Anda di halaman 1dari 5

Kandungan Hadits ketujuh, Kedelapan, dan Kesembilan dari

Kitab Hadits Arba’in Nawawi

Maulidatun Nabila1, Mighfaris Salamah2, Ghina S3, Ainul Azhar4, Eko P5


1,2,3,4,5
Pendidikan Agama Islam STAI Cirebon
maulidanabilah123@gmail.com1, Mighfaris703@gmail.com2, GhinaSopiya14@gmail.com3,
ainulazhar07@gmail.com4, Aaeko56@gmail.com5

Abstrak
Kitab Hadits Arba’in Nawawiyah merupakan kitab kumpulan hadis yang tidak asing lagi bagi umat Islam di
Indonesia, bahkan umat Islam seluruh dunia. Meski jumlah hadis yang tertera dalam kitab ini bukan empat puluh
hadis melainkan dalam kitab ini disebut empat puluh dua hadis. Hal ini karena orang Arab memang biasa tidak
menyertakan bilangan pecahan dan hanya menyebut bilangan puluhan, mereka menyebut arba’in (empat puluh)
meski jumlah lebih satu atau dua bilangan. Kitab yang menurut penulis sangat “fenomenal” ini menarik perhatian
untuk dilakukan penelitian serta kandungan hadits yang ada didalamnya. Data primer dan skunder karya Imam
An-Nawawi dan ulama lainnya menjadi sumber analisis dalam penelitian ini.

Kata Kunsi : Kandungan Hadits , Imam an-Nawawi, al-Arba‘³n an-Nawawiyyah

1 PENDAHULUAN

Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al Qur’an dalam melakukan aktivitas bagi umat
Islam. Keberadaan hadits merupakan realitas nyata dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al
Qur’an, karena hadits merupakan penjelasan dari apa yang belum jelas dan praktek dari ajaran dalam
Al Qur’an. Hadits juga berisi risalah yang dibawa Rosulullah.
Seperti halnya Al Qur’an yang memiliki komponen seperti ayat, juz, surat dll, hadits pun memiliki
komponen dan unsur berupa sanad, matan dan rawi. Sanad adalah jalan yang dapat menyambungkan
matan hadits kepada Nabi Muhammad SAW. Matan sendiri berarti kalam atau materi atau isi dari
hadits dan rawi berarti orang yang menyampaikan, menulis atau meriwayatkan sebuah hadits.
Sedangkan macam-macam hadits terdiri dari sedikitnya tiga macam yaitu hadits shohih yang
merupakan hadits dengan sanad bersambung, diriwayatkan oleh orang-orang adil dan dhabit, serta
tidak syadz dan tidak cacat. Hadits hasan yaitu hadits yang sanadnya bersambung dari awal hingga
akhir, para perawinya bersifat adil namun kedhabitannya belum mencapai derajat shohih dan hadits
dha’if yakni hadits yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh syarat hadits shohih.
Ada banyak kitab yang berisi kumpulan hadits-hadits shohih seperti Riyadus Sholihin, Shohih
Bukhari dan Muslim dan Hadits Arba’in. Syarah Arbain An Nawawiyah oleh Asy Syaikh Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin adalah salah satu yang paling banyak dipakai sebagai rujukan dalam mencari hadits
tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Di dalam hadits arbain, ada banyak materi ringan dan berat yang dibahas seperti hadits tentang
niat, hadits tentang Islam, Iman dan Ihsan, halah dan haram, hadits tentang malu, hadits tentang
mengambil yang mudah dan meninggalkan yang susah, hingga hadits mengenai batasan-batasan
Allah dll. Hal inilah yang melatar belakangi kami untuk memaparkan penjelasan dan kandungan hadits
yang ketujuh, kedelapan dan kesembilan dari kitab Arba’in Nawawi yang sangat penting untuk
diketahui dan dikaji oleh masyarakat muslim

2 BAHAN DAN METODE

Data primer dan skunder karya Imam An-Nawawi dan ulama lainnya menjadi sumber analisis
dalam penelitian ini.

Dalam kitab Al-Arba‘in An-Nawawiyyah Imam Nawawi mengumpulkan empat puluh dua
hadis dengan tidak menyebutkan secara lengkap sanad-sanadnya; guna mempermudah menghafal
dan lebih luas manfaatnya. Dan bagi kita sebagai umat disarankan untuk mengambil, mempelajari
dan menghafal hadis-hadis tersebut, karena memiliki komprehensivitas dalam kehidupan agama dan
akhirat, ketaatan dan urusan duniawi.

Paling tidak ada beberapa alasan perlunya membahas kitab Al-Arba‘in An-Nawawiyah , salah
satunya, sebagian besar isinya mencakup segala urusan dan kebutuhan umat Islam di dunia dan di
akhirat baik dari aqidah, hukum, syariah, muamalah dan akhlak yang juga merupakan kumpulan
hadis-hadis nabi pilihan, dan Merupakan jawami’ul kalim yang memiliki keutamaan dalam
pembahasan yang singkat dan padat serta hadisnya merupakan satu kesatuan yang menjadi cakupan
ajaran Islam (Iman, Islam dan Ihsan), baik setengahnya, atau sepertiganya atau seperempatnya.

Mengingat masalah ini merupakan suatu topik yang menarik untuk diteliti, dari sinilah timbul
pertanyaan yang terpendam di benak penulis bagaimana sejarah Imam Nawawi menulis kitab Al-
Arba‘in An-Nawawiyyah , bagaimana metode peyusunan kitab yang beliau lakukan dan bagaimana
sistematika uraian kitab Al-Arba‘in An-Nawawiyyah dan apa saja langkah-langkah yang ditempuh
dalam memilih hadis-hadis yang beliau jadikan sebuah kitab (buku) dalam kitab Al-Arba‘in An-
Nawawiyyah . Karena perkara ini sangat bagus dan penting untuk kita ketahui bersama. Terlebih
penting lagi kitab tersebut belum dibahas sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang tadi maka penulis berminat untuk membahas masalah ini
berbentuk penelitian dengan judul“ Manhaj Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Arba‘in
AnNawawiyyah (Kajian Filosofis dibalik Penulisan Kitab Hadis Al-Arba‘³n An-Nawawiyyah )”.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hadits Ketujuh:
Artinya : Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?”
Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum
muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim)
Kandungan Hadits :
Sebagaimana kata Al-Khatthabi rahimahullah, berkata
“Nasihat adalah kalimat ungkapan yang bermakna mewujudkan kebaikan kepada yang ditujukan
nasihat.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:219)
Nasihat bagi Allah adalah nasihat bagi agama-Nya, demikian pula dengan melaksanakan
perintah-perintah-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya, membenarkan berita-berita-Nya,
beribadah dan bertawakal kepada-Nya, melaksanakan syiar-syiar dan syari’at-syari’at Islam lainnya.
Nasihat bagi kitab-Nya adalah beriman bahwa ia adalah firman Allah, beriman pula bahwa
kitab itu memuat berita-berita yang benar, hukum-hukum yang adil, kisah-kisah yang bermanfaat,
dan wajib hukumnya untuk berhukum kepadanya dalam segenap urusan kita.
Nasihat bagi rasul-Nya yaitu dengan beriman kepadanya, dan beriman pula bahwa beliau
adalah rasul yang Allah utus kepada segenap makhluk, mencintai dan meneladani beliau,
mempercayai berita yang belaiu sampaikan, melaksanakan perintah-perintahnya, menjauhi
larangannya, dan membela agamanya.
Nasihat bagi para pemimpin kaum muslimin adalah menasihati mereka, yakni: menjelaskan
kebenaran, tidak meresahkan mereka, sabar terhadap apa-apa yang telah diperbuat oleh mereka,
baik berupa hal-hal yang menyakitkan atau yang lainnya, yaitu berupa hak-hak mereka yang dikenal,
membantu dan menolong mereka dalam perkaraperkara yang hukumnya wajib untuk dibantu,
seperti: mengusir musuh dan semisalnya.
Nasihat bagi kaum muslimin pada umumnya, yaitu bagi seluruh kaum muslimin, yaitu menyampaikan
nasihat kepada mereka dengan berdakwah kepada Allah, melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar,
mengajarkan kebaikan kepada mereka, dan lain-lainnya. Dengan hal-hal itu, maka jadilah agama ini
nasihat, dan yang pertama kali masuk dalam komunitas muslimin adalah diri orang itu sendiri,
maksudnya seseorang hendaknya menasihati dirinya sendiri.

Hadits Kedelapan :
Artinya : Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berkah untuk diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, akan terjagalah darah-
darah dan harta-harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka
diserahkan kepada Allah.”
Kandungan Hadits :
“Aku diperintahkan”, maksudnya adalah, bahwa Allahlah yang telah memerintah beliau, beliau tidak
menyebutkan subyeknya, karena hal itu telah dimaklumi, karena yang memerintahkan dan yang
melarang beliau hanyalah Allah.
“Memerangi manusia hingga mereka bersaksi”, ini berlaku umum, akan tetapi hadits ini telah
dikhususkan oleh firman Allah subhanahu wata’ala
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tidak kepada hari akhir, tidak
mengharamkan perkara yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak memeluk agama yang
haq, yaitu orang-orang yang diberi Al Kitab hingga mereka membayar jizyah dengan patuh sedangkan
mereka dalam keadaan tunduk.”(At Taubah: 29).
Demikian pula hadits lainnya telah menyebutkan bahwa manusia diperangi hingga mereka masuk
Islam atau membayar jizyah / upeti.

Hadits Kesembilan :
Dari Abu Hurairah ‘Abdurrahman bin Shakr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku telah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Apa saja yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa
saja yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang telah
membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi perintah nabi-
nabi mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 7288 dan Muslim, no. 1337]
Kandungan Hadits :
Haditsnya secara lengkap dalam Shahih Muslim sebagai berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkhutbah di hadapan kami, lantas beliau mengatakan,
“Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan haji kepada kalian, maka berhajilah.”
Ada seseorang yang berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah haji tersebut setiap tahun?”
Beliau pun terdiam, sampai orang tadi bertanya sebanyak tiga kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun berkata, “Seandainya aku mengatakan iya (tiap tahun), tentu jadi wajiblah (tiap tahun
untuk berangkat haji) dan sungguh seperti itu kalian tentu tidak sanggup. Tinggalkanlah aku pada apa
yang aku tinggalkan bagi kalian. Ingatlah, sungguh binasanya orang-orang sebelum kalian. Mereka
binasa karena banyak bertanya dan karena menyelisihi perintah para nabi mereka. Jika aku
memerintahkan sesuatu, maka kerjakanlah semampu kalian dan jika aku melarang pada sesuatu,
maka tinggalkanlah.” (HR. Muslim, no. 1337)
Imam Nawawi rahimahullah menyampaikan judul Bab untuk hadits di atas “Kewajiban berhaji sekali
seumur hidup”. Laki-laki yang bertanya dalam hadits ini adalah Al-Aqra’ bin Habis sebagaimana
dijelaskan dalam riwayat lainnya. Yang dimaksud dengan orang sebelum kalian dalam hadits
sebenarnya bermakna umum, yaitu umat-umat sebelum kita. Namun paling dekat kita katakan bahwa
yang dimaksud adalah Yahudi dan Nashrani.

4 KESIMPULAN

yang diuraikan dalam pembahasan dapat kita simpulkan bahwa dalam hadits ketujuh dari kitab
Arba’in Nawawi menjelaskan tentang kewajiban sesama Muslim untuk saling menasihati. Ada
beberapa pengertian nasihat yang berbeda bergantuk konteks kepada siapa nasihat itu diberikan
diantaranya : 1) Nasihat untuk Allah diartikan beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya,
mematuhi segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. 2) Nasihat bagi kitab Allah, maknanya
beriman keagungan kalam Allah al-Qur’an, membaca, memahami dan mengamalkannya. 3) Nasihat
kepada Rasul-Nya, maknanya mengimani kebenarannya, patuh segala yang datang dari padanya dan
menghidupkan Sunah-sunahnya, 4) Nasihat terhadap para pimpinan umat Islam, artinya membantu
mereka dalam melaksanakan kebenaran, taat segala perintahnya dan memberikan masukan saran
secara sopan jika mereka menyimpang. 5) Nasihat kepada kaum muslimin semuanya, artinya
memberikan petunjuk dan bimbingan kepada mereka untuk kemaslahatan dunia dan akhirat serta
mencegah gangguan mereka.
Hadits kedelapan dari kitab Arba’in Nawawi menjelaskan tentang siapa saja yang berhak diperangi.
Bila dalam suatu peperangan pihak yang diperangi bersyahadat: mengakui Allah sebagai Tuhan dan
Nabi sebagai utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, maka mereka tidak boleh diperangi.
Harta dan darah mereka menjadi haram untuk direnggut. Harus diperlakukan secara benar sesuai
koridor Islam. Adapun masalah perhitungan mereka, mutlak urusan Allah. Tugas Nabi dan umatnya
hanyalah berdakwah dan menjalankan perintah Allah.
Hadits yang kesembilan dari kitab Arba’in Nawawi menjelaskan tentang Menjauhi perselisihan karena
perselisihan adalah perbuatan tercela yang akan menghancurkan umat muslim.

5 DAFTAR PUSTAKA

Al-Huwaithi, Sayyid bin Ibrahim.Syarah Arba’in Nawawiyah : Kompilasi Empat Ulama Besar , terj.
Salafuddin. Solo: Pustaka Arafah, 2008.

Rahman, M. Tohir. Terjemah Hadis Arba in Annawawiyah . Surabaya: al-Hidayah, 2005

Zulheldi. “Eksistensi Sanad dalam Hadis,” dalam MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman , Vol.34,
No.2,2010

Al-Nawawi,Imam. Al-Hadits al-Arba’in al-Nawawiyah, Jakarta: Darul Haq

Anda mungkin juga menyukai