Anda di halaman 1dari 9

“KONSEP GREEN BEAUTY DALAM PENGEMBANGAN PRODUK GARNIER DI

PERUSAHAAN L'OREAL ”

Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Manajemen Pengembangan

Produk yang Diampu oleh Dr. Astrid Puspaningrum, SE., MM., CMA

Kelas BA
Disusun oleh :

Annisa Tri Lestari (195020200111088)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2021
A. Latar belakang perusahaan dan perkembangannya
L'Oréal adalah suatu perusahaan perawatan pribadi Prancis yang berkantor pusat di
Clichy, Hauts-de-Seine dengan kantor terdaftar di Paris. L'Oréal adalah perusahaan kosmetik
terbesar di dunia dan telah mengembangkan kegiatan di bidang yang berkonsentrasi pada
warna rambut, perawatan kulit, perlindungan matahari, make-up, parfum, dan perawatan
rambut.
Sejarah terbentuknya L'Oréal di dunia mulai pada awal abad ke-20, Eugène Paul
Louis Schueller, seorang ahli kimia muda Prancis, mengembangkan formula pewarna rambut
yang disebut Oréale. Schueller merumuskan dan memproduksi produknya sendiri, yang
kemudian dia putuskan untuk dijual ke penata rambut Paris. Pada tanggal 31 Juli 1919,
Schueller mendaftarkan perusahaannya, Société Française de Teintures Inoffensives pour
Cheveux (Perusahaan Pewarna Rambut Aman Prancis). Produk utama L'Oréal adalah
pewarna rambut. Prinsip-prinsip panduan perusahaan, yang akhirnya menjadi L'Oréal, adalah
penelitian dan inovasi di bidang kecantikan. Pada tahun 1920, perusahaan mempekerjakan
tiga ahli kimia. Pada tahun 1950, tim tersebut berjumlah 100 orang; pada tahun 1984 adalah
1.000 dan kira-kira 88.000 hari ini (pada tahun 2020). Dalam perkembangannya, dari
pewarna rambut kemudian bercabang ke produk pembersih dan kecantikan lainnya. L'Oréal
saat ini memasarkan lebih dari 500 merek dan ribuan produk individu di semua sektor bisnis
kecantikan: pewarna rambut, permanen, penataan rambut, tubuh dan perawatan kulit,
pembersih, riasan, dan wewangian. Produk perusahaan dapat ditemukan di berbagai saluran
distribusi, mulai dari salon rambut dan wewangian hingga supermarket, outlet
kesehatan/kecantikan, apotek, dan surat langsung. Untuk menunjang pengembangan
produknya, L'Oréal memiliki banyak titik riset di dunia. L'Oréal memiliki enam pusat
penelitian dan pengembangan di seluruh dunia: dua di Prancis: Aulnay dan Chevilly; satu di
Amerika Serikat: Clark, New Jersey; satu di Jepang: Kawasaki, Prefektur Kanagawa ; pada
tahun 2005 satu didirikan di Shanghai, Cina, dan satu di India. Fasilitas masa depan di AS
akan berada di Berkeley Heights, New Jersey.
Dalam perjalanan pengembangan perusahaan dan produk, L'Oréal sering
mengakuisisi sebuah Merek seperti Merek NYX Cosmetics, Carita and Decleor dari Shiseido.
Merek L'Oréal sendiri terbagi menjadi empat, yaitu Produk Professional, L'Oréal Luxe,
Consumer Products, dan Active Cosmetics. Dari pembagian merek ini, berikut merek yang
cukup familiar di pasar Indonesia adalah L'Oréal Technique, Kerastase, Matrix di bawah
merek Produk Professional. Lancome, Kiehls, Shu Uemura, Ralph Lauren, Urban Decay
dibawah L'Oréal Luxe. Garnier, Maybelline, NYX Cosmetics, dan 3ce dibawah Consumer
Products.
Perkembangan L'Oréal di Indonesia ada sejak 1979, L’Oréal Indonesia kini menjadi
salah satu perusahaan terkemuka di negara di Indonesia dalam bidang barang-barang
konsumen yang bergerak cepat. Perusahaan beroperasi melalui dua entitas - L'Oréal
Indonesia dan L'Oréal Manufacturing Indonesia - yang bersama-sama membentuk pemain
terbesar kedua di pasar kecantikan Indonesia. Pada November 2012, L'Oréal meresmikan
pabrik terbesar di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Indonesia, dengan total investasi
US$100 juta.[20] Produksinya akan diserap 25% oleh pasar domestik dan sisanya diekspor.
Pada 2010, pertumbuhan signifikan terjadi di Indonesia dengan peningkatan penjualan unit
sebesar 61 persen atau 28 persen dari penjualan bersih.

B. Kebijakan Perusahaan dalam memperluas pasarnya di Indonesia


L’Oréal terus berkembang melalui strategi Universalisasi, yaitu strategi globalisasi
yang dilakukan dengan merespon, memahami, dan menghormati segala perbedaan yang ada
untuk menawarkan makna kecantikan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat yang
berbeda-beda di setiap belahan dunia. Selalu melakukan inovasi pengembangan produk
adalah visi perusahaan. Hal ini yang mengukuhkan keberadaan perusahaan yang usianya
sudah lebih dari 100 tahun. L'Oréal tidak pernah berhenti melakukan penelitian, senantiasa
mengembangkan sains dan pengetahuan, menghasilkan inovasi-inovasi dan hak-hak paten,
dengan pengalamannya dalam bereksplorasi untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Kecantikan merupakan bagian dari konsistensi ilmiah. L'Oréal Indonesia akan mendorong
transformasi pasar kosmetik dan membawa inovasinya ke sejumlah besar konsumen
Indonesia, melalui penelitian dan mendalami sifat kulit orang orang Indonesia, serta
mengadaptasi berbagai formula untuk kebutuhan konsumen setempat. Untuk meningkatkan
pangsa pasarnya, L'oreal memiliki tiga strategi.
1. Consumer centricity. Indonesia, negara dengan populasi muslim terbesar di dunia,
merupakan pasar yang sangat strategis bagi L’Oreal. L'oreal Indonesia mempelajari
secara mendalam bagaimana perempuan berhijab memiliki kebutuhan yang sangat
berbeda dalam hal produk kecantikan. Misalnya, L'oreal mendapati banyak Hijaber
yang menggunakan make-up berwarna untuk bisa di-mix & match dengan warna
hijab dan pakaian yang dikenakannya. Di sini unsur modernisasi sangatlah signifikan.
2. Meluncurkan inovasi terdepan. Setelah mempelajari kebutuhan konsumen, L'oreal
Indonesia tentunya meluncurkan produk terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Misalnya, L’Oreal meluncurkan FIT ME Foundation dengan 26 shades untuk
memenuhi keanekaragaman warna kulit perempuan Indonesia. Lalu ada pula merek
Garnier yang meluncurkan sheet masks (masker perawatan kulit) dengan 11 varian.
3. Komunikasi yang relevan. L'oreal Indonesia mengalokasikan upaya besar dalam
kegiatan pemasaran melalui jaringan channel yang tepat. Selain terus melakukan
biaya iklan di televisi, L'oreal juga terus meningkatkan belanja iklan pada channel
digital. Seluruh komunikasi produk-produk harus disesuaikan secara relevan bagi
konsumen Indonesia. Sebagai contoh, L’Oreal merangkul Shireen Sungkar sebagai
duta Merek merek salon Matrix, karena Garnier memahami bahwa perempuan
berhijab di Indonesia (saat ini sekitar 65%) memiliki aspirasi untuk merawat kondisi
rambut dan kulit kepala dengan lebih maksimal

C. Analisis pengembangan produk


Dalam analisis pengembangan produk, penulis memilih salah satu merek dari
perusahaan L'Oréal di bagian Consumer Goods yaitu Garnier. Penulis mengangkat
pengembangan produk Garnier yang lebih ramah lingkungan untuk kemajuan berkelanjutan
di Indonesia. Dengan komitmen Green Beauty, L'Oréal bertransformasi untuk memberikan
dampak nyata di rantai pasok dan pengembangan produknya.
Menurut Ulrich-Epping ada 6 fase dalam proses pengembangan produk yaitu:
Fase 0 : Perencanaan Produk Kegiatan
Garnier adalah merek terbesar kedua di grup L'Oreal, perusahaan kosmetik terbesar di
dunia. Garnier memiliki lini produk perawatan rambut dan perawatan kulit yang dijual di
seluruh dunia, termasuk di A.S. Didirikan di Prancis pada tahun 1904 oleh Alfred Amour
Garnier, produk kecantikan yang terjangkau dikenal dengan bahan-bahan alaminya. Garnier
adalah pelopor di pasar warna rambut rumahan dan terus menjadi pemimpin industri dengan
garis-garis yang menekankan warna alami dan rambut lembut dan sehat. Produk perawatan
kulit termasuk serum anti-penuaan, pembersih, penghapus riasan dan produk untuk
perlindungan matahari. Target audience Garnier adalah wanita berusia 18 hingga 34 tahun.
Kelompok usia ini memiliki indeks penggunaan kondisioner rambut tertinggi, dengan wanita
berusia 25 hingga 34 tahun sebagai pengguna teratas.
Pengembangan konsep produk Garnier dilatar belakangi oleh lebih banyak jumlah
plastik di pantai dan di lautan dan semakin banyak produk yang menggunakan plastik sekali
pakai, juga konsumsi plastik meningkat. Berita baiknya adalah kesadaran mengenai masalah
ini lebih tinggi dan dianggap penting. Satu dekade lalu, tantangannya adalah membuat
orang-orang mengenali bahwa plastik itu polusi dan merupakan masalah bagi laut dan planet
kita. Untuk membuat dampak positif di luar industri kecantikan, Garnier telah bergabung
dengan Ocean Conservancy untuk menyatukan konsumen dan karyawan di seluruh dunia,
mengumpulkan plastik dari pantai-pantai dunia.

Fase 1 : Pengembangan Konsep.


Hal yang telah disebutkan sebelumnya membuat tim Garnier membuat alternatif
konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi dalam Green Beauty Garnier, antara lain:
1. Kemasan ramah lingkungan. Pada tahun 2025 semua produk Garnier akan dibuat
tanpa plastik baru dapat membantu menghemat lebih dari 37.000 ton plastik baru
setiap tahunnya. Pada tahun 2025, semua kemasan plastik Garnier akan dapat
digunakan kembali, didaur ulang atau dapat terurai.
2. Formula produk ramah lingkungan. Di tahun 2017, Garnier meluncurkan produk
perawatan kulit pertama yang diformulasikan dengan 96% bahan alami, diikuti pada
tahun 2018 oleh produk Fructis Hari Food dengan 98% bahan alami dan Herbal,
pewarna Garnier yang 100% terbuat dari bahan alami. Pengembangakn konsep akan
dilebarkan sampai dengan saat ini yaitu tahun 2021.

Fase 2 : Perancangan Tingkat Sistem Fase.


Dalam pengembangan kemasan ramah lingkungan, tim kemasan Garnier bekerjasama
dengan Foundation Ellen Macarthur selama bertahun-tahun dan menjadi anggota inti sekitar
2 tahun yang lalu. Mereka adalah anggota dari Dewan Penasehat untuk grup “New Plastic
Economy” yang secara aktif terlibat dalam proyek penggunaan plastik dan menandatangani
komitmen global ellen macarthur. Strategi kemasan Garnier mengikuti kebijakan 3R L’Oréal
Group: RESPECT (menghargai) konsumen, lingkungan, dan keanekaragaman hayati,
REDUCE (mengurangi) kemasan pada volume dan berat, dan REPLACE (mengganti) materi
yang sudah ada dengan materi yang memberikan dampak lebih sedikit terhadap lingkungan.
Arsitektur produk kemasan ramah lingkungan menggunakan Zero virgin plastic dan zero
plastic packaging (integrasi kardus tabung).
Saat ini, sebagian besar plastik yang digunakan pada kemasan adalah PET
(Polyethylene Terephthalate), PP (Polypropylene), dan PE (Polyethylene), dan
masing-masing memiliki karakter bahan kimia yang berbeda. CARBIOS Carbios telah
mengembangkan proses daur ulang enzimatik bio untuk plastik yang memecah polimer
menjadi komponen dasar (monomer) yang biasanya digunakan untuk membuat bahan
tersebut. Setelah dipisahkan dan dimurnikan, monomer dapat digunakan kembali untuk
membuat plastik yang serupa dengan virgin plastic, tanpa kehilangan nilai apa pun saat
proses daur ulang.
Proses biologis ini bebas dari kendala yang dihadapi teknik konvensional daur ulang
dan merupakan langkah awal untuk mengembangkan cara baru mengelola siklus hidup
plastik sejalan dengan ekonomi sirkular. Grup L’Oréal menciptakan konsorsium untuk
mengembangkan inovasi ini dan Garnier akan menjadi merek yang pertama menerima plastik
daur ulang yang dibuat dari terobosan ini. Teknologi ini akan dimanfaatkan pada saat
merancang kemasan baru, dan membantu mendorong ekonomi sirkular.
Dalam menghasilkan zero virgin plastic pertama-tama dibuatkan peta rencana terlebih
dahulu dengan menyaring seluruh portofolio Garnier, termasuk semua produk yang sudah ada
maupun inovasi mendatang, untuk melihat bagaimana Garnier dapat meningkatnya setiap
produknya. Bekerjasama dengan supplier kemasan dan pabrik plastik, Garnier
mengembangkan sumber pasokan PCR yang kuat, untuk mencapai 100% di tahun 2025.

Fase 3 : Perancangan Detail Fase.

Dalam mewujudkan Green Beauty, Garnier bekerjasama dengan perusahaan kemasan


Albea dimana membuat kemasan dari kardus. Terdapat produk desain shampo padat. Inovasi
ini merupakan solusi tanpa plastik dan memberikan jalan baru menuju program
keberlanjutan, kosmetik tanpa air. Kemasan ini terbuat dari 100% kardus bersertifikat FSC.
The Forest Stewardship Council (FSC) adalah suatu organisasi nirlaba internasional, multi
stakeholder, dan didirikan pada tahun 1993. Misi FSC adalah memajukan lingkungan yang
layak, bermanfaat secara sosial dan ekonomis dengan manajemen hutan dunia yang dapat
berjalan terus.
Garnier juga meluncurkan desain produk Ultra-Doux Ecopack 500 ml. Inovasi ini
mengurangi 80% kuantitas plastik, mendorong cara baru dalam menggunakan sampo yang
hanya memiliki sedikit dampak terhadap lingkungan. Di tahun 2020, Garnier akan
meluncurkan generasi pertama integrasi kardus tabung pada Garnier BIO sebagai bagian dari
kerjasama yang baru terjalin di antara L’Oréal Group dan Albea. Kedua perusahaan ini telah
mengembangkan kosmetik tabung pertama untuk menggantikan bagian plastik dengan bahan
kertas yang bersertifikat. Tanaman rami adalah sebuah contoh bagus dari inovasi yang
didukung oleh green sciences.
Contoh penerapan detail fase pada produk Minyak rami Garnier bersertifikat organik
dan menghargai keseimbangan ekosistem alami dengan benih yang dipanen pada saat musim
gugur, menyesuaikan siklus alamnya. Pertanian organik juga menggunakan bahan kimia
sintetis dan GMO, serta membatasi penggunaan zat yang tidak ada secara alami di tanahnya.
Green sciences adalah kombinasi terbaik diantara perawatan kulit dan alam. Tidak ada panas
yang digunakan dalam proses menghemat energi, dan CO2, konsumsi dan prosesnya
dioptimalkan untuk meningkatkan produktivitas, dengan beberapa 3,5 kg biji menghasilkan 1
kg minyak. Pada tingkat formulasi, Hem Gel-cream Garnier 97% biodegradable* dan
mengandung lebih dari 95% bahan alami yang diperoleh dengan green chemistry.

Berikut perbedaan produk kemasan standar dan kemasan yang lebih ringan. Garnier
telah mengurangi ukuran tissue mask sheet dan di tahun 2020, Garnier menghilangkan
lapisan plastik bagian dalam tanpa mengurangi kualitas produk. Selain itu, pada produk
skincare sachet telah dioptimalkan ukurannya. Untuk membantu menciptakan formula produk
yang lebih berkelanjutan, Garnier menggunakan Sustainable Production Optimisation Tool
(SPOT) dari Grup L’Oréal untuk mengukur dampak lingkungan dan dampak sosial dari suatu
produk sepanjang siklus hidupnya. Laboratorium Garnier menggunakan alat untuk menilai
potensi biodegradabilitas produk dan jejak air saat mengembangkan formula baru. Ini
membantu untuk memastikan pengembangan formula dengan keamanan yang optimal,
kinerja tinggi dan peningkatan profil sosial dan lingkungan.

Garnier meluncurkan produk perawatan kulit pertama yang diformulasikan dengan


96% bahan alami, diikuti pada tahun 2018 oleh produk Fructis Hari Food dengan 98% bahan
alami dan Herbal, pewarna Garnier yang 100% terbuat dari bahan alami. Bahan baku
terbarukan berasal dari tumbuhan, hewan atau, mikroba yang pada dasarnya diproduksi oleh
pertanian, kehutanan dan kelautan. Mereka beregenerasi secara spontan dalam siklus yang
singkat (dari beberapa hari hingga beberapa dekade), durasinya hampir sama dengan durasi
pemakaian mereka.
Untuk membantu menciptakan formula produk yang lebih berkelanjutan, Garnier
menggunakan Sustainable Production Optimisation Tool (SPOT) dari Grup L’Oréal untuk
mengukur dampak lingkungan dan dampak sosial dari suatu produk sepanjang siklus
hidupnya. Laboratorium Garnier menggunakan alat untuk menilai potensi biodegradabilitas
produk dan jejak air saat mengembangkan formula baru. Ini membantu untuk memastikan
pengembangan formula dengan keamanan yang optimal, kinerja tinggi dan peningkatan profil
sosial dan lingkungan.

Fase 4 : Pengujian dan Perbaikan Fase


Dalam pengujian Green Beauty yang dicanangkan oleh Garnier, Garnier
menggunakan konsep Green Sciences. Green sciences mencakup seluruh pengetahuan ilmiah
dari teknik produksi biomassa yang inovatif ke “green formulas” dan termasuk transformasi
biomassa menjadi bahan alami yang memiliki performa tinggi seperti ekstraksi atau
fermentasi dengan cara yang menghormati lingkungan. Dengan menginvestasikan potensi
green sciences ini, Garnier memanfaatkan ilmu pengetahuan terbaru untuk melepaskan
kekuatan di alam yang memiliki performa tinggi dan produk berkelanjutan yang juga diakui
keamanan dan kredensialnya. Dengan tiga pengujian:
● Green Cultivation
Yaitu praktik pertanian yang mendorong produksi bahan baku alami (biomassa)
dengan cara melestarikan ekosistem dan mengurangi dampak pada lingkungan,
menggunakan air lebih sedikit, menghasilkan emisi karon yang lebih sedikit dan
mengurangi limbah.
● Green Transformation
Yaitu proses transformasi dengan dampak lingkungan yang rendah memungkinkan
kita untuk mendapatkan bahan baku baru yang dapat digunakan dalam formula
Garnier. Ini termasuk green chemistry, bioteknologi, dan green extraction. Melalui
green chemistry, Garnier dapat mensintesis kinerja bahan menggunakan bahan baku
terbarukan berbasis tanaman dengan dampak yang kecil terhadap lingkungan
sekaligus mengurangi limbah.
● Green Formulation
Yaitu formulasi adalah pencampuran ilmu yang dicari untuk menggabungkan
bahan–bahan agar dapat menghasilkan formula yang dapat dilihat konsumen Garnier
sebagai penyampaian sensorik yang unik dan kinerja teknis

Fase 5 : Produksi Awal


Fase produksi dibantu menganalisis kebutuhan dengan alat manajemen data master
bersama resmi Grup hingga Global Freight Cockpit, menara kontrol yang diisi oleh data
transportasi yang dikumpulkan dari pemasok, Rantai Pasokan L'Oréal melampaui rata-rata
pasar dalam hal data dan telah memahami dengan jelas bahwa pengumpulan data kualitatif
adalah prasyarat untuk ambisi digitalisasi ujung-ke-ujung dari rantai nilai.
Fase produksi awal menggunakan bahan baku dari alam. Pada fase produksi awal,
produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Garnier
bekerjasama dengan LSM Rainforest Alliance untuk konsultasi bahan baku nabati yang akan
digunakan. Pendekatan ini didasarkan pada empat prinsip:
• Mengetahui pelacakan bahan baku yang berarti mengetahui asal tanaman dan negara tempat
diproduksi
• Menilai nilai sosial dan lingkungan yang berpotensial terhubung dengan jalur produksi
mereka dan fokus pada aksi pengambilan sumber daya alam sepantasnya
• Ketika potential stakes diidentifikasi, maka verifikasi akan pilar-pilar berikut harus
dihormati:
• Memiliki seluruh proses yang diverifikasi oleh pihak ketiga yang independen untuk
mengukur dampak positif program pada masing-masing sektor.
Bahan baku utama Garnier antara lain:
● Minyak Argan dari Maroko
● Shea Butter dari Burkina Faso
● Minyak kedelai dari Brazil
● Lilin Candelia dari Meksiko
● Aloe Vera dari Meksiko
● Lini Lebah dari Afrika
Ketika bahan baku tiba, dan Garnier siap untuk mengolah bahan baku menjadi produk
akhir dan meluncurkannya di pasar. Beberapa contoh kegiatan operasional adalah machining,
packing, assembling dan testing. Perbaikan dan pemeliharaan peralatan juga termasuk dalam
kategori ini. Ini mencakup operasi manufaktur dan jasa.
Logistik keluar meliputi kegiatan yang mengirimkan produk ke pelanggan dengan
melewati perantara yang berbeda. Beberapa kegiatan logistik keluar adalah penanganan
material, pergudangan, penjadwalan, pemrosesan pesanan, pengangkutan dan pengiriman ke
tujuan.
Dalam pendistribusian, Otomatisasi adalah strategi utama dalam program
transformasi go-to-market Grup. Dirancang untuk menciptakan pusat distribusi otomatis
berbasis data yang menawarkan berbagai layanan dengan nilai tambah tinggi, seperti
personalisasi produk, persiapan kotak dan paket hadiah, dan pengiriman yang disesuaikan
dengan kebutuhan pelanggan dan konsumen di seluruh dunia. Inisiatif ini mencakup
perencanaan awal pesanan masuk, sistem pelacakan, dan penggunaan kendaraan otonom
untuk mengangkut produk ke pemetik pesanan.

C. Masukan dan Tanggapan Penulis


Menurut penulis, L'Oréal adalah perusahaan yang besar bertahan ratusan tahun karena
riset dan visinya terhadap kecantikan. Berdasarkan sumber yang penulis temukan, L'Oréal
selalu mengembangkan produk inovasinya dengan memperhatikan etika bisnis yang baik. Hal
ini menjadikan L'Oréal selalu menjadi market leader beauty di dunia. Menjadi market leader
beauty tentu diperlukan supply chain produksi dan pengembangan produksi yang hati-hati.
L'Oréal sudah mengikuti struktur pengembangan produk dengan baik dan benar dengan
strategi utama L'Oréal yaitu bekerjasama dengan banyak lembaga konsultasi dan bahan baku
sehingga dalam pengembangan produknya tidak mengalami tantangan yang serius.
Masukan dari penulis, L'Oréal dapat lebih dalam mengembangkan produk kecantikan
khas di Indonesia mempertimbangkan Industri Beauty di Indonesia meningkat lebih cepat 7%
dibandingkan dengan GDP Indonesia itu sendiri.

D. Kesimpulan
L'Oréal telah membuktikan bahwa mengurangi sampah plastik dan menjaga bumi
tetap hijau adalah visi dari leader beauty perusahaan di dunia. Hal ini dapat dicontoh oleh
merek dan perusahaan kecantikan atau farmasi lainnya. Dengan bekerja sama para lembaga
konsultasi dan mengedepankan value chain dengan otomatisasi sehingga produksi berjalan
sesuai dengan demand sensing analysis dari teknologi, menjadikan L'Oréal sebagai
perusahaan kecantikan dengan inovasi terdepan nomor satu di dunia.
Di Indonesia, merek Garnier cukup terkenal karena masuk ke dalam Consumer Goods
di masyarakat. Teknik personalisasi produk berdasarkan budaya (contoh: pengembangan
shampoo khusus berhijab) dan pendistribusian untuk masyarakat Indonesia yang berjumlah
kurang lebih 280 juta penduduk, Garnier berhasil dalam mendistribusikan di pelosok-pelosok
Indonesia menggunakan jaringan UMKM.
L'Oréal dapat berkembang lebih jauh di Indonesia dengan mengembangkan
personalisasi produk lebih jauh lagi dengan budaya-budaya Indonesia. Hal ini tentunya
dengan riset yang mendalam mengenai keminatan, segmentasi, targeting, psoitioning dan
demand. Serta kerjasama dengan berbagai petani lokal sebagai bagian dari operasional
L'Oréal di Indonesia.

E. Referensi
Loreal for the Future Indonesia, 2021.
https://www.loreal.com/id-id/indonesia/pages/commitment/l-oreal-for-the-future-indonesia/
Artikel Loreal, 2020.
https://www.marketeers.com/empat-dekade-loreal-di-indonesia-tidak-sekadar-mempercantik/
https://industri.kontan.co.id/news/strategi-loreal-indonesia-merebut-hati-konsumen-di-tanah-
air
Laporan Kemajuan Keberlanjutan 2019, Garnier.
file:///C:/Users/USER/Downloads/Garnier%20Laporan%20Kemajuan%20Keberlanjutan%20
2019.pdf
Artikel Loreal, 2020.
https://www.loreal.com/en/news/commitments/loreal-ranked-4th-worldwide-for-its-supply-ch
ain/

Anda mungkin juga menyukai