TEGAL
Disusun Oleh :
NIM : C1019013
Kelas : 3A
Di ruangan terdapat 2 orang murid terdiri dari siswa SMA dan siswi SMP yang
berkebutuhan khusus Tunawicara yang sedang belajar mata pelajaran bahasa
Indonesia dengan menyusun kalimat pertanyaan dengan benar.
Respon Anak : Siswa mengikuti pembelajaran dengan baik dan siswa siswi dapat
menyusun kalimat pertanyaan.
Melihat siswa belajar energy listrik pada siswa yang berkebutuhan khusus Tuna
Grahita sedang, untuk metode pembelajaran bukannhaya dengan tulisan saja tapi juga
dengan gambar agar siswa dapat lebih mudah untuk memahaminya, dan guru
memperkenalkan energy listrik di sekitar ruangan.
Respon anak: Siswa ikut aktif dalam pembelajaran, antusias, siswa dapat mengenali
energy listrik yang berada di dalam ruangan serta anak dapat menanggapi pertanyaan-
pertanyaan dari gurunya. Saat di ajak berkenalan anak dapat merespon dengan baik.
Terlihat siswa siswi sedang membuat kerajinan tangan dari ikat rambut yang disulap
menjadi gantungan kunci berbentuk beruang. Siswa di ruangan ini memiliki
keterbatasan tunarungu dan tuna gragita Untuk di kelas keterampilan siswa sudah
banyak membuat macam-macam kerajinan lainnya yang mereka buat yang dari
bahan barang bekas yang disulap menjadi tas yang terbuat dari plastik bekas minyak,
tali sepatu dijadikan bros, sedotan dijadikan gantungan kunci, serta banyak lagi
kerajinan yang di buat dari tangan ajaib anak di sana, yang kemudian kerajinan
tersebut dapat dipasarkan.
Respon Anak : Siswa antusias dalam membuat kerajinan serta dapat membuat
kerajinan dengan baik
Melihat siswi (Tunarung, tunawicara) sedang belajar menari tradisional yang dipandu
oleh ibu guru dengan telaten. Mereka sangat berenergi dan semnagat saat melakukan
menari. Mereka sangat fokot mengikuti intruksi dari gurunya.
Respon anak :Siswa ikut aktif dan antusias dalam belajar menari serta Nampak
percaya diri.
Anak berkebutuhan khusus atau ABK adalah anak yang secara signifikan berbeda dari
beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik, psikologis,
kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya
secara maksimal meliputi mereka yang tidak bisa melihat, mempunyai gangguan bicara, cacat
tubuh, retardasi mental, gangguan emosional serta anak anak yang berbakat dengan
intelegensi tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus karena memerlukan penanganan
yang teratih dari tenaga professional. Dengan demikian banyak yang memandang bahwa anak
yang tidak normal itu tidak bisa memiliki masa depan yang cerah. Melihat dari itu, perlu
diketahui bahwa anak berkebutuhan khusus harus memiliki dan mendapatkan pendidikan
yang khusus juga. Dengan tujuan agar anak bisa mencapai derajat yang sama dengan anak
yang di luar sana, selain itu agar anak besarnya nanti juga memiliki bekal untuk masa depan
yang sama dengan anak yang diluar sana yang normal pada umumnya.
Lampiran