnya begitu juga dengan nilai P 2 dan P1. Dengan demikian
dapat dihitung :

(Q 2−Q1) (12−10) (20.000+30.000)


Ea rch = x ¿ ¿ ¿Earch = x
(Q2+Q 1) (12+10) (30.000−20.000)

= 0,45
Nilai elastisitas yang diperoleh mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan harga cabai merah sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan
jumlah cabai yang ditawarkan sebesar 0,45%.

4) Latihan
Kerjakanlah latihan dibawah ini dengan baik dan benar !
a. Diketahui harga minyak goreng Rp 12.000/liter dan jumlah permintaan
minyak goreng sebanyak 10.000 liter. Kemudian harga minyak
goreng turun menjadi Rp. 11.000/liter dan permintaan minyak
goreng menjadi 15.000 liter. Hitunglah besar koefisien
elastisitasnya ?
b. Fungsi permintaan bawang merah ditunjukkan oleh persamaan Q =
50-1/2P. Tentukanlah besar elastisitas dari permintaan pada tingkat
harga P = 40 ?
c. Diketahui fungsi penawaran jagungadalah P = 100 + 2Q. Hitunglah
nilai elastisitas dari fungsi penawaran pada tingkat harga P = 1.000
d. Harga tomat Rp 8.000/kg. Petani menawarkan komoditas tersebut
sebanyak 25 ton. Selanjutnya harga tomat tersebut naik 25% yaitu
menjadi Rp 10.000/kg sehingga petani menawarkan komoditas
tersebut lebih besar yaitu sebanyak 40 ton. Hitunglah berapa besar
ealstisitas penawaran ?
5) Evaluasi
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas,
jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan mengapa penting mempelajari elastisitas permintaan
dan penawaran dan bagaimana penerapannya dalam
menyelesaikan persoalan ataupun permasalahan di bidang
pertanian?
2. Jelaskan jenis elastisitas permintaan dan penawaran komoditas
pertanian berdasarkan angka koefisien elastisitasnya serta
berikan contoh komoditi pada masing – masing elastisitas
permintaan dan penawaran tersebut ?
3. Jelaskan perbedaan dari ketiga pengertian berikut : (i) elastisitas
permintaan harga, (ii) elastisitas permintaan silang dan (iii)
elastisitas pendapatan ?
6) Kunci jawaban
g. Kegiatan Pembelajaran ke - 8
1. Teori Produksi
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan defenisi usahatani dan
ilmu usahatani
b. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan fungsi produksi dan
hubungan antara input produksi dengan output produksi.
c. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep – konsep
produksi
d. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan bagaimana hubungan
antara produk total, produk marginal dan produk rata – rata.
3. Materi Pembelajaran
3.1. Defenisi Usahatani
Salah satu permasalahan di bidang pertanian adalah menentukan
atau memilih jenis usahatani yang paling menguntungkan di suatu
daerah. Bagaimana cara mengalokasikan sumber daya seperti faktor –
faktor produksi (tanah, tenaga kerja dan modal) secara efektif, efisien
dan berkelanjutan. Sehingaa pada akhirnya produsen akan memperoleh
keuntungan dari kegiatan usahatani yang dlakukannya pada waktu
tertentu. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usahatani tersebut
pada akhirnya akan menjadi salah satu pendapatan petani (outcome).
Tidak hanya itu berbagai permasalahan yang dihadapi petani
juga dapat kita lihat tentang bagaimana petani memperhitungkan biaya
– biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan produk
pertanian yang diusahakan agar nantinya hasil produksi dapat menutupi
biaya produksi tersebut dan petani memperoleh keuntungan dari
kegiatan usahatani tersebut.
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
petani mengelola faktor – faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal,
teknologi, pupuk, benih, pestisida, dll) untuk menghasilkan produksi
dengan kuantitas yang maksimal dan biaya yang minimal sehingga
diperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut secara efektif, efisien dan
suistanable.
Beberapa sumber lain mendefinisikan bahwa usahatani adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana cara-cara mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan penggunaan input produksi seefektif dan seefisien
mungkin sehingga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dan
petani memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut. Ilmu usahatani
juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai cara petani
memperoleh keuntungan dengan mengelola input produksi yang dimiliki
secara efektif dan efisien. Dikatakan efektif apabila petani dapat
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik –
baiknya dan juga secara efisien jika pemanfaatan sumberdaya tersebut
dapat menghasilkan output yang memiliki nilai jual.
Sama halnya yang dikemukakan oleh Tohir (1991) ilmu usahatani
mempelajari cara-cara petani menyelenggarakan dan mengusahakan
pertanian agar petani mendapatkan kesejahteraan (keuntungan).
Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengelola
dan mengorganisasi sarana produksi pertanian dengan pemanfaatan
teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian
(Moehar, 2001). Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa usahatani adalah usaha di bidang pertanian yang dilakukan
produsen (petani, peternak, nelayan, dll) untuk memperoleh keuntungan
dengan cara memanfaatkan dan mengelola faktor produksi yang mereka
miliki yang mana sebagian dari pendapatan yang diterima digunakan
untuk membiayai pengeluaran yang berhubungan dengan usahatani.
3.2. Fungsi Produksi
Menurut Salvatore (1994) pengertian produksi adalah hasil akhir
dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa
masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa
kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan
untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi
produksi.

Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai


landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah
suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau
teknis antara faktor-faktor yang digunakan dengan jumlah produk yang
dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga, baik harga
faktor-faktor produksi maupun harga produk (Epp & Malone, 1981).

Didalam ekonomi kita mengenal fungsi produksi yang merupakan


suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi atau
ouput dengan faktor – faktor produksi (input). Hubungan antara jumlah
output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses
produksi (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, … 𝑋n) secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut (Nicholson, 1995):

Y = f (X1, X2, X3……xn)

Keterangan :
Y = output (hasil produksi fisik)
X1, X2, X3…… Xn = input (faktor produksi)
Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa
produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang
dipergunakan, tetapi belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif
mengenai hubungan antara produk dan faktor produksi tersebut.
Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi
tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik antara lain:
1. 𝑌 = a + b𝑋 (fungsi linear)
2. 𝑌 = a + b𝑋 – c𝑋 2 (fungsi kuadratis)
Berdasarkan fungsi produksi di atas juga dapat diketahui
hubungan antara input dengan output, dan juga hubungan antar input itu
sendiri. Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya
terdiri atas modal (K) dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang
dimaksud dapat diformulasikan menjadi (Nicholson, 1995):

Y = f (K,L)
Dimana :

Y = output (hasil produksi fisik)


K = Modal
L = Tenaga Kerja
Fungsi produksi di atas menunjukkan maksimum output yang
dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif dari modal
dan tenaga kerja.

Dalam produksi pertanian misalnya produksi jagung, maka


produksi fisik yang dihasilkan dengan menggunakan beberapa faktor
produksi yaitu tanah, modal dan tenaga kerja atau mengombinasikan
faktor produksi secara bersamaan. Kita juga dapat menggambarkan
fungsi produksi secara jelas dan menganalisis peranan dari masing –
masing faktor produksi tersebut dengan mengasumsikan bahwa salah
satu dari faktor produksi misalnya tenaga kerja sebagai variabel yang
berubah – ubah nilainya sedangkan faktor – faktor produksi lainnya
dianggap konstan.

Gambar Kurva
Fungsi Produksi
Kurva diatas menjelaskan hubungan antara faktor produksi
tenaga kerja pada sumbu x dengan output (hasil produksi) produk
pertanian misalnya jagung. Dalam bentuk grafik fungsi produksi
merupakan kurva melengkung dari kiri bawah ke kanan atas dan pada
titik tertentu mencapai titik maksimum, kemudian berbalik turun
kebawah. Fungsi produksi diatas juga menjelaskan bahwa ketika input
produksi (tenaga kerja) ditambah, maka produksi jagung akan
bertambah dan mencapai titik maksimum. Akan tetapi pada titik tertentu
ketika tenaga kerja terus ditambah maka produksi jagung tidak akan
bertambah melainkan produksi akan menurun. Hal ini dapat disebabkan
beberapa faktor. Salah satu diantaranya penambahan faktor produksi
(tenaga kerja) juga harus diseimbangkan atau disesuaikan dengan
penambahan faktor produksi yang lain. Ketika kita menambah salah
satu faktor produksi tetapi faktor produksi lainnya tetap, maka produksi
yang dihasilkan tidak akan maksimal.
Adapun tiga pola yang terdiri dari hubungan antara input dan
output, hubungan antara input dan input serta hubungan antara outputd
dan output yang secara umum digunakan dalam pendekatan
pengambilan keputusan usahatani yaitu :
1. Hubungan antara input-output, yang menunjukkan pola hubungan
penggunaan berbagai tingkat input untuk menghasilkan tingkat
output tertentu (dijelaskan dalam konsep fungsi produksi).
2. Hubungan antara input-input, yaitu variasi penggunaan kombinasi
dua atau lebih input untuk menghasilkan output tertentu
(direpresentasikan pada konsep isokuan dan isocost).
3. Hubungan antara output-output, yaitu variasi output yang dapat
diperoleh dengan menggunakan sejumlah input tertentu
(dijelaskan dalam konsep kurva kemungkinan produksi dan
isorevenue)
Ketiga pendekatan di atas digunakan untuk mengambil berbagai
keputusan usahatani guna mencapai tujuan usahatani yaitu (i) menjamin
pendapatan keluarga jangka panjang, (ii) stabilisasi keamanan pangan,
(iii) kepuasan konsumsi, (iv) status social dan lain sebagainya.
Adapun faktor produksi yang diperlukan dalam kegiatan
usahatani yaitu :
1. Lahan Pertanaman
Menurut Mubyarto (1995) tanah merupakan salah satu faktor
produksi yang digunakan sebagai media tanam atau tempat produksi
berjalan dan darimana hasil produksi diperoleh. Oleh karena itu, tanah
mempunyai kedudukan paling penting.
2. Modal (sarana produksi)
Menurut Soekartawi (2003) dalam kegiatan proses produksi
pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal
tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang
dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan,
dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap.
Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses
produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek
dan tidak berlaku untuk jangka panjang.

Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah


biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali
dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang
dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang
dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.

3. Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang
penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah
yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga
kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan.

4. Manajemen
Dalam usaha tani modern, peranan manajemen sangat penting dan
strategis, yaitu sebagai seni untuk merencanakan, mengorganisasi dan
melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi, bagaimana
mengelola orang-orang dalam tingkatan atau tahapan proses produksi.
5. Produk
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output.
Dalam bidang pertanian, produk atau produksi itu bervariasi karena
perbedaan kualitas. Pengukuran terhadap produksi juga perlu perhatian
karena keragaman kualitas tersebut. Nilai produksi dari produk-produk
pertanian kadang-kadang tidak mencerminkan nilai sebenarnya, maka
sering nilai produksi diukur menurut harga bayangannya/shadow price.
3.3. Konsep – Konsep Produksi dan Hubungan antara Produk
Total, Produk Marginal dan Produk Rata – Rata.
Di atas telah dijelaskan bahwa fungsi produksi
menunjukkan hubungan antara hasil produksi (output) dengan
faktor produksi (input). Pada pembahasan kali ini kita akan
melihat bagaimana hubungan output dan input dan istilah – istilah
dalam produksi yang berkaitan dengan bidang pertanian.

Pada konsep – konsep produksi kita akan mengenal


produk total (total product), produk marginal (marginal product)
dan produk rata – rata (average product). Produk total merupakan
jumlah komoditas yang di produksi atau produk yang dihasilkan
sebagai akibat dari penggunaan berbagai macam input tertentu
(pupuk, pestisida, benih, pakan ternak,dsb) dalam suatu sistem
produksi.

Produk marginal (PM) merupakan tambahan satu-satuan


faktor produksi X yang dapat menyebabkan penambahan atau
pengurangan satu-satuan output Y dimana faktor lain dianggap
konstan. PM dapat ditulis dengan ∆Y/∆X. Apabila nilai PM
konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit faktor
produksi X, menyebabkan tambahan satu-satuan unit output Y
secara proposional (constant productivity). Apabila tambahan
satu satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit
output Y turun (decreasing productivity), maka PM akan menurun.
Apabila penambahan satu - satuan unit faktor produksi X
menyebabkan satu-satuan unit output Y meningkat secara tidak
proposional maka peristiwa ini disebut produktivitas yang
meningkat (increasing productivity). Produk marginal dapat
disederhanakan dengan rumus dibawah ini :
Jika PT = f(K,L), maka PMK = ∆PT/∆K dan PML = ∆PT/∆L
Dimana PMK merupakan perubahan output akibat
perubahan input K dan PM L merupakan perubahan output akibat
perubahan input L.
Produk rata – rata merupakan output atau hasil produksi
per satuan input variabel. Untuk menghitung nilai produk rata –
rata yang dihasilkan dapat menggunakan persamaan dibawah
ini : Jika PT = f(K,L), maka PRK = PT/K dan PRL = PT/L
Dimana PRK merupakan produk rata – rata yang dihasilkan
per unit labor dan PRL merupakan rata – rata output yang
dihasilkan per unit kapital.
Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat ketika PT naik
maka nilai PM positif. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai
PM menjadi nol. Bila PT sudah mulai menurun, maka nilai PM
menjadi negatif dan bila PT naik pada tahapan increasing rate,
maka PM bertambah pada decreasing rate.

I II III

Gambar . Hubungan TP, MP dan AP

Dengan demikian hubungan PM dan PR yaitu bila PM


lebih besar dari pada PR, maka posisi PR masih dalam keadaan
meningkat. Bila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam
keadaan turun. Bila terjadi PM sama dengan PR, maka PR dalam
keadaan maksimum.

Menurut Soekartawi (2002) dengan mengaitkan Produk


Marginal (PM), Produk Rata-rata (PR), dan Total Produk (PT),
maka dapat diketahui elastisitas produksi usaha dalam keadaan
elastisitas produksi yang rendah atau tinggi. Elastisitas produksi
(Ep) ini menunjukkan persentase perubahan output sebagai
akibat dari persentase perubahan input, Secara sederhana dapat
ditulis sebagai berikut :

Atau dapat disederhanakan menjadi :

Karena APL = Q/L dan MPL =


dQ/dL, maka elastisitas produksi dapat ditulis kembali menjadi :

Adapun hubungan antara


APL dan MPL berdasarkan persamaan diatas, terdapat tiga
keadaan yang dapat dijelaskan, yaitu :

1. APL > MPL yang berarti bahwa elastisitas produksi (Ep)


mempunyai nilai < 1 (inelastis)
2. APL < MPL yang berarti bahwa elastisitas produksi (Ep)
mempunyai nilai > 1 (elastis)
3. APL = MPL, yang berarti bahwa elastisitas produksi (Ep)
mempunyai nilai = 1 (unitary)
Dari gambar diatas juga dapat dijelaskan bagaimana
hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar
kecilnya nilai elastisitas produksi (Ep) yaitu:

1. Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM.


2. Ep = 0 bila PM = 0 dalam situasi PR sedang turun.
3. Ep > 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik
di daerah I (Irrasional), maka petani mampu memperoleh
keuntungan ketika jumlah faktor produksi ditambah.
4. 1 < Ep > 0 menunjukkan tambahan sejumlah faktor produksi
tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output
yang diperoleh.
5. Peristiwa ini terjadi di daerah II (rasional), di mana pada
sejumlah faktor produksi yang diberikan maka PT tetap naik
pada tahapan decreasing rate. 5. Ep < 0 yang berada di
daerah III (Irrasional) menunjukkan PT dalam keadaan turun,
nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan turun. Setiap
upaya penambahan faktor produksi tetap merugikan petani.

Berikut merupakan ilustrasi untuk melihat hubungan antara


PT, PM dan PR disajikan pada tabel dibawah ini. Pada tabel
dibawah menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan adalah
kebab durian (ouput). Sedangkan untuk menghasilkan kebab
durian input yang digunakan adalah tenaga kerja. Untuk melihat
hubungan antara tenaga kerja dengan kebab durian yang
dihasilkan, maka input yang lain dianggap konstan.
Tabel 1. Produksi Jangka Pendek

Produk
Produk Total Produk Rata –
Tenaga
No (Kebab Marginal dari Rata dari
Kerja (L)
Durian/Jam) Tenaga Kerja Tenaga
Kerja
1. 0 0 - -
2. 1 10 10 10
3. 2 25 15 12,5
4. 3 35 10 11,7
5. 4 40 5 10
6. 5 42 2 8,4
7. 6 42 0 7

Dalam proses produksi berlaku hukum kenaikan hasil yang


semakin menurun (The law of Diminishing Return) yang artinya
apabila input variabel ditambah, sedangkan input yang lain tetap
pada mulanya akan tejadi penambahan ouput atau output akan
meningkat dan mencapai titik maksimum, akan tetapi apabila
input variabel terus ditambah penggunaanya maka tambahan
output yang dihasilkan akan mengalami penurunan.
Berikut di bawah ini merupakan kurva yang menerangkan
bagaimana hubungan antara input (tenaga kerja) dan output yang
dihasilkan (kebab durian) sesuai pada tabel diatas yang
digambarkan pada kurva produk total, kurva produk rata – rata
dan kurva produk marginal.

Output
15
10
5
2

10

25

40
42
5
3
Kurva Produk Marginal

Kurva Produk Rata - Rata

Kurva Produk Total


Tenaga Kerja

Gambar . Kurva Produk Total dan Kurva Produk Marginal


Berdasarkan gambar diatas juga dapat ditunjukkan
tahapan – tahapan atau fase – fase sebagai berikut :
1. Tahapan pertama dimulai dari jumlah penggunaan tenaga
kerja (L) = 0 sampai MP L = APL, atau dari L= 0 sampai AP L
maksimum. Pada keadaan ini nilai elastisitas produksi > 1
(elastis)
2. Tahapan kedua dimulai dari MP L = APL atau APL maksimum
sampai MPL = 0. Pada keadaan ini nilai elastisitas produksi <
1 (inelastis).
3. Tahapan ketiga dimulai dari MPL = 0 atau MPL bernilai negatif.
Pada keadaan ini nilai elastisitas produksi adalah negatif.
Tahapan yang ideal bagi produsen (petani, nelayan,
peternak, pelaku usaha di bidang pertanian) adalah pada saat
MPL = APL, atau pada saat nilai elastisitas produksi = 1.
Sedangkan tahapan yang rasional yaitu dari AP L
maksimum sampai MPL = 0, selebihnya tidak menguntungkan
bagi produsen dikarenakan dengan bertambahnya jumlah tenaga
kerja yang dipergunakan dalam proses produksi malah akan
menurunkan hasil produksi (output).
Untuk memperoleh nilai produk marginal pada tabel diatas
(contoh no. 3) dengan menghitung menggunakan rumus berikut :
∆ PT
PM =
∆L
25−10
= 2−1

= 15

Nilai PM yang diperoleh pada contoh tabel no 3 adalah 10


unit, yang artinya pada mulanya 1 orang tenaga kerja dapat
menghasilkan 10 kebab/jam, kemudian ketika jumlah tenaga
kerja ditambah menjadi 2 orang maka kebab yang dapat
diproduksi sebanyak 25, kemudian nilai produk marginal yang
diperoleh adalah sebanyak 15. Nilai PM sebesar 15 berarti setiap
penambahan tenaga kerja sebanyak 2 TK dapat menghasilkan
produk marginal sebanyak 15.
Sedangkan untuk memperoleh nilai produk rata – rata
pada tabel diatas (contoh no. 3) menggunakan rumus berikut :
PT
PR=
L
25
= 2

= 12,5
Nilai PR yang diperoleh pada contoh tabel no 3 adalah
sebesar 12,5 yang artinya produk rata – rata yang dihasilkan
untuk 2 orang tenaga kerja adalah sebanyak 12,5. Nilai tersebut
diperoleh dengan membandingkan nilai produk total dengan
jumlah tenaga kerja.
Adapun asumsi yang berlaku pada hukum diatas adalah
hanya ada satu input variabel, sedangkan input lain konstan,
tidak ada perubahan teknologi yang digunakan dalam proses
produksi, dan sifat koefisien produksi adalah berubah – ubah.

4) Latihan
Kerjakanlah latihan dibawah ini dengan baik dan benar !
a. Suatu usaha di bidang industri pertanian memproduksi keripik ubi.
Berikut merupakan data tenaga kerja yang digunakan dan tingkat
produksi yang akan dicapai pada setiap jumlah tenaga kerja adalah
sebagai berikut :

Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Produksi


10 40
12 50
15 65
20 85
25 110
28 160
30 200
32 250
35 250
40 210

1. Hitunglah nilai dari produk marginal, produk rata – rata sesuai


data tabel di atas ?
2. Gambarkan kurva produk total (total product). Produk marginal
(marginal product) dan produk rata – rata (average product).
Tentukan pada jumlah tenaga kerja berapakah produksi yang
paling efisien ? Tunjukkan menggunakan kurva ?
5) Evaluasi
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas,
jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan bagaimana hubungan antara input produksi dan hasil
produksi (output) dengan menggunakan kurva produksi ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum The Law of
Diminishing Return dan gambarkan dengan kurva bagaimana
keadaan tersebut?
3. Jelaskan menurut pendapat anda bagaimana solusi untuk
produsen (petani, peternak, nelayan, dll) dalam menghadapi
berbagai permasalahan pada usahatani agar mencapai produksi
yang efisien ?
4. Jelaskan bagaimana hubungan antara produk total, produk
marginal dan produk rata – rata dan jelaskan menggunakan
kurva? dan bagaimana keadaan yang menguntungkan dan tidak
menguntungkan bagi produsen dan jelaskan alasannya ?
h. Kegiatan Pembelajaran ke - 9
1. Biaya Produksi Usahatani
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan biaya produksi dalam
usahatani
b. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan klasifikasi biaya
produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel
c. Mahasiswa diharapkan mampu menghitung biaya biaya variabel,
biaya tetap, biaya total dan biaya marginal.
d. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan menganalisis
bagaimana hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, biaya total
dan biaya marginal.
3. Materi Pembelajaran
3.1. Biaya Produksi
Seperti yang dijelaskan pada kegiatan pembelajaran sebelumnya
bahwa salah satu permasalahan petani adalah bagaimana petani dapat
memperhitungkan biaya – biaya yang harus dikeluarkan petani untuk
menghasilkan produk pertanian yang diusahakan agar nantinya hasil
produksi dapat menutupi biaya produksi tersebut dan petani
memperoleh keuntungan dari kegiatan usahatani tersebut. Tidak hanya
itu petani juga seharusnya memiliki kemampuan untuk mengelola
usahatani nya dengan mempertimbangkan berapa besar biaya yang
harus dikeluarkan petani sehingga untuk ke depannya petani
memperoleh keuntungan dan usahatani dapat berkelanjutan. Oleh
karena itu pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai
biaya produksi, apa saja jenis – jenis biaya dan bagaimana hubungan
antara biaya – biaya tersebut.
Secara umum biaya merupakan nilai dari seluruh faktor produksi
yang digunakan produsen untuk memproduksi suatu barang dan jasa.
Biaya yang dikeluarkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dengan tujuan memberikan manfaat di masa sekarang dan masa yang
akan datang. Selain itu biaya juga merupakan total pengeluaran dan
dapat dalam bentuk uang yang digunakan untuk menghasilkan suatu
produk selama satu periode. Pengeluaran dalam bentuk uang tersebut
yang termasuk dalam biaya adalah sarana produksi yang habis terpakai
misalnya bibit, pupuk, pestisida dan obat-obatan, lahan serta biaya dari
alat-alat produksi. .
Menurut Soekartawi (2006) biaya dalam usahatani dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cost).
Biaya tetap merupakan biaya yang tidak tergantung pada besar
dan kecil nya output yang dihasilkan atau jumlahnya relatif tetap, biaya
tersebut terus dikeluarkan meskipun tingkat produksi usahatani tinggi
ataupun rendah, dengan kata lain jumlah biaya tetap tidak tergantung
pada besarnya tingkat produksi.
Sedangkan biaya variabel atau biaya tidak tetap merupakan
kebalikan dari biaya tetap yang merupakan biaya yang dikeluarkan
tergantung pada besar kecilnya tingkat produksi usahatani. Contoh
biaya variabel padakegiatan usahatani adalah biaya untuk membeli
sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dll.
Biaya tetap (fixed cost) dapat dihitung dengan formula berikut ini:

Keterangan :
FC = fix cost (biaya tetap)
Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi = harga input
n = macam input
Akan tetapi ketika melalukan penelitian, biaya tetap tidak dapat
dihitung dengan rumus diatas. Biaya tetap dapat langsung ditetapkan
berdasarkan hasil observasi di lapangan. Sama halnya dengan biaya
variabel, rumus diatas juga dapat digunakan untuk menghitung biaya
variabel. Sehingga biaya total (total cost) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
TC = biaya total yang dikeluarkan produsen (total cost)
FC = biaya tetap (fixed cost)
VC = biaya variabel (variable cost)
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
usahatani khususnya, biaya yang dikeluarkan petani dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: biaya total (Total Cost), biaya tetap
total (Total Fixed Cost) dan biaya variabel total (Total Variabel Cost)
sesuai dengan persamaan diatas. Biaya total merupakan biaya
keseluruhan yang harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan output
tertentu, biaya tetap merupakan biaya yang tidak akan berubah
meskipun tingkat output berubah, sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang akan berubah apabila tingkat output berubah. Secara
matematis hubungan biaya total, biaya tetap, dan biaya variabel dapat
dituliskan sebagai berikut:

Keterangan :
TC = biaya total yang dikeluarkan produsen (total cost)
TFC = biaya tetap total (total fixed cost)
TVC = biaya variabel total (tota lvariable cost)
Hubungan antara ketiga biaya tersebut (biaya total, biaya tetap dan
biaya variabel) dapat dijelaskan dalam bentuk grafis sebagai berikut:

Gambar Kurva Biaya total


Kurva diatas menjelaskan bahwa kurva TFC berbentuk horizontal
karena nilai TFC tidak akan berubah meskipun tingkat output berubah.
Kurva TVC bermula dari titik nol dengan slope positif, hal ini
menunjukkan bahwa apabila suatu usaha sedang tidak melakukan
produksi maka nilai TVC akan sebesar nol, dan semakin tinggi tingkat
produksi suatu usaha maka nilai TVC juga akan semakin besar. Kurva
TC adalah hasil penjumlahan kurva TFC dan kurva TVC, oleh karena itu
kurva TC bermula dari pangkal kurva TFC dan apabila ditarik garis tegak
di antara kurva TC dan TVC maka panjang garis tersebut akan dengan
jarak antara kurva TFC dengan sumbu datar grafik

Setelah diperoleh nilai biaya tetap, maka kita juga dapat


menentukan biaya tetap rata – rata. Biaya tetap rata – rata adalah hasil
bagi antara biaya tetap dan jumlah output yang dihasilkan atau dengan
menggunakan persamaan di bawah ini :

Keterangan :
AFC = Biaya tetap rata – rata
FC = Biaya tetap yang dikeluarkan produsen
Q = output (hasil produksi)
Besar kecilnya AFC tergantung dari hasil produksi atau output
yang dihasilkan. Artinya, jika output yang dihasilkan semakin banyak,
maka AFC akan semakin kecil (berbanding terbalik). Hal ini juga
menggambarkan bahwa pada unit produksi yang banyak AFC akan
terlihat besar, sedangkan pada unit produksi yang banyak AFC akan
kecil jumlahnya.
Sama halnya dengan biaya tetap rata – rata (average fixed cost),
biaya variabel rata – rata adalah biaya variabel yang dibebankan pada
tiap unit produk yang dihasilkan. Biaya variabel rata – rata diperoleh dari
hasil bagi total biaya variabel dengan output yang dihasilkan atau sesuai
dengan persamaan di bawah ini.
Keterangan :
AVC = biaya variabel rata – rata (Average Variable Cost)
VC = biaya variabel yang dikeluarkan produsen (Variable Cost)
Q = output atau hasil produksi (Quantity)
Biaya total rata – rata adalah biaya keseluruhan atau
penjumlahan dari biaya tetap rata – rata dan biaya variabel rata – rata
untuk menhasilkan output tertentu dibagi dengan jumlah unit produk
yang dihasilkan atau juga merupakan biaya per unit produksi. Untuk
menghitung biaya total rata – rata diperoleh dari persamaan sebagai
berikut :

Keterangan :
AC = biaya rata – rata (Average Cost)
TC = biaya total (Total Cost)
AFC = Biaya tetap rata – rata (Average Fixed Cost)
AVC = biaya variabel yang dikeluarkan produsen (Variable Cost)
Q = output atau hasil produksi (Quantity)
Dalam biaya produksi juga terdapat biaya marginal, yaitu biaya
yang diperoleh dari perubahan biaya total akibat penambahan satu unit
output (Q) yang dihasilkan produsen. Biaya marginal dapat dirumuskan
sebagai berikut :

Oleh karena tambahan produksi satu unit output tidak akan


menambah atau mengurangi biaya produksi tetap (TFC), maka
tambahan biaya marginal ini akan menambah biaya variable total (TVC).
Gambar Kurva
Biaya Produksi

Dari gambar kurva diatas dapat dilihat titik minimum kurva MC,
AVC dan AC. Titik minimum dari kurva MC terletak pada ordinat yang
lebih rendah daripada titik dari AVC. Titik minimum AVC lebih rendah
dari titik minimum AC pada titik M. Kurva MC melewati titik minimum
AVC dikarenakan pada titik tersebut besarnya produk marjinal sama
dengan produk rata-rata sehingga MC sama dengan AVC.

Apabila biaya total rata-rata turun, biaya marjinal akan lebih kecil
daripada biaya total rata-rata, dan jika biaya total rata-rata naik maka
biaya marjinal akan menjadi lebih besar daripada biaya total rata-rata.
Oleh sebab itu kurva biaya marijinal (MC) akan memotong kurva biaya
total rata-rata (AC) pada titik minimumnya.

Untuk mempermudah pemahaman mengenai biaya produksi


dalam jangka pendek, berikut disajikan tabel biaya produksi yang terdiri
dari biaya total, biaya variabel, biaya tetap, biaya tetap rata – rata, biaya
variabel rata – rata dan biaya marginal yang telah dihitung berdasarkan
persamaan diatas.
Dari tabel diatas, dapat juga digambarkan ke dalam kurva biaya
produksi seperti yang tertera pada kurva di bawah ini.

Dalam gambar kurva diatas menjelaskan kurva TFC yang


menggambarkan biaya tetap total, kurva TVC yang menggambarkan
biaya berubah total dan kurva TC yang menggambarkan biaya total.
Pada pemulaannya apabila jumlah faktor berubah adalah sedikit,
produksi marjinal meninngkat dan menyebabkan TVC berbentuk agak
landai. Tetapi, apabila produksi sudah semakin banyak, produksi
marjinal semakin berkurang dan menyebabkan kurva TVC semakin
tegak.

Sedangkan kurva dalam gambar dibawah  berdasarkan kepada


angka-angka yang terdapat dalam kurva biaya tetap rata-rata berbentuk
menurun darikiri atas ke kanan bawah. Bentuk yang demikian
disebabkan karna ia menggambarkan bahwa semakin besar jumlah
produksi, semakin kecil biaya tetap rata-rata. 

4) Latihan
Kerjakanlah latihan dibawah ini dengan baik dan benar !
Suatu usaha di bidang pertanian memproduksi tempe dengan
menggunakan input tetap dan input variabel. Berikut merupakan data
tenaga kerja yang digunakan dan tingkat produksi yang akan dicapai
pada setiap jumlah tenaga kerja serta biaya tetap dan biaya variabel
yang dikeluarkan produsen tempe adalah sebagai berikut :

Jumlah
Q TFC TVC TC AFC AVC AC MC
TK
1 0 50 0 …… …… …… …… ……
2 1 50 40 …… …… …… …… ……
3 2 50 80 …… …… …… …… ……
4 4 50 100 …… …… …… …… ……
5 5 50 120 …… …… …… …… ……
6 8 50 180 …… …… …… …… ……
7 10 50 200 …… …… …… …… ……
8 12 50 280 …… …… …… …… ……
9 14 50 350 …… …… …… …… ……
10 15 50 450 …… …… …… …… ……

a. Dari tabel diatas, isilah titik – titik atau tabel yang kosong
dengan menggunakan rumus untuk menghitung masing –
masing biaya diatas.
b. Setelah menghitung dan mengisi titik – titik pada tabel diatas,
gambarkanlah masing – masing kurva biaya (kurva TFC, TVC,
TC, AFC, AVC, AC, MC) serta jelaskan bagaimana hubungan
antara biaya tersebut?
5) Evaluasi
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas,
jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan biaya produksi dan
bagaimana menghitung biaya produksi pada suatu kegiatan
usahatani ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan biaya total, biaya variabel,
biaya tetap dan biaya marginal ?
3. Jelaskan bagaimana hubungan antara biaya total, biaya variable
dan biaya tetap usahatani dengan menggunakan kurva dan
berikan contoh masing – masing ?
b. Kegiatan Pembelajaran ke 10
1. Teori-teori Pembangunan Pertanian
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pertanian dalam
pembangunan ekonomi nasional.
b. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model-model
pembanguna pertanian.
c. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan syarat-syarat
pembangunan pertanian
d. Mahasiswa diharapkan mampu menyebutkan teknologi dan
pembangunan pertanian.
e. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan menuju teori
pembangunan pertanian bagi Indonesia.

3. Materi Pembelajaran
1. pertanian dalam pembangunan Ekonomi Nasional
 Teori Pertumbuhan Rostow.

Posisi pertanian sangat memegang peranan penting pada tahapan


pertama pertumbuhan ekonomi Rostow (masyarakat taradisional), tetapi
semakin berkembang ke tahap selanjutnya, posisi pertanian dan perannya
semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh munculnya pemikiran-pemikiran
masyarakat yang baru yang terjadi, seperti:
 Penilaian yang berdasarkan spesialisasi, tidak hanya di bidang
pertanian.
 Transformasi dari sektor pertanian ke sector lain.
 Munculnya jiwa kewirausahaan yang bergerak bukan hanya dalam
bidang pertanian.
 Lebih efektif dan efisien dalam bekerja, mengakibatkan tenaga kerja
di pertanian berkurang karena penggunaan teknologi. Akibatnya perkerja
pindah ke sector lain, seperti industri nonpertanian.

Pertumbuhan pertanian di Indonesia memiliki peranan yang sangat


penting dalam pembangunan ekonomi. Sejarah menunjukkan bahwa
pembangunan pertanian merupakan prasyarat untuk adanya kemajuan dalam
tahapan-tahapan pembangunan selanjutnya. Karena pertanian memiliki
keterkaitan dengan berbagai aspek dalam perekonomian di Indonesia, maka
pembangunan pertanian merupakan penentu utama dalam pertumbuhan
ekonomi pedesaan, termasuk di dalamnya non-pertanian di pedesaan. Dengan
demikian, pembangunan pertanian menjadi bagian yang esensial bagi upaya-
upaya pengurangan kemiskinan di pedesaan maupun di perkotaan. Indonesia
sebagai negara agraris tidak boleh meninggalkan potensi pertaniannya, tetapi
dengan merubah pola pikir primitive menjadi modern melalui pendidikan dan
kebijakan pemerintah, maka posisi pertanian dapat memegang peranan
penting lagi (Panggabean, 2010). Rostow membagi proses pembangunan
menjadi 5 tahap :
1. Tahap perekonomian tradisional.
 Sektor pertanian berperan penting.
 Teknologinya belum berkembang.
 Hasil pertanian subsisten.
 Penguasaan sumber daya dipengaruhi hubungan keluarga.
2. Tahap pra-kondisi tinggal landas
 Merupakan tahap transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat
industri.
 Sektor pertanian mulai diiringi pembangunan industri.
 Lembaga keuangan tumbuh pesat dan terjadi investasi besar-besaran
untuk industri.
 Industrialisasi memerlukan dipenuhinya syarat :
 Tersedianya infra struktur atau prasarana transportasi.
 Perkembangan teknologi pertanian untuk memenuhi penduduk kota
yang semakin besar.
3. Tahap tinggal landas.
Tahap tinggal landas didefinisikan sebagai 3 kondisi yang saling berkaitan:
 Kenaikan laju investasi produktif antara 5-10% dari pendapatan nasional.
 Perkembangan beberapa sektor industri penting.
 Stabilitas kondisi politik dan sosial.
4. Tahap menuju kedewasaan
Ditandai oleh efektivitas teknologi yang didukung oleh :
 Perubahan tenaga kerja dari tidak terdidik menjadi terdidik.
 Pergeseran dari pekerja keras ke arah manajerial berteknologi.
5. Tahap konsumsi masa tinggi
 Terwujudnya welfare-state.
 Peningkatan pola konsumsi
Teori Pertumbuhan Struktural.

Perspektif dari teori pertumbuhan structural ini, keterbelakangan dan


ketergantungan disebabkan oleh eksploitasi yang dilakukan negara maju
terhadap negara berkembang. Eksploitasi tersebut dilakukan dengan modus
pengolahan hasil pertanian. Negara berkembang berkewajiban memasok hasil
pertanian untuk industri di negara maju. Kondisi struktur seperti ini membuat
negara berkembang tidak dapat keluar dari tekanan struktur. Teori ini pada
intinya menjelaskan transformasi ekonomi NSB dari pertanian subsisten ke
ekonomi modern yang didominasi sektor industri. Ada 2 teori perubahan
struktural :
1. Teori migrasi Arthur Lewis.
Posisi pertanian dalam teori pembangunan ekonomi lewis berubah dari
penting menjadi kurang penting akibat perubahan struktur sosial. Semakin
berkembangnya zaman membuat kebanyakan masyarakat berpikir bahwa
pertanian kurang dapat membuat hidup ekonomi perkapita baik. Akibatnya
terjadi peralihan tenaga kerja dari sector pertanian “tradisional” ke sector
industry “modern”. Hal ini diasumsikan bahwa pendapatan di perkotaan tempat
industri lebih tinggi daripada pendapatan pertanian di pedesaan. Kebanyakan
masyarakat sudah tidak terpaku pada sektor pertanian, dengan asumsi bahwa
banyak orang yang mencari kerja ke kota yang berakibat berlebihnya tenaga
kerja.
Kurangnya modal untuk membuat lapangan kerja baru juga menjadi
dampak lain dalam teori ini. Sumbangan sektor pertanian terhadap ekonomi
memang cenderung turun, sesuai dengan semakin meningkat dan
terdiversifikasinya perekonomian Indonesia. Namun yang perlu diamati juga
adalah peranan pertanian dalam menyerap angkatan kerja. Dari kenyataan itu
dapat dilihat bahwa ada ketimpangan dalam struktur ekonomi Indonesia, di
mana sektor yang sudah mulai menyusut peranannya dalam menyumbang
ekonomi ternyata harus tetap menampung jumlah tenaga kerja yang jauh lebih
banyak daripada yang sewajarnya terjadi.

Pembangunan yang berlangsung selama ini ternyata memang belum


berhasil mengangkat petani dan pertanian kepada posisi yang seharusnya.
Kesenjangan kesejahteraan petani dibandingkan dengan pekerja di sektor
lainnya memang semakin melebar. Produktivitas usahatani dan kualitas produk
tidak menunjukkan perbaikan yang berarti. Produk-produk pertanian semakin
berkurang daya saingnya dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Keterpurukan dan tidak berkembangnya sektor pertanian ini memiliki dampak
luas dan dalam bagi pembangunan ekonomi dan pembangunan Indonesia
secara keseluruhan. Tertinggalnya sektor pertanian mengakibatkan
pembangunan ekonomi dan pembangunan negara pada umumnya tidak
memiliki landasan yang kokoh dan mudah runtuh saat terjadi perubahan
keadaan.

Hal-hal yang diharapkan dalam pertanian di Indonesia:


 Pertama, sektor pertanian yang tumbuh cepat akan mampu
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penduduk di pedesaan yang
pada gilirannya dapat meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa
yang dihasilkan oleh sektor non-pertanian.
 Kedua, pertumbuhan sektor pertanian akan mendorong
pembangunan agroindustri.
 Ketiga, kemajuan teknologi di sektor pertanian yang diwujudkan
dalampeningkatan produktivitas tenaga kerja, menjadikan sektor ini dapat
menjadi sumber tanaga kerja yang relatif murah bagi sektor non-pertanian.
 Keempat, pertumbuhan sektor pertanian yang diikuti oleh naiknya
pendapatan penduduk pedesaan akan meningkatkan tabungan
(Panggabean, 2010).

Kritik terhadap teori Lewis : Perpindahan tenaga kerja dari sektor


pertanian ke sektor modern tidaklah proporsional karena keuntungan yang
diperoleh sektor modern di reinvestasi pada peralatan teknoogi maju yang
sifatnya efisiensi tenaga kerja. Asumsi kota mengalami kekurangan tenaga
kerja sehingga diperlukan tenaga dari pedesaan tidak benar, karena di kota
terjadi pertambahan penduduk secara alamiah .
1. Teori transformasi strukturnya Hollis Chenery (teori pola
pembangunan).

Teori Chenery. Pertumbuhan pendapatan per kapita akan mendorong


investasi dan sektor industry akan berkembang dengan meningkatnya daya
beli sehingga sektor industri akan mampu menampung limpahan tenaga kerja
dari pedesaan.

Kritik terhadap teori Chenery : Proses transformasi struktural tidak berarti


berjalan mulus. Secara sosiologi terjadi fenomena social lag and cultural lag.
Urbanisasi dan industrialisasi merupakan dua hal yang tidak saling menyapa.
Transformasi struktural hanya akan berjalan baik jika tercipta pemerataan
pendidikan, penurunan laju pertumbuhan penduduk, memperkecil kesenjangan
kota-desa (Anonim, 2011).

Teori Pertukaran
Model pembangunan pertanian yang dinilai layak dikembangkan
tersebut adalah model komunikasi interaktif yang menghasilkan keseimbangan
dalam perspektif teori pertukaran (exchange theory) melalui jalur kelembagaan
yang mapan didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi yang efektif baik vertikal
maupun horizontal dalam sistem sosial pertanian. Dalam model ini harus
melibatkan tokoh-tokoh lokal untuk mempercepat program, tidak hanya badan
penelitian dan Dinas Pertanian. Melibatkan mereka dalam proses pengambilan
putusan, pelaksanaan sampai evaluasi (Anonim, 2011).
Teori Pertukaran ini tidak jauh berbeda dengan teori sebelumnya, teori
pertukaran yang dikembangkan oleh Paul Baran dan Paul Prebish, eksploitasi
timbul akibat pembagian kerja internasional antara negara maju dan negara
berkembang. Hampir mirip dengan teori struktur, namun yang membedakan
adalah teori ini lebih menekankan adanya pertukaran yang disepakati
keduabelah pihak sekalipun terdapat ketidakseimbangan yang memberatkan
negara berkembang. Pendapat ini dikuatkan oleh Richard Emerson yang
menyatakan bahwa “kekuasaan satu pihak atas pihak lain dalam sebuah
hubungan pertukaran adalah fungsi terbalik dari ketergantunganya terhadap
pihak lain”. Sementara itu terdapat kekuasaan dan ketergantungan yang tidak
seimbang antara negara maju dan negara berkembang sehingga menciptakan
ketimpangan antara keduanya (Indri93, 2011).

2. Model-model Pemangunan Pertanian


Program pembangunan pertanian terutama bidang kecukupan dan
ketahanan pangan yang telah lama dilaksanakan di Indonesia sampai
sekarang masih sangat memprihatinkan. Kondisi pertanian pangan di
Indonesia baik secara kuantitas maupun kualitas ternyata belum mampu
mencukupi kebutuhan pangan sendiri bahkan akhir-akhir ini kita cenderung
semakin tergantung pada impor produk pangan dari luar negeri. Hasil yang
diperoleh dari kinerja ekspor produk-produk pertanian juga dinilai belum
menggembirakan. Laju peningkatan impor produk-produk pertanian cenderung
lebih besar daripada laju peningkatan ekspor sehingga semakin menyulitkan
posisi Indonesia dalam era pasar global yang penuh dengan persaingan.        
            Sektor pertanian berperan penting terhadap perekonomian nasional,
sumbangannya terhadap pendapatan devisa negara di luar minyak dan gas
bumi serta dalam perekonomian rakyat tidak bisa di abaikan. Sejalan dengan
hal ini, kondisi pertanian yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan
memiliki pasar yang luas akan mendapat prioritas utama dalam
pengembangannya. Dengan demikian, penemuan terhadap kebutuhan
pangan, bahan baku industri, peningkatan lapangan kerja, peningkatan
kesempatan berusaha dan peningkatan ekspor komoditi pertanian diharapkan
dapat terjamin dan berkesinambungan.   
            Pertanian akan menjadi kekuatan besar jika dikelola dapat
secara terpadu dalam satu kesatuan sistem agribisnis. Membangun sistem dan
usaha agribisnis yang kokoh berarti pula membangun pertumbuhan sekaligus
pemerataan sehingga terjadi keseimbangan antar sektor. Ini juga berarti
menciptakan meaningful employment yaitu di luar sektor pertanian, sehingga
beban pertanian yang terlalu berat menampung tenaga kerja dapat teratasi.

a. Model Eksploitasi Sumberdaya (the resource exploitation model atau


the frontier mode )
Teori ini menjelaskan tentang kondisi sumberdaya alam yang kurang
produktif dapat dieksploitasi untuk menghasilkan pertumbuhan output
pertanian. Teori ini juga mengidentifikasikan proses-proses dimana surplus
pertanian dapat dimobilisasi untuk menghasilkan pertumbuhan dalam
pembangunan ekonomi. Model ini cukup relevan pada beberapa kawasan
hunian yang lahannya cukup tersedia. Sebaliknya, model ini tidak menyediakan
pemahaman yang cukup terhadap masalah ketika sisa lahan yang kurang
produktif sudah habis. Model ini juga berhadapan dengan model
pembangunan  ekonomi klasik yang mengenal adanya produktivitas marginal
yang menurun akibat tambahan per unit input ( lahan, tenaga kerja,dan modal 
).
 Pemanfaatan lahan bekas pertambangan pasir sebagai lahan budidaya
terbatas di Kabupaten Sumedang umumnya lahan tersebut dimanfaatkan
dengan ditanami tanaman kayu jenis fast growing spesies seperti jenis sengon,
akasia mangium dan gmelina yang mempunyai masa panen relatif lama (5-15
tahun).
Namun demikian, di Desa Cibeureum Wetan dan Desa Cibeureum
Kulon Kecamatan Cimalaka Sumedang telah dilakukan pemanfaatan lahan
oleh masyarakat dengan mengintegrasikan kegiatan pertanian (budidaya
gamal, kaliandra dan buah naga) dan kegiatan peternakan kambing pada satu
kawasan melalui sistem pertanian terpadu yang memiliki masa panen lebih
singkat (sekitar 1 tahun). Penelitian ini berupaya untuk mengkaji peran sistem
pertanian terpadu terhadap perbaikan lahan bekas pertambangan pasir secara
fisik kimia serta mengkaji peran system pertanian terpadu terhadap
peningkatan pendapatan dan  ekonomi masyarakat setempat.

b. The Conservation Model  (SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN)

Model ini merekomendasikan intensfikasi sistem produksi tanaman-


ternak secara terintegrasi ( integrated farming system atau crop-livestock
system ) melalui pendaurulangan hara tanaman dalam bentuk pupuk kandang
untuk memelihara kesuburan tanah.Upaya pembangunan pertanian dalam
kerangka pikir model konservasi dapat secara berkelanjutan memberikan
kontribusi penting bagi pertumbuhan produktivitas pertumbuhan pertanian.
contoh : pendaurulangan hara tanaman dalam bentuk pupuk kandang.        
            Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR,
1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil
untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah
sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
·         Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari
manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal
ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta
masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri).
Sumberdaya lokal digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
·         Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang
dikeluarkan, dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan
risiko.
·         Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian
rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi
dan begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang
memadai, dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk
berperanserta dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan di masyarakat.
·         Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup
(manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan
yang mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang)
dan termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual
masyarakat.
·         Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan
diri dengan ubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus, misalnya,
populasi yang bertambah serta kebijakan.

c. The diffusion model      


            Difusi teknologi dilakukan melalui diseminasi IPTEK yang lebih efektif
dan memperkecil perbedaan dalam hal produktivitas antar individu petani dan
antar daerah. Difusi merupakan dasar utama banyak penelitian dan
penyuluhan dalam manajemen usaha tani dan ekonomi produksi dengan ilmu
ekonomi pertanian sebagai penghubung antar ilmu pertanian dan ilmu
ekonomi.         
            Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi
secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan
tujuan meningkatkan daya guna potensinya.Keberhasilan difusi teknologi
dipengaruhi oleh empat faktor penting, yakni inovasi itu sendiri, bagaimana
informasi tersebut dikomunikasikan, waktu yang dibutuhkan untuk
mengkomunikasikan, dan sistem sosial masyarakat (termasuk keterampilan)
serta kondisi alam tempat inovasi tersebut diintroduksikan . Di samping itu,
faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses difusi adalah jenis
teknologi yang didifusikan serta sistem kelembagaan yang mendukungnya. 
Difusi teknologi pada dasarnya terjadi melalui beberapa saluran, antara lain:
1) Difusi teknologi antar perusahaan
2) Difusi teknologi antar unit dalam perusahaan
3) Difusi teknologi antar penyedia teknologi dengan pengguna
4) Difusi teknologi antar lembaga litbang dengan pengguna.

d. The high –pay off input


Model ini menyatakan bahwa petani kecil dan miskin di Negara sedang
berkembang, secara ekonomi, rasional dalam mengalokasikan sumberdaya
pada ketersediaan sumberdaya dan teknologi yang ada. Contohnya
pemanfaatan teknogi dan pupuk. the high pay off input juga berkaitan erat
dengan modal dan teknologi.

Modal
Seringkali dijumpai adanya pemilik modal besar yang mampu
mengusahakan usahataninya dengan baik tanpa adanya bantuan kredit dari
pihak lain. Golongan pemilik modal yang kuat ini sering ditemukan pada petani
besar, petani kaya dan petani cukupan, petani komersial atau pada petani
sejenisnya. Sebaliknya, tidak demikian halnya pada petani kecil. Golongan
petani yang diklasifikasikan sebagai petani yang tidak bermodal kuat yaitu
petani kecil, petani miskin, petani tidak cukupan dan petani tidak komersial.
Karena itulah mereka memerlukan kredit usahatani agar mereka mampu
mengelola usahataninya dengan baik.
    Kredit usaha tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui
koperasi/KUD dan LSM, untuk membiayai usaha tani dalam intensifikasi
tanaman padi, palawija dan hortikultura. Kredit program ini dirancang untuk
membantu petani yang belum mampu membiayai sendiri usaha taninya.
Sistem penyaluran kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses
secara mudah oleh petani, tanpa agunan dan prosedur yang rumit.
Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka mereka
sering menjual harta bendanya atau sering mencari pihak lain untuk membiayai
usahataninya itu.

Tingkat Teknologi    
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat
dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh
penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. Demikian
pula “Revolusi Hijau” mulai tahun 1969/1970 disebabkan oleh penemuan
teknologi baru dalam bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibanding bibit-
bibit yang dikenal sebelumnya.
Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu
dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah,
modal atau tenaga kerja. Dengan penggunaan teknologi yang lebih maju dari
sebelumnya maka usahatani yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien,
sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal dengan produktivitas yang
tinggi.
Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan
pertanian kadang-kadang digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda
namun dapat dianggap sama dan sering dipertukarkan karena keduanya
menunjukkan pada soal yang sama yaitu perubahan teknik (technical change)
dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur
perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-
barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan
produktivitas.
Inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang
sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru.
Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya
penerimaan petani terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya
pada teknologi tersebut, dan juga karena faktor budaya dari petani itu sendiri
yang enggan menerima teknologi maupun inovasi.  Teknologi mempunyai sifat
sebagai berikut :
- Tingkat keuntungan relatif dari inovasi tersebut. Semakin tinggi tingkat
keuntungan relatif semakin cepat pula teknologi tersebut diterima oleh
masyarakat.
- Tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Semakin tinggi tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat, semakin cepat pula inovasi tersebut di terima.
- Tingkat kerumitan (complexity) dari inovasi yang akan disebarkan.
Semakin tinggi tingkat kerumitan dari inovasi, semakin sulit diterima
masyarakat.
- Tingkat mudah diperagakan (triability) dari inovasi yang akan disebarkan.
Semakin tinggi tingkat kemudahan diperagakan dari inovasi yang akan
disebarkan, semakin mudah inovasi itu diterima masyarakat.  
            Tingkat kemudahan dilihat dari hasilnya (observability). Semakin
tinggi tingkat observability semakin mudah inovasi tersebut diterima oleh
masyarakat. Pemanfaatan lahan bekas pertambangan pasir sebagai lahan
budidaya terbata di Kabupaten Sumedang umumnya lahan tersebut
dimanfaatkan dengan ditanami tanaman kayu jenis fast growing spesies
seperti jenis sengon, akasia mangium dan gmelina yang mempunyai masa
panen relatif lama (5-15 tahun).       
-             Namun demikian, di Desa Cibeureum Wetan dan Desa Cibeureum
Kulon Kecamatan Cimalaka Sumedang telah dilakukan pemanfaatan lahan
oleh masyarakat dengan mengintegrasikan kegiatan pertanian (budidaya
gamal, kaliandra dan buah naga) dan kegiatan peternakan kambing pada
satu kawasan melalui sistem pertanian terpadu yang memiliki masa panen
lebih singkat (sekitar 1 tahun). Penelitian ini berupaya untuk mengkaji
peran sistem pertanian terpadu terhadap perbaikan lahan bekas
pertambangan pasir secara fisik kimia serta mengkaji peran system
pertanian terpadu terhadap peningkatan pendapatan dan  ekonomi
masyarakat setempat.

e. Model Pembangunan Struktural


Proses pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti
pertumbuhan pendapatan perkapita. Perubahan struktur ekonomi yang semula
didominasi oleh sektor primer (pertanian) ke sektor-sektor non-primer (industri,
pedagangan dan jasa).

f. eori Ketergantungan Internasional


Keterbelakangan (underdevelopment) terjadi pada saat masyarakat pra-
kapitalis tergabung ke dalam sistem ekonomi dunia kapitalis.

g. Model Pertanian dan Pertumbuhan


Apabila sektor pertanian tidak produktif, pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan pada suatu negara akan menurun pula.

h. Pembangunan Pertanian dan Pengentasan Kemiskinan


Pertumbuhan pertanian memiliki kontribusi yang signifikan dalam
pengentasan kemisikinan.

i. Pembangunan Pertanian dan Kebutuhan Dasar Manusia


Pilihan untuk berumur panjang dan sehat, mendapat pendidikan yang
cukup, dan menikmati standar kehidupan yang layak, direpresentasikan
dalam Human Development Index (HDI).

3. Syarat-syarat Pembangunan Pertanian


Syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah :
1) Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.
Pembangunan pertanian akan meningkatkan produksi hasil-hasil usaha
tani. Hasil-hasil ini tentunya akan dipasarkan dan dijual dengan harga yang
cukup tinggi untuk menutupi biaya-biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan
para petani sewaktu memproduksinya. Di dalam memasarkan hasil-hasil
produk pertanian ini diperlukan adanya permintaan ( demand) akan hasil-
hasil pertanian tersebut, sistem pemasaran, dan kepercayaan para petani
pada sistem pemasaran tersebut.
2) Teknologi yang senantiasa berkembang.
Teknologi pertanian berarti cara-cara bertani. Di dalamnya termasuk cara-
cara bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara tanaman,
dan memungut hasil serta memelihara ternak. Termasuk pula di dalamnya
benih, pupuk, obat-obatan, alat-alat dan sumber-sumber tenaga.
3) Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
Pembangunan pertanian memerlukan kesemua factor di atas dan tersedia
di berbagai tempat dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi
keperluan tiap petani yang mungkin mau menggunakannya.
4) Adanya perangsang produksi bagi petani.
Faktor perangsang utama yang membuat petani bergairah untuk
meningkatkan produksinya adalah yang bersifat ekonomis. Faktor tersebut
antara lain adalah harga hasil produksi pertanian yang menguntungkan,
pembagian hasil yang wajar, serta tersedianya barang-barang dan jasa
yang ingin dibeli oleh para petani untuk keluarganya.
5) Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.
Tanpa pengangkutan yang efisien dan murah, keempat syarat mutlak
lainnya tidak dapat berjalan secara efektif, karena produksi pertanian harus
tersebar luas. Oleh karena itu diperlukan suatu jaringan pengangkutan
yang bercabang luas untuk membawa bahan-bahan perlengkapan
produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil usaha tani ke konsumen di
kota-kota besar dan kecil.
Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar adalah :
a) Pendidikan Pembangunan.
Pendidikan pembangunan di sini dititik beratkan pada pendidikan non
formal yaitu beruapa kursus-kursus, latihan-latihan, dan penyuluhan-
penyuluhan. Pendidikan pembangunan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan produkivitas petani.
b) Kredit Produksi.
Untuk meningkatkan produksi, petani harus lebih banyak mengeluarkan
uang yang digunakan untuk membeli pupuk, bibit unggul, obat-obatan, dan
alat-alat lainnya. Pengeluaran ini harus dibiayai oleh tabungan atau dengan
meminjam. Oleh karena itu, lembaga-lembaga prekreditan yang
memberikan kredit produksi kepada para petani merupakan suatu factor
pelancar yang penting bagi pembangunan pertanian.
c) Kegiatan gotong royong petani.
Kegiatan gotong royong biasanya digunakan secara berkelompok dan
bersifat informal
d) Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
Ada dua cara tambahan untuk mempercepat pembangunan pertanian yaitu
: pertama, memperbaiki mutu tanah yang telah menjadi usaha tani,
misalnya dengan pupuk, irigasi, dan pengaturan pola tanam. Kedua,
mengusahakan tanah baru, misalnya pembukaan petak-petak sawah baru.
e) Perencanaan nasional pembangunan pertanian.
Perencanan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak
dilakukan Pemerintah mengenai tiap kebijaksanaan dan kegiatan yang
mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu.
4. Teknologi dan Pembangunan Pertanian
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat
dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh
penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. A.T
Mosher (Mubyarto, 1989;235) menganggap teknologi yang senantiasa berubah
itu sebagai syarat mutlak adanya pembangunan pertanian.
Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan
pertanian pun terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun
karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin
meningkat oleh hama penyakit yang semakin merajalela.
Teknologi sering diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan
keterampilan di bidang industri. Tetapi A.T Mosher (1965;93) mengartikan
teknologi pertanian sebagai cara-cara untuk melakukan pekerjaan usaha
tani. Didalamnya termasuk cara-cara bagaimana petani menyebarkan benih,
memelihara tanaman dan memungut hasil serta memelihara ternak. Termasuk
pula didalamnya benih, pupuk, pestisida, obat-obatan serta makanan ternak
yang dipergunakan, perkakas, alat dan sumber tenaga. Termasuk juga
didalamnya berbagai kombinasi cabang usaha, agar tenaga petani dan
tanahnya dapat digunakan sebaik mungkin.
Yang perlu disadari adalah pengaruh dari suatu teknologi baru pada
produktivitas pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang
pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas, apakah ia
produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Seperti halnya traktor lebih
produktif daripada cangkul, pupuk buatan lebih produktif daripada pupuk hijau
dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris lebih produktif daripada
menanamnya tidak teratur. Demikianlah masih banyak lagi cara-cara bertani
baru, di mana petani setiap waktu dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan
pertanian, digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat
dianggap sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi
(inovation) menurut Mubyarto (1989;235). Istilah perubahan teknik jelas
menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam
distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan
peningkatan produktivitas. Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan
hasil yang lebih tinggi daripada rekan-rekannya karena ia menggunakan sistem
pengairan yang lebih teratur. Caranya hanya dengan menggenangi sawah
pada saat-saat tertentu pada waktu menyebarkan pupuk dan sesudah itu
mengeringkannya untuk memberikan kesempatan kepada tanaman untuk
mengisapnya. Sedangkan inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, artinya
selalu bersifat baru. Sebagai contoh, penerapan bibit karet yang unggul dalam
penanaman baru adalah inovasi.
Bila petani telah terangsang untuk membangun dan menaikkan produksi
maka ia tidak boleh dikecewakan. Kalau pada suatu daerah petani telah
diyakinkan akan kebaikan mutu suatu jenis bibit unggul atau oleh efektivitas
penggunaan pupuk tertentu atau oleh mujarabnya obat pemberantas hama dan
penyakit, maka bibit unggul, pupuk dan obat-obatan yang telah
didemonstrasikan itu harus benar-benar tersedia secara lokal di dekat petani,
di mana petani dapat membelinya.
Kebanyakan metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian,
memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi khusus oleh
petani. Diantaranya termasuk bibit, pupuk, pestisida, makanan dan obat ternak
serta perkakas. Pembangunan pertanian menghendaki kesemuanya itu
tersedia di atau dekat pedesaan (lokasi usaha tani), dalam jumlah yang cukup
banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang membutuhkan dan
menggunakannya dalam usaha taninya.
Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau
dan tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani
untuk menaikkan produksi. Begitu pula dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang produksi bagi
petani. Pemerintah menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang
dapat merangsang pembangunan pertanian. Misalnya kebijaksanaan harga
beras minimum, subsidi harga pupuk, kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian
yang intensif, perlombaan-perlombaan dengan hadiah menarik pada petani-
petani teladan dan lain-lain. Pendidikan pembangunan pada petani-petani di
desa, baik mengenai teknik-teknik baru dalam pertanian maupun mengenai
keterampilan-keterampilan lainnya juga sangat membantu menciptakan iklim
yang menggiatkan usaha pembangunan.

Akhirnya kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin stabilitas


harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan
rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti
dalam usaha untuk meningkatkan produksi. Dalam pembangunan pertanian
terdapat unsur perangkutan. Tanpa perangkutan yang efisien dan murah maka
pembangunan pertanian tidak dapat diadakan secara efektif. Pentingnya
perangkutan adalah bahwa produksi pertanian harus tersebar meluas,
sehingga diperlukan jaringan perangkutan yang menyebar luas, untuk
membawa sarana dan alat produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil
usaha tani ke pasaran konsumen baik di kota besar dan/atau kota
kecil. Selanjutnya, perangkutan haruslah diusahakan semurah mungkin. Bagi
petani, harga suatu input seperti pupuk adalah harga pabrik ditambah biaya
angkut ke usaha taninya. Uang yang diterimanya dari penjualan hasil pertanian
adalah harga di pasar pusat dikurangi dengan biaya angkut hasil pertanian
tersebut dari usaha tani ke pasar. Jika biaya angkut terlalu tinggi, maka pupuk
akan menjadi terlalu mahal bagi petani dan uang yang diterimanya dari
penjualan hasil pertanian tersebut akan menjadi terlalu sedikit. Sebaliknya, jika
biaya angkut rendah, maka uang yang diterima oleh petani akan menjadi tinggi.
Berbagai sarana perangkutan dan jarak jauh bersama-sama harus
membentuk sistem perangkuan yang merupakan satu kesatuan yang
harmonis. Tidak hanya jalan raya yang diaspal, jalan setapak, jalan tanah,
saluran air, jalan raya, sungai dan jalan kereta api semuanya ikut
memperlancar perangkutan. Beberapa diantaranya dapat dibuat dan dipelihara
oleh usaha setempat, termasuk pemerintah setempat. Beberapa lagi perlu
dibangun dan dipelihara oleh pemerintah propinsi dan pusat.
Kesemuanya harus dihubungkan dan diintegrasikan satu dengan yang
lainnya, sehingga hasil pertanian dapat diangkut dengan lancar dari usaha tani
ke pasar-pasar pusat. Demikian pula sarana dan alat produksi serta berbagai
jasa tidak hanya perlu sampai ke kota kecil dan desa, melainkan juga sampai
ke usaha tani itu sendiri.
4. Tugas / Latihan
Diskusikan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 – 4 orang, diberikan
kasus mengenai Sejauh apa teknologi informasi bisa membantu
produktivitas pertanian Indonesia.
5. Evaluasi
1. Bagaimana mendorong petani untuk lebih cerdas dalam memanfaatkan
teknologi modern?
2. Bagaimana detilnya Tani Center itu?
3. Hambatannya sendiri seperti apa dalam teknologi modern dalam sektor
pertanian?
4. Harapan ke depan dalam arti global untuk pertanian Indonesia?
6. Kunci jawaban
Kunci Jawaban Tugas dan Latihan
Dalam pertanian, harus mengubah pola pikir terlebih dahulu. Artinya,
pertanian tidak hanya bicara on farm saja tapi harus bicara secara luas dimana
orang yang terlibat dalam menyediakan makanan, dari mulai memproduksi
sampai pada meja makan adalah orang yang berkecimpung dalam pertanian.
Artinya, industri pengolahan, kemasan itu juga merupakan pelaku pertanian.
Kalau bicara produksi di sisi on farm memang perlu tantangan sangat
besar karena masih sangat small scale. Banyak petani yang memiliki luas
lahannya sangat kecil kurang lebih 0,5 ha sehingga untuk bisa
efisien, economic of scale memang susah.
Tapi, dalam penggunaan sistem ekonomi modern, banyak pelaku
ekonomi yang berkembang. Contoh, dengan adanya online transportasi. Orang
yang tidak punya mobil dapat naik mobil ke mana saja. Hal tersebut, karena
ada pelaku ekonomi yang menyediakannya.
Ini juga berlaku pada pertanian. Indonesia harus dapat meningkatkan produksi
walaupun keterbatasan lahan dengan sistem yang modern.
Kalau dari segi keterbatasan lahan tapi tingkat demand pangan yang
terus semakin tinggi, tentu teknologi menjadi jawaban yang peling tepat.
Sekarang ini banyak sekali berkembang teknologi pertanian yang tidak lagi
berbasiskan lahan. Artinya dapat dilakukan dengan cara intensifikasi dan
juga urban farm, dimana diperkotaan yang tidak memiliki lahan masih bisa
mengembangkan pertanian.
Konsep yang sebenarnya muncul adalah dengan perkembangan
teknologi. Dengan teknologi yang akan dikembangkan, tidak perlu takut
meskipun lahan mulai menyempit diganti. Dengan teknologi produktivitas akan
meningkat.
Fokus juga perlu tertuju pada Sumber Daya Manusia (SDM), agar menciptakan
petani yang cerdas. Teknologi modern dapat mendorong produktivitas. Jika
petani yang memiliki lahan 1 ha awalnya hanya bisa menghasilkan 3 ton,
dengan teknologi dapat menghasilkan 2 kali lipat.
Kunci Jawaban Evaluasi
1. Petani di beberapa tempat memiliki kreativitas dimana menciptakan
model-model yang bisa membuat lebih ekspansi dalam pemasaran.
Hal tersebut, perlu adanya pencarian ilmu dan mendapatkan informasi
untuk bisa meningkatkan produktivitasnya dengan IT.
Contoh. IPB memiliki program yang baru dirancang dan
mengembangkan Tani Center. Ini merupakan layanan daring, ketika
petani mengalami masalah dalam pertanian dapat menggunakan
aplikasi tersebut dengan bertanya pada ahli dan mendapatkan jawaban
dalam waktu cepat.
Sehingga, petani dapat meminimalisi gagal panen dengan informasi
yang tepat. Inilah perkembangan IT dimana bisa memanfaatkan
teknologi yang ada untuk menyelesaikan masalah.
2. IPB sedang merintis konsep Tani Center dalam bentuk sharing IPB
terhadap petani. Ini untuk menangani masalah yang terjadi pada petani
dengan cepat dan dapat konsultasi secara mendalam.
Teknologi tersebut, masih dalam proses kesiapan proposal, konsep,
gedung. Diharapkan gedung Tani Center akan banyak kunjungan
petani yang ingin konsultasi dan berbagi informasi terkait pertanian.
Namun, IPB lebih mengutamakan pada cyber extension. Tani Center
memang dirancang dan menjadi salah satu program utama IPB yang
dianggap sangat memberikan manfaat masyarakat khususnya petani.
Aplikasi Tani Center merupakan bentuk pelayanan yang sangat baru
belum ada di IPB. Aplikasi ini merupakan paling efisien dan cepat
diakses. Siapapun dan di lokasi manapun selama dapat terhubung
dengan internet maka dapat diakses.
Internet juga menjadi infrastuktur, mau tidak mau Indonesia harus
mengembangkannya. Sekarang ini, kementerian-kementerian lain
sudah cukup mampu untuk mengembangkan infrastruktur IT.
Manfaat dari teknologi tersebut yaitu pertama, dapat mensuplai
informasi, dimana jika sudah bicara IT informasi harus real time. Petani
dapat mengetahui tentang harga saat ini, teknik produksi, kendala
dapat diakses dalam waktu cepat. Kepentingannya, dapat menambah
ilmu dan informasi untuk petani dalam menyelesaikan masalah yang
sedang terjadi saat itu juga yang terpenting petani terbantu dengan
baik.
3. Masalah hambatan untuk situasi ini adalah literasi petani, nelayan
terhadap IT masih rendah sekali. Masih banyaknya penggunaan IT
dalam perkembangannya tidak mendorong produktivitas. Media sosial
tidak digunakan untuk aksi produktif.
Contohnya, selfi-selfi atau apapun yang tidak mendorong ke arah
ekonomi.
Melek digital memang menjadi pola pikir yang harus diubah.
Contohnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika memiliki program
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis daring. Hal
tersebut, merupakan bentuk media daring, dimana produsen dapat
menjangkau konsumen secara langsung tidak lagi dibatasi jarak.
Artinya, pelaku usaha mendapatkan manfaat yang lebih besar, tentu
hal ini perlu ditingkatkan karena literasinya masih rendah.
4. Saya berharap dari pertanian agar petani sejahtera, itu harapan
sesungguhnya. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) tinggi tetapi
masyarakat masih miskin hal tersebut tidak memberikan penilaian
positif. Saya berharap petani sejahtera yang memang bekerja langsung
disektor pertanian, dimana petani memiliki hal yang luas dari hulu
hingga hilir. Semua pelaku ekonomi dapat menikmati manfaat yang
besar.
Masih banyak sekali petani yang tidak sejahtera, kalau dilihat dari
semua bidang pertanian pangan, peternakan, nelayan masih jauh
karena struktur yang banyak tetapi kepemilikan lahan kecil. 
Kegiatan Pembelajaran ke 11
1. Tanah dalam Produksi Pertanian
2. Tujuan Materi Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan Tanah sebagai Faktor
Produksi, Perpecahan dan Perpencaran Tanah, Bentuk Milik Tanah dan
Produksi Pertanian, Pengairan dan Konservasi Tanah.
3. Materi Pembelajaran
A. Tanah sebagai faktor produksi
Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan tempat
dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi keluar. Di Indonesia
sering ditemukan peristiwa pemindahan hak mengerjakan (dalam sistem
penyakapan) dari pada pemindahan hak milik. Walaupun secara teoritis,
diangap petani akan terdorong untuk memlihara tanahnya untuk lebih baik dan
terdorong untuk mengadakan investasi-investasi guna mmeperbaiki tanahnya
bila tanah itu dimilikinya, namun ada kemungkinan pemilik tanah akan memilih
menyakapkan tanahnya pada petani yang sanggup menawarkan bagi hasil
yang yang lebih menarik. Ada kemungkinan sebidang tanah tidak secara
langsung dipakai oleh pemiliknya sebagai modal untuk berusaha tani, tetapi
dipakai sebagai sebagai alat mencari kredit atau membayar hutang-hutang.
Sebagai faktor produksi, tanah mendapat bagian dari hasil produksi
karena jasanya dalam produksi itu. Pembayaran atas jasa produksi ini disebut
sewa tanah (rent). David Recardo mengatakan bahwa tinggi rendahnya sewa
tanah disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, makin subur tanah maikin
tingi sewa tanah. Harga sewa tanah dapat naik dan turun disebabkan karena
hubungan langsung dengan harga komoditi yang diproduksi oleh tanah.
Dengan makin meningkatnya permintaan atas hasil-hasil pertanian dan makin
banyak petani yang berlomba-lomba dan bersaingan untuk berusaha tani,
makin tinggi harga sewa tanah karena terbatasnya persediaan tanah yang ada.
Faktor yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan harga
sewa tanah adalah bertambahnya jumlah penduduk yang memerlukannya.
Dengan berkembangnya perekonomian maka kebutuhan manusia aka tanah
tidak terbatas untuk memproduksi bahan makanan dan sandang saja, tetapi
juga untuk perumahan dan industri. Penggunaan tanah yang berbeda-beda
inilah yang menimbulkan kompleksnya persoalan sewa tanah. Sewa tanah
tidak lagi ditentukan oleh factor kelangkaan dan perbedaan kesuburan saja,
tetapi juga oleh harga komoditi yang diproduksikan dan pembayaran-
pembayaran keperluan lainnya.
Dalam bidang pertaian, hubungan antara pemilik tanah dan penggarap
makin lama makin kompleks seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Untuk itu perlu diadakan suatu aturan yang mengatur tantang kepastian usaha
pertanian, salah satunya adalah Undang-undang Pokok Bagi Hasil (UUBPH)
yang menganjurkan diadakannya perjanjian secara tertulis agar:
1. Ada jaminan dalam hal waktu penyakapan
2. Dapat ditentukan secara lebih jelas dan tegas kewajiban masing-masing
pihak, sehingga penyakap dapat terdorong untuk mengadakan investasi.
3. Agar pembagian hasil dapat bersifat adil, tidak ada pihak-pihak yang
merasa dirugikan.
Salah satu kelemahan dari UUPBH adalah ketentuan yang tidak jelas
dalam pembebanan biaya. Dalam pedoman pelaksanaan undang-undang ini
hanya dikatakan bahwa yang dimaksud dengan hasil tanah adalah hasil bersih,
yaitu hasil bruto setelah dikurangi biaya untuk bibit, pupuk, ternak, serta biaya
untuk menanam dan panen. Biaya-biaya tersebut diambilkan dari hasil bruto
dan diberikan kepada pemilik atau penggarap yang memberikan persekot itu
tanpa bunga. Dalam kenyataannya hal-hal ini sering memberatkan petani
penyakap. Dalam suatu daerah yang penduduknya sangat padat, dimana
jumlah petani penyakap lebih besar dari pada persediaan tanah yang ada,
maka pemilik tanah dapat meminta syarat-syarat yang lebih berat dibandingkan
dengan daerah yang mempunyai persediaan tanah garapan yang lebih luas.
Untuk perjanjian bagi hasil, yang paling umum digunakan adalah sistem
paruhan (seperdua untuk pemilik tanah, seperdua untuk petani penyakap).

B. Perpecahan dan perpencaran tanah

Faktor lain yang mempunyai pengaruh langsung pada efisiensi usaha


tani adalah perpecahan (division) dan pemencaran (fragmentasi) petak-petak
sawah. Perpecahan tanah adalah pembagian milik seseorang ke dalam bidang
atau petak-petak kecil untuk diberikan kepada ahli waris pemilik tanah tersebut.
Sedangkan pemencaran tanah adalah kenyataan adanya usaha tani (di bawah
suatu manajemen) yang terdiri atas berapa bidang yang berserak-serak.
Perpecahan dan perpencaran sawah ini ditimbulkan oleh berbagai sebab,
misalnya jual beli, pewarisan dan hibah perkawinan, serta sistem penyakapan.
Perserakan ini dapat menurunkan efisiensi produksi.
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi usaha tani adalah dengan
mengadakan konsolidasi yaitu penggabungan petak-petak atau bidang-bidang
sawah yang berserak-serak menjadi satu atau lebih petak-petak sawah yang
lebih besar. Untuk merealisasikan hal tersebut diperluka campur tangan dan
bantuan dari pemerintah, baik dalam mengatur administrasinya maupun soal
pembiayaannya. Pada saat ini knsolidasi tanah-tanah di Indonesia belum
dapat direalisasikan, namun untuk konsolidasi dalam manajemen usaha tani
dalam arti luas sudah dilaksanakan, seperti pembelian alat-alat produksi dan
pertanian, pemasaran hasil-hasil pertanian, serta penyediaan pupuk dan benih
unggul.

C. Bentuk milik tanah dan produksi pertanian

Di Indonesia selain tanah milik perseorangan, dikenal juga tanah desa


(tanah bersama). Tanah ini dianggap sebagai modal bersama, diusahakan
secara bersama dan demi kepentingan bersama masyarakat desa tersebut. Di
pedasaan terdapat dua sistem pemilikan tanah yaitu sistem tanah yasan (hak
milik yang turun temurun berdasarkan hokum adat) dan sistem tanah kongsen
(hak mengerjakan). Tanah kongsen ini dapat pula diwariskan tetapi tidak dapat
di pecah-pecah. Pada sistem tanah kongsen sudah ada factor konservasi atau
perlindungan pada efisiensi pengusahaan tanah. Sedangkan tanah yasan
dapat dijual dan diwariskan dengan cara dipecah-pecah. Selain kedua sistem
tersebut, terdapat juga sistem kepemilikan tanah dalam bentuk persewaan.
Bentuk persewaan seluruhnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Macam-macam pemilikan/persewaan Persen Persen dari tanah
pertanian
Petani pemilik 64 80
Petani penyakap 12 6
Petani penyewa 10 4
Petani bebas sewa 12 5
Lain-lain 2 5
Dari table tersebut dapat dilihat bahwa sistem persewaan yang lebih
penting bukan dengan uang atau hasil panen, tetapi dengan bagi hasil yang
kebanyakan didasarkan pada kebiasaan setempat. Sistem yang disebut
penyakapan ini sudah mengandung unsur-unsur keadilan yang dianggap wajar
karena disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat setempat, sehingga
perselisihan hampir tidak pernah terjadi. Setiap sistem hubungan pertanahan
harus selalu disesuaikan dengan keperluan pada suatu waktu tertentu, pada
macam tanaman dan tujuan-tujuan sosial ekonomis tertentu.

D. Pengairan dan konservasi tanah

Salah satu factor yang sangat penting dalam usaha meningkatkan


produksi pertanian adalah melalui pengairan. Air adalah syarat mutlak bagi
kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air bisa didapatkan dari air hujan atau
melalui pengairan yang diatur oleh manusia. Pengairan adalah pengaturan
kebutuhan air bagi tanaman. Dikenal juga istilah irigasi untuk membawa air
sungai ke sawah-sawah. Pembangunan pengairan meliputi irigasi dan
drainase, perbaikan sungai dan pengamanan terhadap bencana banjir,
pemanfaatan rawa serta pengembangan wilayah sungai.
Tanah adalah factor produksi yang tahan lama, walaupun tanah
termasuk sumber daya alam unrenewable. Untuk mempertahankan kesuburan
tanah, petani harus mengadakan rotasi tanaman dan usaha-usaha konservasi
tanah. Dalam arti sempit, konservasi diartikan sebagai usaha untuk
mengurangi laju pengusahaan tanah sekarang untuk memungkinkan
pengusahaan yang lebih besar di kemudian hari. Konservasi tanah tidak sama
dengan penggunaan tanah secaara ekonomis. Pengertian ekonomis hanya
membandingkan hasil-hasil dan biaya atau pengorbanan. Sedangkan
konservasi lebih menekankan pada fungsi tanah dalam arti ekologis. Namun
penggunaan tanah secara ekonomis yang mempertimbangkan jangka panjang
dapat diartikan pula sebagai konservasi. Usaha penghijauan akan dilihat
pertama sebagai usaha konservasi untuk mengandalikan erosi. Tetapi prinsip
ekonomi dalam penghijauan juga berlaku. Pengeluaran biaya penghijauan
sekarang diharapkan dapat digantikan pada masa yang akan datang berupa
hasil-hasil pertanian yang dipetik.
4. Evaluasi
1. Faktor-faktor apa saja yang menentukan tinggi rendahnya bagian hasil
yang diterima oleh pemilik tanah dan penyakap?
2. Apa sebab-sebab terjadinya perpecahan dan perserakan tanah? Apa
usaha yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kerugian-kerugian yang
terjadi?
3. Persoalan ekonomi apa yang terdapat pada masalah pengairan dan
konservasi tanah?

5. Kunci Jawaban
1. sistem persewaan yang lebih penting bukan dengan uang atau hasil
panen, tetapi dengan bagi hasil yang kebanyakan didasarkan pada
kebiasaan setempat. Sistem yang disebut penyakapan ini sudah
mengandung unsur-unsur keadilan yang dianggap wajar karena
disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat setempat, sehingga
perselisihan hampir tidak pernah terjadi. Setiap sistem hubungan
pertanahan harus selalu disesuaikan dengan keperluan pada suatu
waktu tertentu, pada macam tanaman dan tujuan-tujuan sosial ekonomis
tertentu.

2. Perpecahan dan perpencaran sawah ini ditimbulkan oleh berbagai


sebab, misalnya jual beli, pewarisan dan hibah perkawinan, serta sistem
penyakapan. Perserakan ini dapat menurunkan efisiensi produksi.

3. permasalahan dan tantangan dalam konservasi tanah dan air seperti


degradasi lahan yang makin meningkat; perkembangan teknologi
konservasi lahan yang makin lambat; dan masalah nonteknis seperti
kebijakan, sosial dan ekonomi serta penegakan hukum yang belum
optimal. Hal tersebut menjadi tantangan terutama bagi pemerintah, para
ilmuwan dan pengguna lahan untuk turut serta dalam perencanaan dan
penyelenggaraan konservasi tanah dan air sesuai dengan peraturan
yang berlaku. DPR RI perlu melakukan pengawasan kepada Pemerintah
terkait pelaksanaan UU tentang Konservasi Tanah dan Air.
a. Kegiatan Pembelajaran ke 12
1. Modal dalam Produksi Pertanian
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a. mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan Modal Uang dan
Kredit, Modal Sebagai Faktor Produksi
b. mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, Kredit dalam
Pertanian, Struktur Perkreditan Pertanian.
3. Materi Pembelajaran
1. Definisi Modal dan Manajemen dalam Usaha Tani
Definisi Modal
Dalam arti ekonomi, modal merupakan sebagian hasil produksi yang
disisihkan untuk dipergunakan dalam produksi selanjutnya. Modal adalah suatu
faktor diantara tiga faktor yang dipadukan sebagai faktor produksi usaha.
Dalam suatu usaha tani, yang disebut modal adalah seluruh kekayaan
perusahaan yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut, dan menghasilkan
pendapatan pada pemiliknya.
Modal sebagai faktor produksi mempunyai pengertian bahwa modal
tersebut merupakan sub sistem produksi, sebab apabila modal ini tidak ada,
maka akan mengganggu proses produksi yang perusahaan. Modal dapat
dibagi menjadi dua yaitu land saving capital (bibit unggul, pupuk) dan labour
saving capital (traktor, RMU)
Definisi Manajemen
Manajemen merupakan aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan
pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat
diselesaikan secara efisien sumber-sumber yang terdapat dalam keadaan
terbatas, yang meliputi ternak, tenaga kerja dan modal. Manajemen usaha tani
adalah penggunaan secara efektif dan efisienTujuan seorang pengusaha
pertanian pada umumnya dan petani sebagai pengelola dan manajer usaha
tani pada khususnya adalah:
1. Untuk memperoleh kesempatan menyelenggarakan hidup yang baik
atau sebaik mungkin
2. Untuk dapat membina masa depan yang terjamin bagi keturunannya.
Tujuan hidup seperti itu hanya dapat dicapai apabila pendapatan dari
usaha tani yang dikelolanya tinggi dan terus meningkat sesuai dengan
kebutuhan hidup yang meningkat pula. Pendapatan yang tinggi itu dapat
dicapai apabila produktivitas usaha tani terus meningkat. Berdasarkan tujuan
pengusaha tersebut, maka tujuan manajemen adalah untuk menjalankan
perusahaan sedemikian rupa sehingga dari perusahaannya itu diperoleh
pendapatan yang maksimal dan penggunaan sumber daya nya efektif dan
efisien.
2. Unsur dan Faktor Modal dalam Usahatani serta Manajemen dalam
Usahatani
1. Unsur-Unsur Modal dalam Usahatani
1. Berdasarkan Sifat Substitusinya
- Land saving capital, jika dengan modal tersebut dapat
menghemat penggunaan lahan, tanpa menambah luas lahan,
produksi dapat ditingkatkan. Misalnya dengan intensifikasi,
penggunaan bibit unggul, pupuk, dan pestisida.
- Labor saving capital, jika dengan modal tersebut dapat
menghemat penggunaan tenaga kerja. Misalnya penggunaan
traktor untuk membajak lahan, penggunaan trasher untuk
penggabahan, Rice Milling Unit untuk memproses padi menjadi
beras.
2. Berdasarkan Sifat Tenaga Kerjanya
- Modal yang dapat menghemat tenaga kerja dengan
menggunakan teknologi mekanis.
- Modal yang dapat mempertinggi penggunaan tenaga kerja
dengan menggunakan teknologi teknis, biologis, dan panca
usahatani.
3. Berdasarkan Kegunaannya
- Modal aktif, yaitu modal langsung maupun tidak langsung dapat
meningkatkan produksi. Contohnya adalah pupuk, terasering,
dan lain-lain.
- Modal pasif, yaitu modal untuk mempertahankan produk
usahatani seperti bungkus, karung, kantong plastik, gudang
untuk menyimpan, dan lain-lain.
4. Berdasarkan Waktunya
- Modal produktif, yaitu modal yang langsung meningkatkan
produksi. Contohnya adalah pupuk dan bibit unggul.
- Modal prospektif, yaitu modal yang meningkatkan produksi
dalam jangka lama. Contohnya adalah investasi dan terasering.

5. Berdasarkan Fungsinya
- Modal tetap, yaitu modal yang digunakan dalam beberapa kali
proses produksi. Modal tetap terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Modal tetap yang dapat bergerak atau mudah dipindahkan
baik hidup maupun mati. Contohnya adalah cangkul, sabit,
traktor, dan lain-lain.
b. Modal tetap tidak bergerak baik hidup maupun mati.
Contohnya adalah lahan, rumah, dan lain-lain.
- Modal tidak tetap, yaitu modal yang hanya dipergunakan dalam
sekali produksi. Contohnya adalah pupuk, pestisida, benih, dan
lain-lain.
6. Berdasarkan Jenis Modal Usahatani
- Modal sendiri adalah modal yang dikeluarkan petani itu
sendiri yang berasal dari tabungan atau sisa dari hasil
usahatani sebelumnya.
- Modal pinjaman adalah modal yang didapat petani diluar
pendapatan petani. Pinjaman usahatni yaitu berupa kredit
formal, kredit non formal dan kemitrausahaan (Marunung,
1998).
Kredit formal dapat dibedakan menjadi kredit program dan
kredit non program (kredit komersial). Kredit program
umumnya bersifat sektoral untuk menbcapai sasaran yang
diinginkan. Contoh kelembagaan kredit formal adalah bank,
koperasi, dan pegadaian. Kelembagaan kredit informal pada
umumnya tidak memerlukan persyaratan yang rumit seperti
agunan dan persyaratan lain. Hubungan antara peminjam
dengan pihak yang meminjamkan hanya didasarkan sikap
yang saling mempercayai satu sama lain. Contoh sumber
kredit non formal, seseorang mempunyai kenalan pedagang,
pelepas uang, dan lain-lain. Di dalam pasar kredit pedesaan
terjadi segmentasi pasar, karena kedua kredit menjadi
sumber modal masyarakat pedesaan tersebut masing-masing
mempunyai karakteristik yang khas.

2. Unsur-Unsur Manajemen dalam Usahatani


(a) Pengurusan
Pengurusan adalah menjalankan perusahaan menurut cara-
cara yang sudah berlaku secara turun-temurun dengan usaha untuk
memperoleh tambahan pendapatan untuk melakukan hal-hal yang
sudah biasa berlaku tersebut. Tujuan pengurusan adalah untuk
menjamin bahwa perusahaan dapat mengalami perumbuhan dari
tahun ke tahun. Cirri dari perusahaan yang baikadalah pertumbuhan
kondisi perusahaan setiap tahun baru harus melebihi tahun yang
sebelumnya betapapun kecilnya.
Pengurusan unit-unit usahatani yang terdapat di Indonesia
pada umumnya, dilihat dari segi ilmu manajemen belum dapat
dikatakan melaksanakan manajemen modern, karena banyak hal
yang menyimpang dari kaidah-kaidah yang biasa dikenal alam ilmu
manajemen. Dengan demikian maka pengelolaan usahatani di
Indonesia dapat dikatakan sebagai pengurusan sja sifatnya.
Teknologi yang diterapkan sebagian besar merupakan teknologi
yang biasa dilakukan oleh para nenek moyangnya. Oleh karena itu,
produktuvitas usahatani dari tahun ketahun berikutnya dapat
dikatakan relatif sama dengan kecenderungan terus menurun
karena tidak ada usaha perbaikan teknologi.
(b) Pelaksanaan
Tujuan pokok dari setiap perusahaan tidak lain adalah untuk
mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana.
Tujuan tersebut dicapai apabila perusahan tersebut dapat berjalan
secara terus-menerus, dalam pengertian bahwa seakali berjalan
tetep harus berjalan. Dalam kegiatan usahatani, komando yang
efektif terhadap kapan pelaksanaan kegiatan dalam usahatani
tersebut dimulai adalah keadaan iklim terutama curah hujan dan
waktu jatuhnya hujan merupakan tanda bahwa kegiatan usahatani
segera dimulai, karena jatuhnya hujan akan mempengaruhi pada
timbulnya hama dan penyakit tanaman/ternak yang diusahakan.
Sekiranya menurut para petani bahwa curah hujan itu tidak
normal jumlah dan waktunya dibandingkan dengan curah hujan dan
waktu jatuh hujan sebelumnya, maka biasanya petani menagguhkan
kegiatan usahataninya sampai pada keadaan yang menguntungkan.
Cara ini dilakukan petani dalam rangka mengurangi risiko
kegagalan.
Apabila terjadi kegagalan pada awal pelaksanaan usahataniny,
akan sulit bagi petani tersebut untuk mencari dana yang diperlukan
untuk mengulangi lagi kegiatan-kegiatan yang seharusnya sudah
harus selesai dikerjakan. Oleh karena itu, memulai kegiatan
produksi dalam bidang usaha pertanian umumnya dan usahatai
khususnya memerlukan ketelitian yang tinggi didalam menilai
perubahan iklim yang berlaku dimana usahatani tersebut ada.
(c) Kewaspadaan
Yang dimaksud dengan kewaspadaan adalah melindungi diri
terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko atau kerugian.
Tindakan-tindakan si pengusaha/petani harus diperhitungkan
menurut ukuran, ruang dan waktu sedemikian rupa sehingga
diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Di
dalam usahatani risiko atau kerugian setiap saat dapat mengancam
karena faktor-faktor yang mempengaruhinyasebagian besar belum
mampu dikuasai manusia. Oleh karena itu, kewaspadaan dalam
mengambil setiap keputusan harus didasarkan pada berbagai
informasi yang lengkap, baik informasi dari dalam usahatani sendiri,
maupun informasi sesuatu masalah akan mengurangi kemungkinan
terjadinya suatu kegagalan yang besar.
(d) Risiko usaha
Tiap usaha selalu akan menghadapi risiko, besar kecilnya
risiko yang dialami seorang pengusaha atau petani tergantung pada
keberanian untuk mengambil suatu keputusan. Dalam usahatani
risiko itu sulit untuk diduga karena faktor-faktor yang mempengaruhu
kegiatan usahatani sebagian besar belum dapat dikuasai secara
sempurna oleh manusia, misalnya faktor iklim dan perubahannya.
Oleh karena itu, risiko dalam usahatani setiap saat akan
mengancam petani, baik perorangan maupun kelompok
Dalam kegiatan usaha pertanian umumnya dan usahatani pada
khususnya ada dua macam risiko yang mugkin dihadapi petani,
yaitu (1) risiko yang sulit diduga dan (2) risiko yang mudah diduga.
Risiko yang sulit diduga misalnya adanya serangan hama
penyakit tanaman atau ternak, dan risiko yang yang mudah diduga
misalnya jatuhnya harga hasil usahatani pada waktu panen. Oleh
karena itu unsur kewaspadaan dan unsur risiko merupakan dua hal
yang sangat erat hubungannya, dalm pengertian bahwa
kewaspadaan dalam memilih atau mengambil keputusan akan diikuti
suatu risiko. Besar kecilnya risiko yang diderita seorang pengusaha
akan dipengaruhi oleh keberanian mengambil keputusan terhadap
suatu masalah yang dihadapi.
Untuk mengurangi risiko tersebut caranya adalah memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya tentang suatu masalah tersebut.
Dalam hal ini catatan tentang sesuatu kejadian yang dialami dalam
periode tertentu amat diperlukan, agar apabila menghadapi masalah
yang sama pada periode berikutnya tidak menderita risiko yang
terlalu tinggi. Kebanyakan petani di Indonesia tidak melakukan
pencatatan atas segala kejadian yang dialami tahun yang silam.,
sehingga setiap keputusanhanya didasarkan pada pengalaman saja,
yang sifatnya hanya diingat di kepala. Oleh karena itu, kegiatan
usahatani yang bersifat kerutinan, seperti tahun-tahun yang telah
dilewati, jarang mengadakan perubahan-perubahan yang drastis
terhadap kegiatan usahataninya.
(e) Sarana penunjang
Yang dimaksud dengan sarana penunjang adalah segala
peralatan yang dapat menunjang kelancaran kegiatan pelaksanaan
usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sarana
ini dapat berupa sarana fisik maupun nonfisik. Saran fisik adalah
peralatan kerja yang sesuai dengan kegiatan keja yang dilakukan,
sedangkan sarana nonfisik misalnya ketenangan bekerja dan
lingkungan kerja. Kegiatan manajer tidak akan efektif dan efisien
apabila sarana yang tersedia tidak memadai, baik dalam jumlah
maupun ukuran dan jugs ketepatan sarana tersebut dengan
kegiatan yang ada dalam usahatani.

3. Faktor Manajemen dalam Usahatani


Manajemen dalam usahatani adalah aktivitas keahlian
pengorganisasian, pengoperasian dari ketiga faktor produksi yang lain
(tanah, tenaga kerja, modal dalam proses produksi). Di dalam faktor
manajemen juga terdapat faktor keahlian (skill) yaitu keahlian dan
kemampuan pengusaha-pengusaha untuk mandiri dan mengembangkan
berbagai kegiatan usaha.
Keahlian-keahlian tersebut meliputi:
a. Technical skill atau keahlian teknis, yaitu keahlian yang diperlukan
untuk melakukan pekerjaan spesifik tertentu sehingga pekerjaan
dapat berjalan dengan baik. Seperti mengeoperasikan komputer,
mendesain bangunan, membuat layout perusahaan, dan
sebagainya.
b. Human relation skill atau keahlian berkomunikasi dan berinteraksi
dengan masyarakat. Seperti keahlian dalam bernegara, memotivasi,
meyakinkan konsumen, dan sebagainya,
c. Conceptual skill atau keahlian konseptual, yaitu keahlian dalam
berpikir secara abstrak, sistematis, termasuk di dalamnya
mendiagnosa dan menganalisis berbagai masalah dalam situasi
yang berbeda-beda bahkan keahlian untuk empridiksi di masa yang
akan datang.
d. Decision making skill atau keahlian dalam pengambilan keputusan,
yaitu keahlian untuk mengidentifikasikan masalah sekaligus
menawarkan berbagai alternatif solusi atas permasalahan yang
dihadapi.
e. Time managment skill atau keahlian dalam mengelola waktu, yaitu
keahlian dalam memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien.
f. Global managment skill atau keahlian dalam manajemen global,
yaitu keahlian manajemen yang tidak saja terfokus pada satu
keadaan di negara tertentu akan tetapi juga lintas negara bahkan
lintas budaya.
g. Techmological skill atau keahlian dalam hal teknologi, yaitu keahlian
manajerial dalam mengikuti dan menguasai perkembangan
teknologi yang terjadi.
h. Managerial skill, yaitu kemampuan dalam mengorganisasikan
semua faktor produksi agar mencapai tujuan.
i. Organizational skill, yaitu keahlian pengusaha dalam memimpin
berbagai usaha tidak hanya intern perusahaan yang bersifat bisnis,
tetapi juga organisasi dalam bentuk lain.

3. Sumber Pembiayaan Usahatani/Agribisnis


Modal dapat diperoleh dari dalam maupun luar usahatani yang
dilakukan. Secara tradisional modal dari dalam usahatani diperoleh dari
warisan atau keuntungan yang disimpan sedangkan modal dari luar usahatani
diperoleh secara bergotong-royong. Pada usahatani modern, petani
merencanakan keuangannya serta membuat struktur modal sesuai dengan
kondisi mereka. Pembiayaan biasanya berupa gabungan antara modal
sendiri dan modali luar (kredit) dari lembaga keuangan seperti bank komersial
atau pasar modal.
a. Pembiayaan jangka pendek
Pembiayaan jangka pendek/kredit musiman diperlukan untuk
menutupi modal kerja pada musim tanam yaitu untuk keperluan
pertumbuhan tanaman, pembayaran upah, pembelian pupuk dan
keperluan jangka pendek lainnya selama proses produksi.
Sumber pembiayaan jangka pendek yang dimiliki secara pribadi
oleh petani adalah laba ditahan, penundaan pembayaran pajak,dan
persediaan biaya depresiasi. Sedangkan pembiayan jangka pendek
yang bersumber dari luar adalah pinjaman berjangka (temporary
loans) dan kredit perdagangan yang pada umumnya didapat
langsung maupun tidak dlangsung dari bank komersia (trade creditor).
Tabel 1. Sumber Pembiayaan Usahatani
No Jangka pendek Jangka Jangka panjang
menengah
1. Laba ditahan Retained Retained earning
(retined earning
2. earning) Pinjaman bank -
Kartu kredit
3. (Over draft) Sewa sewa
Kredit
perdagangan/k
operasi
4. /stop order Alat-alat yang gadai
pembayaran disewakan
pajak yang
5. ditunda - pasar modal
persediaan
6. dana u/ pinjaman pinjaman pribadi
depresiasi pribadi perusahaan asu-
7. - perusahaan ransi pemerintah
asu-ransi
pemerintah

Laba ditahan (Retained Earning)


Laba ditahan adalah sebagian pendapatan yang dipakai untuk
investasi kembali, karena bersifat mandiri maka relatif menguntungkan.
Namun waktu penerimaanya relatif lama sebab hanya diterima dari penjualan
hasil panen.
Overdraft
Pinjaman dari bank biasanya dalam dua bentuk yaitu pinjaman
berjangka dan overdraft. Overdraft adalah pinjaman yang hanya bagi catatan
nasabah yang diijinkan untuk menarik cek melebihi batas yang ditentukan
bersama, artinya lebih besar dari yang disimpan di bank untuk jangka waktu
tertentu. Biasaya diberikan pada petani yang dapat dipercaya dengan
menaikkan bunga sebesar 2-4 %. Keuntungan overdrafrt adalah tidak perlu
mengadakan akad tambahan. Akan tetapi hal ini tidak bisa dilakukan terus
menerus artinya hanya dalam waktu relatif singkat.
Kartu kredit (Credit card)
Fasilitas kartu kredit (Credit card) membolehkan pemegangnya untuk
memperoleh barang dan jasa dengan cara kredit dari suplier tertentu dengan
jumlah maksimum yang disepakati. Untuk melunasinya minimal setiap bulan
dipastikan waktu pembayarannya. Pemegang kartu kredit tidak akan
membayar bunga jika dapat melunasi kredit sampai satu bulan. Namun jika
tidak bunga bisa membengkak sampai 30,6%.
Akan terapi pada umumnya kartu kredit dipermasalahkan oleh petugas
pengontrol perusahaan tersebut pada bank-bank komersial dan dengan
adanya kartu kredit suplier tidak akan memberikan potongan bunga.
Kredit perdagangan (Trade credit)
Kredit perdanganan (trade credit) berupa barang atau jasa biasanya
diberikan oleh pedagang atau perusahaan kepada petani agar dapat membeli
barang yang diperlukan tanpa pembayaran tunai, sehinga petani memperoleh
modal untuk menjalankan usahanya.
Kredit dagang bersifat informal dan membantu petani saat kredit bank
sangat terbatas. Kredit dagang umumnya diberikan oleh pedagang (dealer)
pelelang (auctioneer) dan pedagang besar(merchant). Keuntungan kredit ini
adalah petani akan mendapat potongan harga bila membayar tepat waktu dan
menguntungkan hanya bagi pembiayaan jangka pendek.
Beberapa kelemahan kredit dagang antara lain:
1. Kekuatan penawaran petani lemah jika ia juga bekerja sama
dengan pedagang lain atau penyakap.
2. Kredit dagang merugikan karena pedagang besar yang
meminjam darii bank seringkali membayar bunga yang
ditanggung pembayarannya oleh petani sehingga biasanya
harga barang yang diperjualbelikan lebih mahal.

Stop order dan kredit koperasi


Stop order merupakan kredit perdagangan yang formal, petani
mengambill barang-barang kredit dan memberikan hak gadai pada pedagang
atas pendapatan hasil panen sebagai jaminan, artinya petani hanya akan
menjual hasil panen pada pedagang tersebut (debitur).
Dengan stop order tingkat bunga yang tinggi dapat dihindari. Sebagai
contoh: petani tembakau mellakukan top order, ia akan mendapatkan
pembayaran hasil panen yang akan digunakan untuk memualai penanaman
tembakau jika memang petani telah melunasi kredit yang telah dignakan pada
mepenanaman yang lalu. Kelemahan stop order adalah kerugian yang
ditanggung pedagang yaitu membayar pembelian akhir petani yang tidak
melakukan top order (petani yang tidak jujur) dan tidak membayarkan sisa
peminjaman pada akhir panen karena ketidaktahuan pedagang tersebut.
Kredit koperasi yaitu pemberian kredit berupa barang-barang atau
jasa(kadang kala uang tunai) dari koperasi untuk petani dan hasil panen yang
dijual pada koperasi tersebut. Petani biasanya memperoleh harga faktor
produksi lebih murah melalui koperasi tersebut. Petani biasanya memperoleh
harga faktor produksi lebih murah melalui koperasi jika membeli dalam jumlah
yang besa. Kredit koperasi biasanya dilakukan pada negara yang
pemerintahnya mengatur pemberian kredit bagi para petani.

Penundaan pembayaran pajak dan persediaan biaya depresiasi


Meskipun besarnya pajak terhutang serta jatuh temponya tidak dapat
dirubah, pada kenyataannya pajak itu akan dibayar dalam waktu yang relatif
lama setelah mendapatkan keuntungan dari hasil penjulan panen yaitu
menunggu sampai dterima surat penagihan terakhir. Sementara itu dana
untuk pembayaran pajak dapat dipakai sebagai kredit karena pada saatnya
pajak tetap harus dibayar. Penundaan persediaan biaya depresiasi dapat
dijadikan sebagai sumber modal jangka pendek.
b. Pembiayaan Jangka Menengah
Pembiayaan jangka menengah mencakup dana untuk jangka waktu satu
sampai dengan lima tahun yang digunakan untuk proses produksi. Dana
tersebut digunakan untuk aset yang merupakan modal tetap seperti
kendaraan, traktor, perlengkapan, gedung temporer, perluasan usaha jangka
menengah dan persediaan barang. Selain itu keuangan jangka menengah
dibutuhkan untuk membuka lahan baru, konservasi atau untuk
pengembangan.
Pinjaman jangka menengah sebagian bersifat liquid karena harus
dibayar dari pendapatan bersih selama beberapa tahun. Sumber dana jangka
menengah diantaranya:
Pinjaman Pribadi (Privat Loan)
Pinjaman pribadi didapat dari famili atau rekan-rekannya. Pinjaman dari
famili berupa hibah dari orngtuanya yang dimanfaatkan untuk usahatani
sehingga ia harus membayar pada saudaaranya yang lain sebagai hipotik
(gadai). Sumber pinjaman pribadi merupakan bentuk sederhana dan lazim
dilakukan. Keuntungan pinjaman pribadi adalah tingkat bunga yang rendah
bahkan tanpa bunga. Bagaimanapun pinjaman pribadi ini masih ada
kekuranganya yaitu karena sifatnya yang informal memungkinkan ditagih
secara tiba-tiba meskipun biasanya dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pinjaman pribadi terkadang tidak mencukupi jika usahatani dilanda gagal
panen, turunnya harga atau hal lainnya. Untuk itu sumber-sumber keuangan
atau pembiayaan dari lembaga keuangan lebih memungkinkan untuk memiliki
dana yang cukup jika memang hal ini benar-benar diperlukan.

Pinjaman bank (bank loan)


Pada masa inflasi dan terbatasnya kredit, petani akan lebih mengerti
perlunya untuk merencanakan asset yang telah rusak seperti mesin-mesin
dengan pinjaman dari bank untuk pembayaran tunai yang diharapkan
mendapatkan potongan harga beli.
Periode pengembalian biasanya ditetapkan 2 sampai 3 tahun atau lebih,
besar pinjaman dan tingkat unga tergantung perkiraan bank terhadap
nasabah, kemamanan (jaminan) dan tujuan peminjaman (kredit investasi,
konsumsi, modal kerja, dan lain-lain).
Sewa-menyewa (Leasing)
Sistem sewa semakin penting untuk mendaptakan keuntungan. Dengan
menyewa memungkinkan petani untuk memperluas usahataninya yang
menggunakan peralatan guna meningkatkan hasil, mnekan biaya tenaga kerja
dan meningkatkan laba. Dengan menyewa petani terhindar dari puntugan
pajak dan biaya depresiasi peralatan.
Peralatan yang mahal dapat digunakan tanpa mengeluarkan biaya
banyak serta supaya dapat menjaga dana (modal) menunggu sampai cukup
tersedia dana atau menunggu peminjaman dana tambahan.
Pembelian sewa (Hire purhases)
Pembelian sewa adalah kredit dagang dimana uang pokok dibayar
terlebih dulu, sisa harga pembelian beserta bunganya dibayar dalam angsuran
berikutnya. Barang yang dibeli (traktor, kendaraan bermotor, peralatan
pengairan, dan lain-lain) dianggap disewakan untuk periode tertentu biasanya
2-3 tahun dan bila telah lunas baru menjadi milik pemakai. Berbeda dengan
pembelian kredit, pada pembelian sewa barang tetap menjadi milik penjual
sampai pembayaran terakhir dilakukan. Saat pembayaran terakhir itulah
barang baru menjadi milik pembeli.
Pembelian sewa membantu bisnis kecil atau usahatani baru yang
dananya kurang untuk pembelian tunai atas barang-barangatau peralatan
mesin dan tidak dapat memperoleh pinjaman dari bank. Dibandingkan dengan
menyewa pembelian sewa dalam pembayaran angsuran, petani lebih suka
membayarnya pada saat setelah panen daripada membayar angsuran
bulanan. Kerugian akan semakin besar jika terjadi musim paceklik karena
pembayaran angsuran akan terhambat. Jikalau penjual menarik kembali
barang tersebut nilainya sudah berkurang9adanya depresiasi) maka si penjual
biasanya memberi kelonggaran waktu pembayaran dengan pertimbangan
tertentu.
Selain itu kerugian pembelian secara sewa jika dibandingkan dengan
pembelian tunai adalah harganya lebih tinggi bahkan biaya dapat 2 kali lipat
dari biaya yang dapat dipinjam dari bank. Kerugian-kerugian tadi terjadi karena
petani melakukan pembelian sewa pada dealer-dealer melalui lembaga
keuangan petani membayar biaya pokok, sisanya dilunasi oleh lembaga
keuangan sehingga untuk selanjutnya petani membayar pada lembaga
keuangan tersebut yang notabene membungakan angsuran tersebut.
Perusahaan-perusahaan Asuransi
Perusahaan asuransi memberikan pinjaman ssampai 90 % dari nilai
jaminan yang diserahkan (agunan), namun untuk usahatani biasanya 60% darii
nilai usahataninya. Hutang dibayar beserta bunganya jika peminjam
meninggall dunia sementara hutangnya belum lunas, maka perusahaan
asuransi akan mendapat kan jaminan tersebut untuk melunasi hutangnya.

Organisasi Pemerintah dan Semi Pemerintah


Di beberapa negara pemerintah membentuk organisasi-organisasi
khusus seperti departemen pertanian, sumber daya alam, peternakan,
pengembangan air, perumbahan dan sebagainya. Guna menyediakan kredit
bagi petani pada masa sulit misalnya saat paceklik dan depresi ekonomi.
Kredit yang bersumber dari negara bagi petani biasanya dibarengi
dengan subsidi serta jaminan kredit pun tidak terlalu ketat. Sebagai upaya
untuk menutupi biaya depresiasi untuk fasilitas fisik seperti irigasi dapat melalui
iuran sebagai sewa.
c. Pembiayan jangka Panjang
Tidak ada batasan pasti jangka waktunya, namun umumnya antara 10
s.d 30 tahun. Permodalan jangka panjang digunakan untuk membiayai asset
jangka panjang seperti tanah(lahan), peralatan mesin, pengembangan lahan,
bangunan, pemagaran ataupun peralatan penyediaan air (irigasi).
Keuntungan pembiayaan jangka panjang adanya kepastian tingkat
bunga serta dana dapat digunakan dalam periode yang lama. Kerugiannya
bagi petani mungkin uang untuk membayar bunga tersebut masih diperlukan
untuk biaya lain, pinjaman jangka panjang umumnya tidak fleksibel hanya
untuk pembiayaan berskala besar dan pembayaran bunga yang cukup besar.

Jaminan-jaminan
Jaminan yang digunakan biasanya berupa tanah atau gedung. Pinjaman
jangka panjang ini dapat dipergunakan untuk memulai usahatani atau
pengembangan usahatani.

Leaseback
Dalam persetujuan penjualan dan leaseback atau renting back, pemilik
semuala dari suatau aset modal (petani/perusahaan) menjual haknya kepada
investor lembaga keuangan/pengusaha) sehingga untuk selanjutnya si pemilik
semula akan menjadi penyewa pada investor, bila asset modal tersebut berupa
usahatani maka ia menjadi petani penyewa.
Petani yang memiliki lahan menjual haknya lebih kecil dari 85 atau 90%
pada investor kemudian investor membayarkan uang tiap tahun sebagai
penanam modal. Petani tersebut dapat menggunakan uang tadi untuk
pengembangan usahataninya. Selanjutnya investor menerima 5% tiap tahun
dari keuntungan yang didapat oleh petani (deviden). Keuntungan bagi petani
dengan leaseback ini yaitu tetap menjalankan usahataninya sehingga dengan
uang yang didapat petani dapat mengembangkan usahataninya.

Perusahaan Pertanian
Sumber modal jangka panjang sustu perusahaaan diasanya disebut
sebagai struktur modal (capital). sumber yang dipilih sebagai alternatif
tergantung besarnya biaya, tipe usahanya, pendapatan sebelumnya,
pendapatan yang diinginkan, pajak dan faktor-faktor lainnya.
Kebanyakan modal perusahaan diperoleh dengan cara pembagian
keuntungan, tetapi hal ini buaknlah deviden yang besarnya tetap karena
beesarnya tergantung pda laba bersih yang diproleh petani. Struktur modal
tergantung pda banyaknya, tipe pembagian keuntungan dan
ketergantungannya pada dana tetap berbunga (gearing). Tipe utama
permodalan atau keuangan perusahaan yaitu surat hutang, saham pilihan dan
ordinary shares atau saham biasa.
1. Surat hutang (Debentures)
Surat hutang digunakan untuk perusahaan guna memperoleh
modall pinjaman sebagai ikatan perjanjian peminjam dana jaminan
untuk membayar 10-40 tahun mendatang, biasanya dua kali
setahun membayar beserta tingkat bunga tertentu. Pemberi
modal pinjaman bukanlah anggota perusahaan sehinga tidak dapat
ikut campur dalam urusan perusahaan. Tingkat bunga surat
hutang lebih rendah dari saham pilihan, namun resiko yang
ditanggung para investor tetap harus dibayar sebelum deviden
dibagikan untung maupun rugi.
2. Saham pilihan (Preference shares)
Pembayaran saham pilihan dilakukan setelah debentures bila ada,
dan sebelum saham biasa pdada keadaan untung maupun rugi.
Pemegang saham pilihan tidak menuntut pembayaran bila tidak
ada keuntungan yang didapat atau keuntungan yang dibagikan.
Pemegang saham bpilihan mendapta deviden terlebih dulu dengan
prosentase tertentu sebelum dibagikan pada pemegang saham
biasa.
3. Saham biasa (Ordinary shares)
Ordinary shares disebut juga equities atau modal yang berisiko.
Umumnya pra pemegang saham biasa berani mengambil risiko
(tidak mendapatkan deviden) ddan mengharapkan keuntungan
yang besar. Pemegang saham biasa memiliki hak suara karena
memiliki perusahaan tersebut, hal ini adail karena pemegang
saham biasa paling besar menanggung resiko. Pemegang saham
biasa hanya mendapat deviden jika perusahaan mendapatkan
laba, hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi perusahaan.
Kerugiannya, perusahaan tidak dapat mengandalkan pada modal
yang didapat dari saham biasa dan jikalau membuka saham biasa
baru, maka hal ini akan mempengaruhi stabilitas perusahaan
tersebut. Kerugian lainnya deviden yang dibagikan belum
dikurangi pajak sehingga investor harus menanggung risiko bila
perusahaan rugi (tidak mendapat deviden).

Gearing
Gearing yaitu rasio antara pinjaman jangka panjang beserta tingkat
bunga tertentu dengan modal yang dimiliki untuk mengetahui sejauhmana
ketergantungan pada modal pinjaman. Gearing suatu perusahaan ditunjukkan
oleh perbandingan pembayaran saham tahunan dan debentures yang
dikeluarkannya dengan keuntungan yang tersedia untuk dibagikan sebagai
deviden. Gearing akan tinggi bila sebagian besar modal diperoleh dari
pinjaman jangka panjang karena pembayaran debentures dan deviden saham
pilihan menyerap sebagain besar pendaptan sehingga sedikit yang tersisa
untuk para pemegang saham biasa. Sebsaliknya gearing akan rendah bila
kewajiban membayar tersebut sedikit. Dengan gearing yang tinggi dapat
memperbesar resiko, inilah dilema dalam perusahaan pertanian, semakin
besar gearing, resiko yang ditanggung pun semakin besar pula.
Menghitung Kebutuhan Modal dalam Usahatani
Nilai depresiasi akan tergantung nilai pembeli awal, umur ekonomis, dan
nilai sisa pada saat alat tersebut sudah tidak ekonomis. Besarnya nilai
penyusutan atau depresiasi per tahun dapat dihitung dengan rumus :
Nilai Depresiasi (ND) = (NP-NS)
UE
Keterangan :
NP = Nilai pembelian awal, satuan dalam rupiah
NS = Nilai sisa pada saat alat tersebut tidak dapat dipergunakan lagi
secara ekonomis, satuan dalam rupiah
UE = Usia ekonomis, jangka waktu alat-alat dapat dipakai secara ekonomis,
satuan dalam tahun

Di dalam praktik biasanya nilai penyusutan dihitung dari nilai buku pada setiap
akhir pembukuan dengan presentase yang tetap. Rumus depresiasi dengan
menggunakan nilai pembukuan dapat menggunakan rumus penyusutan
sebagai berikut :
X = 100 (1-√NS ) satuan %
NP
Keterangan :
X = Persentase penyusutan
NP = Nilai pembelian awal ( nilai baru )
NS = Nilai sisa pada saat alat tersebut tidak dapat dipergunakan lagi secara
ekonomis, satuan dalam rupiah
N = Usia ekonomis, satuan dalam tahun

Dalam menghitung nilai penyusutan tetap dari nilai buku akhir tahun,
yang harus diperhatikan adalah penilaian kita terhadap keadaan barang modal
yang bersangkutan dan perkembangan harga yang terjadi di pasar, karena
dengan demikian dapat terjadi nilai pada pembukuan tahunan kedua atau
tahun ketiga lebih besar nilainya daripada buku pada tahun awal, sehingga
mengakibatkan nilai penyusutannya menjadi lebih besar.
Oleh karena itu petani umumnya tidak mengadakan penyusutan
terhadap alat-alat tetap yang dipakainya, akibatnya pada saat alat itu rusak
atau kurang efisien dalam pemakaiannya tidak dapat membeli lagi yang baru,
karena tidak ada dana keperluan tersebut.

Contoh Permodalan Komoditas Cabai


Berikut ini analisa permodalan budidaya cabe dalam satu hektar lahan
dengan harga jual cabe Rp. 10.000,- per kilogram di tingkat petani, titik tanam
16.000 tanaman. Sewa lahan diperhitungkan selama satu musim tanam (6
bulan) dengan biaya tenaga kerja disesuaikan dengan biaya tenaga kerja saat
ini (tahun 2013) untuk harga tenaga kerja di Kabupaten Wonosobo yaitu
sebesar Rp. 30.000,-.
Sewa Lahan 10.000.000
Pembuatan 600.000
Gubuk
Total 10.600.000

Persiapan Lahan
Pupuk Kandang 40000 kg @ 200 8.000.000
Kapur Pertanian 1000 kg @ 300 300.000
Pupuk Kimia 1000 kg @ 2.300 2.300.000
TK Pemupukan Dasar 22 HKP @ 30.000 660.000
Mulsa 10 rol @ 500.000 5.000.000
Ajir/Lanjaran 16000 @ 300 4.800.000
batang
TK Pembuatan 10 rol @ 750.000 7.500.000
Bedengan
Pemasangan Mulsa 20 HKP @ 30.000 600.000
Total 29.160.000

Persemaian
Sungkup 100.000
Persemaian
Media Semai 21000 bungkus @ 100 2.100.000
Benih 11 pack @ 110.000 1.210.000
TK Penyemaian 10 HKP @ 30.000 300.000
TK Pemeliharaan 1 HKP @ 30.000 30.000
Total 3.740.000
Penanaman
TK Penanaman 23 HKP @ 30.000 690.000
TK Penyulaman 3,5 @ 30.000 105.000
HKP
Total 795.000

Pemeliharaan
TK Pemasangan Ajir 28 HKP @ 30.000 840.000
TK Perempelan 28 HKP @ 30.000 840.000
TK Pengikatan 7 HKP @ 30.000 210.000
Tanaman
Pupuk Susulan I 48 kg @ 2.300 110.400
Pupuk Susulan II 48 kg @ 2.300 110.400
Pupuk Susulan III 64 kg @ 2.300 147.200
Pupuk Susulan IV 64 kg @ 2.300 147.200
Pupuk Susulan V 80 kg @ 2.300 184.000
Pupuk Susulan VI 80 kg @ 2.300 184.000
Pupuk Susulan VII 80 kg @ 2.300 184.000
TK Pemupukan 42 HKP @ 30.000 1.260.000
Susulan
Pestisida 12.000.000
Pupuk Daun (MKP) 10 kg @ 27.000 270.000
TK Penyemprotan 75 HKP @ 30.000 2.250.000
Tali Gelagar 8 rol @ 25.000 200.000
TK Pemasangan Tali 12 HKP @ 30.000 360.000
Panen 306 HKP @ 25.000 7.650.000
Penyusutan 6 bulan @ 389.000 2.334.000
Peralatan
Total 29.281.200

Total modal yang dibutuhkan


Lahan 10.600.000
Persiapan Lahan 29.160.000
Penyemaian 3.740.000
Penanaman 795.000
Pemeliharaan 29.281.200
Sub Total 73.576.200
Biaya Tak Terduga 7.357.620
(10%)
Total 70.933.820

4. Evaluasi
1. jelaskan pengertian modal? Berilah contoh-contoh modal produksi
pertanian
2. apakah peranan kredit dalam uahatani?
3. lembaga-lembaga kredit apa yang dikenal dalam bidang pertanian di
Indonesia?
5. Kunci Jawaban
1. Dalam arti ekonomi, modal merupakan sebagian hasil produksi yang
disisihkan untuk dipergunakan dalam produksi selanjutnya. Modal
adalah suatu faktor diantara tiga faktor yang dipadukan sebagai faktor
produksi usaha. Dalam suatu usaha tani, yang disebut modal adalah
seluruh kekayaan perusahaan yang dipergunakan dalam perusahaan
tersebut, dan menghasilkan pendapatan pada pemiliknya.
Contoh: 1. Modal tetap yang dapat bergerak atau mudah dipindahkan
baik hidup maupun mati. Contohnya adalah cangkul, sabit, traktor, dan
lain-lain. Modal tetap tidak bergerak baik hidup maupun mati.
Contohnya adalah lahan, rumah, dan lain-lain. 2. Modal tidak tetap,
yaitu modal yang hanya dipergunakan dalam sekali produksi.
Contohnya adalah pupuk, pestisida, benih, dan lain-lain.
2. Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan usahatani.
Pengembangan usahatani dapat ditunjukkan oleh adanya peningkatan
penggunaan input maupun peningkatan produksi. Peningkatan
produksi (output) dapat dicapai dengan cara menambah jumlah input
atau menerapkan suatu teknologi baru. Penambahan input maupun
penggunaan teknologi baru akan diikuti dengan penambahan modal.
Sehingga, untuk melaksanakan peningkatan kinerja pada usahatani
berarti juga harus meningkatkan penggunaan modal.
3. 1. Lembaga Keuangan Non Mikro. Lembaga keuangan non mikro pada
dasarnya mewakili lembaga pada umumnya. Di Indonesia lembaga
keuangan non mikro melayani 3 % populasi pengusaha namun dari
segi nilai tambah pengusaha yang dilayani diperkirakan memberikan
kontribusi tidak kurang dari 80 % nilai tambah bruto nasional. Sesuai
dengan funsinya melayani kebutuhan jasa keuangan bagi masyarakat,
maka lembaga keuangan mengalami kemajuan yang luar biasa,
namun dalam hal ini hanya akan dibahas beberapa lembaga keuangan
non mikro yang sangat berpengaruh besar terhadap pengembangan
usaha kecil yang diantaranya adalah: a. Lembaga keuangan bank, b.
Perusahaan Modal Ventura. c. Perusahaan Pembiayaan. d.
Perusahaan Penjamin.
2. Lembaga Keuangan Mikro: a. LKM Bank terdiri atas Bank
Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Rakyat Indonesia-Unit Desa (BRI-UD)
dan bank Kredit Desa (BKD). b. LKM Non-Bank LKM non-bank dapat
dipilah lebih lanjut menjadi LKM yang bersifat formal seperti Koperasi,
Pegadaian dan Lembaga Dana dan kredit pedesaan (LDKP).
. Kegiatan Pembelajaran ke 13
1. Tenaga Kerja dalam Produksi Pertanian
2. Tujuan Materi Pembelajaran
Mahasiswa mapu menjelaskan Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi,
Produktivitas Tenaga Kerja, Mobilitas dan Efisiensi Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Migrasi sebagai Perluasan Lapangan Kerja.
3. Materi Pembelajaran
Dalam dunia usaha Pertanian terdapat beberapa faktor produksi. Salah
satunya Faktor Tenaga Kerja. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam
produktivitas pertanian. Pada awalnya, penggunaan tenaga kerja dalam
pengolahan lahan pertanian masih dilakukan oleh orang perorangan (keluarga
inti), namun pada perkembangan selanjutnya pemilik lahan pertanian akan
menerima bantuan dari tetangga dikarenakan tebaga kerja yang berasal dari
keluarga tidak cukup untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja
sedangkan lahan yang harus dikerjakan luas. Dengan imbalannya pada saat
tetangga membutuhkan bantuan untuk lahan miliknya, mereka akan saling
membantu.
Pada masa kini, pertanian yang luas merupakan permasalahan yang
sangat komplek yakni menyangkut 4 faktor produksi pertanian. Dalam hal
faktor tenaga kerja petani modern sudah menyewa tenaga kerja dengan
imbalan upah. Dengan adanya mekanisasi dalam bidang pertanian, kebutuhan
akan tenaga kerja manusia maupun hewan semakin rendah. Walau demikian,
yang meningkat adalah kebutuhan akan tenaga kerja manusia yang berpotensi
tinggi dan punya keterampilan dalam mengoperasikan alat-alat tersebut.

Pengertian Tenaga Kerja


Menurut KamusBesar Bahasa Indonesia, tenaga artinya
-          daya yg dapat menggerakkan sesuatu
-          kegiatan bekerja, berusaha dsb
-          orang yg bekerja atau mengerjakan sesuatu

sedangkan kerja artinya kegiatan melakukan sesuatu.


Sumber daya Manusia (human resource) adalah tenaga kerja yang
mampu bekerja melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
mempunyai nilai ekonomis dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat.Tenaga kerja (man power) adalah semua penduduk dalam usia
kerja (working age population).
Fungsi Petani sebagai Tenaga Kerja
Dalam jangka pendek faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor
produksi variabel yang penggunaannya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan volume produksi yang dimaksudkan disini adalah kedudukan petani
dalam usahatani, yakni tidak hanya sebagai penyumbang tenaga kerja (labour)
melainkan menjadi seorang manajer pula. Kedudukan si petani sangat
menentukan dalam usahatani. Dalam usahatani yang semakin besar, maka
petani makin tidak mampu merangkap kedua fungsi itu. Fungsi sebagai tenaga
kerja harus dilepaskan, dan memusatkan diri pada fungsi sebagai pemimpin
usahatani (manajer).

1. Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi


Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting
dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup
bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam
tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada faktor produksi tenaga kerja adalah:

1.)    Tersedianya tenaga kerja


Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai.
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan
sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang
diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan
kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

2.)    Kualitas tenaga kerja


Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang
pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja
spesialisasi ini diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi
pekerjaan tertentu, dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas. Bila
masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi
kemacetan dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih
tidak dioperasikan karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai
klasifikasi untuk mengoperasikan alat tersebut.
3.)    Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam
proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam
bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita
mengerjakan tanam.
4.)    Tenaga kerja musiman
Pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga
kerja musiman dan pengangguran tenaga kerja musiman. Bila terjadi
pengangguran semacam ini, maka konsekuensinya juga terjadi migrasi atau
urbanisasi musiman (Soekartawi, 2003). Dalam usahatani sebagian besar
tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri. Tenaga kerja keluarga ini
merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan
dan tidak perlu dinilai dengan uang tetapi terkadang juga membutuhkan tenaga
kerja tambahan misalnya dalam penggarapan tanah baik dalam bentuk
pekerjaan ternak maupun tenaga kerja langsung sehingga besar kecilnya upah
tenaga kerja ditentukan oleh jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria umumnya
lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga
kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia
( Mubyarto, 1995). Soekartawi (2003), Umur tenaga kerja di pedesaan juga
sering menjadi penentu besar kecilnya upah. Mereka yang tergolong dibawah
usia dewasa akan menerima upah yang juga lebih rendah bila dibandingkan
dengan tenaga kerja yang dewasa.
Oleh karena itu penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi
hari kerja orang (HKO) atau hari kerja setara pria (HKSP). Lama waktu bekerja
juga menentukan besar kecilnya tenaga kerja makin lama jam kerja, makin
tinggi upah yang mereka terima dan begitu pula sebaliknya. Tenaga kerja
bukan manusia seperti mesin dan ternak juga menentukan basar kecilnya upah
tenaga kerja.
Nilai tenaga kerja traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
nilai tenaga kerja orang, karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah
tanah yang relatif lebih tinggi. Begitu pula halnya tenaga kerja ternak, nilainya
lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja traktor karena
kemampuan yang lebih tinggi daripada tenaga kerja tersebut (Soekartawi,
2003).
Sebagai salah satu dari faktor produksi, dalam usaha untuk
meningkatkan produktivitas, SDM sangat dipengaruhi oleh pasar tenaga kerja,
pertemuan antara penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja.
Berhasilnya usaha peningkatan produksi maupun faktor-faktor produksi
menjadi salah satu ukuran bagi kemajuan pembangunan ekonomi. Pembinaan
terhadap petani diarahkan sehingga menghasilkan penngkatan pendapatan
petani. Kebijaksanaan dasar pembangunan pertanian mencakup aspek
produksi, pemasaran, dan kelembagaannya dan memungkinkan dukungan
yang kuat terhadap pembangunan industri.

2.      Produktivitas Tenaga Kerja


Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai
(keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan
per satuan waktu.
Peningkatan produktivitas faktor manusia merupakan sasaran strategis karena
peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemajuan
tenaga manusia yang memanfaatkannya.
Kualitas dan kemampuan dipengaruhi : Tingkat pendidikan,
Latihan/pengalaman, Motivasi, Etos kerja, mental dan fisik. Sedangkan sarana
pendukung produktivitas yakni lingkungan kerja dan kesejahteraan karyawan.
Faktor-faktor ang mempengaruhi kepuasan kerja; gaji, pekerjaan itu sendiri,
rekan sekerja, atasan, promosi, dan lingkungan kerja.
Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima pekerja
sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang pegawai yang
memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan. Gaji merupakan salah satu
alasan bagi seseorang untuk bekerja dan barangkali merupakan alasan yang
paling penting diantara yang lain seperti untuk berpretasi, atau
mengembangkan diri. Tujuan perusahaan memberikan gaji dalam
meningkatkan kepuasan kerja antara lain, memotivasi pegawai, merangsang
pegawai baru yang berkualitas untuk memasuki organisasi, mempertahankan
pegawai yang ada serta meningkatkan produktivitas.
Produktivitas rendah karena;
-  Teknologi yang dipakai masih didominasi oleh teknologi tradisional.
-  Rendahnya laju pertumbuhan daya serap tenaga kerja
-  Rendahnya kualitas sumber daya pertanian dan rendahnya curahan jam
kerja
-  Upah yang rendah
-  Tingkat pendidikan dan tingkat keterampilan yang rendah.
3.      Mobilitas dan Efisiensi Tenaga Kerja
Perluasan kesempatan  kerja  merupakan  salah  satu  sasaran pokok
pembangunan, di samping peningkatan produksi nasional dan pemerataan hasil-
hasil dan kegiatan pembangunan. Dengan demikian usaha perluasan kesempatan
kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha-usaha meningkatkan
produksi dan pemerataan hasil serta kegiatan pembangunan.
Usaha-usaha pengembangan produksi di sektor-sektor yang banyak
memerlukan tenaga kerja, seperti sektor pertanian,  industri kecil, dan industri
ekspor, pada hakekatnya juga merupakan usaha-usaha meningkatkan lapangan
kerja, baik dalam arti menciptakan lapangan kerja baru maupun dalam arti me-
ningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka yang telah mempunyai pekerjaan
dalam lapangan kerja yang ada.
Usaha-usaha pembangunan di daerah pedesaan, seperti pembangunan
sekolah dasar dan pusat kesehatan masyarakat, memberikan
kesempatan  pendidikan  lebih  luas  kepada  masyarakat pedesaan dan
meningkatkan pula tingkat  kesehatan  masyarakat.  Hal-hal ini pun memperluas
kesempatan kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan
meningkatkan pula intensitas dan produktivitas kerja.

Efisiensi tenaga kerja

Perhitungan efisiensi tenaga kerja seringkali dilakukan dengan


pendekatan perhitungan produktivitas tenaga kerja yang dapat diukur dengan
memperhatikan jumlah produksi ataupun luas lahan yang dikerjakan dalam
usahatani.
Produktivitas = Jumlah produksi per Ha
Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per H
4. Evaluasi
1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja
2. Jelaskan apa itu Produktivitas Tenaga Kerja dan apa penyebab rendahnya
produktivias tenaga kerja?

5. Kunci Jawaban
1. a.  Tersedianya tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup
memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan
dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya
optimal
b.  Kualitas tenaga kerja
Bila masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan
terjadi kemacetan dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat
teknologi canggih tidak dioperasikan karena belum tersedianya
tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk mengoperasikan alat
tersebut.
c. Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi
dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai
spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah,
dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
d. Tenaga kerja musiman
Pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga
kerja musiman dan pengangguran tenaga kerja musiman. Bila terjadi
pengangguran semacam ini, maka konsekuensinya juga terjadi
migrasi atau urbanisasi musiman (Soekartawi, 2003)
2. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai
(keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang
dipergunakan per satuan waktu.
Produktivitas rendah karena;
-  Teknologi yang dipakai masih didominasi oleh teknologi tradisional.
-  Rendahnya laju pertumbuhan daya serap tenaga kerja
-  Rendahnya kualitas sumber daya pertanian dan rendahnya curahan
jam kerja
-  Upah yang rendah
-  Tingkat pendidikan dan tingkat keterampilan yang rendah.
PENUTUP

Modul mata kuliah ekonomi pertanian ini disusun untuk memudahkan


dosen program studi Agroteknologi dalam melaksanakan pembelajaran yang
lebih berkualitas dan dalam rangka peningkatan kualitas lulusan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Agar peningkatan
kualitas tersebut dapat tercapai diperlukan penetapan standar capaian
pembelajaran, standar isi, standar proses, dan standar evaluasi pembelajaran.
Keempat standar tersebut harus dikembangkan dalam wujud modul. Semoga
dengan adanya modul matakuliah ini kegiatan proses pembelajaran menjadi
lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Boediono, 1982, Ekonomi Mikro, BPFE,Yogyakarta

Donald, J. EPP., dan J. W. Malone, JR. 1981. Introduction to Agricultural. Macmillan


Publishing Company. New York.

Firdaus, Muhammad.2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara

Kaslan. A Tohir, 1991; Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.

Lipsey,R.G. dan Courant, P.N., 1996,Economics, Harper Collins College Publisher,


New York

Mankiw, N.G., 2000, Pengantar Ekonomi, Erlangga, Jakarta

Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara :Jakarta.

Mubyarto, 1982, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Edisi Ke-Tiga.LP3S.

Nicholson, W. 1995. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Terjemahan dari


Intermediate Microeconomics, oleh Agus Maulana. Binarupa Aksara, Jakarta.

Pracoyo dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Grasindo. Jakarta

Pindyck R.S. dan Rubinfeld, D.L.,2001, Microeconomics, Prentice Hall,Inc., New


Jersey

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. (2002). Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar. Jakarta: FEUI.

Rodjak, Abdul. 2006. Manajemen Usahatani. Pustaka Giratuna: Bandung.


Robbins, Stephen, dkk. 2010. Manajemen, Edisi Kesepuluh. Erlangga: Jakarta.

Salvatore Dominick. 2007. Mikroekonomi. Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga

Soekartawi, 2002, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis


CobbDouglas. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press.


Tambunan, T.T.H., Perekonomian Indonesia, 2001, Ghalia Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai