Penyusun: Kelompok 5
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................... i
BAB I ETNOSENTRISME ................................................................................................................................ 1
1.1 Pendahuluan ................................................................................................................................. 1
1.2 Pengertian Etnosentrisme ............................................................................................................ 2
1.3 Faktor Penyebab Etnosentrisme ................................................................................................... 5
1.4 Contoh Etnosentrisme .................................................................................................................. 6
1.5 Dampak Etnosentrisme ................................................................................................................. 7
1.6 Cara Menghadapi Etnosentrisme ................................................................................................. 9
BAB II PENUTUP ......................................................................................................................................... 12
2.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 12
2.2 Saran ........................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 13
Etnosentrisme |1
BAB I
ETNOSENTRISME
1.1 Pendahuluan
Bahasan komunikasi dan budaya adalah ruang lingkup yang dimiliki oleh komunikasi
antarbudaya. Dalam arti sempit, komunikasi hanya memiliki unsur sumber, pesan, dan
penerima, sedangkan budaya memiliki unsur komunikasi dan bahasa, pakaian dan penampilan,
makanan dan kebiasaan makannya, waktu dan kesadaran akan waktu. Dapat kita lihat didalam
budaya bahwa unsur komunikasi adalah salah satu komponen penting dalam kebudayaan. Kita
dapat melihat asal seseorang dari cara orang tersebut berkomunikasi, dan bahasa apa yang
digunakan, karena suatu kebudayaan memiliki perbedaan dan ciri khasnya masing-masing.
Perlu kita ketahui bahwa bahasa mempunyai fungsi utama sebagai alat komunikasi
sekaligus pembentuk budaya. Suparno (1993:5) menyatakan bahwa fungsi umum bahasa
adalah sebagai alat komunikasi sosial. Demikian pula pendapat Suwarno (2002:4), bahasa
merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu
maupun kolektif sosial.
Dalam pembahasan hambatan karena adanya prasangka dan stereotip sangat kental
dengan teori etnosentrisme. Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam pembuatan jurnal
tersebut bisa disimpulkan bahwa pengaruh etnisitas masih sangat kental, terutama di wilayah
Indonesia. Timbulnya sikap etnosentrisme mempengaruhi seseorang dalam berperilaku.
semesta) dan antroposentrisme (kepercayaan bahwa manusia adalah pusat bumi), namun
fokus kepada salah satu pemilik kelompok etnis tertentu (negara, masyarakat).
Konsep etnosentris diperluas oleh ilmuwan lain, salah satunya adalah William Graham
Sumner --yang ter-influenced oleh Gumplowicz-- yang tercatat dalam bukunya yang berjudul
Folkways tahun 1906.
Kecenderungan etnosentrisme adalah melihat budaya yang kita miliki sebagai pusat
alam semesta, yakni sebagai realitas sejati yang mempengaruhi semua komunikasi
interkultural, termasuk hubungan antaretnik. Ini dapat dilihat dengan jelas pada definisi
etnosentrisme;
Porter dan Samovar (1997:10) menyatakan sumber utama perbedaan budaya dalam
sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak
sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai
kriteria untuk segala penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat
mereka kepada kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita
cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling
baik, sebagai yang paling bermoral. Pandangan ini menuntut kesetiaan kita yang
pertama dan melahirkan kerangka rujukan yang menolak eksistensi kerangka rujukan
yang lain. Pandangan ini adalah posisi mutlak yang menaikan posisi yang lain dari
tempatnya yang layak bagi budaya yang lain.
Etnosentrisme |4
a. Pandangan yang positif, merupakan kepercayaan (paling tidak menurut kita sendiri)
bahwa budaya kita lebih baik dari budaya lain;
b. Pandangan yang negatif, seringkali kita melakukan evaluasi secara sebagian. Kita
percaya bahwa budaya kita merupakan pusat dari segalanya dan budaya lain harus
dinilai dan diukur sesuai standar budaya kita;
c. Pandangan yang sangat negatif, merupakan tingkat terakhir etnosentrisme yang
hanya melihat budaya kita yang paling bagus dan paling benar, tetapi juga
menganggap bahwa budaya kita yang paling berkuasa.
penghargaan diri. Ini merupakan keinginan yang sangat manusiawi sehingga kita hampir tidak
dapat membayangkan tidak adanya keinginan ini” (hlm. 534).
Dari uraian tersebut, dapatlah kita pahami mengapa Blubaugh dan Pennington (1976)
menyatakan bahwa “Etnosentrisme adalah akar rasisme”. Karena etnosentrisme membuat
kebudayaan diri sebagai patokan dalam mengukur baik buruknya, atau tinggi rendahnya dan
benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan kebudayaan sendiri,
adanya. Kesetiakawanan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri
disertai dengan prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa yang lain. Orang-orang yang
berkepribadian etnosentris cenderung berasal dari kelompok masyarakat yang mempunyai
banyak keterbatasan baik dalam pengetahuan, pengalaman, maupun komunikasi, sehingga
sangat mudah terprovokasi. Perlu pula dipahami bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia
masih berada pada berbagai keterbatasan tersebut.
a. Prasangka Sosial
Prasangka merupakan sikap yang negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar
perbandingan dengan kelompok sendiri. Sikap demikian bisa dikatakan sebagai sikap
yang menghambat efektivitas komunikasi diantara komunikator dengan komunikan
yang misalnya berbeda etniknya.
b. Stereotip
Stereotip adalah suatu keyakinan seseorang terhadap orang lain (karena dipengaruhi
oleh pengetahuan dan pengalaman). Keyakinan itu membuat kita memperkirakan
perbedaan antar kelompok yang mungkin terlalu tinggi ataupun terlalu rendah sebagai
ciri khas seseorang maupun kelompoknya.
Etnosentrisme |6
c. Jarak Sosial
Jarak sosial merupakan aspek lain dari prasangka sosial yang menunjukan tingkat
penerimaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan yang terjadi diantara
mereka. Jarak sosial merupakan perasaan untuk memisahkan seseorang atau kelompok
tertentu berdasarkan tingkat penerimaan tertentu.
e. Budaya Politik
Budaya Politik yang ada pada masyarakat cenderung tradisional dan tidak rasional.
Budaya politik semacam ini sangat subjektif dan penuh ikatan emosional dan ikatan
primordial (pandangan/paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil)
yang cenderung menguasai masyarakat. Masyarakat yang terlibat dalam politik sering
mementingkan kepentingan mereka sendiri mulai dari suku, etnis, agama dan lain
sebagainya.
Medan (suku Batak) akan selalu berkeras pada pendirian dan sikap yang menyebut dirinya
orang yang tegas, berpendirian, dan kasar (kasar dalam arti tegas). Sedangkan Melayu
dikatakan pemalu, relijius, dan merasa lebih bisa diterima di manapun berada. Sedangkan Jawa,
akibat pengaruh orde baru, menganggap dirinya paling maju dari daerah lain. Sehingga ketika
berhubungan dengan orang luar Jawa, maka stigma yang terbentuk adalah stigma negatif
seperti malas, kasar, dan pemberontak.
Selain dalam kehidupan sehari-hari, sikap etnosentrisme juga berlaku dalam skala yang
lebih besar pada kelompok tertentu. Pada suku Papua pedalaman yang mempunyai kebiasaan
menggunakan “Koteka”. Jika hal tersebut dilihat dari sudut pandang masyarakat non-Papua
pedalaman, menggunakan koteka mungkin dianggap sebagai hal yang memalukan. Namun bagi
warga pedalaman Papua, menggunakan koteka dianggap sebuah kewajaran dan menjadi
kebanggaan tersendiri. Budaya Carok merupakan budaya yang berasal dari Madura, adalah
perilaku membela harga diri dengan menyakiti orang yang terlibat. Carok dalam masyarakat
Madura merupakan konsep yang sakral dan harus dijunjung tinggi oleh masyarakat Madura.
Konflik yang terus terjadi antar suku Dayak dengan suku Madura yang sampai sekarang belum
muncul titik terang.
1) Dampak Positif:
a. Meningkatkan kesatuan, kesetiaan dan moral kelompok.
Sebagai dampak positif yang menguntungkan dimana dalam artian bahwa kelompok
etnosentris tampak lebih bertahan dibandingkan kelompok yang bersikap toleran.
Sehingga etnosentrisme berdampak positif dalam mengukuhkan nasionalisme dan
patriotisme, tanpa adanya hal tersebut, maka tidak akan membawa kesadaran
nasional yang penuh.
Etnosentrisme |8
2) Dampak Negatif:
Sebagai suatu sikap yang menganggap kebudayaannya lebih baik dibandingkan yang
lainnya, maka seringkali menimbulkan konflik yang digolongkan antara mayoritas
dan minoritas.
Sikap adalah dasar utama dari etnosentrisme, sedangkan dalam perilaku dan
komunikasi politik itu tidak terlepas dari kondisi geografis dimana aktor bergerak.
Sehingga, unsur yang menjadi gerakan politik diantaranya adalah budaya dan
agama.
Keobjektifan ilmu pengetahuan pada dasarnya ‘tidak berpihak’, dimana sesuatu ilmu
secara ideal dapat diterima oleh semua pihak, bukan merupakan hasil dari asumsi
(kira-kira).
Etnosentrisme |9
Komunikasi dapat berhasil apabila masing-masing pihak berpikir terbuka dan terbiasa
dengan berbagai pemikiran. Kemampuan ini akan membantu mengendalikan pandangan
dan tanggapan kita terhadap sesuatu hal. Sehingga, output yang keluar tidak hanya
berdasarkan pendapat pribadi, melainkan sesuatu yang bersifat umum dan bisa
diterapkan atau dipahami oleh pihak lain.
Setiap orang memiliki perbedaan. Bahkan, dalam satu suku saja masing-masing individu
dapat memiliki keyakinan atau kepercayaan yang berbeda. Inilah mengapa setiap suku di
Indonesia memiliki pandangan dan nilai-nilai yang berbeda. Nilai-nilai yang telah tertanam
sejak lahir ini yang akhirnya mempengaruhi individu dalam menilai dan menyikapi sesuatu
hal.
Etnosentrisme mungkin tidak akan berpengaruh pada masyarakat yang memiliki banyak
persamaan, namun masalah akan timbul apabila mereka berkomunikasi dengan
masyarakat dari budaya luar bahkan dari negara yang berbeda. Ketidakmampuan untuk
memahami hakikat perbedaan menjadi salah satu penyebab kegagalan komunikasi antar
budaya.
E t n o s e n t r i s m e | 10
Etnosentrisme mungkin masih dapat dipertahankan, namun dengan batasan tertentu dan
dengan pemahaman yang berbeda mengenai sebuah perbedaan. Di satu sisi,
etnosentrisme dapat mempererat kekeluargaan dan dapat saling memberikan rasa aman
dalam suatu kelompok.
Ini merupakan hal yang positif. Namun, apabila konteksnya mulai meluas, perlu adanya
pandangan baru akan makna sebuah berbedaan. Perbedaan bukan untuk mengotak-
kotakkan, melainkkan untuk memberikan warna, suasana dan hal-hal baru.
Seperti yang sudah dicantumkan di poin nomor satu, pemikiran terbuka dapat membuat
kita terbiasa dengan pemikiran baru, sehingga kita dapat mengontrol output yang keluar
dari diri kita, dan salah satu bentuk kontrol tersebut adalah dengan menghindari sikap
menghakimi orang lain. Apabila kita sedang berkomunikasi, terutama dengan orang yang
memiliki latar belakang yang berbeda, posisikan dia sejajar dengan kita.
Kita perlu terbiasa menjalin komunikasi dengan setiap orang untuk membiasakan diri
terhadap perbedaan, sekalipun mereka memiliki latar belakang dan budaya yang bertolak
belakang dengan kita. Jika kita sudah terbiasa, maka kita akan lebih mampu untuk menilai
sesuatu dari berbagai sisi dan pertimbangan.
g. Berpikir Positif
Mungkin kita adalah orang yang sudah dapat mengendalikan etnosentrisme, namun
lingkungan kita tidak sepenuhnya memahami makna perbedaan. Nah, inilah tantangan
E t n o s e n t r i s m e | 11
bagi kita untuk menanggapinya, dengan cara memberikan respon positif. Jangan mudah
tersinggung dan jangan mudah terpancing.
E t n o s e n t r i s m e | 12
BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Etnosentrisme adalah suatu paham yang menganggap kelompoknya lebih baik daripada
kelompok yang lain. Ada beberapa tingkatan dalam Etnosentrisme, diantaranya positif, negatif,
dan sangat negatif. Dari ketiga tingkatan tersebut, tingkatan yang terburuk adalah tingkatan
sangat negatif karena mengabaikan hal-hal positif dari kelompok lain dan mendewakan
kelompoknya sebagai kelompok terbaik, seringkali menimbulkan konflik yang meluas dan
bermasalah.
Etnosentrisme merupakan salah satu hambatan dalam komunikasi lintas budaya, bahwa
dengan bersikap etnosentrisme tidak dapat memandang perbedaan budaya itu sebagai
keunikan dari masing-masing budaya yang patut di hargai. Dengan memandang budaya sendiri
lebih unggul dan budaya lainnya yang asing sebagai budaya ’yang salah’, maka komunikasi
lintas budaya yang efektif hanyalah angan-angan karena akan cenderung lebih membatasi
komunikasi yang diakukan dan sebisa mungkin tidak terlibat dengan budaya asing yang berbeda
atau bertentangan dengan budaya sendiri. Budaya dapat berwujud bahasa sebagai symbol dari
sebuah suku atau etnis.
2.2 Saran
Dalam menghadapi seseorang yang besikap etnosentris adalah dengan tidak
memasukkannya kedalam hati setiap perkataan yang keluar dari bibirnya dan hanya
mengabaikannya saja atau lebih baik menghindar dengan halus agar tidak terlibat konflik.
E t n o s e n t r i s m e | 13
DAFTAR PUSTAKA
Purwasito, Andrik. 2015. Komunikasi Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat. 2014. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy (Penterjemah). 2000. Human Communication – Konteks-konteks Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Darmastuti, Rini. 2013. Mindfullness dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Buku Litera.
Soeparno. 1993. Linguistik Umum. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga
Pendidikan, Dikti
Pringgawidagda, Suwarno. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Jakarta: Adicita Karya Nusa
Febriyanti, Friscila. 2014. Jurnal Hambatan Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Suku Flores
dan Lombok di Desa Bukit Makmur kecamatan Kaliorang kabupaten Kutai Timur Volume 2.
No.3. Universitas Mulawarman.
Bizumic, Boris. 2014. Who Coined the Concept of Ethnocentrism?. Journal of Social and Political
Psychology. Diakses 30 Maret 2019. https://jspp.psychopen.eu/article/view/264/html
Pengertian Etnosentrisme, Fungsi, Tujuan dan Dampaknya. Dikutip 28 Maret 2019.
http://www.artikelsiana.com/2019/01/Pengertian-etnosentrisme-fungsi-tujuan-
dampaknya.html.