Wajar saja pendemi covid-19 membawa dampak buruk, selain efek terburuknya
kematian bagi pasien yang terpapar virus corona. Beberapa dampak sangatlah jelas terlihat
dikehidupan manusia mulai dari kesehatan, pendidikan ,hingga ekonomi.
Untuk melindungi diri, hal yang terpenting dilakukan masyarakat saat pandemi
seperti ini ialah menjaga kesehatan diri sendiri ataupun orang terdekat dengan cara mencuci
tangan meggunakan sabun, memakai masker, makan dan minum bergizi, dan lain sebagainya.
Masyarakat Gresik yang tinggal jauh dari kota seperti di desa Sidomulyo, sudah
mendengar berita tentang masyarakat yang positif corona didaerahnya sehingga mereka
mejadi panik dan resah . Kepanikan tersebut muncul dalam bentuk beberapa hal, misal saja
tindakan panic buying atau berbelanja dalam jumlah besar, baik itu belanja obat-obatan dan
vitamin, masker serta hand sanitizer.
Dengan hal ini sesorang yang melakukan penimbunan dapat dikatakan egois karena ia
yang hanya mementingkan diri sendiri untuk mencari mashalah duniawi saja tanpa diiringi
akhiratnya. Apabila kejadian ini dilakukan oleh semua orang, maka akibatnya adalah terjadi
kelangkaan barang yang disebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan persedian.
Misalnya uang 10 ribu yang tadinya cukup untuk membeli masker, sekarang tidak cukup lagi
karena harganya dua kali lipat untuk membeli barang yang jumlahnya sama. Ini tentu bisa
mengurangi daya beli masyarakat.
Maka dari itu konsumsi Islam lebih didorong oleh fakta kebutuhan daripada
keinginan. Pada dasarnya kebutuhan itu tidak terbatas baik pada kebutuhan pribadi ataupun
keluarga tetapi juga kebutuhan sesama manusia yang dekat dengan kita. Sebagaimana sabda
Nabi saw : “Tidak termasuk seorang mukmin apbila dia kenyang sedangkan tetangga
disampingnya dibiarkan lapar, padahal ia mengetahui”
Dan dalam norma islam juga menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
manusia secara hirarki meliputi: keperluan, kesenangan dan kemewahan (Manan, 1997:48).
Dalam pemenuhan kebutuhan manusia , Islam mengajarkan agar manusia dapat bertindak
ditengah-tengah dan sederhana. Banyak norma-norma yang penting yang berkaitan dengan
larangan dalam konsumsi, di antaranya ishraf dan tabdzir, yang juga berkaitan dengan
anjuran berinfak (QS. at-Thalaq:7).
Dengan demikian masyarakat yang menimbun masker ini seharusnya tahu untuk
peduli terhadap orang lain, terutama kerabat, tetangga, fakir miskin, ataupun konsumen
lainnya. Sehingga tingkat kepedulian ini dapat memengaruhi seberapa barang yang dibeli.
Kepedulian ini dimaknai sebagai amal sholeh, yaitu kemauan konsumen membelanjakan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Dari kejadian diatas tentunya kita bisa melihat bahwa tindakan seperti ini dapat
menimbulkan sifat keserakahan atau ketamakan didalam diri kita. Sifat yang seperti inilah
membuat kita selalu merasa kekurangan. Orang yang menimbun masker,vitamin, atau
kebutuhan lainnya hanya menuruti hawa nafsu mereka yang hanya ingin mendapatkan untung
dan untung. Sehingga dalam perilaku konsumsi islam pun tidak dibenarkan akan hal tersebut.