Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DASAR-DASAR LOGIKA

( Teori dan Hipotesis )


Dosen pengampu:

Desri Gunawan, S.IP., MA

Kelompok 6:

DAFFA FADHIL DEWENDRI (2105050061)

FIKRY ABDAN SALAHUDDINSYAH (2105050028)

RAENANTA IKHLASUNNISA SAMARA (2105050005)

SITI MARYAM (2105050040)

TIARA RISKYA AGATHA (2105050060)

PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai dan diberi judul “Teori
dan Hipotesis”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Bapak Desri
Gunawan, S.IP., MA bidang studi Dasar-Dasar Logika. Selain itu, penyusunan
makalah ini juga bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang apa itu
teori dan juga apa itu hipotesis.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Desri Gunawan, S.IP.,


MA selaku dosen pengampu mata kuliah Dsar-Dasar Logika. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penyusun berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang , 03 Oktober 2021

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………......................1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….........

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………...…....…....

1.4. Manfaat Penulisan ……………………………………………………....

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………...............

BAB III PENUTUP ……………………………………………...….......

3.1 Kesimpulan …………………...……………………...………………….

3.2 Saran…………………………………...………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...………………...
………......

2
BAB 1

PENDAHULUAN

a) Latar Belakang
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif.
Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di
antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori.
Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan
permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik
dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat
diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau
difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk
memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari
dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan
benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat
peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Teori adalah prinsip-prinsip yang berlaku secara universal atau
umum dari bidang keilmuan maupun pengetahuan yang berlainan
dengan kondisi praktis. Sehingga teori ialah pendapat atau pernyataan
secara empiris dari sebuah fenomena yang disepakati bersama. Menurut
pendapat Singarimbun dkk, definisi teori, “teori adalah serangkaian
asumsi, konsep,konstrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan
antar konsep”.
Teori memiliki hubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis
akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena
yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah
penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang
ada. sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka

3
teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada
keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial
disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja.
b) Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa bentuk rumusan hipotesis?
3. Apa saja bentuk-bentuk dari Hipotesis?
4. Apa jenis-jenis hipotesis?
5. Apa karakteristik dari Hipotesis?
6. Bagaimana cara menguji Hipotesis?
7. Apa saja teori hipotesis?
8. Apa pengertian teori?
9. Apa macam-macam teori?
10. Apa peran dan kriteria teori?
11. Apa sumber dan langkah-langkah pendeskrpsian teori?
12. Apa fungsi teori?
c) Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan definisi dari hipotesis dan teori
2. Menjelaskan bentuk rumusan hipotesis
3. Menuliskan bentuk-bentuk hipotesis
4. Mendeskripsikan jenis-jenis dari hipotesis
5. Menjelaskan definisi teori
6. Menjelaskan macam-macam teori
7. Menjelaskan peran dan juga kriteria teori
8. Menjelaskan langkah-langkah pendeskripsian teori
9. Memberitahu fungsi teori

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Hipotesis
a) Pengertian Hipotesis

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif.


Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat
dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan
diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori
mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan
benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar
dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar
dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar
atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang
menyusun dan mengujinya.

Secara etimologis atau bahasa kata hipotesis, berasal dari kata “hypo”,
yang artinya “dibawah” dan “thesa”, yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis
secara etimologis berarti kebenaran yang masih diragukan. Sedangkan secara
istilah atau terminologi terdapat beberapa tokoh yang mendefinisikan pengertian
hipotesis itu sendiri. Yang pertama yaitu menurut Boedi Abdullah, dalam bukunya
yang berjudul Metode Penelitian Ekonomi Islam menjelaskan bahwasanya
hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Definisi yang dikutip
dari pendapat Zinkmund “Hipotesis is Unproven proposition or supposition that
tentatively explains certain facts or phenomena; a probable answer to a research
question” . Maksudnya, hipotesis merupakan proposisi atau dugaan yang belum
terbukti yang secara tentatif menerangkan fakta-fakta atau fenomena tertentu dan
juga merupakan jawaban yang memungkinkan terhadap suatu pertanyaan riset.
Jadi bisa disimpulkan hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara atas

5
rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian yang bersifat teoritis dan belum
dalam bentuk jawaban secara empiris dan praktis dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam penelitian atau riset.

b) Cara Menyusun Hipotesis

Sebelum diuraikan cara menyusun rumusan hipotesis, seorang peneliti


harus menemukan dan menyusun teoritis dan kerangka berpikir terlebih dahulu.
Jenis penelitian yang harus ada hipotesisnya adalah jenis penelitian kuantitatif,
dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran teori yang dibangun. Hal ini
berbeda dengan jenis penelitian kualitatif, yang justru untuk menemukan teori
baru.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpualan data. Apabila peneliti telah mendalami
permasalahan penelitianya dengan seksama serta menetapkan anggaran dasar,
maka lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenaranya masih perlu diuji
(dibawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya
itu dapat diuji. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hhipotesis ini.
peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan
hipotesis berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah
hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya
tumbang sebagai hipotesis apabila tidak terbukti.

Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti adalah dia tidak boleh
mempunyai keinginan yang kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara
mengumpulkan data yang hanya bisa membantu memenuhi keinginanya, atau
memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah keterbuktianya hipotesis.
Penelitian harus bersifat objektif terhadap data yang terkumpul. Menurut
Suharsimi Arikunto37 dalam bukunya yang berjudul Prosedur Penelitian

6
menjelaskan bagaimana menyikapi sebuah hipotesis yang telah dirumuskan antara
lain:

a. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti


(pada akhir penelitian)

b. Mengganti hipotesis seandaianya melihat tandatanda bahwa data yang


terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian
berlangsung) Jika peneliti mengambil cara kedua, dalam laporan penelitian harus
dituliskan proses penggantian ini. Dengan demikian peneliti telah bertindak jujur
dan tegas, sesuatu yang memang sangat diharapkan dari seorang peneliti . Nana
Sujana, dalam kerangka berpikir ilmiah, hipotesis diajukan setelah perumusan
masalah karena hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban dari
masalah. Sebagai jawaban sementara atau dugaan, sudah pasti jawaban tersebut
belum tentu benar dan perlu dibuktikan atau diuji kebenaranya.

c) Bentuk-Bentuk Hipotesis

Bentuk hipotesis berhubungan erat dengan rumusan masalah penelitian


yang telah ditetapkan. Berdasar tingkat eksplanasinya, ada tiga (3) macam
rumusan masalah, yaitu: (1) rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri); (2)
rumusan komparatif (perbandingan) dan (3) Asosiatif (hubungan). Dengan
demikian bentuk hipotesis penelitian ada tiga yaitu Hipotesis deskriptif,
komparatif,dan Asosiatif.

a. Hipotesis Deskriptif Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara


terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel
mandiri. Contoh : 1. Rumusan Masalah Deskriptif

a. Berapa tinggi semangat kerja pegawai bank Syariah “X” ?

1. Hipotesis Deskriptif Untuk rumusan masalah no.2. hipotesis bisa berbentuk


demikian :

7
a) Semangat kerja pegawai bank Syariah “X” = 75% dari kriteria ideal yang
ditetapkan.

b) Semangat kerja pegawai bank Syariah “X” paling sedikit 60% dari kriteria
ideal yang ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sama dengan ≥)

c) Semangat kerja pegawai bank Syariah “X” paling banyak 60% dari kriteria
ideal yang ditetapkan (paling banyak itu berarti lebih kecil atau sama dengan ≤)
Hipotesis yang akan diajukan pilih salah satu saja dan penentuan hipotesis yang
ditetapkan berdasar pada teori dan studi pra penelitian atas objek penelitian yang
diajukan. Berikut kemungkinan masing-masing hipotesis alternatif yang bisa
diajukan, yaitu: a) Semangat kerja pegawai bank Syariah “X”≠ 75% b) Semangat
kerja pegawai bank Syariah “X”< 75% c) Semangat kerja pegawai bank Syariah
“X”> 75%

b. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif adalah dugaan atau jawaban atas rumusan masalah


secara sementara yang bersifat komparatif. Rumusan masalah pada hipotesis ini,
bervariabel yang sama, walaupun jumlah populasi atau sampelnya tidak sama atau
keadaan yang terjadi berlainan waktunya. Contoh : 1. Rumusan masalah
komparatif Bagaimana kinerja karyawan bank syariah “X” apabila dibandingkan
dengan bank syariah “Y” ?

2. Hipotesis Komparatif Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat


dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatid sebagai berikut : Hipotesis
Nol :

a) Ho: Tidak ada perbedaan kinerja karyawan bank syariah “X” apabila
dibandingkan dengan bank syariah “Y”; atau ada persamaan kinerja karyawan
bank syariah “X” dan bank syariah “Y”, atau

b) Ho: Kinerja karyawan bank syariah “X” lebih besar atau sama dengan (≥)bank
syariah “Y” (“lebih besar atau sama dengan” = paling sedikit).

8
c) Ho: Kinerja karyawan bank syariah “X” lebih kecil atau sama dengan (≤)bank
syariah “Y” (“lebih kecil atau sama dengan”=paling besar).

Hipotesis Alternatif :

a) Ha: Kinerja kerja karyawan bank syariah “X” lebih besar (atau lebih kecil) dari
karyawan bank syariah “Y”.

b) Ha: Kinerja kerja karyawan bank syariah “X” lebih kecil dari pada (< µ2 c)
Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 µ2 Keterangan: µ1 = rata-rata (populasi) kinerja kerja
karyawan bank syariah “X” µ2 = rata-rata (populasi) kinerja kerja karyawan bank
syariah “Y”

c. Hipotesis Asosiatif

Hipotesis Asosiatif adalah dugaan atau jawaban sementara atas rumusan


penelitian yang berbentuk asosiatif, yaitu yang menunjukkan hubungan antara dua
variabel atau lebih. Hipotesis asosiatif merupakan salah satu dari macam macam
hipotesis.

1) Contoh Rumusan masalah asosiatif Apakah penampilan seorang karyawan


dengan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja?

2) Hipotesis penelitian Terdapat pengaruh yang positif dan signifikam antara


penampilan seorang karyawan dengan produktivitas kerja.

3) Hipotesis statistik Ho : ρ = 0 , 0 berarti tidak ada pengaruh. Ha : ρ ≠ 0 , “tidak


sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang dari nol berarti ada hubungan.
ρ= nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan

d) Jenis-Jenis Hipotesis

Pada umumnya ada dua cara dalam menyatakan hipotesis, yaitu hipotesis
nol dan hipotesis alternatif/penelitian/kerja.

Hipotesis nol berarti “keberadaannya tidak ada” (no existence), karena


tidak ada pengaruh, tidak ada interaksi, tidak ada hubungan, tidak ada perbedaan.

9
Misalnya . Tidak ada perbedaan dari tiga metode mengajar penelitian pendidikan.
Tidak ada hubungan antara iklim organisasi yang menggunakan subskala delapan
dan tingkah laku kepemimpinan antara administratur SD di Pemkot Bandung.

Penggunaan hipotesis nol direkomendasikan oleh para ahli peneliti dan


ahli statistik dengan alasan bahwa kesalahan dalam penolakan penerimaan
hipotesis dapat lebih mudah dihindari jika harapanharapan dalam bentuk nol. Di
samping itu mereka juga mengklaim bahwa hipotesis itu adalah hipotesis
statistika, yang berarti dapat diuji kebenarannya. Penggunaan teknik statistika
cocok untuk menentukan apakah hubungan atau perdedaan yang diperoleh
kebetulan atau sesungguhnya.

Hipotesis alternatif, merupakan pernyataan operasional hipotesis


penelitian. Ary D. (1972), mengatakan hipotesis ini sebagai harapan yang
berdasarkan teori dan menyebut sebagai hipotesis deduktif, apabila literatur yang
digunakan mengatakan bahwa penemuanpenemuan teknik pengajaran tertentu
adalah efektif, maka hipotesis yang dibuat atau menyatakan harapan yang sama.
Di samping itu ada hipotesis induktif yang didasarkan oleh pengamatan tingkah
laku.Misalnya peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkah laku,
memperhatikan kecenderungan-kecenderungan atau kemungkinan adanya
hubungan-hubungan dan kemudian merumuskan penjelasanpenjelasan sementara
tentang tingkah laku yang diamati. Proses penalaran dalam merumuskan hipotesis
di sini sudah barang tentu disertai dengan pengkajian hasil penelitian lain yang
relevan.

Prosedur induktif sangat cocok untuk guru-guru kelas, karena sumber-


sumber hipotesis setiap hari berada di lingkungannya. Hipotesis nol maupun
hipotesis penelitian pada kenyataannya adalah satu. Rumusan hipotesis dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. hipotesis nol biasanya dalam
bentuk tidak langsung, karena arahnya tidak ditentukan. Untuk itu digunakan uji
dua pihak, sedangkan hipotesis alternatif yang arahnya ditentukan memerlukan uji

10
satu pihak. Hipotesis yang hanya mengatakan ada perbedaan termasuk hipotesis
tidak langsung, karena alasan tidak ditentukan

e) Karakteristik Hipotesis

Hipotesis yang baik memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas yang masuk akal. Suatu hipotesis
harus merupakan penjelasan yang masuk akal mengenai kejadian-kejadian yang
telah dan akan terjadi.

2. Hipotesis menyatakan hubungan antar variabel-variabel penelitian Suatu


hipotesis harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel.
Hubungan dapat berbentuk sebab akibat (pengaruh), hubungan berupa korelasi,
dan memperkirakan akan adanya perbedaan.

3. Hipotesis harus dapat diuji Rumusan hipotesis yang berbentuk operasional


sangat membantu dalam menarik kesimpulan penelitian. Dalam menarik
kesimpulan dilakukan pengamatan-pengamatan secara empiris yang akan
mendukung tidaknya hipotesis. Apabila hipotesis benar maka data empiris dapat
memberikan dukungan, demikian sebaliknya.

4. Hipotesis harus mengikuti penemuan-penemuan sebelumnya Hipotesis


hendaknya tidak bertentangan dengan teori, dan hukumhukum yang sudah mapan,
bukan berarti tidak boleh menggugurkan teori yang telah ada, khususnya bagi
peneliti pemula perlu mengkaji terhadap penemuan dalam bidang-bidang yang
relevan kemudian merumuskan hipotesis.

5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana dan ringkas. Menyatakan hipotesis


secara sederhana akan memudahkan pengujian hipotesis dan penyusunan laporan
pada akhir penelitian.

e) Cara Menguji Hipotesis

Sebagaiman yang telah dikemukakan sebelumnya hipotesis merupakan


piranti penelitian. Oleh karena itu hipotesis harus lulus dari dua tes yaitu tes

11
empiris dari lapangan dan tes logika. Untuk menguji hipotesis peneliti perlu
melakukan;

1. menarik kesimpulan tentang konsekuensi-kosekuensi yang dapat diamati


apabila hipotesis tersebut benar,

2. memilih metode-metode penelitian yang memungkinkan pengamatan,


eksperimen, atau prosedur lain yang menunjukan apakah akibat-akibat tersebut
terjadi atau tidak,

3. menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk
menunjukkan hipotesis didukung oleh fakta atau tidak.

f). Kerangka Hipotesis

Jumlah variabel yang tercakup dalam suatu hipotesis dan bentuk hubungan di

antara variabel-variabel itu sangat menentukan dalam menentukan alat uji

hipotesis. Hipotesis yang hanya terdiri atas satu variabel akan diuji dengan

univariate analysis. Contoh-contoh hipotesis seperti itu adalah :

1. Persepsi remaja terhadap kepemimpinan yang demokratis cukup tinggi.

2. Prestasi studi mahasiswa di tahun pertama cukup rendah.

Variabel persepsi remaja pada contoh pertama adalah variabel ordinal,

sedangkan variabel prestasi studi pada contoh kedua adalah variabel interval.

Pengukuran variabel ini menetukan pemilihan alat uji hipotesis.

Ada juga hipotesis yang mencakup dua variabel, yang akan diuji melalui

bivariate analysis. Contoh :

1. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap kepemimpinan dengan

pola asuh dalam keluarga di kalangan remaja.

12
2. Ada hubungan positif antara motifasi belajar dan prestasi studi di kalangan
mahasiswa.

Contoh pertama menghubungkan dua variabel yang sama-sama diukur pada

skala nominal, sedangkan contoh kedua menghubungkan dua variabel di mana

variabel yang satu di ukur pada skala interval dan yang satunya pada skala
ordinal.

Salah satu variabel pada hipotesis dengan bivariate analysis itu berfungsi

sebagai variabel yang dijelaskan atau variabel tidak bebas, dan yang satunya

berfungsi sebagai variabel yang menerangkan atau variabel bebas. Satu variabel

dapat dijelaskan oleh seperangkat variabel bebas secara bivariate. Misalkan

variabel y dapat diterangkan oleh variabel x1 tetapi juga dapat diterangkan oleh
x2

terlepas dari x1, dan dapat juga dijelaskan oleh variabel x3 terlepas dari x1 dan
x2.

ketiga variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas (y) itu terdiri atas 3

hipotesis, yaitu :

Hipotesis 1 : Ada hubungan antara x1 dan y.

Hipotesis 2 : Ada hubungan antara x2 dan y.

Hipotesis 3 : Ada hubungan antara x3 dan y.

Hipotesis dengan analisis bivariate didasarkan pada asumsi cateris paribus, yaitu

asumsi y kecuali variabel yang bersangkutan. Karena itu tidak dilihat hubungan di

antara x1 – x2 – x3. Kalau ketiga variabel itu secara bersama – sama dilihat
sebagai

13
variabel variabel – variabel yang menjelaskan y, maka hipotesis itu mencakup
lebih dari

dua variabel dan akan diuji melalui multivariate analysis. Hubungan itu secara

matematis dapat ditulis y = F (x1 – x2 – x3). Pola hubungan itu berbeda – beda.

B. Teori

a) Pengertian Teori

Teori memiliki hubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan


sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti,
tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak
memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada. sumber hipotesis
adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-
buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian
mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja.

Teori adalah prinsip-prinsip yang berlaku secara universal atau umum dari
bidang keilmuan maupun pengetahuan yang berlainan dengan kondisi praktis.

Menurut pendapat Singarimbun dkk, definisi teori, “teori adalah


serangkaian asumsi, konsep,konstrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep”

Menurut Kerlinger (1973), Teori “adalah seperangkat konstruk (konsep) ,


definisi dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis,
merinci hubungan antara variabel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan
gejala tersebut”.

Menyadari fungsi teori yang demikian maka sangat diperlukan dalam


penelitian ilmiah. Dalam suatu penelitian, peneliti perlu menggali teori-teori yang
relavan dan menyingkirkan teori yang tidak ada kaitannya dengan permasalahan
penelitian. Oleh karena itu pengumpulan teori dapat terjadi secara multi disipilin

14
ilmu yang terpenting sesuai dengan masalah penelitian. Teori dalam penelitian
ilmiah sangat diperlukan untuk membangun hipotesis, melalui proses kerangka
pemikiran.

b) Macam-Macam Teori

Mark membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan
dengan data empiris. Dengan demikian dapat diuraikan perbedaan ketiganya
antara lain:

1. Teori yang deduktif adalah serangkaian teori yang menerangkan diawali dari
perkiraan atau pikiran yang bersifat spekulatif tertentu ke arah data yang akan
diterangkan.

2. Teori yang induktif merupakan teknik dalam menjelaskan diawali dari sebuah
data ke arah teori. Prakteknya banyak dijumpai pada orangorang yang
berpandangan positivistik ini dijumpai pada kaum behavorist.

3. Teori yang fungsional adalah sebuah teori yang Nampak dalam berinteraksi
pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yakni antar data dan teori saling
mempengaruhi.

Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat


dipandang sebagai berikut.

1.  Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-
hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan
suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat
diramal sebelumnya.

2.  Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di
sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang
suatu konsep yang teoritis (induktif).

15
3.  Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara data
dan pendapat yang teoritis.

Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan


bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau
sistem pengertian ini diperoleh malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus
dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat


konsep, definisi, dan proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum,
teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono,  2010).

Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses


penyimpulan umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan.
Definisi merupakan suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan
biasaya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Sedangkan
proposisi merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu perkara.

c) Peran dan Kriteria Teori

Dalam prakteknya, teori tidak selalu bisa menjelaskan atas tuntutan yang
dikehendaki dalam peneliti. Suatu teori sering tidak bisa menerangkan fenomena
mirip yang sering terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda. Ini berakibat, tidak
bisa dipakainya teori tersebut dalam menjelaskan hasil fenomena yang terjadi.

Menjadi peneliti di bidang ekonomi syariah dan bisnis harus mengetahui


jenis teori yang bisa dipakai, yang relevan dengan tema penelitian, sehingga bisa
membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah.
Berikut kriteria-kriteria yang untuk menilai teori yang relevan, sebagai berikut:

1. Teori yang dipergunakan harus bisa menerangkan fenomena-fenomena penting


serupa yang diteliti.

16
2. Penjelasan atas teori yang dipaparkan seharusnya tegas, sederhana dan bisa
dipahami.

Semakin baik suatu teori, maka ia semakin mampu menjelaskan


fenomena-fenomena yang diamati. Jadi menurut Teguh, teori yang baik ada
kecenderungan banyak memberikan bantuan.pemakaiannya, bukan sebaliknya
semakin mempersulit pemakainya .

Kesimpulannya, teori adalah pendapat yang terdiri atas seperangkat


konsep, definisi dan proporsi yang tersusun secara sistematis untuk menjelaskan
sebuah fenomena. Dalam penelitian, teori merupakan uraian sistematis mengenai
hasil penelitian dengan variabel yang diteliti. Maka dari itu teori bukan hanya
sekedar pendapat para tokoh atau pakar.

d) Sumber dan Langkah-Langkah Pendeskripsian Teori

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai


berikut:

1.      Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya

2.      Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel
yang diteliti.

3.      Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian
permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.

4.      Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

5.      Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan
analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang dibaca.

17
6.      Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang
digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

e) Fungsi Teori

Dalam konteks ilmiah, suatu teori yang didasarkan sebagai ide gagasan
memiliki fungsi sebagaimana berikut ini :
1. Menjelaskan dan mempertajam ruang lingkup variabel dari penelitian yang akan
dilakukan.
2. Sebagai prediktor, yang memprediksikan untuk menemukan kenyataan fenomena
yang kemudian dipakai untuk merumuskan hipotesis dan untuk menyusun
instrumen penelitian.
3. Sebagai kontrol dalam pembahasan hasil penelitian yang dilakukan, yang kemudian
dapat digunakan untuk memberikan saran.

BAB 3

18
PENUTUP

a) Kesimpulan

`Dalam melakukan suatu penelitian terhadap fenomena sosial, seorang peneliti


tidak dapat bekerja dengan baik tanpa suatu sistematika yang sesuai. Untuk
menemukan jawaban yang sesuai serta memuaskan, peneliti harus memahami
kaidah dalam meneliti. Tahapan awal dari suatu penelitian adalah menciptakan
pertanyaan mengenai suatu fenomena yang dipilih untuk diteliti. Pertanyaan
tersebut berkaitan dengan definisi, fakta dan nilai suatu objek kajian.

Teori yang deduktif : Memberi keterangan yang dimulai dari suatu


perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data yang akan diterangkan,
Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data kearah teori. Teori yang
Fungsional : disini tampak satu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan
teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori
kembali mempengaruhi data.

Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang


dijadikan arah dalam menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah
data dan mengambil kesimpulan. Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah
usaha untuk membuktikan hipotesis.Hipotesis merupakan jawaban sementara
yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis
diterima atau ditolak. Hipotesis berfungsi sebagai kerangka kerja bagi peneliti,
memberi arah kerja, dan mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian.

Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis
alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis
statistik. Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang
kita buat:

a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha (ɑ).

b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta (β).

19
Teori dalam penelitian bisa berfungsi sebagai bentuk dari argumentasi,
pembahasan, atau alasan. Teori membantu menjelaskan (atau memprediksi)
berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Urgensi teori dalam
penelitian adalah sebagai suatu dasar seorang peneliti dalam merumuskan
hipotesis. Hipotesis menjadi dugaan berdasarkan keterngan teori yang sementara
diterima sebagai kebenaran sambil menunggu pengujian menggunakan data
empiris. Terdapat beberapa jenis hipotesis diantaranya adalah hipotesis nol,
hipotesis alternatif, hipotesis direksional, hipotesis non direksional, hipotesis
deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif. Masing-masing dari jenis
penelitian tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik rumusan masalah
penelitian.

b) Saran

Sebagai seorang akademisi atau peneliti hendaknya memprioritaskan terlebih


dahulu apa yang menjadi dasar terlaksananya sebuah penelitian. Mengkaji teori
dan menyusun hipotesis merupakan langkah awal yang tidak bisa dilewatkan
begitu saja. Mengkaji mengenai teori dan hipotesis akan sangat berguna untuk
penelitian maupun evaluasi. Memperluas wawasan dan terus meningkatkan
kualitas diri merupakan langkah terbaik untuk menjadi peneliti yang kompeten.

Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan


wawasan yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian
merupakan cara primer manusia dalam mengembangkan kajian ilmu. Dengan
berkembangnya ilmu bimbingan dan konseling tentunya akan mempermudah
personal-personal dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup yang makin
kompleks mengikuti perkembangan masa.

DAFTAR PUSTAKA

20
http://edikumild.blogspot.com/2016/06/makalah-teori-dan-hipotesis.html?
m=1
http://funstudyclub.blogspot.com/2017/04/makalah-teori-dan-hipotesis-
penelitian.html?m=1
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7300/4/Bab4_Landasan%20Teori
%20dan%20Hipotesis.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Wening
%20Sahayu,%20M.Pd./Makalah%20Hipotesis.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195809071
987031-BUDI_SUSETYO/Teori_dan_Hipotesisx.pdf
https://zenodo.org/record/1117422/files/DASAR%20METODOLOGI
%20PENELITIAN.pdf
http://mkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/07/Buku-Metodologi-
Penelitian-by-W-Gulo.pdf
http://adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/5665/2018/12/Ade-Heryana_Hipotesa-dan-Jenis-
Penelitian-Kuantitatif_Modul.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai