Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

DOKTER INTERNSHIP

HERNIA INGUINALIS
LATERALIS

Disusun Oleh :

Nama : dr. Butet Desniar Gultom

Wahana: RS Bakti Timah Karimun

Periode: September – Desember 2021

Dokter Pembimbing :

dr. Tri Sarjana Sp.B FISA

dr. Harry Ananda

RUMAH BAKTI TIMAH KARIMUN


KABUPATEN KARIMUN
2021
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal November 2021 di Wahana RS Bakti Timah Karimun telah
dipresentasikan portofolio oleh :
Nama : dr. Butet Desniar Gultom
Kasus : Hernia Inguinalis Lateralis
Topik : Bedah
Nama Pendamping : dr. Harry Ananda
Nama Pembimbing : dr. Tri Sarjana, Sp.B FISA
Nama Wahana : RS Bakti Timah Karimun

No Nama Peserta Tanda tangan

1 1.

2 2.

3 3.

4 4.

5 5.

6 6.

7 7.

8 8.

9 9.

10 10.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pembimbing Dokter Pendamping

dr. Butet Desniar Gultom dr. Tri Sarjana Sp.B FISA dr. Harry Ananda
Nama Peserta : dr. Butet Desniar Gutom
Nama Wahana : RS Bakti Timah Karimun
Topik : Ilmu Bedah
Tanggal (kasus) : Oktober 2021
Nama Pasien : Tn. Sub(Laki-laki) No. RM :
Tanggal Presentasi : November 2021 Nama Pendamping :
dr. Tri Sarjana Sp.B FISA

Tempat Presentasi : RS Bakti Timah Karimun


Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa


Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tn. Sub 57 tahun datang ke poli bedah RS Bhakti Timah Karimun dengan keluhan nyeri pada
benjolan di selangkangan kanan. Menurut pengakuan pasien benjolan muncul pertama kali 5
tahun SMRS. Awalnya benjolan hanya sebesar bola pingpong dan masih dapat keluar masuk.
Keluar apabila os mengedan dan batuk saja. Namun os mengeluh sekarang benjolan semakin
besar dan terasa nyeri. Nyeri terasa terus menerus dan semakin memberat apabila pasien batuk
dan bersin. Pasien mengaku tidak ada keluhan BAB. Frekuensi BAB 1x sehari darah dan
lendir disangkal. BAK normal tidak ada keluhan. Pasien mengaku bekerja sebagai buruh
bangunan selama 15 tahun.

Tujuan :
 Untuk menegakkan diagnosis
 Manajemen penatalaksanaan
Bahan bahasan Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi & diskusi Email Pos

Data Pasien: Nama: Tn. Sub Nomor Registrasi: 082445


Nama RS: RS Bakti Timah Karimun Terdaftar sejak : Oktober 2021
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Tn. Sub 57 tahun datang ke poli bedah RS Bhakti Timah Karimun dengan keluhan nyeri
pada benjolan di selangkangan kanan. Menurut pengakuan pasien benjolan muncul
pertama kali 5 tahun SMRS. Awalnya benjolan hanya sebesar bola pingpong dan masih
dapat keluar masuk. Keluar apabila os mengedan dan batuk saja. Namun os mengeluh
sekarang benjolan semakin besar dan terasa nyeri. Nyeri terasa terus menerus dan semakin
memberat apabila pasien batuk dan bersin. Pasien mengaku tidak ada keluhan BAB.
Frekuensi BAB 1x sehari darah dan lendir disangkal. BAK normal tidak ada keluhan.
Pasien mengaku bekerja sebagai buruh bangunan selama 15 tahun.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat penyakit saluran kemih prostat, dan infeksi lainnya disangkal
3. Riwayat Keluarga
Riwayat sakit dengan keluhan yang sama disangkal
Riwayat hipertensi, DM disangkal
4. Riwayat pekerjaan dan pendidikan

Riwayat bekerja sebagai buruh bangunan 13 tahun di Malaysia dan 2 tahun di Indonesia.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: pasien tampak biasa
b. Kesadaran: compos mentis
c. Tanda vital:
 Tekanan darah: 134/73 mmHg
 Nadi: 90 x/menit
 Respirasi: 20 x/menit
 Suhu : 36,5 0C
d. Kepala: Normocephali
e. Mata: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
f. Leher: Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar
g. Thoraks: simetris, retraksi (-)
h. Paru: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
i. Jantung: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
j. Abdomen: perut mencembung, bising usus (+) dalam batas normal
k. Ekstremitas: akral hangat, capillary refill <2”
Edema (-/-/-/-)
l. Genitalia:
Inspeksi : skrotum : sewarna kulit hiperemis (-) panas (-), Asimetris skrotum
dextra&sinistra. Massa(+) skrotum dextra konsistensi lunak tidak terfiksir dan
benjolan masih dapat direposisi. D : 6-7cm. Transluminasi (-).

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Darah rutin (27/10/2021)
Hemoglobin : 15,3 (N: 9,9-13,6)
Hematokrit : 44,1 (N: 38-47)
Leukosit : 6300 (N: 4000-10.000)
Trombosit : 192000 (N: 150.000-400.000)
Eritrosit : 4,8x106 (N: 4,1-5,1x106)
MCV : 91,2 (N: 80-96)
MCH : 31,6 (N: 28-33)
MCHC : 34,6 (N: 33-36)
GDS : 123 mg/dL
Fungsi ginjal (27/10/2021)

Ureum : 27 (<50)
Creatinin : 0,7 (0,9-1,3)

7. Follow up
Tanggal Follow up Terapi
27-10- S : Benjolan (+), nyeri di
- IVFD RL 20 tpm
2021 skrotum(+), mual(-), muntah (-)
- Inj. Ceftriaxone 2x1g
O : KU : Biasa
- Inj. Ketorolac 3x1
TD : 134/73mmHg
HR : 88x/menit - Inj. Asam Tranexamat
R : 18x/menit 3x500mg
T : 36,60C - Inj. Ranitidine 2x1
A : Hernia Inguinalis lateralis - Pasang DC post op
dextra - Puasa
- Rencana op hernia repair

28-10- S : Benjolan (-), Nyeri post op (+), - IVFD RL 20 tpm


2021 BAB (-) Flatus (+) BAK (+) - Inj. Ceftriaxone 2x1g
kuning - Inj. Ketorolac 3x1 Inj. Asam
O : KU : lemah Tranexamat 3x500mg
TD : 110/80 mmHg - Inj. Ranitidine 2x1
HR : 90x/menit
- Aff DC
RR : 20x/menit
T : 37,50C
A : Post op Hernia Inguinalis
Lateralis dextra

29-10- S : Nyeri post op berkurang, BAB


- Pulang
2021 (+), Flatus (+), BAK (+) kuning
- Cefadroxil 2x500mg
O : KU : sedang
TD : 130/90 mmHg - Asam mefenamat 3x500mg
HR : 84x/menit
- Ranitidine 2x1
RR : 20x/menit
T : 36,40C
A : Post op Hernia Inguinalis
lateralis Dextra

Daftar Pustaka:
1.
.

Hasil Pembelajaran :
a. Definisi Hernia Inguinalis Lateralis
b. Etiologi Hernia Inguinalis Lateralis
c. Patofisiologi Hernia Inguinalis Lateralis
d. Klasifikasi Hernia Inguinalis Lateralis
e. Diagnosis Hernia Inguinalis Lateralis
f. Penatalaksanaan Hernia Inguinalis Lateralis
g. Prognosis

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


1. Subyektif
Tn. Sub 57 tahun datang ke poli bedah RS Bhakti Timah Karimun dengan keluhan nyeri
pada benjolan pada selangkangan kanan. Menurut pengakuan pasien benjolan muncul
pertama kali 5 tahun SMRS. Awalnya benjolan hanya sebesar bola pingpong dan masih dapat
keluar masuk. Keluar apabila os mengedan dan batuk saja. Namun os mengeluh sekarang
benjolan semakin besar dan terasa nyeri. Nyeri terasa terus menerus dan semakin memberat
apabila pasien batuk dan bersin. Pasien mengaku tidak ada keluhan BAB. BAK normal tidak
ada keluhan.Frekuensi BAB 1x sehari darah dan lendir disangkal. Pasien mengaku bekerja
sebagai buruh bangunan selama 15 tahun.
2. Obyektif

Pemeriksaan fisik didapatkan :


keadaan umum : tampak Biasa, CM
Tekanan darah: 134/73 mmHg
Nadi: 88 x/menit
Respirasi: 18x/menit
Suhu : 36,60C
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan pada skrotum dextra massa tidak
terfiksir. Diameter 7 hingga 8 cm.
3. Assessment

Definisi Hernia Inguinalis Lateralis


Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak
praperitoneum, melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut. Hernia inguinalis
lateralis adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di daerah inguinal sebelah
lateral pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua
pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis
akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Onset hernia ini dapat terjadi pada saat bayi
ataupun dewasa.

Etiologi, Faktor risiko, dan Epidemiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia
dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.
Hal ini sesuai dengan literatur dimana menurut Schwartz’s dalam bukunya menerangkan
kejadian hernia inguinalis lebih banyak pada pria dibandingkan wanita dengan
perbandingan 9:1. Hal ini di tunjang oleh penelitian di RSUP Prof. Dr. Kandou Manado
periode 2012-2014 laki-laki merupakan mayoritas penderita hernia inguinalis lateralis
yaitu sebanyak 99.3% (4) . Dari data tersebut menerangkan bahwa laki-laki cenderung
lebih beresiko terkena hernia inguinalis karena beberapa faktor yaitu seperti struktur
anatomi kanalis ingunalis pada pria lebih lebar daripada wanita. Selain itu intensitas
pekerjaan pada laki-laki lebih berat daripada wanita (3).

Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di


anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat
mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
struktur otot oblikus internus abdominalis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan fascia transversalis kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang
umumnya hampir tidak terdapat otot. Gangguan mekanisme ini menyebabkan terjadinya
hernia. Faktor yang dipandang berperan adanya prossesus vaginalis yang terbuka,
peningkatan tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena
factor usia.

Testis turun mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus, kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun, sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya
beberapa persen. Tidak sampai 10% anak penderita prosesus vaginalis paten mengidap
hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten
kontralateral, tetapi insidens hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan bahwa
prosesus vaginalis paten bukan merupakan penyebab tunggal hernia, tetapi diperlukan
faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar. Tekanan intraabdomen yang
meningkat secara kronik, seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites,
sering disertai hernia inguinalis.

Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan
terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Kejadian hernia
bilateral pada anak perempuan dibandingkan laki-laki kira-kira sama (10%) walaupun
frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.

Insidensi hernia akan meningkat dengan bertambahnya umur mungkin disebabkan


oleh meningkatnya penyakit yang membuat tekanan intraabdomen meninggi dan
berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Ketika dinding otot berelaksasi, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu, tekanan intraabdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke
dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan nervus iloinguinalis dan nervus iliofemoralis setelah apendektomi.

Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia
skrotalis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat di reposisi, atas dasar
tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui
anulus eksternus.
Patofisiologi
A. Kongenital

Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad
ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen
yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis adalah
evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculum
bilateral. Pada pria testis awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis
akan turun melewati kanalis inguinalis ke skrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum.
Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga, angka kejadian hernia
inguinalis lateralis pada pria lebih sering terjadi pada sisi kanan daripada pada sisi kiri.
B. Aquisata

Biasanya terjadi pada orang usia lanjut, pada orang usia lanjut otot dinding rongga
perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, usia organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, makan pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang
kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan dan sebagainya. Kanal yang sudah
tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akibat terdorongnya
sesuatu jaringan tubuh yang keluar melalui defek tersebut.

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara
isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Terjadinya penekanan terhadap cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Timbulnua edema bila terjadi obstruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena terjepit
melainkan terputar. Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik,
abses. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara
lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.
Klasifikasi
Klasifikasi hernia inguinalis yaitu terdiri dari hernia inguinalis indirek dan hernia
inguinalis direk. Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, diduga
mempunyai penyebab kongenital. Kantong hernia merupakan sisa prosesus vaginalis
peritonei sebuah kantong peritoneum yang menonjol keluar, yang pada janin berperan
dalam pembentukan kanalis inguinalis. Oleh karena itu kantong hernia masuk ke dalam
kanalis inguinalis internus yang terletak di. Sebelah lateral vasa. Epigastrika inferior,
menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus. Lateral dari arteri dan vena epigastrika inferior. Hernia ini lebih. Sering
dijumpai pada sisi kanan. Hernia inguinalis indirek dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Merupakan sisa prosessus vaginalis dan oleh karena itu bersifat kongenital.
 Angka kejadian hernia indirek lebih banyak dibandingkan hernia inguinalis
direk.
 Hernia indirek. Lebih sering pada pria daripada wanita.
 Hernia indirek lebih sering pada sisi. Kanan.
 Sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
 Kantong hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui anulus inguinalis
profundus dan lateral terhadap arteri dan vena epigastrika inferior.
 Kantong hernia dapat meluas melalui anulus inguinalis superficialis, terletak
di atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum.
 Kantong hernia dapat meluas kea rah bawah ke dalam kantong skrotum atau
labium majus.
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis. Hernia ini melalui
dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi
segitiga Hasselbach.Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian
bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan
kelemahan otot dinding abdomen.
Menurut sifatnya hernia juga terbagi 3 yaitu hernia reponibel, ireponibel,
inkarserata dan strangulata. Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus
keluar ketika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi ketika berbaring atau
bila didorong masuk ke dalam perut.
Selama Hernia masih reponibel, tidak
ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidank dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Biasanya disebabkan oleh perlengketan isi kantong kepada peritoneum
kantong hernia. Sedangkan hernia inkarserata apabila isi hernia terjepit olh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia
strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi.
Diagnosis
A. Anamnesis Riwayat Penyakit
 Pembengkakan di daerah inguinal yang semakin membesar secara perlahan-lahan.
 Di awal pembengkakan hilang pada posisi berbaring dan bertambah besar dengan
mengejan berjalan. Selanjutnya, hernia ini tidak dapat di reduksi (sebagai akibat adhesi)
 Riwayat nyeri tertarik menandakan adanya omentococele. Hal ini dikarenakan omentum
melekat pada lambung diatas dan diinervasi oleh t10, nyeri dijalarkan ke daerah pusar.
 Adanya nyeri hebat dan mendadak pada hernia, muntah dan tidak dapat direduksi
menandakan adanya hernia obstruktif atau inkarserasi.
 Riwayat batuk kronis, konstipasi, kesulitan kencing sebaiknya ditanyakan. Jika ada, hal
ini memberi kesan kearah penyebab hernia.
 Terpotongnya nervus ilioinguinalis selama apendiktomi dapat menyebabkan denervasi
serabut transversus abdominis, yang membentuk cincin yang berbentuk ‘U’, yang
mengakibatkan kelemahan dinding abdomen.
B. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Pemeriksaan inspeksi dilakukan pada posisi berdiri. Kedua sisi sebaiknya diperiksa.

Palpasi
 Temuan saat inspeksi perlu dikonfirmasikan.
 Pembengkakan bersifat lunak, dan “mendenguk” (gurgle) teraba jika keadaan ini
adalah enterococele.
 Dapat teraba padat atau granular jika kelainan ini berupa omentococele.
 Suruh basien batuk: pada saat pasien batuk akan teraba impulse yang
mendorong pada pangkal skrotum. Selain hernia impuls yang terjadi saat
batuk bisa terjadi akibat. Meningokel, kista dermoid yang berhubungan
dengan intrakranial, laringococele, kista limfatik pada anak-anak, dan
empyema necessitatis.
 Meraba struktur di atas pembengkakan : sebaiknya dilakukan pada posisi
berdiri kecuali pada hemikomplit.

Pada pangkal skrotum, funikulus spermatikus di palpasi antara jari tangan dengan
ibu jari tangan. Pada kasus hernia indirek komplit, funikulus spermatikus tidak dapat
teraba karena funikulus tertutup di sebelah anterolateral oleh kantong hernia.
1. Dapat tidaknya direduksi : pasien disuruh berbaring
- Jika hernia menjadi lebih kecil atau tidak terlihat, kelainan ini adalah sebuah hernia
(hidrokel tidak dapat direduksi)
- Omentokel : pada mulanya reduksi mudah dilakukan tetapi selanjutnya menjadi sulit
( akibat adanya adhesi)
- Jika hernia sulit direduksi, pasien disuruh mereduksinya. Jikalau tidak, lakukan fleksi dan
rotasi medial sendi panggul dan coba reduksi, yaitu sebuah metode yang dikenal sebagai
taxis. Bila hernia tidak dapat direduksi keadaan ini dikenal dengan hernia ireponibel.
2. Pemeriksaan invaginasi. Ring eksterna
Pada pangkal skrotum, kulit dipungut dan diangkat ke atas dengan jari kelingking.
Selanjutnya diinvaginasi ke dalam ring eksternal. Pada saat ring eksterna diregangkan
pada hernia indirek, jari tangan bergerak ke arah belakang dan ramus superior tulang
pubis dapat teraba sebagai tulang yang tanpa penutup. Dengan menyuruh batuk, impulse
teraba pada pulpa jari tangan pada hernia direk dan ujung jari tangan pada hernia indirek.
3. Pemeriksaan oklusi ring interna

- Pertama kali pembengkakan direduksi. Ditentukan lokasi ring interna di atas titik
tengah antara spina iliaka anterior superior dan simfisis pubis. Ring interna dioklusi
dengan ibu jari tangan dan pasien disuruh batuk.

- Jika impuls dan pembengkakan didappatkan, kasus ini adalah sebuah hernia direk
karena hernia ini terjadi pada trigonum hasselbach (sebelah medial anulus inguinalis
profundus)

- Jika pembengkakan tidak terlihat, kasus ini adalah hernia indirek. Pemeriksaan oklusi
ring interna dapat dilakukan dengan pasien dalam posisi berdiri dan terlentang.
4. Pemeriksaan elevasi tungkai
Kelemahan otot-otot obliqus dimanifestasikan dengan benjola malgigne di atas setengah
medial ligamentum inguinalis
5. Metode Zieman : metode tiga jari
Pertahankan jari telunjuk pada ring interna, jari tengah pada dinding posterior di
atas dan sebelah lateral ring eksterna dan jari manis pada ring/cincin femoralis.. Sekarang
pasien disuruh batuk. Tergantung pada jenis hernia, impulse dapat teraba.Pemeriksaan
ini tidak diperlukan pada hernia indirek inkomplit atau komplit.
6. Pemeriksaan per rektal : sebaiknya dilakukan pada pasien usia tua untuk
mengesampingkan pembesaran prostat.
C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pasien hernia dengan strangulasi biasanya akan ditemukan leukositosis


dengan shift to the left. Pemeriksaan elektrolit, BUN dan kadar kratinin juga dilakukan
untuk mengetahui derajat dehidrasi yang mungkin timbul akibat muntah-muntah. Tes
Urinalisis juga dilakukan untuk menyingkirkan masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.


Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis. Pemeriksaan
ultrasound pada daerah ingunal dengan pasien pada posisi supine dan posisi berdiri
dengan manuver valsava dilaporkan memiliki senditifitas dan spesifsitas diagnosis
mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia
inkarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa
yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak
ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukan hernia inguinalis. CT scan dapat
digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator.

Penatalaksanaan
A. Prinsip pengobatan Operative pada Hernia inguinalis

Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga harus
memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis, obstruksi prostat, tumor
kolon, ascites)

B. Jenis-Jenis Operasi pada Hernia Inguinalis


Tujuan dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan kantong
peritoneal (pada hernia inguninalis indirek) dan. Untuk menutupi defek pada fasia di
dinding inguinal. Perbaikan tradisional di dekati jaringan asli menggunakan jahitan
permanen.
A. Herniotomi

Herniotomi adalah tindakan membuka. Kantong hernia, memasukkan kembali isi


kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong kantong hernia.
Herniotomi dilakukan pada anak-anak dikarenakan penyebabnya adalah proses.
Kongenital dimana prossesus vaginalis tidak menutup.
B. Herniorafi

Herniorafi adalah membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis. Herniorafi
dilakukan pada orang dewasa karena adanya kelemahan otot. Atau fasia dinding belakang
abdomen.
C. Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis.
Prognosis

Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden
terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pasca bedah
mendekati 1% dan reccurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden reccurent ditemukan
bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi.

Insidensi rekuren pada hernia inguinal setelah operasi pertama bervariasi dari 1% hingga
30% pada survei umumnya. Repair dengan premesh operasi primer mencapai 35% dari
angka rekurensi. Sedangkan operasi dengan perbaikan jaringan atau shouldice repair
angka rekurensi hanya 2.2%. Angka kejadian rekurensi pada operasi hernia dipengaruhi
beberapa faktor. Faktor yang berhubungan dengan operasi yaitu ketegangan jaringan,
infeksi dan bahan benang jahitan. Faktor yang kedua adalah dari kondisi umum pasien
yaitu merokok atau adanya batuk kronis, produksi kolagen, defisiensi vitamin,
penggunaan terapi steroid jangka panjang, hingga produksi growth factor dari penderita
sendiri akan mempengaruhi stimulasi angiogenesis dan produksi jaringan granulasi pada
perbaikan jaringan

Rencana

Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dari pasien ini didiagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra.

Pengobatan pada pasien ini yaitu dilakukan operasi berupa herniografi dan hernioplasty
dan dilakukan observasi pasca operasi dengan diberikan terapi pre dan post operasi yaitu
IVFD RL 20 tpm, Inj. Ceftriaxone 2x1gr, Inj. Asam Tranexamat 3x500mg, Inj. Ketorolac
2x1, Inj. Ranitidine 2x1.

Edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga bahwa pemahaman penyakit yang
diderita oleh pasien dapat berulang sewaktu-waktu apabila terdapat tekanan pada
intraabdominal. Terkait usia telah adanya kelemahan pada organ akan mempengaruhi
rekurensi serta penyembuhan jaringan pasca operasi. Perlunya kontrol atau pemeriksaan
berkala untuk mencegah keparahan penyakit apabila terjadinya rekurensi.

Anda mungkin juga menyukai