Anda di halaman 1dari 13

1.

Peredaan Nature dan Culture


Nature adalah suatu faktor kepribadian tentang kekuatan biologis yang mengatur
perkembangan manusia. Nature dapat di artikan sebagai faktor kepribadian yang berkembang
secara alami dan dipengaruhi oleh genetik.

Culture (Kebudayaan) adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya
mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”.
Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara
berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang
khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.

2. Pengertian Gemeinschaft dan Gesellschaft


Teori in dikemukakan oleh Ferdinan Toennies. Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan
bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat
alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin
yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut juga bersifat nyata dan organis,
sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia. Bentuk gemeinschaft adalah
kelurga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga dan sebagainya.
Gesellschaft (patembayan) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka
waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka serta strukturnya bersifat
mekanis sebagaimana dapat diumpamakan sebagai sebuah mesin. Bentuk gesellschaft terdapat
dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik misalnya ikatan antara
pedagang, organisasi dalam suatu pabrik.
Perbedaan Gemeinschaft dan Gesellschaft
Pada kehidupan gemeinschaft cenderung lebih mementingkan nilai-nilai dan norma-
norma kebudayaan daripada peraturan-peraturan yang bersifat individualitas, ini artinya
kepentingan masyarakat lebih utama dan individu harus tunduk dibawahnya. Kepentingan-
kepentingan pribadi harus dinomor duakan setelah kepentingan-kepentingan kelompok,
hubungan didasarkan pada ikatan-ikatan sosial yang kuat dan tradisional.
Pada kehidupan gesellschaft terdapat hubungan yang telah diperhitungkan untung dan ruginya
dalam setiap perjanjian kerjasama, dari sinilah terdapat spesialisasi kerja atau pembagian tugas,
setiap tindakan selalu didasarkan pada alasan kepentingan pribadi.
Perbedaan gemeinschaft (paguyuban) dan gesellschaft (patembayan) yang sering dibahas dalam
kelas sosiologi atau ilmu sosial lainnya sering kali berangkat dari konsepsi Max Weber, yaitu
sebagai tipe ideal. Berikut perbedaan paguyuban dan patembayan yang sudah saya rangkum
diikuti penjelasannya secara singkat:
Berikut ini karakteristik masyarakat paguyuban dan patembayan yang diturunkan dari konsepsi
Ferdinand Tonnies dan Max Weber:
A. Kebudayaan
Konsep paling esensial dalam antropologi adalah konsep kebudayaan. Pada tiap disiplin
ilmu sosial terdapat konsep kebudayaan, yang didefinisikan menurut versi yang berbeda-beda.
Dalam antropologi, menurut Koentjaraningrat (1990 : 80), yang disebut kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Tiap orang hanya dapat
memperoleh (menguasai) unsur-unsur kebudayaan dengan jalan belajar. Tidak ada satupun unsur
kebudayaan dapat dimiliki oleh seseorang tanpa belajar. Belajar dapat terjadi baik dalam proses
sosialisasi yang bersifat informal maupun dalam pengajaran yang bersifat formal (Banks &
Clegg, 1977:273).

B. Evolusi
Evolusi adalah konsep yang mengacu pada sebuah transformasi yang berlangsung secara
bertahap (McHenry, 2000:453).
C. Culture area (daerah kebudayaan)
Suatu daerah yang mengklaskan menjadi satu sejumlah kebudayaan suku-suku bangsa
yang mempunyai persamaan eiri yang menyolok. Sistem klasiftkasi daerah kebudayaan untuk
pertama kali diterapkan terhadap kebudayaan penduduk pribumi benua Amerika Utara oleh
Wissler yang mengklaskan daerah itu ke dalam 9 daerah kebudayaan khusus.

D. Enkulturasi
Enkulturasi adalah proses di mana individu belajar untuk berperan serta dalam
kebudayaan masyarakatnya sendiri. Konsep ini hampir sama dengan sosialisasi, suatu konsep
esensial dalam disiplin sosiologi (Banks & Clegg, 1977: 273).

E. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas sehingga
melewati batas tempat di mana kebudayaan itu timbul (Soekanto, 1993:150). Dalam proses difusi
ini erat kaitannya dengan konsep inovasi (pembaharuan). Sedangkan menurut Everett M. Rogers
dalam karyanya Diffusion of Innovation (1983), cepat tidaknya suatu proses difusi sangat erat
hubungannya dengan empat elemen pokok, yaitu :
a) Sifat inovasi
b) Komunikasi dengan saluran tertentu
c) Waktu yang tersedia
d) Sistem social warga masyarakat

F. Akulturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling memengaruhi dari suatu kebudayaan
asing yang berbeda sifatnya sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun
diakomodasikan dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan
kepribadiannya sendiri (Koentjaraningrat, 1990:91). Dalam akulturasi terjadi proses seleksi.
Suatu kebudayaan hanya dapat menerima unsur-unsur kebudayaan lain dalam batas-batas
tertentu, ialah unsur-unsur yang dapat dilebur bersama atau diintegrasikan dengan unsur
kebudayaan sendiri. Apabila suatu kebudayaan akan mengambil atau memakai unsur-unsur
kebudayaan asing tertentu, maka unsur-unsur asing tersebut dimodifikasi sehingga menjadi serasi
dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Apabila terjadi pemaksaan dalam penerimaan unsur-
unsur kebudayaan asing, maka akan berakibat negatif terhadap kebudayaan penerima, bahkan
bisa menyebabkan kehancuran kebudayaan penerima tersebut.
G. Etnosentrisme
Tiap-tiap kelompok cenderung untuk berfikir bahwa kebudayaan dirinya itu adalah
superior (lebih baik dan lebih segalanya) dari pada semua budaya yang lain. Inilah yang disebut
etnosentrisme. Seorang ahli komunikasi interkultural, Fred E. Jandt dalam karyanya Intercultural
Communication : An Introduction (1998:52) mengemukakan etnosentrisme merupakan sikap
secara negatif menilai aspek budaya orang lain oleh standar kultur diri sendiri.

H. Tradisi
Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari suatu
budaya yang telah lama dikenal sehingga menjadi adat istiadat dan kepercayaan secara turun-
temurun (Soekanto, 1993:520). Misalnya saja tradisi mappaccing yang dilaksanakan sehari
sebelum hari akad nikah di Sulawesi Selatan.

I. Ras dan Etnis


Ras adalah sekelompok orang yang memiliki sejumlah ciri biologis tertentu atau suatu
populasi yang memiliki suatu kesamaan dalam sejumlah unsur biologis atau fisik khas yang
disebabkan oleh faktor hereditas atau keturunan (Oliver, 1964:153).
Etnis adalah kelompok populasi yang anggotanya saling mengenal berdasarkan
kewarganegaraan umum atau tradisi budaya bersama

J. Stereotip
Stereotip adalah penilaian terhadap seseorang yang hanya dilakukan berdasarkan persepsi
terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan
.
K. Kekerabatan
Kekerabatan berasal dari kata kerabat yang artinya yang dekat (pertalian keluarga),
sedarah sedaging, keluarga, sanak saudara, atau keturunan yang sama. Jadi, Kekerabatan
merupakan hubungan kekeluargaan seseorang dengan orang lain yang mempunyai hubungan
darah atau keturunan yang sama dalam satu keluarga.
L. Magis
Magis adalah salah satu bentuk agama primitif. Dalam magi, banyak gejala dihubungkan
dengan kekuatan gaib. Magi juga dapat diartikan sebagai ritus yang bertujuan mempengaruhi
orang, binatang-binatang, roh-roh, dll.
M. Tabu
Tabu adalah larangan yang bila dilanggar akan menimbulkanhukuman dari alam gaib.
N. Perkawinan (marriage)
Perkawinan (marriage) merupakan pranata hubungan antara seorang pria dan wanita,
seorang pria dan beberapa orang wanita, beberapa orang pria dan seorang wanita yang
diresmikan menurut prosedur adat-istiadat, hukum atau agama dalam masyarakat yang
bersangkutan dan yang karena itu mempunyai konsekuensi ekonimis, sosial, hukum, dan
keagamaan bagi para individu yang bersangkutan, para kaum kerabat mereka dan para keturunan
mereka.

O. Emik
Emik mengacu kepada pandangan warga masyarakat yang dikaji (native’s viewpoint),
sedangkan etik mengacu kepada pandangan si peneliti (scientist’s viewpoint).
P. Budaya Pop
Budaya pop merupakan budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi oleh massa untuk
dikonsumsi massa. Budaya ini dikonsumsi tanpa pertimbangan apakah budaya tersebut dapat
diterima di dalam masyarakat atau tidak. Budaya pop dianggap sebagai dunia impian kolektif.

Q. Gender
Gender adalah hasil konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia, yang sifatnya tidak
tetap, berubah-ubah serta dapat dialihkan dan dipertukarkan menurut waktu, tempat dan budaya
setempat dari satu jenis kelamin kepada jenis kelamin lainnya. Konsep gender juga termasuk
karakteristik atau ciri-ciri laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh keluarga dan atau
masyarakat, yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi agama.

R. Ritual
Ritual adalah serangkaian proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki
tujuan simbolis pada rangkaian acara tertentu. Ritual ini bisa dijadikan sebagai tradisi pada
kelompok tertentu.

S.Usage, Folkways, Mores, Customs dan Laws


Usage atau tata cara yaitu norma yag menunjuk kepada satu bentuk perbuatan dengan
hukuman yang sangat enteng terhadap pelanggarnya, contohnya aturan memegang garpu atau
sendok saat makan, cara memegang gelas saat minum, serta mencuci tangan sebelum makan.
Suatu pelanggaran atau penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan eksekusi yang
berat, tetapi spesialuntuk sekadar celaan atau ditetapkan tidak sopan oleh orang lain.
Folkways atau kebiasaan yaitu cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat
sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang. Folkways memiliki kekuatan mengikat
yang lebih besar daripada cara. Misalnya mengucapkan salam saat bertemu, membungkukkan
tubuh sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, serta memmembuang sampah
pada tempatnya. Apabila perbuatan tersebut tidak dilakukan, maka dianggap penyimpangan
terhadap kebiasaan umum dalam masyarakat dan setiap orang akan menyalahkannya. Sanksinya
sanggup berupa teguran, sindiran atau dipergunjingkan.
Mores atau tata kelakuan yaitu norma yang bersanndar pada filsafat, fatwa agama, atau
ideology yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat. misal larangan berzina,
berjudi, minum-minuman keras, penerapan narkoba, dan mencuri. Menurut Mac Iver dan Page,
apabila folkways (kebiasaan) tidak spesialuntuk tidak spesialuntuk dianggap sebagai cara
berperilaku, tetapi juga diterima sebagai norma pengatur, maka kebiasaan tadipun menjadi
mores. Ia mencerminkan sifat-sifat yang hidup dan secara sadar atau tidak dipakai sebagai alat
pengawas oleh masyarakat terhadap masyarakatnya.
Customs atau moral yaitu norma yang tidak tertulis namun sangat berpengaruh dan
mengikat sehingga anggota-anggota msyarakat yang melanggar adat-istiadat akan menderita,
alasannya yaitu hukuman keras yang adakala secara tidak eksklusif dikenakan. Misalnya pada
masyarakat yang melarang terjadinya perceraian, apabila terjadi suatu perceraian maka tidak
spesialuntuk yang bersangkutan yang mendapatkan hukuman atau menjadi tercemar, tetapi
seluruh keluarga atau bahkan masyarakatnya. Sanksi atas pelanggaran terhadap adat-istiadat
sanggup berupa pengecualian, dikeluarkan dari masyarakat atau harus memenuhi persyaratan
tertentu, contohnya melaksanakan upacara tertentu sebagai media rehabilitasi diri.
Laws atau aturan yaitu norma yang bersifat formal dan berupa aturan tertulis. Ketentuan
hukuman terhadap pelanggar paling tegas apabila dibandingkan dengan norma-norma yang
tersebut di atas. Hukum yaitu suatu rangkaian aturan yang ditujukan kepada anggota masyarakat
yang meliputi ketentuan-ketentuan, perintah-perintah, kewajiban ataupun larangan, semoga
dalam masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan. Ketentuan-ketentuan dalam norma
aturan lazimnya dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang atau konvensi-konvensi.

T. Konflik dan Integrasi


Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik
secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk saling
menjatuhkan atau menyingkirkan atau mengalahkan atau menyisihkan.
Integrasi adalah salah satu gejala sosial dimana segala bentuk perbedaan di dalam
struktur sosial bersama-sama melakukan peranan sesuai dengan fungsinya masing-masing
sehingga dalamkehidupan sosial terjadi keselarasan.

U. Simbol
Secara etimologis, symbol berasal dari kata yunani “sym-ballein” yang berarti
melemparkan bersama suatu (benda atau perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Adapula yang
menyebutkan “symbolos” yang berarti tanda atau cirri yang memberitahukan sesuatu hal kepada
seseorang. Biasanya symbol terjadi berdasarkan metomini, yakni nama atau benda lain yang
berasosiasi atau yang menjadi atributnya (misalnya si kacamata untuk seseorang yang
berkacamata) dan metafora, yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep
lain berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada
kaki manusia).
V. Wujud kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan terbagi atas beberapa hal, yaitu:
a) NILAI BUDAYA
Nilai – nilai ini dipelajari oleh masyarakat sejak kecil, sulit untuk digoyahkan dan
menghasilkan gagasan di kemudian hari. Dapat berupa buah pikiran, tingkah laku,
maupun benda – benda tertentu.
b) SISTEM BUDAYA
Sifatnya abstrak, dalam perwujudannya berpola dan berdasarkan sistem tertentu.
c) SISTEM SOSIAL
Kebudayaan dalam sistem sosial sifatnya konkret dan dapat diabadikan. Sistem ini
menggambarkan tingkah laku manusia yang terus berjalan dengan pola tertentu dan aturan
tertentu.
d) KEBUDAYAAN FISIK
Artinya memiliki bentuk dan bisa dilihat. Misalnya saja hasil budaya seperti candi, baju
adat, gamelan, dan benda – benda sejarah lainnya.

W. Unsur kebudayaan
Kebudayaan secara universal atau keseluruhan memiliki unsur – unsur tertentu, menurut
C.Kluckhohn dapat diuraikan sebagai berikut ini:
a) UNSUR BAHASA
Bahasa merupakan cara ucap manusia. Pengucapan yang elok dan merupakan salah satu
elemen yang sudah menjadi tradisi. Terus menerus diturun temurunkan sehingga antar
manusia di suatu kelompok atau daerah atau bangsa dapat melakukan komunikasi dengan
cara mereka sendiri. Bahasa juga digunakan untuk mengadaptasi tradisi. Dibagi menjadi
dua, yaitu bahasa ucapan dan bahasa tulisan.
b) SISTEM KEPERCAYAAN
Sistem ini sangat penting karena merupakan salah satu yang dijadikan pegangan oleh
manusia dalam menjalani kehidupannya. Selain itu, kepercayaan juga akan
menghubungkan manusia dengan penciptanya, membuat hal – hal yang terlihat mustahil
bisa diterima akal sebagai wujud keajaiban dan anugrah dari Tuhan.
c) ILMU PENGETAHUAN
Sistem pengetahuan dibutuhkan dalam kebudayaan untuk memenuhi rasa ingin tahu
manusia terhadap suatu hal. Ilmu ada bermacam – macam dan memiliki peran tersendiri di
setiap bidangnya. Dengan adanya ilmu pengetahuan kehidupan manusia bisa terbantu dan
lebih maju dari waktu ke waktu. Tanpanya, kehidupan tidak akan berlangsung sampai
seperti hari ini.
d) SISTEM TEKNOLOGI
Hadirnya sistem ini menjadi sistem peralatan dan perlengkapan manusia dalam menjalani
hidupnya. Koentjaraningrat membagi macam – macam teknologi menjadi alat – alat
produksi, wadah, senjata, makanan, minuman, pakaian, rumah, dan transportasi. Sistem
teknologi yang dilihat hari ini merupakan perkembangan dari teknologi masa lalu yang
sifatnya sederhana.
e) SISTEM KEMASYARAKATAN / KEKERABATAN
Sistem kekerabatan sangat kental dalam unsur ini. Sistem kemasyarakatan masih
digunakan manusia hingga sampai sekarang untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan.
Hingga saat ini, ada beberapa wilayah dan negara yang memakai sistem kekerabatan
seperti Amerika Latin, Afrika, dan Oseanis.
f) SISTEM EKONOMI / MATA PENCAHARIAN
Sistem Ekonomi kebudayaan Indonesia secara garis besar terdiri dari berburu dan
meramu, beternak, bercocok tanam, menangkap ikan, dan sistem irigasi atau pengairan.
Hingga sekarang sistem ini berkembang lagi. Misalnya adalah, dari bercocok tanam atau
bertani, berlanjut kepada sistem perdagangan dan bisnis pengolahan makanan.
g) KESENIAN
Seni merupakan suatu ekspresi terhadap keindahan. Koentjaraningrat membagi seni
menjadi dua yaitu seni rupa dan seni suara. Seni masih bisa dibagi menjadi bermacam –
macam tak hanya dua jenis itu saja, masih ada seni musik, seni tari, seni terapan, seni
murni, dan lain – lain. Seni juga merupakan bagian dari kebudayaan, contoh nyatanya
adalah peran seni musik, seni rupa, dan tari dalam upacara adat.

X. DInamika dan Tranformasi budaya


Kebudayaan sesungguhnya adalah dinamika manusia yang hidup di dalam masyarakat
yang menjadi wadah kebudayaan.Dinamika ini terjadi karena manusia mengadakan hubungan
dengan manusia lainnya. Dinamika kebudayaan juga sering disebut dengan perubahan
kebudayaan.Setiap masyarakat pasti akan mengalami perubahan,betapapun kecilnya perubahan
itu dapat berupa perubahan nilai-nilai sosial,norma-norma,sosial,pola-pola perilaku,organisasi
dan interaksi sosial.
Masyarakat dan kebudayayan dimanapun selalu dalam keadaan berubah (mengalami
proses transformasi), sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi jauh dari
berbagai perhubungan dengan masyarakat yang lain. Hal itu disebabkan karena adanya beberapa
proses penerimaan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri, diantaranya
1. Proses Sosialisasi proses ini yang bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam
hubungan dengan sistem sosial.
2. Proses Enkulturasi proses ini dapat diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia yang
artinya “Pembudayaan”. Dalam bahasa inggris yaitu “Insitutionalization”. Dalam proses
itu seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan
adat-istiadat, sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
3. Proses Inkulturasi Inkulturasi dapat diartikan sebagai ajang latihan setiap pelaku
kebudayaan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan kebudayaan yang terjadi cara
pandang ini menekankan bahwa nilai adat-istiadat dan nilai sosial-budaya lama harus
ditinggalkan apabila sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan zaman.

Y. kearifan local
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai: suatu kekayaan budaya lokal yang
mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan
(wisdom) dan kearifan hidup. Kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya
atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga
membentuk nilai budaya yang bersifat nasional.

Z. Budaya di era sekarang


Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan kebudayaannya. Begitu banyaknya budaya
di Indonesia itu yang membuat bangsa ini beranekaragam. Keragaman budaya Indonesia tidak
kurang dari 470 suku bangsa dan 19 daerahhukum adat yang tidak kurang lebih memiliki 300
bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat daerah. Selain Bahasa, kebudayaan lainnya
yaitu tari – tarian, adat, musik, laut, pulau, danlain sebagainya juga sangat beranekaragam.
Dengan keanekaragaman yang dimiliki Indonesia ini merupakan suatu kebanggaan dan
keunggulan yang patut menjadikebanggaan tersendiri.

Namun seiring dengan perkembangan zaman yang pesat dan adanya arusglobalisasi,
kebudayaan Indonesia semakin terkikis atau luntur tergerus oleh arus zaman. Di tengah – tengah
arus globalisasi ini budaya kebarat – baratan (westernisasi) merupakan salah satu yang
menyebabkan budaya Indonesia (lokal) pudar. Dikarenakan banyaknya nilai – nilai budaya barat
yang masuk ke dalam nilai– nilai budaya Indonesia (lokal).

Hegemoni (proses dominasi) budaya asing sudah mempengaruhi budaya lokal kita.
Seperti gaya hidup, musik, gaya berpakaian, teknologi, dsb. Dari gaya berpakaian misalnya,
sekarang banyak anak - anak muda di Indonesia yang lebih banyak meniru gaya asing yang
pakaiannya kurang sopan untuk di Indonesia ini karena sangat berbeda dengan kebudayaan asli
nya. Sekarang juga banyak anak – anak muda atau remaja yang hidupnya itu hedonisme. Mereka
mengikuti kehidupan yang ada di luar negeri, misalnya saja yaitu, banyak anak muda sekarang
ini pergi malam hari ke bar – bar hanya untuk bersenang – senang. Selain itu masyarakat
Indonesia sekarang ini lebih menyukai budaya asing dibandingkan dengan budaya lokal.
Sekarang banyak makanan – makanan cepat saji yang datangnya dari luar dan itu banyak
diminati oleh masyarakat kita ini. Walaupun ada beberapa yang memadukan antara makanan
tradisional dengan makanan asing tetapi tetap saja yang lebih mendominan adalah makanan yang
dari luar. Kebanyakan anak muda zaman sekarang juga lebih memilih makanan yang cepat saji
dibandingkan dengan makanan tradisional. Menurut mereka lebih enak dan praktis makanan
cepat saji dibandingkan dengan makanan tradisional. Pengaruh golbalisasi terhadap kebudayaan
bangsa kita sangat lah besar.

Beberapa budaya lokal sudah hilang misalnya, Sikap budaya gotong royongyang semula
menjadi sikap hidup bangsa telah mengalami banyak gempuran yangterutama bersumber pada
budaya Barat yang agresif dan dinamis, mementingkan kebebasan individu. Sekarang ini
sudahjarang sekali ditemukan budaya gotong royong, kebanyakan masyarakat nya sibukdengan
urusannya masing – masing. Pengaruh globalisasi pada gotong royong yangsangat terlihat adalah
pada perumahan – perumahan elit atau di komplek – komplekyang elit. Disana warganya jarang
yang melakukan kegiatan gotong royong, melainkan sikap mereka sudah mulai individualisme.
Dampak globalisasi ini telah mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan yang ada di
masyarakat, salahsatunya adalah aspek budaya gotong royong Indonesia.

4. Budaya di kampung
Masyarakat yang tinggal di pesisir utara Kalimantan Barat, begitu mendengar kata
“Saprahan”, langsung mengidentikan dengan makan bersama dalam sebuah pesta, makan ala
saprahan dengan setumpuk peralatan dan tata krama penyajiannya. Satu Saprah biasa terdiri dari
6 jenis masakan, mulai dari lauk ikan atau gulai ayam, kemudian sayuran, paceri nenas, dan
makanan lainnya. Cara makan saprahan yaitu dengan duduk melantai, mengelilingi hidangan
saprahan. Namun dewasa ini, penyajian ala saprahan dianggap kurang praktis dan tergantikan
oleh prasmanan. Padahal makan ala saprahan merupakan produk budaya masa lalu yang
mengandung nilai-nilai kearifan dan budi pekerti tinggi dapat menciptakan iklim Bhinneka
Tunggal Ika di dalam masyarakat.

Salah satu Syair atau nyanyian dari melayu sambas


Batu Balah

Batu balah batu betangkup


Tangkupkan aku anggan bigek asamku
Aku keponan, talok timbakol

Batu balah batu betangkup


Tangkupkan aku anggan pinggangku
Aku keponan, talok timbakol

Batu balah batu betangkup


Tangkupkan aku anggan tiggekku
Aku keponan, talok timbakol

Batu balah batu betangkup


Tangkupkan aku anggan rambutku
Aku keponan, talok timbakol

O mak o mak, balik udek


Adek yang tangah kelaparan nasek
Adek yang busu kelaparan susu

Lagu diatas merupakan cerita rakyat masyarakat Sambas, yang mana menceritakan
seorang ibu yang merajuk pada anak-anaknya yang tidak menyisakan telur sejenis ikan yang
hidup di laut(tembakol) yang berakhir dengan sebuah tragedi. Tragedi tersebut terjadi ketika
sang ibu meyerahkan dirinya pada sebuah batu pemakan manusia disebut Batu Balah(batu yang
berbelah).
Pesan Moral:
1. Menghormati dan menghargai pengorbanan orang tua
2. Bersabar dan menahan nafsu ketika menginginkan sesuatu jika orang lain juga sama
memerlukan
3. Biar dengan keadaan apapun, kita seharusnya mendahulukan orang tua

Makna dari lagu batu balah


Batu: benda keras dan padat yang berasal dari bumi. Ballah (belah): celah retak yang
besar dan panjang dari suatu benda. Betangkup (betangkup): saling meutup antara kedua belah
bagiannya. Tangkupkan: sesuatu yang ditutup dengan suatu benda. Aku: saya. Ge’ asam (mata
kaki): mata kaki. Pala’ (kepala): bagian tubuh yang diatas leher (pada manusia). Tut (lutut):
pertemua antara paha dan betis yang menjadi tempat sendi agar kaki bias dilekukkan. –Ku:
kependekan dari kata aku yang menunjukkan kepunyaan atau kepemilikan. Kemponan
(kempunan): hal sangat ingin (akan). Tallour (telur): benda bercangkang yang mengandung zat
hidup bakal anak yang dihasilkan oleh ungags (ayam, itik, burung, dan sebagainya). Timbakoul
(timbakul): nama jenis ikan di pesisiran laut yang berlumpur.

5. Konsep Trisakti Soekarno


Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno dalam Pidato Trisakti tahun 1963
menegaskan:
1. berdaulat secara politik
2. berdikari secara ekonomi
3. berkepribadian secara sosial budaya
Dalam bidang kemandirian politik, Soekarno telah berhasil memperjuangkan Pancasila
sebagai kemandirian bangsa Indonesia dengan memiliki ideologi negara sendiri. Soekarno juga
telah berhasil mempertahankan persatuan dengan menumpas setiap pemberontakan yang terjadi
seperti Permesta, PRRI, DI/NII, dan persoalan Papua. Hanya saja karena kurangnya kemandirian
dalam persoalan persenjataan, Soekarno cenderung mendapatkan pasokan senjata dari Rusia,
sehingga ideologi komunis berkembang di Indonesia yang puncaknya adalah pertistiwa gerakan
30S/PKI.
Sedangkan dalam politik luar negerinya, Soekarno menerapkan politik bebas aktif di mana
tidak berpihak pada salah satu blok dunia, sosialis atau kapitalis, namun ikut proaktif dalam
mendorong terciptanya perdamaian dunia. Dalam politik ini, Soekarno berhasil mengadakan
Konferensi Asia-Afrika (KAA), namun karena negara-negara yang hadir memiliki afiliasi politik
terhadap kekuatan Komunis, sehingga kemandirian politik yang dicita-citakan makin bias,
terlebih lagi ketika terjadi konfrontasi dengan negara Malaysia. Ketika itu yang dianggap
penyelewengan ideologis, adalah banyaknya konsepsi Presiden Soekarno yang diletakkan lebih
tinggi dari Pancasila. Misalnya, Nasakom dan Manipol-Usdek. Pidato-pidato Soekarno saat itu,
kerap dianggap menggeser kedudukan Pancasila sebagai dasar negara. Meskipun, Soekarno
sendiri berpendapat konsep-konsep itu merupakan penjabaran Pancasila.

Dalam kemandirian sosial budaya, Soekarno secara tegas menolak budaya asing, padahal
secara natural suatu bangsa tidak dapat mengisolasi diri dari pengaruh asing dan buktinya nilai-
nilai komunis juga telah masuk di Indonesia. Demi mewujukan kemandirian sosial budaya, pada
era Soekarno hampir terperosok pada paham chauvinistik dengan mengisolasi diri dan fasisme
dengan merendahkan bangsa lain, sehingga sering terjadi konflik dengan negara-negara tetangga.

Sedangkan dalam kemandirian secara ekonomi ditegaskan Soekarno, bahwa lebih baik
potensi sumberdaya alam Indonesia dibiarkan, hingga para putra bangsa mampu untuk
mengelolanya. Bung Karno menolak eksploitasi atau penjajahan oleh kekuatan asing. Sayang
sekali, sikap kemandirian itu bias oleh pertarungan politik internal sehingga yang muncul adalah
konfrontasi melawan Barat dan tampak keberpihakan atau kedekatan kepada negera-negara
komunis. Pada masa ini, semangat nasionalisme mengarahkan pada nasionalisasi perusahaan
asing menjadi perusahaan milik negara. Peluang bagi swasta besar untuk berkembang dapat
dikatakan minim. Pandangan liberalisasi ekonomi pada masa itu dapat dikatakan sebagai musuh
negara. Kecenderungan dan keberpihakan Soekarno mengakibatkan terjadinya krisis politik dan
ekonomi yang terjadi pada tahun 1965, sehingga ada tuntutan Ampera (amanat penderitaan
rakyat), yaitu bubarkan PKI, perombakan kabinet dan turunkan harga.

Ajaran Soekarno yang diadopsi oleh Fidel Castro dalam konteks Kuba adalah ajaran
Trisakti. Yang menarik adalah bahwa Fidel Castro mengadopsi dan menerapkan prinsip Soekarno
itu secara konsisten dan tegar dalam seluruh sistem pemerintahannya. Konsistensi yang paling
kentara adalah menolak segala bentuk imperialisme dan kapitalisme yang merupakan pendiktean
oleh Barat tentang ekonomi, politik dan budaya. Castro sangat jelas menolak kehadiran dan
campur tangan IMF dalam negaranya, bahkan menyerukan agar lembaga pendanaan kapitalis
internasional yang menindas negara-negara berkembang itu semestinya dibubarkan dan
dihentikan perannya. Ini merupakan wujud pelaksanaan Trisakti yang konsisten oleh Castro
dalam konteks Kuba, yakni kemandirian dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan. Kekuatan ekonomi sendiri merupakan landasan bagi
pemerintah Kuba untuk membangun negara dan rakyatnya. Tidak ada hutang luar negeri yang
diterima sebagai landasan, sehingga tak ada kewajiban cicilan bunga hutang yang tinggi yang
harus dibayar oleh pemerintah Kuba. Seluruh pendapatan negara dialokasikan pertama-tama
untuk belanja tunjangan sosial, dan kedua untuk belanja pendidikan. Kepentingan lain berada
dalam urutan prioritas berikutnya. Karena berdikari dalam bidang ekonomi, Kuba telah mampu
mempertahankan kedaulatan dalam bidang politik dan kedaulatan dalam kebudayaan
nasionalnya.
6. Pidato kebudayaan oleh Saras Dewi yang berjudul “Sembahyang Bhuvana”

Dalam pidatonya dia menekankan bagaimana teknologi berpengaruh besar terhadap


perubahan relasi manusia dengan alam. Selama ini alam kerap dijadikan sebagai objek oleh
manusia dengan dalih pembangunan. Padahal alam sendiri adalah subjek. Alam telah banyak
memberi. Tapi kemudian manusia banyak melakukan perusakan karena merasa berkuasa atas
alam.
Dia membawa kita pada perenungan atas sikap kita selama ini terhadap alam atau
lingkungan sekitar kita. Dia membuka kesadaran kita untuk selalu bersikap selaras dengan alam,
dengan kehendak alam. Sehingga muncul hubungan baik manusia dan alam.
Dia juga menyinggung tentang reklamasi Teluk Benoa. Dia ikut berjuang bersama masyarakat
Bali menentang reklamasi. Teluk Benoa baginya adalah kekasih yang sangat dicintainya. Dia pun
menceritakan bagaimana awalnya ia jatuh cinta dengan teluk yang menjadi sumber kehidupan
warga sekitarnya selama ini.

Hal yang menarik adalah pembahasan tentang ekofeminisme. Ekofeminisme sebentuk


gerakan yang melakukan kritik lantang terhadap bagaimana pengetahuan selama ini dibangun
dengan niat untuk menjadikan alam sebagai yang inferior. Ekofeminisme mengupayakan dunia
yang tak lagi sakit dengan kesenjangan, opresi dan kebencian. Dia pun menceritakan kiprah
seorang tokoh ekofeminist dari India bernama Vandana Shiva. Such an inspiration.

Anda mungkin juga menyukai