Anda di halaman 1dari 18

KIMIA TANAH 45

Bab 4. Koloid Tanah


Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kuliah untuk bab ini diharapkan mahasiswa dapat
menjelaskan dengan tepat tentang definisi dan sifat utama partikel
koloidal, sumber dan jenis muatan, struktur dasar dan beberapa tipe dan
sifat penting mineral liat serta pengaruhnya terhadap sifat tanah secara
keseluruhan; cotoh dan sifat penting koloid anorganik amorfus dan
organik, definisi dan arti penting nilai titik muatan nol.

Secara fisik, koloid atau partikel koloidal tanah dapat didefinisikan sebagai
zarah tanah yang berukuran < 2 μm. Koloid tanah dikelompokan menjadi dua,
yaitu: (1) koloid anorganik yang meliputi beberapa mineral primer dan sekunder
dan (2) koloid organik yang umumnya merupakan hasil dekomposisi bahan or-
ganik tanah. Partikel koloidal tersebut merupakan bagian fase padatan tanah
yang paling aktif karena ukurannya yang sangat kecil (permukaan efektifnya
luas) dan bermuatan listrik.

4.1. Sumber Muatan pada Koloid Tanah


Salah satu sifat penting koloid tanah adalah muatan listriknya. Muatan lis-
trik pada koloid tanah terbentuk melalui dua proses, yaitu substitusi isomorfik
dan ionisasi gugus fungsional. Kedua proses tersebut dapat terjadi dalam satu
unit struktur koloid tanah.
Substitusi isomorfik adalah proses penggantian suatu kation dalam
struktur dasar mineral kristalin oleh kation lain yang diameter ioniknya tidak
jauh berbe-da, sehingga penggantian kation itu tidak merubah kondisi
geometrik atau mor-fologi struktur mineral tersebut. Kation yang digantikan
posisinya oleh kation lain itu valensinya lebih tinggi daripada kation
penggantinya. Misalnya, substi-tusi yang terjadi pada struktur tetrahedral
mineral liat montmorilonit, dimana 0,2 bagian Si 4+digantikan oleh 0,2 bagian
Al3+ per setengah sel. Jika tidak terja-di substitusi, maka rumus kimia setengah
sel montmorilonit adalah Al2Si4O10(OH)2 dengan total muatan nol. Karena
terjadi substitusi itu, maka rumus kimianya menjadi Al 2Si3.8Al0.2O10(OH)2
dengan total muatan -0,2. Muat-an negatif tersebut menyebabkan mineral itu

J. Priyono
KIMIA TANAH 46

dapat mengikat kation lain, misal-nya Na +, sehingga rumus kimianya menjadi


Na0.2Al2Si3.8 Mg0.2O10(OH)2. Kation yang terikat oleh mineral itu (Na +) bersifat
dapat dipertukarkan. Besarnya muatan negatif yang dihasilkan dari proses
susbstitusi isomorfik tidak mudah berubah oleh terjadinya perubahan pH tanah,
sehingga disebut sebagai ‘muatan tetap’ (permanent charge).
Tidak semua jenis kation dapat menggantikan posisi Si 4+ pada struktur dasar
tetrahedral, atau Al3+ pada struktur oktahedral. Diameter dan besarnya muatan
(valensi) kation pengganti menentukan apakah ia dapat menempati struktur te-
trahedral atau oktahedral. Ukuran ionik kation sangat beragam dan ditentukan
oleh nomor atom dan tingkat ionisasinya. Diameter kation yang umum ditemu-
kan dalam struktur mineral liat disajikan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Diameter dan nisbah diameter kation terhadap O 2- (Rx/Ro) dan angka
koordinasi kation yang umum ditemukan pada mineral silikat (Hurlbut dan
Klein, 1977)

Ion Diameter (nm) Rx/Ro Angka koordinasi


O-2 0,140 - -
F- 0,133 - -
Cl- 0,181 - -
Si4+ 0,039 0,278 4
Al3+ 0,051 0,364 4, 6
Fe3+ 0,064 0,457 6
Mg2+ 0,066 0,471 6
Ti4+ 0,068 0,486 6
Fe2+ 0,074 0,529 6
Mn2+ 0,080 0,571 6
Na+ 0,097 0,693 8
Ca2+ 0,099 0,707 8
K+ 0,133 0,950 8 - 12
Ba2+ 0,134 0,957 8 - 12
Rb+ 0,147 1,050 8 - 12

Ruang di bagian tengah struktur tetrahedral lebih sempit dibandingkan pada


struktur oktahedral (liahat Gambar 4.2). Diameter kation yang dapat masuk ke
dalam struktur tertrahedral yang dapat menggantikan Si 4+ tanpa mendesak ion

J. Priyono
KIMIA TANAH 47

O2- yang terletak pada sudut struktur tetrahedral, lebih kecil daripada yang dapat
masuk ke dalam struktur oktahedral menggantikan Al 3+ (Schulze, 1989). Menu-
rut Hurlbut dan Klein (1977), kation yang dapat menggantikan Si 4+ dalam struk-
tur tetrahedral harus mempunyai diameter maksimum 0,414 x diameter O 2-
(Rx/Ro < 0,414), sedangkan untuk dapat menggantikan Al 3+ dalam struktur okta-
hedral harus mempunyai diameter maksimum 0,732 x diameter O 2- (Rx/Ro <
0,732. Berdasarkan hasil perhitungan itu, kation yang dapat menggantikan Si 4+
dalam struktur tetrahedral hanya Al3+, sedangkan kation yang dapat mengganti-
kan Al3+ dalam struktur oktahedral adalah Fe 3+, Ti4+ Mg2+, Mn2+, Fe2+, Ca2+, dan
Na+. Ion Al3+ dapat masuk ke struktur tetrahedral maupun oktahedral, karena
mempunyai nilai Rx/Ro sebesar 0,364, mendekati nilai batas terendah (0,414).
Ionisasi gugus fungsional pada permukaan mineral liat, mineral amorf (ok-
sida/hidroksida dari logam polivalen), dan koloid organik, dapat menghasilkan
kelebihan muatan listrik yang besarnya mudah dipengaruhi oleh pH, sehingga
disebut ‘muatan tergantung pH’ (pH-dependent charge). Kelebihan muatan
yang dihasilkan melalui proses ini dapat positif maupun negatif, tergantung pa-
da tingkat kemasaman di sekitar koloid itu. Perubahan ‘muatan tergantung pH’
pada pinggir patahan mineral kaolinit dan gugus karboksil koloid organik ma-
sing-masing diilustrasikan pada Gambar 4.1.
Dalam kondisi masam, dimana (H+) > (OH-), reaksi bergerak ke kiri, se-
hingga terjadi penambahan muatan positif atau penurunan muatan negatif pada
gugus hidroksil di pinggiran kristal liat (Gambar 4.1.(a) atau gugus fungsional
koloid organik (Gambar 4.1.(b)). Sebaliknya, dalam keadaan basa, dimana (H +)
< (OH-), reaksi bergerak ke kanan dan terjadi penambahan muatan negatif. Jadi,
peningkatan pH tanah umumnya akan meningkatkan muatan negatifnya
sehingga meningkatkan kemampuan koloid itu untuk menjerap kation.

a. Perubahan muatan pada gugus hidroksil di permukaan mineral liat


OH OH OH
/ / /
Si Si Si
\ \ \
OH+1/2 OH+1/2 + H+ + 2OH- O-1/2 + 2H2O
/ / J. Priyono
/
Al H+1/2 Al Al
\ / \ \
OH OH-1/2 OH-1/2
KIMIA TANAH 48

⇋ ⇋

Muatan +1 Muatan 0 Muatan -1


pH makin tinggi

b. Perubahan muatan pada gugus fungsional koloid organik

-COOH2+ -COOH -COO-


Koloid Koloid Koloid
Orgnik-H3COOH2+⇋ 3H+ +OrganikH3COOH + 3OH-⇋ Organik-H3COO-

+ 3H2O
-OH2+ -OH -O-

Muatan +3 Muatan 0 Muatan -3


pH makin tinggi

Gambar 4.1. Ilustrasi terjadinya perubahan muatan pada koloid tanah yang dise-
babkan oleh terjadinya perubahan pH tanah.

4.2. Koloid Anorganik


Koloid anorganik tanah dapat berupa mineral primer dan sekunder kristalin
maupun non kristalin (amorfus). Mineral kristalin mempunyai bentuk kerangka
struktur yang khas dan mendifraksikan sinar x secara jelas dan khas pula. Seba-
liknya, mineral amorf mempunyai bentuk struktur sembarang (tidak khas) dan
mendifraksikan sinar x dengan intensitas yang sangat rendah dan tidak jelas.
Dalam bab ini hanya akan dibahas mineral liat (clay) yang merupakan mineral
kristalin, dan beberapa mineral amorfus. Mineral primer telah banyak dibahas
dalam mata kuliah geologi dan mineralogi atau agrogeologi. Khusus mineral

J. Priyono
KIMIA TANAH 49

‘mika’ yang termasuk mineral primer dibahas dalam buku ini sebagai pemban-
ding untuk tipe liat 2:1.

4.2.1. Mineral Liat (clay)


Mineral liat tersusun dari dua jenis unit struktur dasar, yaitu struktur tetra-
hedral yang terdiri atas satu ion Si 4+ dikelilingi oleh 4 ion oksigen (O2-), dan
struktur oktahedral yang terdiri atas satu ion Al 3+ dikelilingi oleh 6 ion oksigen
(O2-) atau/dan hidroksil (OH-) seperti tampak pada Gambar 4.2. Berdasarkan
cara penyusunan kedua struktur dasar tersebut, mineral liat dikelompokan men-
jadi tiga tipe, yaitu (1) mineral liat tipe 1:1, (2) tipe 2:1, dan (3) tipe 2:1:1.



○◘ ○
○ ● ○



○ O /OH
2- -
●Si 4+
◘ Al3+

Gambar 4.2. Struktur dasar tetrahedral (kiri) dan oktahedral (kanan)

Mineral Liat Tipe 1:1. Mineral tipe ini tersusun dari satu lapisan struktur
(kisi) oktahedral dan satu lapisan struktur tetrahedral. Ion O 2- pada ujung tetra-
hedral digunakan bersama oleh struktur oktahedral membentuk satu unit mine-
ral liat 1:1. Contoh mineral liat tipe 1:1 adalah kaolinit dan haloisit. Struktur
kaolinit dan haloisit secara skematik disajikan pada Gambar 4.3.
Kaolinit mempunyai rumus kimia ideal Al 2Si2O5(OH)4. Kation Al3+ berada
dalam struktur oktahedral dan Si4+ dalam struktur tetrahedral. Dua kisi 1:1 (te-
trahedral - oktahedral) dihubungkan dengan ikatan kovalen (elektrostatik le-
mah) antara gugus hidroksil pada oktahedral kisi pertama dengan oksigen pada
tetrahedral kisi kedua. Kumpulan dari banyak ikatan kovalen itu menghasilkan
ikatan kimia yang begitu kuat sehingga menghasilkan ruang antar kisi 1:1 yang
sempit. Akibatnya, molekul air tidak mudah masuk ke ruang antar kisi, sehing-
ga kaolinit tidak mudah mengembang dan mengkerut.

J. Priyono
KIMIA TANAH 50

Kaolinit Haloisit

OH H2O

Tetrahedral Oktahedral

Gambar 4.3. Skema struktur kristal mineral liat tipe 1:1 (kaolinit dan haloisit)

Kaolinit merupakan mineral yang umum dijumpai terutama pada tanah


yang telah berkembang lanjut, misalnya Ultisol dan Oksisol. Diameter efektif
partikel tunggal kaolinit adalah 0,2 - 2,0 m. Permukaan efektifnya terbatas pa-
da bagian luar saja, berkisar antara 10.10 3 dan 20.103 m2. kg-. Substitusi isomor-
fik yang terjadi pada struktur tetrahedral maupun oktahedral sangat sedikit,
sehingga muatan tetap maupun kapasitas tukar kationnya (KTK) sangat rendah
(1 - 10 cmolc.kg-).
Haloisit (Al2Si2O5(OH)4.2H2O) mempunyai sifat yang sangat mirif dengan
kaolinit, tetapi dalam ruang antar unit struktur kristalnya terdapat molekul air.
Haloisit umumnya terdapat pada tanah yang terbentuk dari abu volkan atau
pada profil tanah bagian bawah (Allen dan Hajek, 1989).
Kaolinit dan haloisit dapat dibedakan melalui analisis dengan sinar X. Jarak
antara permukaan struktur tetrahedral dengan tetrahedral beikutnya dalam
dalam struktur mineral (biasa disebut d-spacing) kaolinit dan haloisit yang dije-
nuhi Mg2+ masing-masing adalah 1,0 dan 1,1 - 1,2 nm. Jika dijenuhi dengan K +,
d-spacing kedua mineral tersebut sama, yaitu 0,72 nm. Jika dipanaskan sampai
500o C, struktur kedua mineral tersebut hancur/tidak mendifraksikan sinar x.
Mineral Liat Tipe 2:1. Struktur mineral liat tipe 2:1 terdiri atas satu lapis-
an struktur dasar oktahedral diapit oleh dua lapisan struktur dasar tetrahedral

J. Priyono
KIMIA TANAH 51

(Gambar 4.4.). Mineral liat tipe 2:1 yang umumnya dapat dijumpai dalam tanah
mineral adalah montmorilonit, vermikulit, dan mika.

Montmorilonit Vermikulit

Ca2+, Mg2+, K+, Na+ ⇋H2O (Mg(H2O)6) 2+

Tetrahedral Oktahedral

Gambar 4.4. Skema struktur kristal mineral liat tipe 2:1 (monmorilonit dan
vermikulit).

Montmorilonit, Mx(Al2-xMgx)Si4O10(OH)2, dimana M dan x masing-masing


adalah kation dapat tertukar dan jumlah mol Mg 2+ yang menggantikan Al3+
(substitusi isomorfik) pada struktur dasar oktahedral. Montmorilonit merupakan
mineral yang mempunyai sifat unik. Nilai KTK dan sifat mengembang – meng-
kerutnya tinggi, serta permukaan efektifnya sangat luas, sehingga mineral mont-
morilonit sangat reaktif.
Substitusi isomorfik umumnya terjadi pada struktur dasar oktahedral, dima-
na sebagian Al3+ digantikan oleh Mg2+. Proses itu menghasilkan kelebihan mu-
atan negatif antara -0,25 sampai -0,6 per setengah sel montmorilonit. Kelebihan
muatan yang relatif kecil tersebut menyebabkan ikatan antar kisi 2:1 montmori-
lonit agak lemah. Kelebihan mutan itu dinetralisir oleh kation dapat tertukarkan
(M) yang berperan sebagai jembatan penghubung dua kisi 2:1. Ikatan yang
lemah itu juga menyebabkan H2O dapat keluar – masuk ruang antar kisi 2:1.

J. Priyono
KIMIA TANAH 52

Pada musim hujan, montmorilonit mengembang, sedangkan pada musim


kemarau terjadi penguapan H2O yang berada di ruang antar kisi kristal sehingga
mengkerut. Pengerutan ke arah horisontal maupun vertikal dapat menyebabkan
terjadinya retakan tanah cukup lebar (> 5 cm) sampai kedalaman > 50 cm.
Kapasitas tukar kation montmorilonit adalah 80 - 120 cmol c.kg-. Kisaran
nilai tersebut relatif tetap meskipun terjadi perubahan pH tanah yang cukup ta-
jam. Pada saat mengembang (musim hujan), luas permukaan efektifya 600.10 3 -
800. 103 m2.kg-. Sifat koloidal, adhesi - kohesi, plastisitas, dan mengembang -
mengkerut yang tinggi pada montmorilonit berkaitan dengan diameter efektif
yang kecil (0,01 - 1 μm), permukaan efektif yang luas, dan karakteristik ruang
antar kisi 2 : 1 seperti yang telah dijelaskan di atas.
Mineral liat yang tergolong tipe 2:1 lainnya adalah vermikulit. Vermikulit
terbentuk dari mineral mika yang telah mengalami pelapukan secara hidroter-
mal yang intensif. Dalam proses pelapukan itu, ion K + pada ruang antar kisi 2:1
mika digantikan oleh kation Mg(H2O)62+ yang bersifat dapat tertukarkan. Rumus
kimia setengah sel vermikulit adalah [Mg(H 2O)6]2/n[(Mg,Fe2+)3(Si4-n,Aln)O10
(OH)2].
Substitusi isomorfik pada vermikulit terjadi dalam struktur tetrahedral mau-
pun oktahedral, menghasilkan kelebihan muatan negatif -0,6 sampai -0,9 per se-
tengah sel. Karena kelebihan muatan yang tinggi itu, ikatan antar kisi 2:1 sangat
kuat dengan jembatan penghubung Mg(H2O)62+. Ikatan yang kuat itu menyebab-
kan sifat mengembang - mengkerut pada vermikulit kurang intensif dibanding-
kan dengan yang terjadi pada montmorilonit.
Kapasitas tukar kation vermikulit berkisar antara 120 sampai 150 cmol c.kg-.
Jika dijenuhi dengan K+ atau NH4+, luas permukaan efektif vermikulit berkisar
antara 600.103 sampai 800. 103 m2. kg-. Vermikulit umumnya dominan pada ta-
nah yang mengalami perkembangan tingkat awal sampai sedang. Pelapukan
intensif yang terjadi pada vermikulit umumnya menghasilkan mineral sekunder
kaolinit.
Contoh lain mineral tipe 2:1 adalah mika (Gambar 4.5). Mineral ini dapat
ditemukan di hampir semua jenis tanah mineral. Mika termasuk mineral primer,

J. Priyono
KIMIA TANAH 53

salah satu komponen penyusun batuan volkanik atau metamorfik. Struktur


mineral mika mirif dengan vermikulit. Perbedaannya hanya terdapat pada kati-
on penghubung antar kisi 2:1. Pada mineral mika, antar kisi tersebut dihubung-
kan oleh K+, sedangkan pada vermikulit dihubungkan oleh Mg(H2O)62+.
Pada unit struktur tetrahedral mika, seperempat bagian Si 4+ digantikan oleh
Al3+. Substitusi itu menghasilkan kelebihan muatan negatif pada kisi 2:1 mika
sebesar -1,0. Kelebihan muatan negatif tersebut umumnya diimbangi oleh K +
yang menempati ruang antar kisi 2:1. Rumus kimia setengah sel mika adalah
KAl2(AlSi3)O10(OH)2.
Ion K+ yang berada di antara dua kisi 2:1 terikat sangat kuat dan hampir ti-
dak dapat tertukarkan oleh kation lain. Oleh sebab itu, meskipun kelebihan mu-
atan dari substitusi isomorfik cukup besar, KTK mika hanya 20 - 40 cmol c. kg-
dan luas permukaan efektifnya 70.103 - 120.103 m2 kg- (Bohn et al., 1985).
Terdapat beberapa spesies mika yang dibedakan merdasarkan komposisi ki-
mia struktur kristalnya. Perbedaan komposisi kimia itu terjadi selama proses
pembentukan mineral. Misalnya, ion Fe 2+ dan Fe3+ dapat menggantikan posisi
Mg2+ atau Al3+ dalam unit struktur dasar oktahedral; Na+ dan Ca2+ mengganti-
kan sebagian K+ dalam ruang antar kisi 2:1. Mineral yang termasuk kelompok
mika antara lain muskovit [K(Si 3Al)Al2O10(OH)2], margarit [Ca(Si 2Al2)Al2O10
(OH)2], dan biotit [K(Si3Al)(Mg,Fe2+)3O10(OH)2] (Fanning et al., 1989).

Mineral Liat Tipe 2:1:1. Mineral liat tipe 2:1:1 dicirikan oleh dua kisi 2:1
bermuatan negatif yang mengapit brusit ([AlMg 2(OH)6]2+ ) (Gambar 4.5). Cara
penyusunan seperti itu menyebabkan sifat mengembang – mengkerut mineral
2:1:1 sangat terbatas, serta luas permukaan efektif dan KTK-nya rendah. Con-
toh mineral liat tipe 2:1:1 adalah klorit dengan rumus umum setengah selnya
[(AlMg2(OH)6)x(Mg3(Si4-xAlx)O10(OH)2)]. Posisi Si4+ pada tetrahedral ditempati
oleh Mg2+, sedangkan sebagian Al 4+ pada struktur dasar oktahedral ditempati
oleh Si+3. Luas permukaan efektif klorit berkisar antara 70.10 3 sampai 150.103
m2 kg-, sedangkan KTK-nya berkisar antara 10 sampai 40 cmol c kg- .

J. Priyono
KIMIA TANAH 54

Mika Klorit

K+ K+ K+ K+ K+ K+ AlMg2(OH)6) 2+(brusit)

Tetrahedral Oktahedral

Gambar 4.5. Skema struktur kristal mineral mika dan klorit.

4.2.2. Mineral Amorfus


Mineral amorfus adalah mineral non kristalin atau tingkat kristalisasinya le-
mah, sehingga tidak menghasilkan difraksi secara khas jika dianalisis dengan x-
ray. Dalam banyak literatur, mineral amorfus sering disebutkan pula sebagai
mineral pernik (accessory minerals) atau mineral imbuhan, karena kuantitasnya
di dalam tanah relatif kecil. Meskipun demikian, mineral amorfus tersebut
mampu memberikan ciri tegas dan khas pada kenampakan tanah secara kese-
luruhan. Yang termasuk dalam kelompok mineral amorfus tersebut antara lain
oksida/dan hidroksida Fe, Al, Mn, dan Ti.
Tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut, misalnya Ultisol dan
Oksisol, umumnya mengandung banyak oksida dan hidroksida Fe dan Al (he-
matit (Fe2O3) dan geotit (Fe2O3.nH2O) atau alofan). Mineral amorfus tersebut
memberikan warna tanah yang khas, coklat kemerahan sampai kuning kemerah-
an. Kisaran warna tersebut dipengaruhi oleh tingkat hidrasinya. Makin rendah
tingkat hidrasinya (sedikit molekul air yang terikat), umumnya warna mineral
tersebut makin cerah/terang.
Campuran mineral amorf alumino - silikat, yaitu Al 2O3, Fe2O3, dan SiO2, di-
sebut alofan. Mineral itu terutama terbentuk dari bahan induk abu volkanik.

J. Priyono
KIMIA TANAH 55

Alofan mempunyai KTK sangat beragam (10 sampai 150 cmol c. kg-) karena
muatan negatifnya tidak tetap (tergantung pH). Makin tinggi pH tanah/mineral
tersebut, makin tinggi nilai KTK-nya. Luas permukaan efektif alofan juga sa-
ngat beragam, 70.103 - 300.103 m2. kg-, dipengaruhi pula oleh pH dan tingkat
kristalisasinya.

4.3. Koloid Organik


Partikel organik yang berukuran < 2  disebut koloid organik, sebagian be-
sar merupakan senyawa kompleks organik. Dalam ilmu tanah, kompleks orga-
nik yang bersifat koloidal dan sulit terurai disebut humus.
Koloid organik bersifat amorf, mempunyai luas permukaan efektif dan
KTK jauh lebih tinggi daripada mineral liat silikat. Luas permukaan efektif se-
kitar 900.103 m2.kg- dan KTK 150 - 300 cmol c. kg-. Kelebihan muatan listrik
pada koloid organik berasal dari hasil pelepasan atau pengikatan proton (H +) pa-
da gugus fungsionalnya, sehingga quantitas muatan listirk itu sangat tergantung
pada pH (lihat Gambar 4.1. b). Pengikatan proton menghasilkan muatan positif,
sedangkan pelepasan proton menghasilkan mutan negatif. Gugus fungsional pa-
da koloid organik terutama adalah karboksil (-COOH), hidroksil (-OH), penolik
(-C6H4OH), dan amin (-NH2). Ionisasi gugus fungsional tersebut dapat mengha-
silkan 85 sampai 90 persen dari total muatan negatif humus tanah.
Meskipun kuantitasnya dalam tanah mineral relatif kecil (umumnya < 5 %
C-organik), koloid organik mempunyai peran sangat penting dalam menentukan
sifat fisik dan kimia tanah tersebut. Karena mempunyai muatan positif maupun
negatif, koloid organik dapat berperan sebagai jembatan pengikat/perekat antar
butir primer partikel tanah, sehingga dapat terbentuk struktur granular yang
sangat ideal untuk pertumbuhan tanaman non padi.
Karena muatannya itu pula, koloid organik dalam tanah sangat mempenga-
ruhi reaktivitas tanah secara keseluruhan. Misalnya yang berkaitan dengan nilai
KTK dan kemampuan tanah menjerap kation maupun anion, sehingga tanah
yang mengandung koloid organik tinggi akan terhidar dari proses pelindihan
unsur hara yang intensif.

J. Priyono
KIMIA TANAH 56

Pada Gambar 4.6 disajikan grafik yang menjelaskan sumbangan koloid or-
ganik dalam menentukan intensitas pengaruh perubahan pH tanah terhadap nilai
KTK. Sumbangan bahan (koloid) organik terhadap KTK tanah sangat tinggi.
Peningkatan muatan negatif yang disebabkan oleh peningkatan pH pada koloid
organik, lebih tajam daripada yang terjadi pada mineral liat silikat. Hal itu dika-
renakan koloid organik mengandung lebih banyak gugus fungsional daripada
mineral liat silikat. Jika terjadi ionisasi akibat peningkatan pH, maka peningkat-
an muatan negatif pada koloid organik jauh lebih tinggi daripada yang terjadi
pada mineral liat. Selain itu, proses ionisasi pada liat silikat hanya terjadi pada
gugus hidroksil di pinggiran kristal yang kuantitasnya relatif kecil dibandingkan
pada koloid organik.

250

200
KTK (cmol c kg )
-

150

100
Mineral liat
50

0
2 3 4 5 6 7 8 9
pH
Gambar 4.6. Pengaruh bahan (koloid) organik terhadap hubungan antara pH
dengan KTK 60 tanah Wisconsin (digambar berdasarkan data dari Helling et
al., 1964)

4.6. Titik Muatan Nol (Point of Zero Charge)


Titik muatan nol (TMN) tanah ialah nilai pH tanah pada saat total muatan
listriknya nol, atau total muatan positif sama dengan muatan negatifnya. Nilai
TMN dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kesuburan tanah.

J. Priyono
KIMIA TANAH 57

Tanah mineral yang telah mengalami proses pelapukan/pelindihan sangat


intensif kehilangan berbagai kation basa. Pelapukan intensif terhadap mineral
primer dalam tanah akan menyebabkan tanah kehilangan berbagai macam kati-
on basa dan menyisakan mineral-mineral yang tahan terhadap pelapukan (resis-
ten). Mineral resisten itu umumnya berupa amorfus oksida/dan hidroksida Al,
Si, dan Fe. Dominasi mineral amorfus tersebut makin tinggi dengan makin tua/
intensifnya proses pelapukan dan pelindihan tanah tersebut. Seperti telah diba-
has sebelumnya, oksida dan hidroksida Al, Fe, Mn, dan Si mempunyai kelebih-
an muatan listrik atau KTK yang sangat tergantung pada pH. Pada pH rendah,
muatan negatif mineral itu menurun (menjadi lebih positif), sedangkan pada pH
tinggi muatan negatifnya bertambah (lebih negatif).
Besarnya perubahan muatan itu tergantung pada persentase mineral yang
muatannya tergantung pH (pH dependent charge mineral). Oleh sebab itu, ka-
dar mineral itu dalam tanah menentukan jumlah larutan asam yang harus dibe-
rikan ke tanah tersebut untuk mengubah muatan tanah (yang semula negatif)
menjadi nol. Pemberian larutan asam itu akan menurunkan pH tanah. Jumlah
asam yang diberikan untuk mengubah muatan tanah menjadi nol menentukan
nilai TMN.
Misalnya tanah A kaya mineral amorfus, maka muatan listriknya sangat
sensitif terhadap perubahan pH. Sebaliknya, tanah B yang sedikit mengandung
mineral amorfus, tetapi kaya mineral primer dan sekunder tipe 2:1 atau 2:1:1
yang muatannya tidak tergantung pH, besarnya muatan listriknya tidak sensitif
terhadap perubahan pH. Untuk mengubah muatan listrik tanah A (yang semula
negatif) menjadi bermuatan nol, diperlukan sedikit larutan asam (sedikit penu-
runan pH tanah), sedangkan untuk tanah B memerlukan penurunan pH tanah
yang tajam, atau penambahan larutan asam yang banyak. Karena penambahan
larutan asam pada tanah A < pada tanah B, maka pada saat muatan tanah A
maupun B sama dengan nol, pH tanah A > pH tanah B. Dengan kata lain, TMN
tanah A > TMN tanah B.
Dari uraian tersebut jelas bahwa tanah-tanah yang telah terdegradasi/terla-
puk intensif, fraksi halusnya didominasi oleh mineral-mineral resisten terhadap
pelapukan, antara lain mineral amorfus oksida/dan hidroksida Al, Fe, Si, dan

J. Priyono
KIMIA TANAH 58

tanah ini mempunyai nilai TMN tinggi. Sebaliknya, tanah-tanah yang masih
muda, kaya mineral primer dan sekunder yang muatan listriknya tak tergantung
pH (misalnya mika, montmorilonit, dan vermikulit, klorit), mempunyai nilai
TMN rendah, relatif lebih subur daripada tanah A. Jadi, tanah yang TMN-nya
tinggi relatif kurang subur dibandingkan dengan tanah yang TMN-nya rendah.
McBride (1989) telah mengumpulkan nilai TMN untuk beberapa mineral
dari berbagai literatur, dan disitir dalam Tabel 4.2. Tampak pada tabel tersebut
bahwa nilai TMN setiap mineral berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan
oleh sifat kation penyusun masing-masing oksida/hidroksidanya, yaitu diameter
dan muatannya (valensi kation). Menurut Parks (1967), hubungan antara TMN
dengan sifat-sifat kation itu adalah TMN = 18,6 - 11,5(Z/r). Simbol Z adalah
muatan kation dan r adalah total diameter kation dan oksigen. Muatan kation
menentukan kekuatan ikatan antara kation itu dengan hidroksida pada gugus
fungsional mineral, sedangkan diameter logam menentukan jumlah molekul
H2O atau OH- yang dapat diikat oleh kation itu. Makin tinggi muatan kation da-
lam mineral tersebut, makin rendah nilai TMN; dan makin kecil diameter kation
tersebut, makin tinggi TMN mineral yang terbentuk dari kation/logam itu.

Tabel 4.2. Nilai TMN beberapa mineral yang umum dijumpai pada tanah mine-
ral (data dikumpulkan oleh McBride, 1989 dari berbagai literatur)

Mineral TMN Metode penetapan *)


-AlOOH 9,3 - 10,4 ME
-FeOOH 9,0/7,7 ME/T
-Fe2O3 8,5 T
Alofan:
SiO2/Al2O3 = 1,10 6,9 JAK
SiO2/Al2O3 = 1,34 6,5 JAK
SiO2/Al2O3 = 1,67 5,5 JAK
SiO2 2-3 -
Mn(II) manganit ~1,8 ME
-MnO2 ~1,5 ME
*) ME = mobilitas elektroforetik, T = titrasi dengan asam dan basa,
JAK = jerapan anion dan kation

J. Priyono
KIMIA TANAH 59

Sebagai contoh, perhatikan nilai TMN untuk -AlOOH dan -FeOOH da-
lam Tabel 4.2. Ion logam Al 3+ dan Fe3+ dalam mineral itu mempunyai muatan
yang sama, tetapi diameter Al 3+ (0,051 nm) lebih besar daripada Fe 3+ (0,064
nm). Jika nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus Parks (1967), maka TMN
untuk -AlOOH akan lebih tinggi daripada untuk -FeOOH. Jadi, nilai TMN
suatu tanah tergantung pada kuantitas dan kualitas mineral penyusunnya, khu-
susnya mineral yang bersifat koloidal (< 2 μm). Nilai TMN mineral tersebut sa-
ngat ditentukan oleh logam penyusunnya yang bertanggung jawab terhadap
mudah-tidaknya proses protonisasi/deprotonisasi berlangsung pada gugus fung-
sional pada senyawa yang terbentuk dari logam itu.

4.5. Ringkasan
Koloid tanah (zarah anorganik dan organik tanah < 2 μm) merupakan fase
padatan tanah yang paling reaktif dan sangat menentukan sifat fisik maupun
kimia tanah. Rekativitas itu berkaitan dengan permukaan efektifnya yang luas
dan bermuatan listrik (kelebihan mutan negatif maupun positif). Kelebihan mu-
atan listrik tersebut dihasilkan dari proses substitusi isomorfik/dan ionisasi gu-
gus fungsional.
Substitusi isomorfik adalah proses penggantian posisi kation pada strutur
dasar tetrahedral atau oktahedral oleh kation lain yang ukuran ioniknya tidak ja-
uh berbeda, tetapi muatannya lebih rendah. Proses itu menghasilkan kelebihan
muatan negatif permanen. Muatan yang dihasilkan dari proses ionisasi gugus
fungsional dipengaruhi oleh pH (pH-dependent charges). Makin tinggi pH sua-
tu mineral/tanah, makin tinggi kelebihan mutan negatif mineral/ tanah tersebut.
Koloid anorganik dalam fraksi liat tanah mineral terdiri atas mineral liat
silikat (clay) yang bersifat kristalin, dan mineral amorfus (non kristalin). Mine-
ral liat tersusun dari dua struktur dasar, yaitu struktur tetrahedral dan
oktahedral. Satu unit struktur dasar tetrahedral terdiri atas satu atom Si 4+ yang
dikelilingi oleh 4 atom oksigen/dan hidroksida, sedangkan satu unit oktahedral
terdiri atas satu atom Al 3+ dikelilingi oleh 6 atom oksigen/dan hidroksida.
Berdasarkan cara penyusunan kisi struktur dasar tersebut, mineral liat dapat

J. Priyono
KIMIA TANAH 60

menjadi beberapa ti-pe, yaitu tipe 1:1, 2:1, dan 2:1:1. Contoh masing-masing
tipe mineral liat beser-ta sifat utamanya diringkas dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Tipe dan beberapa sifat penting mineral liat silikat (clay)

Sifat Nama Mineral


Kaolinit Haloisit Montmorilonit Vermikulit Mika Klorit
Tipe dan 1 : 1 1 : 1 2 : 1 2 : 1 2 : 1 2 : 1 : 1
Struktur* TO-TO TO-TO TOT-TOT TOT-TOT TOT-TOT TOT-TOT
[AlMg2
R.Kimia Al2Si2O5 Al2Si2O5 Mgx(Al2-xMgx) [Mg(H2O)6]2/n KAl2(Al (OH)6]x
(OH)4 (OH)4.2H2O Si4O10(OH)3 [(MgFe2+)(Si4-n Si3)O10 [Mg3(Si4-
Aln)O10(OH)2 (OH)2 xAlx)O10
(OH)2]

Ion antar kisi -O- -O- Mx (kation tertu- Mg(H2O)6 K+ [AlMg2


karkan) (OH)6]x
KTK 1 - 10 1 - 10 80 - 120 120 - 150 20 - 40 10 - 40
(cmolc kg-)

Perm. Efektif 10 - 20 10 - 20 600 - 800 600 - 800 70 - 120 70 - 150


(103 m2 kg-)

Subs. Isomorfik ≈0 ≈0 -0,25 s/d -0,6 -0,6 s/d -0,9 -1,0 -2,0

Mengembang- tidak tidak Sangat tinggi sedang tidak tidak


mengkerut
* TO= tetrahedral – oktahedral; TOT = tetrahedral – oktahedral – tetrahedral

Koloid anorganik lain adalah mineral amorfus (non kristalin), misalnya he-
matit (Fe2O3) dan geotit (Fe2O3.nH2O) atau alofan (kompleks Al 2O3, Fe2O3, dan
SiO2). Meskipun kuantitasnya relatif kecil dibanding mineral liat kristalin, mi-
neral amorfus mampu memberikan ciri kenampakan yang khas dan tegas, ter-
utama pada tanah yang telah berkembang lanjut. Mineral itu mempunyai KTK
dan luas permukaan efektif yang beragam, tergantung pada pH di sekitarnya
dan tingkat kristalisasinya.
Koloid organik (humus) mempunyai peran penting dalam menentukan sifat
fisiko-kimia tanah. Gugus fungsinonal pada koloid organik berperan sebagai
sumber utama muatan negatif, jumlahnya lebih banyak dibandingkan pada kolo-
id anorganik. Hal itu menyebabkan muatan pada koloid organik sangat tergan-

J. Priyono
KIMIA TANAH 61

tung pH dan umumnya total muatan listriknya lebih tinggi dibandingkan pada
koloid anorganik.
Kualitas (kesuburan) relatif tanah dapat diprediksi dengan mengukur nilai
titik muatan nol (TMN), yaitu nilai pH tanah pada saat total muatan listriknya
nol (total muatan positif = negatif). Tanah dengan nilai TMN rendah, mengan-
dung sedikit mineral amorf, relatif lebih subur daripada tanah dengan nilai
TMN tinggi.

4.6. Soal Latihan


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan koloid tanah, dan mengapa partikel
tersebut merupakan fase tanah yang paling reaktif.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan substitusi isomorfik, struktur dasar
mineral liat (tetrahedral dan oktahedral), muatan tetap (permanent
charges), dan muatan tergantung pH (pH-dependent charges).
3. Hitunglah kelebihan muatan pada mineral berikut dan tentukan kompo-
sisi kation pada struktur tetrahedral dan oktahedralnya:
a. Al2.05Si0.95O5(OH)4
b. Al2.15Si0.85O5(OH)4. 2H2O
c. (Al1.75 Mg0.25)Si4O10(OH)2
d. (Al1.75 Mg0.25)Si3.5Al0.5O10(OH)2
4. Substitusi isomorfik pada struktur tetrahedral umumnya hanya terjadi
penggantian posisi Si4+ oleh Al3+, tetapi bukan oleh Ca 2+ atau Mg2+.
Demikian halnya substitusi isomorfik pada struktur oktahedral, posisi
Al3+ hanya dapat digantikan oleh Ca 2+ atau Mg2+, tidak oleh Si4+. Beri-
lah penjelasan tentang keunikan tersebut.
5. Jelaskan perbedaan utama distribusi tapak jerapan bermuatan negatif
yang mampu mengikat kation dapat tertukarkan pada montmorilonit
dan vermikulit.
6. Jelaskan peran penting koloid organik dan amorfus dalam menentukan
sifat tanah secara keseluruhan.

J. Priyono
KIMIA TANAH 62

7. Tanah di daerah tropika basah yang telah berkembang umumnya ber-


warna coklat - kuning kemerahan. Mineral-mineral apa yang menye-
babkan warna tanah seperti itu?
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan titik muatan nol (TMN).
9. Jika TMN tanah A dan B berturut-turut 4,8 dan 5,2. Tanah mana yang
relatif lebih subur? Beri penjelasan ringkas jawaban anda.

J. Priyono

Anda mungkin juga menyukai