NIM : 18510129
A. Latar Belakang
Kabar kebangkrutan maskapai milik negara PT Garuda Indonesia menyedot perhatian khalayak.
Secara teknis, perusahaan ini telah dalam kondisi bangkrut, tetapi belum secara legal. Hal tersebut
diungkapkan oleh Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo.
Menurut dia, saat ini pemerintah tengah berupaya mencari jalan keluar agar keuangan maskapai ini
bisa sehat kembali. “Sebenarnya kalau dalam kondisi saat ini, kalau dalam istilah perbankan ini
technically bangkrupt (secara teknis bangkrut), tapi legally belum. Sekarang kami sedang berusaha
untuk keluar dari kondisi ini yang technically bangkrupt,” ujar pria yang akrab disapa Tiko ini, seperti
dikutip dari pemberitaan sebelumnya, Selasa (9/11/2021). Berikut fakta-fakta mengenai kondisi
Garuda:
Diungkapkan bahwa kondisi keuangan Garuda Indonesia saat ini mempunyai ekuitas negatif
sebesar 2,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 40 triliun per September 2021. Berarti, perusahaan
mempunyai utang yang lebih besar dibandingkan asetnya.
Liabilitas atau kewajiban Garuda Indonesia mencapai 9,8 miliar dollar AS, sedangkan asetnya
hanya sebesar 6,9 miliar dollar AS. “Neraca Garuda sekarang mengalami negatif ekuitas 2,8
miliar dollar AS, ini rekor. Dulu rekornya dipegang Jiwasraya, sekarang sudah disalip Garuda,”
ujar Tiko.
2. Utang perusahaan
Liabilitas Garuda Indonesia mayoritas berasal dari utang kepada lessor yang nilainya mencapai 6,35
miliar dollar AS. Perusahaan berhutang ke bank sekitar 967 juta dollar AS dan utang dalam bentuk
obligasi wajib konversi, sukuk, dan KIK EBA sebesar 630 juta dollar AS.
“Jadi memang utang ke lessor paling besar 6,35 miliar dollar AS. Ada komponen jangka panjang dan
komponen tidak terbayar dalam jangka pendek. Tentunya dengan kondisi seperti ini, mengalami
ekuitas negatif,” tutur Tiko. Total liabilitas perusahaan yang sangat besar turut disebabkan kebijakan
pencatatan dalam laporan keuangan. Perseroan menerapkan PSAK 73 yang membuat dampak
penurunan ekuitas semakin dalam, karena pengakuan utang masa depan menjadi dicatat saat ini.
Kondisi keuangan ini yang membuat maskapai pelat merah ini secara teknis telah dianggap bangkrut,
karena semua kewajiban perusahaan sudah tidak dibayar, bahkan termasuk jangka panjang.
Perjalanan ke luar negeri yang dipangkas seperti Amsterdam, London, hingga Korea Selatan. “Untuk
internasional itu hanya beberapa yang dibuka dan itu pun sebagian besar karena adanya volume
kargo yang baik. Jadi kita tidak lagi mempunyai rute-rute seperti Amsterdam, London, Korea Selatan,
dan sebagainya, itu di-shutdown,” ujar Tiko
Ke depan, Garuda Indonesia hanya akan mempunyai 140 rute penerbangan di 2022, atau berkurang
97 rute penerbangan dibandingkan 2019 yang mempunyai 237 rute penerbangan. Berkurangnya
rute penerbangan, membuat perusahaan memangkas jumlah pesawat. Hanya akan dioperasikan 134
pesawat di tahun depan, atau berkurang 68 pesawat dibandingkan 2019. Tak hanya itu, jenis
pesawat juga akan dikurangi dari 13 menjadi 7, dikarenakan banyaknya jenis pesawat yang
digunakan akan menambah beban keuangan perusahaan karena kompleksnya perawatan yang
harus dilakukan.
“Ini salah satu inefesiensi di masa lalu, karena pesawatnya macam-macam. Biasanya airline yang
bagus itu punya 3-4 macam pesawat. Di Garuda pesawatnya ada banyak sekali (jenisnya), dan itu
membuat kompleksitas dari pengelolaan maintainance-nya sehingga cost menjadi mahal,” ujar Tiko.
Pengurangan jumlah pesawat memang sebagian besar dikarenakan sudah di-grounded oleh lessor
akibat perseroan tidak lagi mampu membayar sewa pesawat. Saat ini, Garuda Indonesia mempunyai
sebanyak 125 pesawat, tapi hanya 50-60 persawat yang bisa beroperasi.
Dampak pengurangan pesawat dan rute membuat penerbangan Garuda Indonesia menjadi sulit
ditemui di sejumlah bandara. Kendati begitu, rencana bisnis perusahaan menargetkan jumlah
pesawat bisa meningkat menjadi 188 pesawat pada 2026, seiring optimisme bisnis perseroan bisa
kembali pulih apabila negosiasi dengan para kreditur berhasil, Saat ini tengah dilakukan negosiasi
ulang kontrak sewa pesawat dengan lesor. Targetnya biaya sewa bisa ditekan serendah mungkin
menyesuaikan keadaan pasar.
mempunyai kredit di sejumlah bank. Pada Bank Negara Indonesia (BNI), tercatat total eksposur
kredit ke Garuda Group sebesar Rp 5,2 triliun per September 2021.
Pembiayaan ini terdiri dari Rp 2,3 triliun untuk induk perusahaan dan sekitar Rp 2,8 triliun kepada
anak perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat. Sisanya, utang kepada anak
perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Khusus untuk induk perusahaan,
Garuda Indonesia, BNI telah menyiapkan provision coverage hingga mencapai 100 persen.
Meski begitu, BNI berhasil menurunkan non performing loan (NPL) menjadi 3,8 persen di Desember
2021, turun 0,5 persen dibandingkan posisi Desember 2020 di level 4,3 persen. Secara keseluruhan,
kondisi kualitas portofolio BNI lebih baik dibanding tahun 2020, terlihat dari menurunnya rasio loan
at risk (LAR) dari 28,7 persen di Desember 2020 menjadi 25,2 persen di September 2021. Selain itu,
BNI juga terus meningkatkan NPL coverage ratio yang naik dari 182 persen di Desember 2020
menjadi 227 persen di September 2021.
Di Bank Rakyat Indonesia (BRI), per September 2021, penyaluran kredit ke Garuda Indonesia
mencapai Rp 3,97 triliun dan kepada Garuda Maintanance Facility Aero Asia senilai Rp 2 triliun.
Secara umum, BRI telah menyiapkan pencadangan (NPL coverage) di kisaran 252,94 persen hingga
kuartal III-2021. Sementara itu, Bank Mandiri juga memiliki eksposur kredit ke maskapai ini, namun
tidak dijelaskan secara detail status kreditnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2021). Lessor Garuda Diduga Beri Harga Sewa Pesawat ‘Selangit’. Diakses dari
https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211029135117-92-
714072/lessor-garuda-diduga-beri-harga-sewa-pesawat-selangit/amp pada 16 November 2021
Arnani, M. Dan Kurniawan, R. (2021). Disebut Bangkrut Secara Teknis Ini 5 Fakta Kondisi Garuda
Indonesia. Diakses dari https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/12/110000565/disebut-
bangkrut-secara-teknis-ini-5-fakta-kondisi-garuda-indonesia?page=all#page4 pada 15 November
2021 pukul 16.35 WIB
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2019). LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
30 JUNI 2019 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-
keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2019). LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
30 SEPTEMBER 2020 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-
keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2019). LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2019 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-
keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2019). LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 MARET 2019 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-
keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2020). LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
30 JUNI 2020 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-
keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021 pukul 18.23 WIB
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2020). LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
30 SEPTEMBER 2020 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-
keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2020). LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2020 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-
keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2020). LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASIAN 31 MARET 2020 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-
tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2021). LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
30 JUNI 2021 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-
keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak. (2021). LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 MARET 2021 (TIDAK DIAUDIT). Diakses dari https://idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-
keuangan-dan-tahunan/ pada 15 November 2021
Puspa, A. (2021). Garuda Indonesia Rugi Rp35 Miliar per bulan dari Satu Lessor. Diakses dari
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20210607/98/1402504/garuda-indonesia-
rugi-rp35-miliar-per-bulan-dari-satu-lessor pada 16 November 2021