Mata Kuliah :
Dasar Teknik Valuasi dan Teknik Evaluasi
Pengertian Highest and Best Use
Tidak sedikit property dikembangkan memberikan hasil yang tidak memuaskan
bagi pemiliknya, bahkan ada yang gagal sama sekali. Hal ini terjadi mungkin
dikarenakan pengembangan dilaksanakan dengan opsi pemanfaatan bukan yang
terbaik dan maksimal, dengan kata lain property tersebut tidak highest and best
use.
Highest and best use, or highest or best use (HBU) adalah konsep yang
berasal dari ahli ekonomi awal seperti Irving Fisher (1867-1947), yang
mengkonseptualisasikan gagasan produktivitas maksimum. [1] Salah satu kutipan
paling awal dari istilah ini ditemukan dalam Risalah Legislatif Maine pada awal
tahun 1831 yang berbicara tentang penilaian dan penilaian real estat: "... tanah
diklasifikasikan yang mendahului perubahan penggunaan seperti itu, memiliki real
estate seperti itu dinilai dengan highest and best use”. Ini adalah konsep penilaian
real estat yang menunjukkan bagaimana nilai tertinggi untuk properti. Dalam hal
apa pun, di mana nilai pasar properti riil dicari, nilai itu harus didasarkan pada
highest and best use nya. Highest and best use adalah selalu penggunaan yang
akan menghasilkan nilai tertinggi untuk properti, terlepas dari penggunaan
aktualnya saat ini.
Dalam beberapa kasus, penggunaan yang diusulkan mungkin highest and best
use tetapi untuk beberapa biaya yang mengubah ekonomi bersih. Contohnya
mungkin menjadi situs yang digunakan industri yang sekarang dapat digunakan
secara legal untuk bangunan perumahan bertingkat tinggi, tetapi akan
menghabiskan banyak biaya untuk membersihkannya (remediate) bahwa nilai
yang saat ini digunakan lebih tinggi. Dalam hal ini, jika dapat dilanjutkan,
penggunaan industri yang ada bisa menjadi highest and best use. Dalam
beberapa kasus, penilai diberikan instruksi khusus untuk diasumsikan highest and
best use. Penggunaan ini mungkin tidak lulus tes yang dibahas di bawah ini
sebagai highest and best use yang sah, dan mungkin sangat menghasilkan nilai
yang berbeda. Salah satu contoh ini mungkin penilaian taman, di mana penaksir
telah diperintahkan untuk mengabaikan semua kemungkinan penggunaan lainnya.
Selanjutnya highest and best use dari properti dapat menjadi kelas penggunaan
(seperti ritel atau multi keluarga), daripada penggunaan khusus (yaitu
pengembangan makanan cepat saji restoran). [2]
Highest and Best Use Study merupakan suatu rangkaian kegiatan inspeksi
lapangan, penelitian, analisa untuk mengetahui product development yang paling
sesuai dan optimal atas suatu tanah. Sesuai dimaksudkan adalah penggunaan
terbaik sementara optimal dimaksudkan memberikan keuntungan maksimal.
Analisis yang terakhir dalam analisis HBU adalah analisis produktifitas yang
maksimal. Sebuah properti atau alternatif properti dikatakan memiliki produktivitas
yang maksimal bilamana memiliki tolok ukur finansial yang lebih baik dibanding
properti atau alternatif properti lainnya. Tolok ukur finansial yang biasanya
digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Payback Period, Return on Investment (ROI), Benefit Cost Ratio. Bilamana dua
atau lebih alternatif properti sama-sama menunjukan hasil analisis layak secara
fisik, diijinkan secara peraturan, dan layak secara keuangan, maka alternatif
properti yang memenuhi kriteria HBU adalah alternatif properti yang memiliki tolok
ukur finansial yang lebih baik dibanding alternatif properti lainnya.
Dalam konteks penilaian aset, analisis HBU biasanya dilakukan dengan lebih
sederhana. Dalam hal ini, lazimnya analisis HBU lebih ditekankan pada analisis
kelayakan secara fisik dan analisis kelayakan secara peraturan. Dua analisis
lainnya yaitu, analisis kelayakan secara keuangan dan analisis produktifitas yang
maksimal sangat jarang dibahas secara mendalam. Selanjutnya, observasi dan
pengamatan langsung di lapangan biasanya lebih dominan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan apakah properti yang dinilai telah memenuhi kriteria HBU
ataukah tidak. Sederhananya, bilamana properti yang dinilai adalah sebuah ruko
dan properti yang banyak berdiri di sekitar properti yang dinilai adalah juga ruko,
maka hampir dipastikan penilai akan mengambil kesimpulan bahwa ruko adalah
HBU dari kawasan tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis HBU merupakan bahasan
yang dapat dikatakan wajib dalam manajemen aset real property, baik dalam hal
optimalisasi aset maupun penilaian aset. Analisis HBU meliputi empat hal pokok
yaitu, analisis kelayakan secara fisik (physically feasible), analisis kelayakan
secara peraturan (legally permissible), analisis kelayakan secara keuangan
(financially feasible), dan analisis produktivitas yang maksimal (maximally
productive). Lazimnya, analisis HBU dalam konteks optimalisasi aset dilaksanakan
lebih detail dibandingkan dalam konteks penilaian aset.
Lahan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam suatu usaha di bidang
Real Estate. Lahan memiliki lokasi yang unik, keunikannya serta sifat yang tetap
dari lahan yang tidak dapat dipindahkan. Lahan terbatas jumlahnya pada suatu
lokasi dan sebidang lahan tidak sama dengan sebidang lahan yang lainnya.
“Highest and Best Use “ artinya dayaguna yang maksimal dari lahan yang secara
fisik dimungkinkan dan paling mungkin digunakan, secara hukum diizinkan dan
secara keuangan layak. Kesimpulannya menghasilkan daya guna yang maksimal
dari Lahan. Prinsip-prinsip Real Estate seperti “Supply and Demand; Substitusi;
Balance; dan Conformity” merupakan prinsip dasar dalam menganalisa hubungan
antara perilaku ekonomi dan pelaku Properti/ Real Estate.
Highest and Best Use, dapat diartikan sebagai penggunaan suatu lahan yang
terbaik dan memberikan profit yang tertinggi atas penggunaan tersebut. Highest
and Best Use, mempunyai 4 (empat) kriteria, yaitu sebagai berikut :
Secara fisik dimungkinkan (physical possibility)
Secara hukum diizinkan (legal permissibility)
Secara finansial layak (financial affordability)
Mendapatkan profit yang maksimum yang menghasilkan Nilai tertinggi dari
lahan yang dinilai (maximum profitability which result in highest property
value)
Penggunaan terbaik dan tertinggi (Highest and Best Use) sebagai dasar
pengembangan dapat diartikan kemungkinan terbesar dari penggunaan lahan
yang secara fisik dimungkinkan, secara hukum diizinkan, secara keuangan layak
dan akan memberikan Nilai tertinggi atas lahan tersebut.
HBU = Tanah
Tanah merupakan aset permanen, namun pengembangan diatasnya memiliki
umur yang terbatas, dengan keunikannya serta tidak dapat dipindahkan,
memiliki lokasi yang unik.(KPUP SPI 6.1)
Sifat unik dari tanah menentukan kegunaan optimalnya, jika tanah dinilai
terpisah dari bangunan yang berdiri diatasnya, prinsip ekonomi mensyaratkan
bahwa : Bangunan dinilai atas sumbangannya terhadap total nilai properti
yang pada prinsipnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Nilai pasar dari tanah berdasarkan konsep penggunaan tertinggi dan terbaik yang
mencerminkan kegunaan dan sifat permanen dari tanah dalam konteks pasar,
dimana nilai pengembangan merupakan selisih antara nilai tanah dengan total
nilai pasar sesuai dengan pengembangan yang ada (Market Value as Improved).
(KPUP SPI 6.1.1)
Kriteria HBU
Kelayakan Secara Peraturan (Legally Permissible)
Private Restriction /Contract
Zoning
Building Code (GSJ, GSB, dll)
Ketinggian Bangunan
Kontrol thd benda sejarah
Aturan Keselamatan Lingkungan
Aturan Kesehatan dan Keamanan Hunian
dll
Kelayakan Secara Fisik (Physically Possible)
Ukuran Tanah
Bentuk Tanah
Ketinggian dari poros jalan
Aksesibilitas
Kontur/Topografi
Daya Dukung Tanah
Lokasi Tanah
Luas Frontage
Letak Tanah
Improvement
Kelayakan Keuangan (Financially Feasible)
Ketersediaan Dana/Modal Sendiri
Ketersedian Dana pinjaman
Tingkat Bunga Pinjaman
Net Operating Income
Pay Back Period
Benefit-Cost Ratio
Net Present Value
Internal Rate of Return
Return on Investment
Produktifitas Yang Maksimal (Maximally Productive)
Kecukupan Modal
NPV Positif dan Terbesar
IRR Positif dan Terbesar
P/B Period Paling Cepat
B/C Ratio Terbesar dan > 1
ROI atau ROE terbesar dan >1
Sesuai dengan kelayakan fisik dan peraturan
Analisis HBU
Analisis high and best value use (HBU) adalah analisis terhadap daya guna
tertinggi dan terbaik atas suatu properti.
HBU dari sebidang tanah bukan hasil dari analisa subyektif dari
pemilik/developer/penilai, melainkan dilahirkan dari kekuatan pasar dimana
properti tersebut. Oleh karena itu analisis dan interpretasi HBU merupakan hasil
studi ekonomi thd kekuatan pasar atas properti tersebut.
Hubungan Antara Market Analysis, Feasibility Analysis And Highest And
Best Use
1. Market Analysis (Analisa Pasar)
Untuk mengidentifikasi permintaan atas beberap alternatif jenis
penggunaan
Analisis permintaan dan penawaran untuk memperkirakan tingkat
penyerapan pasar dan tingkat sewa yang memungkinkan
Penilai harus membedakan antara HBU atas tanah kosong (vacant land) dan HBU
atas tanah yang telah dibangun (improved).
LINGKUP ANALISA
The Six-Step Process and Four Parallel Test (by Stephen F.Fanning)
Problem Definition
The reasonably probable and legal use of vacant land or an improved property
that is physically possible, appropriately supported, financially feasible, and that
results in the highest value
POTENSI
SITE
SITE MARKET
ANALYSIS ANALYSIS
INVESTMENT CRITERIA
REKOMENDASI
OPSI PENGEMBANGAN
Tahap pertama, analisa lokasi merupakan pertimbangan pertama untuk menjawab
dua pertanyaan : 1) pemanfaatan apa yang dapat direalisasikan secara fisik
(tapak, lokasi, lingkungan). 2) pemanfaatan apa yang secara legal dizinkan.
Tahapan ini sangat penting sebagai kajian awal untuk mengidentifikasikan
karakteristik tertentu sebagai dasar pertimbangan atas opsi pengembangan yang
dimungkinkan untuk dijadikan alternative produk pengembangan.
Tahap kedua, market dan marketability analysis untuk menjawab produk property
apa yang marketable memungkinkan untuk dikembangkan di atas suatu site.
Analisa ini dilaksanakan atas seluruh jenis property yang mungkin dapat
dikembangkan yang meliputi potensi dan daya serap pasar, harga & tingkat
persaingan. Analisa ini meliputi antara lain :
Macro Economic and Demographic Analysis :
Macro and Micro Economic growth and Characteristics
Investment climate
Inflation rate
Population growth & characteristics
Melakukan analisa pasar detail per type property yang mungkin dapat
dikembangkan di atas tanah tersebut (Residential, Shop Houses Complex, Office
Park, Shopping Center, Apartment, Hotel, Convention, Recreation Center, Etc)
meliputi :
Existing Demand & Supply
Future Demand & Supply
Catchment Area Analysis (khusus shopping center)
Potential Market
Target Market
Pricing, Rental and Take up Rate
Competitors Analysis
Tahap ketiga, berdasarkan kombinasi hasil analisa lokasi (tahap-1) dan analisa
pasar (tahap-2) selanjutnya ditentukan alternative opsi pengembangan yang
memungkinkan untuk dikembangkan, meliputi :
Type of property product (classification, level/grade)
Quantum (units, size)
Facilities & Utilities
Price, Rental, Service Charge, Take up rate
Sales program, occupancy level
Hasil HBU Studi ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pemilik tanah dalam
rencana pengembangan tanah tersebut, acuan dalam menawarkan kerjasama
pengembangan dengan pihak investor
Hasil HBU Studi ini dapat digunakan sebagai acuan bagi Calon Investor dalam
melakukan penawaran kerjasama atas rencana pengembangan suatu tanah
Hasil HBU Studi ini dapat digunakan sebagai acuan bagi Konsultan
Investment Arranger dalam menjalankan perannya sebagai mediasi rencana
kerjasama pengembangan suatu tanah
Hasil HBU Studi ini dapat digunakan sebagai acuan bagi Konsultan
Perencana/Arsitek dalam perencanaan pengembangan suatu tanah
REKOMENDASI
OPSI PENGEMBANGAN
Acquisition
REVIEW OF DEVELOP of
INVESTOR RECOURSES SCENARIO ANALYSIS
B. O.T
Joint Venture
Win-win Situation
RECOMMENDED OF
INVESTMENT DECISION
Kegiatan HBU Studi idealnya merupakan bagian dari suatu paket pekerjaan dalam
rangka optimalisasi aset (Pemda, Pemkot, Instansi/Lembaga/Departemen,
BUMN/D). Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui :
Pemilahan mana aset yang sudah optimum pemanfaatannya dan mana aset
yang belum optimum pemanfaatannya
Mengetahui opsi pemanfaatan yang paling optimum atas aset yang belum
optimum pemanfaatannya
Mengetahui Pola Kerjasama yang paling menguntungkan atas aset tersebut
REVIEW JURNAL
Analisis Highest and Best Use (HBU) pada Lahan Jl. Gubeng Raya No. 54
Surabaya
Pendahuluan
Laju pertumbuhan penduduk dan tingkat perekonomian yang semakin meningkat
di kota-kota besar seperti Surabaya, bertolak belakang dengan ketersediaan lahan
yang terbatas. Selayaknya properti yang akan dibangun di atas suatu lahan dapat
memberikan manfaat yang maksimal serta efisien agar hasilnya dapat dirasakan
demi pembangunan wilayah tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan
penggunaan yang paling memungkinkan dan diizinkan dari suatu tanah kosong
atau tanah yang sudah dibangun, dimana secara fisik dimungkinkan, didukung
atau dibenarkan oleh peraturan, layak secara keuangan dan menghasilkan nilai
tertinggi.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis Highest and Best Use (HBU) pada lahan di
Jl. Gubeng Raya No. 54 Surabaya seluas 1.150 m2 yang direncanakan akan
dibangun hotel. Lahan tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi properti
komersial seperti hotel, apartemen, perkantoran dan pertokoan. Analisis tersebut
menggunakan tinjauan terhadap aspek fisik, legal, finansial dan produktivitas
maksimumnya.
Metodologi
1. Model dan Konsep Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan konsep Highest and Best Use (HBU) yang
dapat menghasilkan jenis properti komersial yang paling optimum pada lahan
dengan menganalisis HBU berdasarkan aspek fisik, aspek legal, aspek finansial
dan aspek produktivitas maksimumnya.
2. Objek Penelitian
Lahan pada objek penelitian ini berupa sebidang tanah di di Jl. Gubeng Raya
No.54 Surabaya dengan luas 1.150 m2 (Gambar 1).
3. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini antara lain data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil survei yang
diperoleh langsung dari suatu objek penelitian, seperti foto-foto properti dan
data pembanding yang dilakukan dengan survei. Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari sumber data secara tidak langsung dari sutau
sumber. Untuk lebih memfokuskan tujuan dari penelitian ini, dibuat rincian
pengelompokan data seperti pada Tabel 1.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut kemudian dilakukan analisis
HBU dengan melakukan tinjauan dari aspek fisik, legal, finansial, dan
produktivitas maksimum agar mendapatkan hasil jenis properti komersial
optimum yang dapat dibangun pada lahan tersebut menggunakan studi literatur
serta pengalaman expert sesuai dengan Gambar 2. Penentuan nilai lahan
kosong pada penelitian ini dilakukan dengan metode penetapan nilai
berdasarkan data market research property di Surabaya. Berdasarkan data
yang diperoleh, nilai tanah pada daerah Jl. Gubeng Raya sebesar Rp.
8.000.000 / m2 sampai dengan Rp. 10.000.000 /m 2. Nilai lahan yang digunakan
pada objek penelitian ini sebesar Rp. 10.000.000 /m 2.
Berdasarkan data yang diperoleh, lahan objek penelitian ini memiliki ukuran
57.5 m x 20 m. Lahan tersebut memiliki bentuk persegi panjang yang
mempermudah proses perencanaan pembangunan properti. Kemudian perlu
diperhatiakan jenis properti komersial yang akan didirikan pada lahan tersebut
yang disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia. Berikut merupakan site plan
objek penelitian pada Gambar 3.
Lokasi Jl. Gubeng Raya terletak di pusat kota Surabaya yang memiliki
ketersedian utilitas umum yang cukup lengkap seperti air bersih, listrik, dan
telepon.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari beberapa segi pada aspek
fisik didapat kesimpulan bahwa lahan penelitian ini teretak pada wilayah yang
sangat strategis karena berada ditengah kota Surabaya yang memiliki
aksesibilitas yang mudah dijangkau dan utilitas umum yang lengkap dan
memadai serta dalam kondisi baik.
Lahan tersebut juga berada pada kawasan perdagangan dan fasilitas umum
sehingga memiliki potensi yang baik dan memungkinkan untuk dikembangkan
sebagai properti komersial.