Anda di halaman 1dari 3

TUGAS UTS EKONOMI MIKRO ISLAM

Perilaku ekonomi islam di daerah Gresik

Nama : Fajriatus Saniyya


Nim : E20191063
Kelas : Perbankan Syariah - 2

Bukan rahasia umum lagi

Gara-Gara Corona Masyarakat Menimbun Masker


bagi masyarakat Indonesia bahwa saat ini berita tentang virus yang membahayakan atau bisa
kita kenal Covid-19 sudah merajalela. Covid- 19 sudah tersebar ke seluruh di Indonesia salah
satunya Gresik, Jawa Timur. Dengan demikian, jumlah pasien covid -19 dari Kabupaten
Gresik berjumlah 2 orang, satu meninggal dunia dan seorang lagi masih menjalani perawatan
di Rs.Surabaya, Sabtu (28/03/20).

Wajar saja pendemi covid-19 membawa dampak buruk, selain efek terburuknya
kematian bagi pasien yang terpapar virus corona. Beberapa dampak sangatlah jelas terlihat
dikehidupan manusia mulai dari kesehatan, pendidikan ,hingga ekonomi.

Untuk melindungi diri, hal yang terpenting dilakukan masyarakat saat pandemi
seperti ini ialah menjaga kesehatan diri sendiri ataupun orang terdekat dengan cara mencuci
tangan meggunakan sabun, memakai masker, makan dan minum bergizi, dan lain sebagainya.

Masyarakat Gresik yang tinggal jauh dari kota seperti di desa Sidomulyo, sudah
mendengar berita tentang masyarakat yang positif corona didaerahnya sehingga mereka
mejadi panik dan resah . Kepanikan tersebut muncul dalam bentuk beberapa hal, misal saja
tindakan panic buying atau berbelanja dalam jumlah besar, baik itu belanja obat-obatan dan
vitamin, masker serta hand sanitizer.

Oleh karena itu masyarakat berlomba-lomba untuk menimbun semua keperluan


seperti contoh diatas. Lalu apakah itu penimbun ? Para ulama juga mengatakan bahwa
menimbun barang atau sering disebut dengan ihtikar yaitu pengumpulan atau penyimpanan
barang dalam jumlah besar karena khawatir tidak akan dapat diperoleh lagi jika terjadi
kelangkaan atau kenaikan harga.
Tanpa kita sadari fenomena panic buying atau beberlanja berlebihan kebanyakan
bukan dilakukan oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan melainkan sengaja untuk
dijual kembali dengan harga jauh lebih mahal.

Dengan hal ini sesorang yang melakukan penimbunan dapat dikatakan egois karena ia
yang hanya mementingkan diri sendiri untuk mencari mashalah duniawi saja tanpa diiringi
akhiratnya. Apabila kejadian ini dilakukan oleh semua orang, maka akibatnya adalah terjadi
kelangkaan barang yang disebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan persedian.
Misalnya uang 10 ribu yang tadinya cukup untuk membeli masker, sekarang tidak cukup lagi
karena harganya dua kali lipat untuk membeli barang yang jumlahnya sama. Ini tentu bisa
mengurangi daya beli masyarakat.

Jika manusia dilarang untuk berlebih-lebihan itu berarti manusia sebaiknya


melakukan konsumsi seperlunya saja. (QS. Al-A’raf: 31). Berdasarkan ayat inilah maka sikap
mengurangi kemubadziran, sifat sok pamer, mengkonsumsi barang-barang yang tidak perlu,
dalam bahasa ekonomi perilaku konsumsi islami yang tidak berlebihan.

Maka dari itu konsumsi Islam lebih didorong oleh fakta kebutuhan daripada
keinginan. Pada dasarnya kebutuhan itu tidak terbatas baik pada kebutuhan pribadi ataupun
keluarga tetapi juga kebutuhan sesama manusia yang dekat dengan kita. Sebagaimana sabda
Nabi saw : “Tidak termasuk seorang mukmin apbila dia kenyang sedangkan tetangga
disampingnya dibiarkan lapar, padahal ia mengetahui”

Dan dalam norma islam juga menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
manusia secara hirarki meliputi: keperluan, kesenangan dan kemewahan (Manan, 1997:48).
Dalam pemenuhan kebutuhan manusia , Islam mengajarkan agar manusia dapat bertindak
ditengah-tengah dan sederhana. Banyak norma-norma yang penting yang berkaitan dengan
larangan dalam konsumsi, di antaranya ishraf dan tabdzir, yang juga berkaitan dengan
anjuran berinfak (QS. at-Thalaq:7).

Dengan demikian masyarakat yang menimbun masker ini seharusnya tahu untuk
peduli terhadap orang lain, terutama kerabat, tetangga, fakir miskin, ataupun konsumen
lainnya. Sehingga tingkat kepedulian ini dapat memengaruhi seberapa barang yang dibeli.
Kepedulian ini dimaknai sebagai amal sholeh, yaitu kemauan konsumen membelanjakan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Dari kejadian diatas tentunya kita bisa melihat bahwa tindakan seperti ini dapat
menimbulkan sifat keserakahan atau ketamakan didalam diri kita. Sifat yang seperti inilah
membuat kita selalu merasa kekurangan. Orang yang menimbun masker,vitamin, atau
kebutuhan lainnya hanya menuruti hawa nafsu mereka yang hanya ingin mendapatkan untung
dan untung. Sehingga dalam perilaku konsumsi islam pun tidak dibenarkan akan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai