Anda di halaman 1dari 9

Artikel Geografi Pariwisata

Analisis SWOT Dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Nasional Way Kambas

Nur Halimah Silviatus Zahra

Offering A/200721639615

Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Malang

Abstract

As one of the basic needs that must be met, and getting a lot of support from various
international parties, such as the World Tourism Organization (WTO), the United Nations, and
even the World Bank, tourism is everything related to tourism, including the exploitation of
tourist objects and attractions, as well as business activities. -businesses related to the field. Way
Kambas National Park which is a center for elephant conservation as well as a tourist attraction
in Lampung Province. To support the sustainability of a tourist spot, an evaluation is needed so
that in the future, tourism objects will develop more and more. Currently, before evaluating and
making improvements to a tourism object, a SWOT analysis is carried out. This analysis has a
function to obtain information from the situation and its separation into internal issues (strengths
and weaknesses) and SWOT points which stands for Strengths (strengths) and Weaknesses
(weaknesses) of the internal environment Opportunities (opportunities) and Threats (threats) of
the external environment in business world (Rangkuti, 2014:20).

Keywords: Tourism, Way Kambas National Park, SWOT Analysis.

Abstrak

Sebagai salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, maka pariwisata mendapatkan banyak
dukungan dari berbagai pihak internasional, seperti World Tourism Organization (WTO), PBB,
bahkan Bank Dunia pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang
tersebut.Taman Nasional Way Kambas yang merupakan pusat konservasi gajah sekaligus
sebagai objek wisata yang berada di Provinsi Lampung. Untuk menunjang keberlangsungan
sebuah tempat wisata diperlukan adanya evaluasi agar kedepannya, objek wisata semakin
berkambang. Saat ini, sebelum melakukan evaluasi dan perbaikan yang akan dilakukan pada
sebuah objek pariwisata dilakukan analisis SWOT. Analisis ini memiliki fungsi untuk
mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal
(kekuatan dan kelemahan) dan pokok SWOT yang merupakan singkatan dari Strengths
(kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) lingkungan internal Opportunities (peluang) dan
Threats (ancaman) lingkungan eksternal dalam dunia bisnis (Rangkuti, 2014:20).

Kata Kunci: Pariwisata, Taman Nasional Way Kambas, Analisis SWOT.


Dalam hidup, selain bekerja manusia juga memiliki kebutuhan hidup untuk
menghilangkan lelah yang diakibatkan oleh aktivitas yang dilakukan manusia sehari-hari, seperti
bekerja, sekolah, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk
menghilangkan rasa lelah yaitu dengan berwisata atau berekreasi, dengan melakukan hal yang
baru diluar dari kegiatan yang biasa dilakukan. Sebagai salah satu kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi, maka pariwisata mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak internasional,
seperti World Tourism Organization (WTO), PBB, bahkan Bank Dunia. Jika dilihat dari
pengertiannya yang tercantum dalam UU No. 10 tahun 1990 telah dijelaskan mengenai
pengertian pariwisata yaitu, segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut.
Dalam pengertian lain menurut Herman V. Schulalard pariwisata merupakan sejumlah kegiatan,
utama yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung
berhubungan dengan datangnya, menatapnya, dan bergeraknya wisatawan dalam suatu kota,
daerah, ataupun Negara.
Sebuah tempat dapat dikategorikan sebagai tempat wisata apabila memenuhi
karakteristik objek wisata. Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1990 karakteristik objek wisata
adalah karakteristik spesifik dari segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
atau tujuan kunjungan wisatawan.
Provinsi Lampung merupakan sebuah provinsi yang berada di bagian paling selatan
Pulau Sumatera. Provinsi ini memiliki lokasi yang sangat strategis dan menjadi gerbang keluar
masuk manusia ataupun barang baik yang berasal dari Pulau Sumatera ataupun yang berasal dari
Pulau Jawa. Jika dilihat secara geografis, Provinsi Lampung terletak diantara 103° 40’- 105° 50’
Bujur Timur dan 6° 45’- 3° 45’ Lintang Selatan. Daerah ini memiliki wilayah yang berbatasan
langsung dengan Selat Sunda di bagian Selatan, Provinsi Sumatera Selatan di bagian utara, laut
jawa di sebelah timur, dan Provinsi Bengkulu di bagian barat. Di daerah ini terdapat sebuah
tempat yang dapat digunakan untuk berwisata yang juga mengandung unsur edukasi yaitu Taman
Nasional Way Kambas.
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Jika dilihat dari sejarahnya, pendirian
kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936 oleh seorang Resident
Lampung, Mr. Rookmaker, yang kemudian disusul dengan diterbitkannya surat keputusan
Gubernur Belanda pada tanggal 26 Januari 1937. Kemudian, setelah melewati beberapa kali
pergantian nama pada tanggal 13 Maret 1991 ditetapkan sebagai Taman Nasional Way Kambas,
yang dikelola oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas, yang kemudian pada
tanggal 13 Maret 1997 Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas ditetapkan
sebagai Taman Nasional Way Kambas yang kemudian menjadi pusat pelatihan gajah pertama di
Indonesia.
Jika dilihat secara geografis Taman Nasional Way Kambas terletak antara 40°37’-
50°16’ LS dan 105°33;-105°54’ BT. Taman Nasional ini berada di bagian tenggara Pulau
Sumatera yaitu di Provinsi Lampung tepatnya di Desa Kampung Baru, Kecamatan Labuhan
Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Taman Nasional Way Kambas memiliki
kawasan seluas kurang lebih 125,631.31 ha. Kawasan tersebut meliputi SPTN 1 Way Kanan,
SPTN II Bungur, SPTN III Kuala Penet. SPTN 1 Way Kanan berada di dataran rendah dengan
ketinggian 0-50 mdpl yang memiliki struktur geologi yang relatif muda. Selain itu pada STPN 1
Way Kanan terdapat lima vegetasi yaitu, vegetasi hutan mangrove, vegetasi hutan riparian,
vegetasi hutan pantai, vegetasi hutan rawa, dan vegetasi hutan dataran rendah.Wilayah SPTN
Bungur yang merupakan salah satu bagian dari pemangkuan kawasan TNWK didominasi oleh
lahan basah yang memiliki 7 tipe lahan basah daratan, yaitu: sungai dan aliran sungai permanen,
sungai dan aliran sungai musiman tidak beraturan, danau air payau, saline dan alkaline musiman
maupun permanen, semak rawa, dan hutan air tawar. Sedangkan pada SPTN III Kuala Penet
terletak di desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai. Kawasan SPTN III ini berada di
ujung selatan kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas yang memiliki luas 7.174,46 Ha.
Kawasan PTN III ini terdapat beberapa titik lokasi yang potensial untuk dijadikan tujuan wisata
alam, pendidikan, dan budaya.
Sebagai Taman Nasional yang terkenal dengan pusat konservasi gajahnya, Taman
Nasional Way Kambas memiliki wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan yaitu, atraksi
gajah, memandikan gajah, dan permainan sepakbola yang dilakukan oleh gajah. Selain itu,
wisata yang juga ada di wilayah Taman Nasional Way Kambas adalah Way Kanan Resort yang
meliputi, bird watching, jungle track, dan kuala kambas. Selain potensi alamnya, daya tarik dari
Taman Nasional Way Kambas terdapat pada aspek sosial budaya yang masih terjaga di wilayah
tersebut. Salah satu bentuk dari upaya pelestarian budaya yang juga menjadi salah satu daya tarik
wisatawan adalah dengan diadakannya festival Way Kambas yang dilaksanakan 1 tahun sekali.
Dalam festival tersebut terdapat berbagai acara yang dapat dinikmati oleh wisatawan, yaitu
pawai budaya, lomba tari melinting, pagelaran seni daerah, festival kuda lumping, lomba tari
bedana, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan lainnya.
Pada saat ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam pada tahun 1936 memiliki
tujuan untuk melindungi kawasan yang sangat kaya akan berbagai macam satwa liar, diantaranya
adalah tapir (Tapirus indicus), Gajah Sumatera, enam jenis perimata, rusa sambar, Kijang,
Harimau Sumatera, dan beruang madu. Akan tetapi dari banyaknya satwa tersebut, yang sampai
saat ini keberadaannya masih terjaga yang dikenal dengan The Big Five mammals yaitu tapir
(Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus), harimau Sumatera (Panthera
tigris), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatranus), dan beruang madu (Helarctos malayanus).

Sebagai sebuah objek wisata Taman Nasional Way Kambas telah memenuhi
karakteristik yang ada pada objek wisata yaitu, keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Dari karakteristik tersebut Taman Nasional Way Kambas telah memenuhi
sisi keunikan berupa keberadaan satwa seperti gajah sumatera, harimau sumatera, badak
sumatera, beruang madu, berbagai jenis primata, dan juga atraksi yang dilakukan oleh gajah-
gajah. Pada karakteristik lain yaitu berupa keindahan, Taman Nasional Way Kambas memiliki
ekosistem hutan yang bagus dengan berbagai macam jenis tanaman. Selain itu, diadakannya
acara Festival way kambas yang diselenggarakan setiap tahun menunjukkan bahwa di daerah
tersebut budaya yang masih sangat terjaga serta keramah tamahan penduduknya juga
mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menunjang keberlangsungan sebuah tempat
wisata diperlukan adanya evaluasi agar kedepannya, objek wisata semakin berkambang. Saat ini,
sebelum melakukan evaluasi dan perbaikan yang akan dilakukan pada sebuah objek pariwisata
dilakukan analisis SWOT. Analisis ini memiliki fungsi untuk mendapatkan informasi dari
analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan)
dan pokok SWOT yang merupakan singkatan dari Strengths (kekuatan) dan Weaknesses
(kelemahan) lingkungan internal Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) lingkungan
eksternal dalam dunia bisnis (Rangkuti, 2014:20). Analisis SWOT dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui metode strategi pengembangan dengan cara menganalisis .faktor
eksternal berupa peluang dan ancaman serta faktor internal berupa kekuatan dan
kelemahan.persoalan eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh Taman Nasional Way
Kambas.
METODE
Dalam penelitian ini metode yang digunakan berupa metode analisis deskriptif
kualitatif . Metode ini merupakan sebuah metode yang dilakukan dengan cara menganalisis,
menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan
sebagai hasil dari wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang terjadi di lapangan (I
Made Winarta:2006). Selain itu pada penelitian ini juga digunakan metode analisis SWOT.
Menurut Galavan (2014), analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat)
merupakan analisis untuk mendapatkan strategi yang berguna atau efektif yang diterapkan sesuai
pasar dan keadaan publik saat itu, peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dipakai untuk
mengetahui lingkungan luar atau eksternal kemudian kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) yang didapatkan melalui analisis dalam perusahaan atau internal.

PEMBAHASAN
Taman Nasional Way Kambas merupakan Taman Nasional yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi. Keanekaragaman hayati tersebut berupa flora maupun
fauna yang tersebar di kawasannya. Karena kawasan ini berada pada ketinggian 0-50 mdpl
membuat kawasan ini memiliki 4 ekosistem utama yaitu, ekosistem hutan hujan rendah,
ekosistem hutan hujan rawa, ekosistem mangrove dan ekosistem hutan pantai. Pada masing-
masing ekosistem tersebut terdapat berbagai macam flora maupun fauna. Kawasan ini juga
memiliki tipe ekosistem peralihan seperti ekosistem riparian yang terbentuk karena adanya
perubahan dari satu ekosistem ke ekosistem yang lain. Sebagai contoh adalah formasi vegetasi
dari daerah darat ke air. Pada kawasan ekosistem hutan hujan dataran rendah yang merupakan
kawasan yang berada paling tinggi diantara kawasan yang lain. Kawasan ini memiliki berbagai
macam jenis vegetasi, yaitu Meranti (Shorea sp), rengas (Gluta renghas), keruing
(Dipterocarpus spp), puspa (Schima wallichii) dan masih banyak jenis vegetasi lainnya. Selain
itu, kawasan ekosistem hutan hujan dataran rendah yang merupakan zona peralihan antara air
dan darat (riparia). Zona ini memiliki beberapa jenis vegetasi yaitu pusat dan beberapa jenis
tanaman merambat. Pada Ekosistem hutan yang berada di daerah pantai memiliki salah satu
penciri vegetasi berupa ketapang (Terminalia catappa) dan cemara laut (Casuarina
equisetifolia). Pada kawasan ekosistem yang terakhir yaitu ekosistem hutan mangrove atau
payau merupakan ekosistem yang menjadi kawasan yang mendukung keberlangsungan hidup
manusia. Selain itu, pada kawasan ini juga merupakan tempat hidup dan berkembang biak
berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya Kawasan ekosistem yang terakhir adalah
ekosistem hutan rawa yang tentunya memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi. Akan tetapi
pada kawasan ini juga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi seperti kantung semar,
palm merah, pandan, dan nibung.
Selain karena banyaknya keanekaragaman hayati, keberadaan tempat pelatihan gajah
pada taman nasional ini juga yang sebenarnya menjadi daya tarik utama. Disini, para
pengunjung dapat melihat berbagai macam aktivitas yang dapat dinikmati, yaitu memandikan,
berkeliling dengan menaiki gajah, melihat atraksi. berfoto dan juga berbagai macam kegiatan
lainnya yang dapat dilakukan juga bersama gajah. Selain gajah, pada Taman Nasional ini juga
terdapat berbagai macam satwa lainnya yang disebut dengan The Big Five mammals yaitu tapir
(Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus), harimau Sumatera
(Panthera tigris), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatranus), dan beruang madu (Helarctos
malayanus).Berdasarkan hal diatas kita dapat mengetahui kelebihan yang dimiliki oleh Taman
Nasional Way Kambas yang dapat menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk dapat
berkunjung.
Letak Taman Nasional Way Kambas yang cukup jauh dari pusat Kota Bandar
Lampung membuat kawasan ini kurang diminati oleh para pengunjung. Selain itu hal yang juga
membuat pengunjung enggan berkunjung ke Taman Nasional tersebut juga karena masih
minimnya fasilitas serta kurangnya spot-spot baru yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.
Karena, sebuah objek wisata akan tetap dikunjungi jika memiliki daya tarik yang lebih besar
dibandingkan dengan kelemahan yang ada. Karena seharusnya, Taman Nasional harus selalu
dijaga dan dilestarikan.
Kemajuan teknologi saat ini membuat masyarakat lebih mudah mendapatkan
informasi. Dalam hal ini, bidang pariwisata juga sangat membutuhkan teknologi sebagai sarana
untuk mendukung proses promosi untuk meningkatkan daya saing. Pada saat ini ekowisata
merupakan salah satu pariwisata yang sedang banyak digemari dikalangan masyarakat. Hal
tersebut mendorong pengelola wilayah Taman Nasional Way Kambas untuk dapat
mempromosikan kembali Desa ekowisata yang telah dimiliki oleh Taman Nasional ini. Selain
promosi, di era sekarang ini, keberadaan spot-spot foto yang menarik juga menjadi salah satu
daya tarik wisatawan. Karenanya, para pengelola juga harus dapat berpikir kreatif dengan
memanfaatkan peluang yang ada.
Karena letak Taman Nasional Way Kambas yang berbatasan langsung dengan
pemukiman penduduk membuat konflik antara manusia dan satwa sulit dihindari. Selain itu,
perluasan wilayah pertanian juga menjadi ancaman akan keberlangsungan ekosistem hutan yang
ada. Selain dari konflik antara manusia dan hewan kegiatan illegal seperti pencurian kayu,
pembakaran hutan, dan perburuan satwa merupakan salah satu penyebab kerusakan kawasan.
Selain daripada itu, kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997, 2007, dan 2011
menyebabkan sebagian besar dari wilayah TNWK rusak. Pencemaran air juga menjadi salah
satu ancaman yang nyata bagi Taman Nasional Way Kambas. Pencemaran air tersebut terjadi
karena Taman Nasional Way Kambas membuat Taman Nasional ini menjadi tempat
melintasnya berbagai macam material yang terbawa oleh air yang mengalir dari wilayah yang
berada diatasnya. Hal tersebut membuat air yang ada di kawasan Taman Nasional Way Kambas
menjadi tercemar. Padahal, air merupakan hal yang sangat vital bagi kelangsungan hidup satwa
yang ada.
Jika kita lihat secara langsung, masyarakat yang berada di lingkungan sekitar Taman
Nasional Way Kambas memiliki kondisi sosial yang cukup baik dengan masih terjaganya
budaya mereka. Selain itu, karena para masyarakat juga merasakan dampak baik dari adanya
TNWK maka para masyarakat diharuskan untuk senantiasa menjaga kelestarian dari ekosistem
yang dimilikinya.Oleh karena itu, para masyarakat yang berada di desa penyangga akan
mendapatkan penyuluhan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat yang ada di desa
penyangga. Dimana, pada periode 2016-2025 ditetapkan dua desa yaitu Desa Braja Harjosari
dan Rantau Jaya Udik II sebagai desa damping prioritas. Hal tersebut menyebabkan masyarakat
yang ada di desa tersebut untuk dapat mendukung Taman Nasional untuk mewujudkan visinya.
Dalam mewujudkan visi tersebut terdapat lima misi yang perlu dilakukan dengan kerjasama
yang dilakukan oleh pihak TNWK dan masyarakat setempat.
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) memberikan dampak positif terhadap
kondisi perekonomian masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari terbukanya kesempatan kerja
pada sektor non-pertanian terhadap masyarakat yang tinggal disekitar Taman Nasional.
Beberapa pekerjaan seperti pedagang, pengojek, dan pemandu wisata merupakan beberapa
pekerjaan yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat. Selain tiu, adanya upaya yang
dilakukan oleh masyarakat setempat untuk mempersiapkan kebutuhan wisatawan seperti
membangun akomodasi, restaurant, souvenir, dan lain-lain merupakan beberapa bentuk usaha
yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomiannya. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Ari Rakatama dengan judul Kontribusi Aktivitas Wisata Alam
Di Taman Nasional Way Kambas Terhadap Perekonomian Setempat didapatkan hasil berupa
tingkat kontribusi sebesar 21.74% dari hari kerja potensial. Dengan demikian, keberadaan
TNWK banyak memberikan kontribusi dengan diberikannya kesempatan kerja, membangkitkan
kewirausahaan, dan menumbuhkan perekonomian.
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan salah satu Taman Nasional yang
ada di Provinsi Lampung dan merupakan tempat pusat pelatihan gajah pertama yang ada di
Indonesia. Taman Nasional Way Kambas adalah taman nasional perlindungan gajah yang
terletak di daerah Lampung tepatnya di Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur, Indonesia.
Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Taman Nasional Way Kambas memiliki banyak sekali potensi yang dapat dikembangkan untuk
memajukan sektor pariwisata baik berupa potensi alam maupun sosial budayanya.
Perkembangan tersebut dapat dilihat semakin berkembangnya wahana wisata yang ada di
Taman Nasional tersebut. Dengan adanya Taman Nasional Way Kambas memberikan pengaruh
terhadap perkembangan objek pariwisata yang ada disekitarnya. Hal tersebut membuat
masyarakat bisa berpikir lebih kreatif untuk memanfaatkan potensi alam yang ada ataupun juga
memunculkan objek wisata baru. Objek wisata yang juga dapat dikunjungi ketika sedang
berwisata di sekitar wilayah Taman Nasional adalah sebagai berikut. Padang savana Desa Braja
Harjosari yang merupakan salah satu objek wisata yang memanfaatkan keadaan alamnya berupa
adanya rentang padang savana yang luas, Kawasan objek wisata ini memiliki jarak 18 km dari
Taman Nasional Way Kambas dan hanya dipisahkan oleh sungai Way Penet. Hal tersebut
memungkinkan pengunjung juga dapat melihat segerombolan gajah yang berada di TNWK
sedang mencari makan di rawa-rawa Taman Nasional. Walaupun begitu, karena gajah
merupakan hewan liar yang tidak bisa diprediksi kedatangannya, maka objek wisata ini
sebenarnya juga memiliki objek wisata lain yang menjadi daya tarik utama dari padang savana
ini. Hal yang dapat kita lakukan selain melihat gajah dari kejauhan adalah dengan menunggang
kuda. Pada tempat wisata ini, disediakan kuda untuk ditunggangi dengan rumput dan ilalang
yang sangat luas memberikan kesan kepada pengunjung seperti sedang berada di Sumba. Selain
menikmati keindahan padang savana dengan menunggang kuda, pada kawasan objek wisata ini
kita juga dapat menaiki perahu yang telah disediakan oleh pengelola untuk dapat menyusuri
sungai way penet. Karena pada dasarnya objek wisata ini berada bersebelahan dengan TNWK
membuat kawasan ini juga memiliki keragaman hayati yang tinggi. Ketika kita berkunjung ke
sebuah objek wisata di suatu daerah kurang lengkap rasanya jika kita tidak mencicipi kuliner
yang ada di wilayah tersebut. Kuliner lokal yang dapat dinikmati oleh pengunjung berupa
makanan khas seperti pindang ikan baung, gulai ikan lais dan lain lain, Oleh karena itu di objek
wisata ini telah memiliki daya tarik wisatawan berupa kearifan lokal yang masih sangat terjaga
yang didukung dengan keramah tamahan masyarakat setempat terhadap wisatawan.
Seiring berjalannya waktu, dengan didukung oleh semakin berkembangnya objek
wisata yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Way Kambas memberikan dampak positif
terhadap pembangunan wilayah yang ada disekitarnya. Hal tersebut dapat kita lihat dari semakin
meningkatnya perekonomian warga sekitar yang memanfaatkan keberadaan Taman Nasional
sebagai tempat untuk menjadi pundi-pundi rupiah dengan bekerja pada sektor non-pertanian
seperti pedagang, pengojek, dan pemandu wisata merupakan beberapa pekerjaan yang dapat
dilakukan oleh masyarakat setempat. Selain tiu, adanya upaya yang dilakukan oleh masyarakat
setempat untuk mempersiapkan kebutuhan wisatawan seperti membangun akomodasi,
restaurant, souvenir, dan lain-lain merupakan beberapa bentuk usaha yang dilakukan oleh
masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomiannya. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Ari Rakatama dengan judul Kontribusi Aktivitas Wisata Alam Di Taman Nasional Way
Kambas Terhadap Perekonomian Setempat didapatkan hasil berupa tingkat kontribusi sebesar
21.74% dari hari kerja potensial. Dengan demikian, keberadaan TNWK banyak memberikan
kontribusi dengan diberikannya kesempatan kerja, membangkitkan kewirausahaan, dan
menumbuhkan perekonomian.
Seiring dengan berjalannya waktu pengembangan Taman Nasional Way Kambas
lebih mengarah ke pengelolaan sumberdaya ekowisata. Taman Nasional ini memiliki ekosistem
hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar,
dan hutan pantai serta memiliki potensi wisata yang menarik. Dengan memiliki potensi-potensi
tersebut maka dapat dilakukan suatu pengembangan kegiatan ekowisata dengan upaya
pengelolaan sumberdaya ekowisata yang ada berdasarkan potensinya dan ditujukan untuk
memberikan daya tarik serta pengalaman bagi wisatawan. Dalam hal ini kawasan Pusat
Konservasi Gajah (PKG) menjadi lokasi Pengembangan Ekowisata yang dimaksud dapat
dilakukan dengan cara pembagian kawasan yang diperuntukkan bagi pengunjung, pengadaan
program interpretasi, pembuatan jalur sirkulasi pengunjung dan pembangunan fasilitas.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, kita dapat mengetahui Strength
(Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Threat (Ancaman). Kekuatan
yang dimiliki oleh Taman Nasional Way Kambas yaitu keanekaragaman hayati berupa flora dan
fauna. Sedangkan peluang yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi guna
menyebarkan informasi serta membuat kawasan ekowisata. Selain daripada itu, kelemahan yang
dimiliki berupa keberadaan lokasi yang kurang strategis serta minimnya fasilitas pendukung.
Hal yang dapat menjadi ancaman untuk keberlangsungan objek pariwisata ini berupa
pencemaran air dan juga konflik yang berlangsung antara manusia dan satwa yang ada di
kawasan Taman Nasional tersebut. Kini, pengelolaan pariwisata ada ditangan kita bersama
sebagai manusia untuk dapat menjaga dan melestarikan ekosistem yang telah ada. Selain itu,
pembentukan tim khusus untuk memantau, merawat, dan memberikan informasi terbaru
mengenai Taman Nasional Way Kambas serta kawasan ekowisata. Dalam hal ini, langkah yang
harus segera dilakukan adalah dengan memperbaiki kelemahan yang ada dengan menambah
fasilitas pendukung dengan membuat spot-spot baru. Selain itu, pengelola kawasan Taman
Nasional Way Kambas juga harus selalu memperhatikan kondisi air dan juga melakukan patrol
guna meminimalisir konflik yang terjadi antara satwa dan manusia. Untuk mendukung upaya-
upaya tersebut, maka harus dilakukan pemantauan dan penjagaan agar flora dan fauna yang ada
tetap terjaga agar Taman Nasional tetap memiliki daya tarik. Para pengelola juga dituntut untuk
dapat lebih mengembangkan kawasan ekowisata yang dimiliki oleh Taman Nasional Way
Kambas dan juga terus berupaya untuk mempromosikan tempat wisatanya.

DAFTAR RUJUKAN
Amalia, Aisyah. 2016. PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN DENGAN
PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DAN SWOT PADA PERUSAHAAN
POPSY TUBBY. Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis. Vol 1, No 3. Diakses pada
https://journal.uc.ac.id/index.php/performa/article/view/172/158 tanggal 10 Oktober
2021
Gumilang, Hernas; dkk. 2015.Pengembangan Kegiatan Ekowisata Di Taman Nasional Way
Kambas Provinsi Lampung. Jurnal Nusa Sylva. Vol 13 No 12. Diakses pada
https://media.neliti.com/media/publications/235985-pengembangan-kegiatan-ekowi
sata -di-taman-980b17dd.pdf tanggal 30 Oktober 2021.

Istianah, Nurul. 2018. Usaha Pengembangan Objek Wisata Taman Nasional Way Kambas
Terhadap Pendapatan Masyarakat. Jurusan Ekonomi Syar’ah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Metro Lampung. Diakses pada
https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/574/1/NURUL%20ISTIANAH%201310
774.pdf tanggal 17 Oktober 2021.
Way Kambas National Park. Diakses pada https://waykambas.org/ tanggal 10 Oktober 2021
Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. 2021. Taman Nasional Indonesia. Diakses pada
http://p3ejawa.menlhk.go.id tanggal 10 September 2021.
http://tfcasumatera.org/taman-nasional-way-kambas-benteng-terakhir-hidupan-liar/
https://waykambas.org/permasalahan-hidrologi/
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16405/05.2%20bab%202.pdf?se
quence=6&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai