Culture (Kebudayaan) adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya
mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”.
Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara
berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang
khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
B. Evolusi
Evolusi adalah konsep yang mengacu pada sebuah transformasi yang berlangsung secara
bertahap (McHenry, 2000:453).
C. Culture area (daerah kebudayaan)
Suatu daerah yang mengklaskan menjadi satu sejumlah kebudayaan suku-suku bangsa
yang mempunyai persamaan eiri yang menyolok. Sistem klasiftkasi daerah kebudayaan untuk
pertama kali diterapkan terhadap kebudayaan penduduk pribumi benua Amerika Utara oleh
Wissler yang mengklaskan daerah itu ke dalam 9 daerah kebudayaan khusus.
D. Enkulturasi
Enkulturasi adalah proses di mana individu belajar untuk berperan serta dalam
kebudayaan masyarakatnya sendiri. Konsep ini hampir sama dengan sosialisasi, suatu konsep
esensial dalam disiplin sosiologi (Banks & Clegg, 1977: 273).
E. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas sehingga
melewati batas tempat di mana kebudayaan itu timbul (Soekanto, 1993:150). Dalam proses difusi
ini erat kaitannya dengan konsep inovasi (pembaharuan). Sedangkan menurut Everett M. Rogers
dalam karyanya Diffusion of Innovation (1983), cepat tidaknya suatu proses difusi sangat erat
hubungannya dengan empat elemen pokok, yaitu :
a) Sifat inovasi
b) Komunikasi dengan saluran tertentu
c) Waktu yang tersedia
d) Sistem social warga masyarakat
F. Akulturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling memengaruhi dari suatu kebudayaan
asing yang berbeda sifatnya sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun
diakomodasikan dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan
kepribadiannya sendiri (Koentjaraningrat, 1990:91). Dalam akulturasi terjadi proses seleksi.
Suatu kebudayaan hanya dapat menerima unsur-unsur kebudayaan lain dalam batas-batas
tertentu, ialah unsur-unsur yang dapat dilebur bersama atau diintegrasikan dengan unsur
kebudayaan sendiri. Apabila suatu kebudayaan akan mengambil atau memakai unsur-unsur
kebudayaan asing tertentu, maka unsur-unsur asing tersebut dimodifikasi sehingga menjadi serasi
dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Apabila terjadi pemaksaan dalam penerimaan unsur-
unsur kebudayaan asing, maka akan berakibat negatif terhadap kebudayaan penerima, bahkan
bisa menyebabkan kehancuran kebudayaan penerima tersebut.
G. Etnosentrisme
Tiap-tiap kelompok cenderung untuk berfikir bahwa kebudayaan dirinya itu adalah
superior (lebih baik dan lebih segalanya) dari pada semua budaya yang lain. Inilah yang disebut
etnosentrisme. Seorang ahli komunikasi interkultural, Fred E. Jandt dalam karyanya Intercultural
Communication : An Introduction (1998:52) mengemukakan etnosentrisme merupakan sikap
secara negatif menilai aspek budaya orang lain oleh standar kultur diri sendiri.
H. Tradisi
Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari suatu
budaya yang telah lama dikenal sehingga menjadi adat istiadat dan kepercayaan secara turun-
temurun (Soekanto, 1993:520). Misalnya saja tradisi mappaccing yang dilaksanakan sehari
sebelum hari akad nikah di Sulawesi Selatan.
J. Stereotip
Stereotip adalah penilaian terhadap seseorang yang hanya dilakukan berdasarkan persepsi
terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan
.
K. Kekerabatan
Kekerabatan berasal dari kata kerabat yang artinya yang dekat (pertalian keluarga),
sedarah sedaging, keluarga, sanak saudara, atau keturunan yang sama. Jadi, Kekerabatan
merupakan hubungan kekeluargaan seseorang dengan orang lain yang mempunyai hubungan
darah atau keturunan yang sama dalam satu keluarga.
L. Magis
Magis adalah salah satu bentuk agama primitif. Dalam magi, banyak gejala dihubungkan
dengan kekuatan gaib. Magi juga dapat diartikan sebagai ritus yang bertujuan mempengaruhi
orang, binatang-binatang, roh-roh, dll.
M. Tabu
Tabu adalah larangan yang bila dilanggar akan menimbulkanhukuman dari alam gaib.
N. Perkawinan (marriage)
Perkawinan (marriage) merupakan pranata hubungan antara seorang pria dan wanita,
seorang pria dan beberapa orang wanita, beberapa orang pria dan seorang wanita yang
diresmikan menurut prosedur adat-istiadat, hukum atau agama dalam masyarakat yang
bersangkutan dan yang karena itu mempunyai konsekuensi ekonimis, sosial, hukum, dan
keagamaan bagi para individu yang bersangkutan, para kaum kerabat mereka dan para keturunan
mereka.
O. Emik
Emik mengacu kepada pandangan warga masyarakat yang dikaji (native’s viewpoint),
sedangkan etik mengacu kepada pandangan si peneliti (scientist’s viewpoint).
P. Budaya Pop
Budaya pop merupakan budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi oleh massa untuk
dikonsumsi massa. Budaya ini dikonsumsi tanpa pertimbangan apakah budaya tersebut dapat
diterima di dalam masyarakat atau tidak. Budaya pop dianggap sebagai dunia impian kolektif.
Q. Gender
Gender adalah hasil konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia, yang sifatnya tidak
tetap, berubah-ubah serta dapat dialihkan dan dipertukarkan menurut waktu, tempat dan budaya
setempat dari satu jenis kelamin kepada jenis kelamin lainnya. Konsep gender juga termasuk
karakteristik atau ciri-ciri laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh keluarga dan atau
masyarakat, yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi agama.
R. Ritual
Ritual adalah serangkaian proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki
tujuan simbolis pada rangkaian acara tertentu. Ritual ini bisa dijadikan sebagai tradisi pada
kelompok tertentu.
U. Simbol
Secara etimologis, symbol berasal dari kata yunani “sym-ballein” yang berarti
melemparkan bersama suatu (benda atau perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Adapula yang
menyebutkan “symbolos” yang berarti tanda atau cirri yang memberitahukan sesuatu hal kepada
seseorang. Biasanya symbol terjadi berdasarkan metomini, yakni nama atau benda lain yang
berasosiasi atau yang menjadi atributnya (misalnya si kacamata untuk seseorang yang
berkacamata) dan metafora, yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep
lain berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada
kaki manusia).
V. Wujud kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan terbagi atas beberapa hal, yaitu:
a) NILAI BUDAYA
Nilai – nilai ini dipelajari oleh masyarakat sejak kecil, sulit untuk digoyahkan dan
menghasilkan gagasan di kemudian hari. Dapat berupa buah pikiran, tingkah laku,
maupun benda – benda tertentu.
b) SISTEM BUDAYA
Sifatnya abstrak, dalam perwujudannya berpola dan berdasarkan sistem tertentu.
c) SISTEM SOSIAL
Kebudayaan dalam sistem sosial sifatnya konkret dan dapat diabadikan. Sistem ini
menggambarkan tingkah laku manusia yang terus berjalan dengan pola tertentu dan aturan
tertentu.
d) KEBUDAYAAN FISIK
Artinya memiliki bentuk dan bisa dilihat. Misalnya saja hasil budaya seperti candi, baju
adat, gamelan, dan benda – benda sejarah lainnya.
W. Unsur kebudayaan
Kebudayaan secara universal atau keseluruhan memiliki unsur – unsur tertentu, menurut
C.Kluckhohn dapat diuraikan sebagai berikut ini:
a) UNSUR BAHASA
Bahasa merupakan cara ucap manusia. Pengucapan yang elok dan merupakan salah satu
elemen yang sudah menjadi tradisi. Terus menerus diturun temurunkan sehingga antar
manusia di suatu kelompok atau daerah atau bangsa dapat melakukan komunikasi dengan
cara mereka sendiri. Bahasa juga digunakan untuk mengadaptasi tradisi. Dibagi menjadi
dua, yaitu bahasa ucapan dan bahasa tulisan.
b) SISTEM KEPERCAYAAN
Sistem ini sangat penting karena merupakan salah satu yang dijadikan pegangan oleh
manusia dalam menjalani kehidupannya. Selain itu, kepercayaan juga akan
menghubungkan manusia dengan penciptanya, membuat hal – hal yang terlihat mustahil
bisa diterima akal sebagai wujud keajaiban dan anugrah dari Tuhan.
c) ILMU PENGETAHUAN
Sistem pengetahuan dibutuhkan dalam kebudayaan untuk memenuhi rasa ingin tahu
manusia terhadap suatu hal. Ilmu ada bermacam – macam dan memiliki peran tersendiri di
setiap bidangnya. Dengan adanya ilmu pengetahuan kehidupan manusia bisa terbantu dan
lebih maju dari waktu ke waktu. Tanpanya, kehidupan tidak akan berlangsung sampai
seperti hari ini.
d) SISTEM TEKNOLOGI
Hadirnya sistem ini menjadi sistem peralatan dan perlengkapan manusia dalam menjalani
hidupnya. Koentjaraningrat membagi macam – macam teknologi menjadi alat – alat
produksi, wadah, senjata, makanan, minuman, pakaian, rumah, dan transportasi. Sistem
teknologi yang dilihat hari ini merupakan perkembangan dari teknologi masa lalu yang
sifatnya sederhana.
e) SISTEM KEMASYARAKATAN / KEKERABATAN
Sistem kekerabatan sangat kental dalam unsur ini. Sistem kemasyarakatan masih
digunakan manusia hingga sampai sekarang untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan.
Hingga saat ini, ada beberapa wilayah dan negara yang memakai sistem kekerabatan
seperti Amerika Latin, Afrika, dan Oseanis.
f) SISTEM EKONOMI / MATA PENCAHARIAN
Sistem Ekonomi kebudayaan Indonesia secara garis besar terdiri dari berburu dan
meramu, beternak, bercocok tanam, menangkap ikan, dan sistem irigasi atau pengairan.
Hingga sekarang sistem ini berkembang lagi. Misalnya adalah, dari bercocok tanam atau
bertani, berlanjut kepada sistem perdagangan dan bisnis pengolahan makanan.
g) KESENIAN
Seni merupakan suatu ekspresi terhadap keindahan. Koentjaraningrat membagi seni
menjadi dua yaitu seni rupa dan seni suara. Seni masih bisa dibagi menjadi bermacam –
macam tak hanya dua jenis itu saja, masih ada seni musik, seni tari, seni terapan, seni
murni, dan lain – lain. Seni juga merupakan bagian dari kebudayaan, contoh nyatanya
adalah peran seni musik, seni rupa, dan tari dalam upacara adat.
Y. kearifan local
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai: suatu kekayaan budaya lokal yang
mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan
(wisdom) dan kearifan hidup. Kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya
atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga
membentuk nilai budaya yang bersifat nasional.
Namun seiring dengan perkembangan zaman yang pesat dan adanya arusglobalisasi,
kebudayaan Indonesia semakin terkikis atau luntur tergerus oleh arus zaman. Di tengah – tengah
arus globalisasi ini budaya kebarat – baratan (westernisasi) merupakan salah satu yang
menyebabkan budaya Indonesia (lokal) pudar. Dikarenakan banyaknya nilai – nilai budaya barat
yang masuk ke dalam nilai– nilai budaya Indonesia (lokal).
Hegemoni (proses dominasi) budaya asing sudah mempengaruhi budaya lokal kita.
Seperti gaya hidup, musik, gaya berpakaian, teknologi, dsb. Dari gaya berpakaian misalnya,
sekarang banyak anak - anak muda di Indonesia yang lebih banyak meniru gaya asing yang
pakaiannya kurang sopan untuk di Indonesia ini karena sangat berbeda dengan kebudayaan asli
nya. Sekarang juga banyak anak – anak muda atau remaja yang hidupnya itu hedonisme. Mereka
mengikuti kehidupan yang ada di luar negeri, misalnya saja yaitu, banyak anak muda sekarang
ini pergi malam hari ke bar – bar hanya untuk bersenang – senang. Selain itu masyarakat
Indonesia sekarang ini lebih menyukai budaya asing dibandingkan dengan budaya lokal.
Sekarang banyak makanan – makanan cepat saji yang datangnya dari luar dan itu banyak
diminati oleh masyarakat kita ini. Walaupun ada beberapa yang memadukan antara makanan
tradisional dengan makanan asing tetapi tetap saja yang lebih mendominan adalah makanan yang
dari luar. Kebanyakan anak muda zaman sekarang juga lebih memilih makanan yang cepat saji
dibandingkan dengan makanan tradisional. Menurut mereka lebih enak dan praktis makanan
cepat saji dibandingkan dengan makanan tradisional. Pengaruh golbalisasi terhadap kebudayaan
bangsa kita sangat lah besar.
Beberapa budaya lokal sudah hilang misalnya, Sikap budaya gotong royongyang semula
menjadi sikap hidup bangsa telah mengalami banyak gempuran yangterutama bersumber pada
budaya Barat yang agresif dan dinamis, mementingkan kebebasan individu. Sekarang ini
sudahjarang sekali ditemukan budaya gotong royong, kebanyakan masyarakat nya sibukdengan
urusannya masing – masing. Pengaruh globalisasi pada gotong royong yangsangat terlihat adalah
pada perumahan – perumahan elit atau di komplek – komplekyang elit. Disana warganya jarang
yang melakukan kegiatan gotong royong, melainkan sikap mereka sudah mulai individualisme.
Dampak globalisasi ini telah mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan yang ada di
masyarakat, salahsatunya adalah aspek budaya gotong royong Indonesia.
4. Budaya di kampung
Masyarakat yang tinggal di pesisir utara Kalimantan Barat, begitu mendengar kata
“Saprahan”, langsung mengidentikan dengan makan bersama dalam sebuah pesta, makan ala
saprahan dengan setumpuk peralatan dan tata krama penyajiannya. Satu Saprah biasa terdiri dari
6 jenis masakan, mulai dari lauk ikan atau gulai ayam, kemudian sayuran, paceri nenas, dan
makanan lainnya. Cara makan saprahan yaitu dengan duduk melantai, mengelilingi hidangan
saprahan. Namun dewasa ini, penyajian ala saprahan dianggap kurang praktis dan tergantikan
oleh prasmanan. Padahal makan ala saprahan merupakan produk budaya masa lalu yang
mengandung nilai-nilai kearifan dan budi pekerti tinggi dapat menciptakan iklim Bhinneka
Tunggal Ika di dalam masyarakat.
Lagu diatas merupakan cerita rakyat masyarakat Sambas, yang mana menceritakan
seorang ibu yang merajuk pada anak-anaknya yang tidak menyisakan telur sejenis ikan yang
hidup di laut(tembakol) yang berakhir dengan sebuah tragedi. Tragedi tersebut terjadi ketika
sang ibu meyerahkan dirinya pada sebuah batu pemakan manusia disebut Batu Balah(batu yang
berbelah).
Pesan Moral:
1. Menghormati dan menghargai pengorbanan orang tua
2. Bersabar dan menahan nafsu ketika menginginkan sesuatu jika orang lain juga sama
memerlukan
3. Biar dengan keadaan apapun, kita seharusnya mendahulukan orang tua
Dalam kemandirian sosial budaya, Soekarno secara tegas menolak budaya asing, padahal
secara natural suatu bangsa tidak dapat mengisolasi diri dari pengaruh asing dan buktinya nilai-
nilai komunis juga telah masuk di Indonesia. Demi mewujukan kemandirian sosial budaya, pada
era Soekarno hampir terperosok pada paham chauvinistik dengan mengisolasi diri dan fasisme
dengan merendahkan bangsa lain, sehingga sering terjadi konflik dengan negara-negara tetangga.
Sedangkan dalam kemandirian secara ekonomi ditegaskan Soekarno, bahwa lebih baik
potensi sumberdaya alam Indonesia dibiarkan, hingga para putra bangsa mampu untuk
mengelolanya. Bung Karno menolak eksploitasi atau penjajahan oleh kekuatan asing. Sayang
sekali, sikap kemandirian itu bias oleh pertarungan politik internal sehingga yang muncul adalah
konfrontasi melawan Barat dan tampak keberpihakan atau kedekatan kepada negera-negara
komunis. Pada masa ini, semangat nasionalisme mengarahkan pada nasionalisasi perusahaan
asing menjadi perusahaan milik negara. Peluang bagi swasta besar untuk berkembang dapat
dikatakan minim. Pandangan liberalisasi ekonomi pada masa itu dapat dikatakan sebagai musuh
negara. Kecenderungan dan keberpihakan Soekarno mengakibatkan terjadinya krisis politik dan
ekonomi yang terjadi pada tahun 1965, sehingga ada tuntutan Ampera (amanat penderitaan
rakyat), yaitu bubarkan PKI, perombakan kabinet dan turunkan harga.
Ajaran Soekarno yang diadopsi oleh Fidel Castro dalam konteks Kuba adalah ajaran
Trisakti. Yang menarik adalah bahwa Fidel Castro mengadopsi dan menerapkan prinsip Soekarno
itu secara konsisten dan tegar dalam seluruh sistem pemerintahannya. Konsistensi yang paling
kentara adalah menolak segala bentuk imperialisme dan kapitalisme yang merupakan pendiktean
oleh Barat tentang ekonomi, politik dan budaya. Castro sangat jelas menolak kehadiran dan
campur tangan IMF dalam negaranya, bahkan menyerukan agar lembaga pendanaan kapitalis
internasional yang menindas negara-negara berkembang itu semestinya dibubarkan dan
dihentikan perannya. Ini merupakan wujud pelaksanaan Trisakti yang konsisten oleh Castro
dalam konteks Kuba, yakni kemandirian dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan. Kekuatan ekonomi sendiri merupakan landasan bagi
pemerintah Kuba untuk membangun negara dan rakyatnya. Tidak ada hutang luar negeri yang
diterima sebagai landasan, sehingga tak ada kewajiban cicilan bunga hutang yang tinggi yang
harus dibayar oleh pemerintah Kuba. Seluruh pendapatan negara dialokasikan pertama-tama
untuk belanja tunjangan sosial, dan kedua untuk belanja pendidikan. Kepentingan lain berada
dalam urutan prioritas berikutnya. Karena berdikari dalam bidang ekonomi, Kuba telah mampu
mempertahankan kedaulatan dalam bidang politik dan kedaulatan dalam kebudayaan
nasionalnya.
6. Pidato kebudayaan oleh Saras Dewi yang berjudul “Sembahyang Bhuvana”