Anda di halaman 1dari 12

PARADIGMA DAN TEORI AWAL PEMBANGUNAN

MAKALAH

OLEH
Karisma Rizqi Nuryanti (210141840401)
Abdul Somad (210141840407)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
SEPTEMBER 2021
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah............................................................................. 2
3. Tujuan Penulisan............................................................................... 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembangunan...................................................... 3
2. Paradigma Pembangunan.......................................... 5
a. Paradigma Pertumbuhan...................................................... 6
b. Paradigma Pertumbuhan dengan Pemerataan.......................
c. Paradigma Teknologi Tepat Guna
d.
e.
f.
PENUTUP.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kata pembangunan pastinya sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat
Indonesia. Bahkan berita-berita di media massa pun banyak sekali yang
membahas mengenai upaya pembangunan oleh pemerintah. Baik pembanguna
yang dilakukan pada tingkat ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Pembangunan sendiri merupakan hasil dari program yang dibuat oleh pemerintah
guna meningkatkan kesejahteraan sosial, ekonomi dan berbagai sektor lainnya.
Pembangunan memeliki arti penting dalam meningkatkan kesejahteraan
disuatu negara. Sebagai negara berkembang Indonesia perlu melakukan
pembangunan secara nasional, tujuannya adalah untuk mengubah struktur
perekonomian kearah yang lebih baik. Contohnya saja usaha pemerintah dalam
pembangunan infrastruktur. Jika dalam suatu negara keadaan infrastrukturnya
lemah, maka perekonomian di negara tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.
Suatu perusahaan akan sulit melakukan ditribusi barang karena keterbatasan akses
untuk menjangkau tempat-tempat yang jauh. Hal ini akan berujung pada
meningkatnya harga produk tersebut yang disebabkan oleh biaya-biaya yang harus
dikeluarkan selama pendistribusian.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pembangunan kita perlu
mengetahui apa saja teori-teori dan paradigma dalam pembangunan. Agar kita
bisa mengetahui perbandingan pembangunan suatu negara dengan negara lain atau
mengetahui perkembangan pembangunan di negera kita sendiri dengan berpegang
pada teori sebagai pedomannya. Maka dari itu penulis membuat makalah dengan
judul “Paradigma dan Teori Awal Pembangunan” untuk membahas lebih dalam
mengenai latar belakang kemunculan teori dan paradigma pembangunan.
Selanjutnya membahas teori pembangunan berdasarkan paradigmanya.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di buat rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan paradigma ?
b. Apa saja paradigma pembangunan ?
c. Apa saja teori pembangunan ?

3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengertian dari paradigma
b. Untuk mengetahui macam-macam paradigma pembangunan
c. Untuk mengetahui teori-teori pembangunan
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pembangunan
Banyak sekali definisi dari pembangunan yang diungkapkan oleh para ahli.
Bahkan dalam memaknai kata demi kata dari istilah pembangunan pun satu orang
dengan orang yang lain tidak sama.
2. Paradigma Pembangunan
Paradigma memiliki arti yang beragam tergantung pada sudut pandang yang
memaknainya. Namun dalam hal ini penulis mendefinisikan kata paradigma
sebagai suatu cara pandangan. Yaitu bagaimana seseorang memandang suatu
pokok persoalan yang dapat mempengaruhi cara berpikir dan bertingkah laku
orang tersebut. Jika dikaitkan pada paradigma pembangunan berarti cara pandang
seseorang yang berkaitan dengan persoalan pembangunan.
Suryono (2010:15) menjelaskan bahwa paradigma berkembang mulai dari
paradigma pertumbuhan atau bisa disebut juga paradigma murni, paradigma
kesejahteraan, paradigma neo-ekonomi, paradigma dependensia dan paradigma
pembangunan nasional. Namun keinginan dari negara berkembang untuk mampu
menyamai negara maju menyebabkan percepatan tempo pergeseran paradigma
pembangunan di negara berkembang.
Pergeseran paradigma pembangunan ini dimulai dari paradigma
pertumbuhan, paradigma pertumbuhan disertai dengan pemerataan, paradigma
teknologi tepat guna, paradigma kebutuhan dasar pembangunan, paradigma
berkelanjutan dan paradigma pemberdayaan. Berikut akan dijelaskan secara lebih
rinci pengertian dari masing-masing paradigma.
a. Paradigma Pertumbuhan (Growth Paradigm)
Diawali pada tahun 1960-an, kebanyakan dari negara-negara dunia
ketiga mulai meniru persepektif “growth priority” yang menitik beratkan
kepada akumulasi kapital nasional dan sebagai tolak ukur keberhasilannya
yaitu GNP. Paradigma ini berusaha menyelesaikan permasalah
pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan distribusi yang sering
dihadapi oleh negara-negara dunia ketiga dengan cara meningkatkan
pendapatan perkapatinya.
Namun dalam perjalanannya paradigma pertumbuhan ini
menimbulkan dampak negatif. Ketercapaian pembangunan seringkali
mengorbankan sumberdaya alam, timbulnya kesenjangan sosial dan
dipendensi. Bahkan banyak sekali kritik tajam yang ditujukan kepada
paradigma ini. Para pengkritik menilai jika dunia akan mengalami tidak
hanya ketimpangan relatif namun juga akan terjadi kemiskinan absolut
akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat.
b. Paradigma Pertumbuhan dengan Pemerataan (Growth With
Distribution Paradigm)
Paradigma baru pun muncul menggeser paradigma pertumbuhan
yang dianggap gagal menjalankan tugasnya. Paradigma pertumbuhan
dengan pemerataan yang strategi utamanya adalah “employment-oriented
development”. Paradigma ini menggambarkan empat pendekatan dasar
yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan golongan paling
miskin. Empat pendekatan tersebut adalah:
1) Meningkatkan laju pertumbuhan GNP secara maksimal dengan
cara meningkatkan tabungan dan melakukan pengalokasian
sumberdaya secara efisien, sehingga manfaatnya dapat
dirasakan oleh semua golongan masyarakat.
2) Mengubah arah investasi menjadi pendidikan, penyediaan
kredit, fasilitas umum dan lain-lain untuk golongan miskin.
3) Menyalurkan pendapatan atau konsumsi untuk golongan
miskin dengan sistem fiskal atau mengalokasikan barang
konsumsi secara langsung.
4) Memindahkan harta yang ada untuk golongan miskin
contohnya seperti land reform.
Pada akhirnya paradigma inipun dianggap gagal. Sebab ILO
menggunakan “world employment program” yang bersifat
“comprehensive employment strategies” dengan konsekuensi teknologi
yang mengikutinya bersifat “capital intensive”. Maka dari itu hanya
orang-orang berpendidikan dan memiliki keterampilan saja yang mampu
diserap oleh lapangan pekerjaan tersebut.
c. Paradigma Teknologi Tepat Guna (Appropriate Technology
Paradigm)
Berkaca dari kegagalan paradigma pertumbuhan dengan
pemerataan yang disebabkan oleh teknologi yang bersifat “capital
intensive” menyebabkan lahirnya paradigma teknologi tepat guna.
Pendekatan ini disebut juga sebagai “intermediate technology” yang
merupakan perpaduan antara “capital intensive technology” dengan
“handicraft technology”.Karena pedekatan ini lebih bersifat padat karya,
maka dari itu dinilai cocok untuk negara berkembang.
Tetapi paradigma ini pun dianggap gagal. Kegagalan pendekatan
ini disebabkan oleh: 1) tidak adanya institusi khusus pengembang
teknologi tepat guna, 2) teknologi import yang lebih murah dibanding
menciptakan teknologi baru, 3) tidak didukung oleh sistem nilai.
d. Paradigma Kebutuhan Dasar Pembangunan (Basic Needs
Development Paradigm)
Pada tahun 1970-an timbul kekecewaan yang mendalam terhadap
kemerosotan pertumbuhan Produk Bruto (GNP) dan ketidak mampuan
mengatasi kemiskinan, menyebabkan terciptanya paradigma baru.
Paradigma ini lebih berfokus pada “basic needs” sebagai tema
pembangunan negara dunia ketiga. Basic needs yang dimaksud dalam
pendekatan ini tidak hanya mengenai kebutuhan akan sandang, pangan
dan papan saja. Namun juga meliputi kemudahan dalam mendapatkan
pelayanan air bersih, transportasi, sanitasi dan lain sebagainya.
Pendekatan kebutuhan dasar ini juga tidak mampu bertahan lama.
Pada akhir 1970-an pendekatan “basic needs strategy” mulai
ditinggalkan. Sebab komisi yang diberikan kepercayaan oleh Bank Dunia
dalam mengatasi masalah utara-selatan yaitu komisi Willy menganggap
bahwa pendekatan ini merupakan “kenangan masa lampau”. Maka dari itu
dibutuhkan pendekatan baru yang lebih sesuai.
e. Paradigma Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Paradigm)
Berangkat dari keprihatinan akan ketersediaan sumber daya alam
dan masalah lingkungan hidup yang kian memprihatinkan. Menyebabkan
kekhawatiran akan keberlanjutannya untuk mampu menunjang
pertumbuhan penduduk ekonomi. Bila tidak segera dilakukan sebuah
perubahan maka dikhawatirkan dunia akan mengalami kehancuran.
Sebagai negara yang memiliki andil dalam mengonsumsi energi
bumi paling banyak. Amerika, Kanada dan Jepang di tuntut untuk
mengawali perubahan yang lebih memperhatikan kesadaran krisis
lingkungan hidup. Kemudian muncullah konsep “sustainable” atau
konsep keberlanjutan, yang diartikan sebagai: suatu usaha pembangunan
yang mampu memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa menimbulkan
kerugian akan kebutuhan generasi mendatang.
f. Paradigma Pemberdayaan (Empowerment Paradigm)
Konsep ini muncul pada tahun 1992 dengan adanya dua premis
mayor yaitu kegagalan dan harapan. Kegagal dalam konsep ini adalah
kegagalan model-model pembangunan ekonomi dalam untuk mengatasi
masalah kemiskinan serta lingkungan yang berkelanjutan. Harapan
sendiri muncul karena terciptanya berbagai alternatif pembangunan yang
memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender dan lain
sebagainya.
Konsep pemberdayaan dalam alternatif pembangunan menekankan
pada otonomi dalam mengambil keputusan pada suatu kelompok
masyarakat, berlandaskan sumber daya pribadi dan langsung. Menurut
Friedmann (dalam Suryono 2010:22) pemberdayaan adalah hasil
interaktif baik pada tingkat ideologis maupun praktis. Secara ideologi
pemberdayaan adaah hasil interaksi antaran konsep “top-down dan
bottom-up”, sedangkan untuk praktis, interaktif akan terjadi melalui
pertarungan antar otonomi.
Berdasarkan penjelasan diatas maka paradigma pembangunan akan berubah
menyesuaikan keadaan saat itu. Paradigma pembangunan bermula dari tahun
1960-an yaitu paradigma pertumbuhan, paradigma pertumbuhan disertai dengan
pemerataan, paradigma teknologi tepat guna, paradigma kebutuhan dasar
pembangunan, paradigma berkelanjutan dan paradigma pemberdayaan.
3. Teori Pembangunan
Teori sering diartikan sebagai konsep dasar untuk memahami suatu
fenomena. Surahman, dkk (2020) di dalam jurnalnya menjelaskan bahwa teori
didapatkan melalui sederet proses ilmiah, sehingga sebuah teori dapat diuji ulang
kebenarannya. Jika terjadi kesalahan dalam proses penelitiannya maka sebuah
teori dapat dibantahkan oleh teori lain. Berikut penulis akan menyajikan beberapa
teori yang digunakan dalam proses pembangunan dari buku Suryono (2010:67).
a. Teori Modernisasi
Berawal dari mulai diterapkannya spesialisasi produksi di setiap
negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang dimiliki. Contohnya
negara yang berada di garis katulistiwa memiliki tanah yang subur,
sehingga lebih cocok melakukan spesialisasi dibidang produksi pertanian.
Kemudian negara yang tidak cocok dengan usaha pertanian memilih
untuk melakukan kegiatan produksi di bidang industri.
Namun kegiatan ini menciptakan dikotomi spesialisasi produksi
kelompok negara yang tidak seimbang. Negara industri semakin kaya dan
maju, sedangkan negara pertanian semakin tertinggal. Sehingga kemudian
muncullah teori modernisasi yang menjelaskan jika kemiskinan
disebabkan oleh faktor-faktor internal yang terdapat di negara yang
bersangkutan.
Terdapat beberapa kelompok teori yang masuk dalam teori
modernisasi yang membantu menjelaskan bagaimana modernisasi
memandang bahwa kemiskinan dan pembangunan adalah masalah
internal. Berikut adalah tokoh dan teori yang dikemukakan: Teori Harrod-
Domar yang berfokus pada investasi, teori Max Weber yaitu etika
protestannya, Teori David Mc Clelland mengenai dorongan berpretasi
Need of Achievement (N-Ach), Teori WW. Rostow tentang lima tahap
pembangunan, Teori Bert E. Hoselitz yang menganalisis mengenai faktor-
faktor non-ekonomi, Teori Alex Inkeles dan David H.Smith yang
membahas manusia modern.
Selain itu banyak sekali para ahli yang berusaha untuk mengartikan
kata modernisasi ini. Digdowiseiso (2019: 25) mendefinisikan
modernisasi sebagai upaya tindakan kearah perbaikan dari keadaan
sebelumnya. Tidak hanya Digdowiseiso namun banyak para ahli yang
mendefinisikan modernisasi berdasarkan pemahaman atau keahlian
mereka seperti ekonomi, politik, sosiologi dan psikologi.
Sehingga akhirnya Abraham menyebutkan terdapat dua tipe
modernisasi yaitu modernisasi ekonomi dan modernisasi sosial.
Modernisasi ekonomi memiliki ciri-ciri yaitu tingginya tingkat
konsumsi, standar hidup, intensitas modal yang kian besar, revolusi
teknologi serta organisasi birokrasi yang rasional. Modernisasi ekonomi
selalu dibarengi dengan perluasan pengetahuan ilmiah serta inovasi
teknologi, tingkat pendidikan yang sesuai, pembentukan modal juga
kecukupan bahan-bahan mentah, barang produksi dan konsumsi.
Modernisasi sosial mencakup unsur-unsur pokok yaitu perubahan sosial
yang terencana, sekularisme, perubahan sikap serta tingkah laku,
diferensiasi struktural dan spesialisasi fungsional.
b. Teori Ketergantungan (dependencya theory)
Berbeda dengan modernisasi yang memandang kemiskinan dan
pembangunan merupakan masalah internal, ketergantungan memandang
bahwa kemiskinan dan pembangunan ditentukan oleh faktor eksternal
negara yang bersangkutan. Guna menjelaskan bagaimana teori
ketergantungan memandang pembangunan sebagai faktor eksternal maka
akan bantu oleh beberapa teori.
Sama seperti teori modernisasi, teori ketergantungan juga memiliki
beberapa teori terkenal yang sering dikaitkan dalam teori ketergantungan
antara lain pemikiran dari Paul Baran, Andre Gunder Frank, Theotonio
Dos Santos, dan Samir Amin. Paul Baran memandang bahwa investasi
negara asing sebagai pergerakan faktor modal negara berproduktivitas
tinggi terhadap negara berproduktifitas rendah. Namun kegiatan yang
diharapkan terciptanya suatu keseimbangan antar negara, malah memberi
dampak negatif berupa penyedotan keuntungan dari negara miskin yang
telah mendapatankan suntikan investasi. Akibatnya peningkatan
pendapatan nasional negara miskin tersebut tidak dapat dinikmati oleh
sebagian besar masyarakat di negara itu karena ada tidak seimbangan
distribusi pendapatan. Gunder Frank mencoba mengemukakan
pendapatya mengenai teori ketergantungan ini dengan “membantah”
argumen yang menyatakan perkembangan negara miskin terjadi akibat
kontak hubungan ekonomi antara negara maju dan negara miskin
sehingga terjadi difusi modal dan teknologi. Frank menjelaskan bahwa
negeri satelit (negara miskin) akan mengalami perkembangan ekonomi
jika tidak ada campur tangan dari negara metropolis (negara maju), sebab
surplus ekonomi tidak akan dilempar ke pusat-pusat metropolis.
Theotoneo mencoba memperluas pandangan Gunder Frank bahwa
ketergantungan tidak hanya berasal dari faktor “eksternal” saja tetapi juga
dari faktor “internal”. Ketergantungan akibat hubungan ekonomi tidak
dapat di netralkan hanya dengan memutuskan hubungan (kerjasama)
namun harus mengubah struktur intern dalam negeri terlebih dahulu.
Sedang Samir Amin dikenal dengan konsep pertukaran yang tidak adil
(unequal exchange).
c. Ide Pembangunan yang Lain (Another Development)
Konsep ini muncul setelah melihat bahwa setiap negara-negara di
dunia memiliki krisis dan konflik yang tidak sama dalam proses
pembangunannya. Sehingga perlu adanya teori lain yang dirasa sesuai
dengan permasalahan yang sedang dihadapi negera tersebut. Untuk
mempermudah dalam memahami teori pembangunan yang lain maka
akan di sajikan tabel dimensi pergeseran dalam teori pembangunan:
Tabel 1. Pergeseran Dimensi Teori Pembangunan Modernisasi dan
Ketergantungan Ke Teori Pembangunan yang Lain

Teori Modernisasi dan Teori Pembangunan yang Lain


Ketergantungan (Another Development)
Orientasi riil needs Orienstasi Felt needs
Eksogeneous Endogeneous
Dependency Self Reliant
Non-Ekologis / Struktural Ekologis / Setting / Enveronmental
Pendekatan Keseluruhan Pendekatan Kasus Empiris
Analisis ekonomi Analisis sosial, budaya, politik

Anda mungkin juga menyukai