Makalah Teknik Konseling Kel 1
Makalah Teknik Konseling Kel 1
Disusun Oleh:
Kelompok 1
2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk makalah.Tugas ini
dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu Teknik-teknik Konseling.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua khusus nya dalam hal mengenai Teori Konseling Psikoanalitik dan Behavioristik.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, apabila dalam tugas ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf sesungguhnya pengetahuan dan
pemahaman kami masih terbatas.
Kami juga sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca guna membangun dan
menyempurnakan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19
ii
BAB I
PENDAHAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai masalah yang dimiliki peserta didik khususnya secara psikis, tentu saja memiliki
penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun memerlukan ketepatan dalam
mengambil teknik yang digunakan seorang konselor. Namun tidak mungkin semua teknik
digunakan secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya penentuan teknik yang akan dipakai.
Teknik itu merupakan salah-satu cara konselor dalam melakukan proses pendekatan terhadap
konseli atau peserta didik berdasarkan sikap, masalah yang dihadapi, dan berbagai hal lainnya
yang harus dipahami para konselor atau psikolog secara teori untuk kemudian dipraktekkan di
lapangan.
Pendekatan konseling merupakan teori yang mendasari sesuatu kegiatan dan praktik
konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika kita mempunyai pemahaman berbagai
pendekatan atau teori-teori konseling, maka akan memudahkan kita dalam menentukan arah
proses konseling.
Dunia konseling memiliki berbagai macam pendekatan atau teknik yang dapat dijadikan
acuan dasar pada semua praktik konseling. Masing-masing teori dan teknik tentu saja
dikemukakan oleh ahli yang berbeda sehingga penerapan dari pendekatan yang digunakan juga
akan terlihat berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar konseling psikoanalitik dan behavioristik?
2. Pandangan teori konseling psikoanalitik dan behavioristic terhadap manusia?
3. Apa saja teknik konseling psikoanalitik dan behavioristic?
4. Apa saja tujuan dari konseling psikoanalatik dan behavioristic?
1
5. Bagaimana tahapan konseling psikoanalitik dan behavioristic?
6. Apa saja tujuan dari konseling psikoanalitik dan behavioristic?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar psikoanalitik dan behavioristic
2. Mengetahui pandangan konseling teori psikoanalitik dan behavioristic
3. Mengetahui teknik konseling psikoanalitik dan behavioristic
4. Mengetahui tujuan dari konseling psikoanalitik dan behavioristic
5. Mengetahui bagaimana tahapan dari konseling psikoanalitik dan behavioristik
6. Mengetahui tujuan dari konseling psikoanalitik dan behavioristik
D. Manfaat
Sebagai mahasiswa bimbingan dan konseling kita bisa mengetahui dan mendalami
mengenai teori konseling psikoanalitik dan behavioristic.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Psikoanalisis merupakan salah satu teori yang di perkenalkan oleh Sigmund Freud sebagai
tokoh utama yang mengembangkan teori ini. Psikoanalisis merupakan suatu metode
penyembuhan yang bersifat psikologis.
Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam
psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik,
kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis.
3
memainkan peranan sentral.[Pandangan Ini mempunyai relevensi praktis, karena dapat
digunakan dalam mengobati pasien-pasien yang mengalami gangguan-gangguan psikis. Tetapi
perlu dicatat pengunaan klinis psikoanalisa tidak merupakan perkembangan yang lebih lanjut
dikemudian hari. Frued tidak memulai dengan menyusun suatu ajaran. Teori psikonalisa lahir
dari praktek dan tidak sebaliknya. Psikoanalisa ditemukan dalam usaha menyembuhkan pasien-
pasien histeris. Baru kemudian Frued menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya
dibidang praktis. Frued sendiri beberapa kali menjelaskan arti istiah psikoanalisa, tetapi cara
menjelaskannya tidak selalu sama.
Salah satu cara yang terkenal adalah cara yang ada pada tahun 1923. Cara ini terdapat di
dalam suatu artikel yang ditulis sendiri oleh Frued dalam sebuah kamus ilmiah Jerman. Disitu ia
membedakan tiga arti psikonalisa. Pertama “psikonalisa” dipakai untuk menunjukkan suatu
metode penelitian terhadap proses-proses psikis (seperti misalnya mimpi) yang sebelumnya tidak
terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukkan juga suatu teknik untuk
mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami pasien-pasien Neurotis. Teknik ini bertumpu
pada metode penelitian tadi. Ketiga, istilah yang sama dipakai pula dalam arti yang lebih luas
lagi untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui teknik metode
dan teknik tersebut di atas. Dalam hari terakhir ini kata “psikoanalisa”mengacu pada suatu ilmu
pengetahuan yang dimata Frued betul-betul ilmu baru.
4
ingatan atas peristiwa-peristiwa tertentu yang telah direpresi individu. Alam bawah sadar
juga menyimpan ingatan tentang keinginan yang tidak tercapai oleh individu.
2. Struktur kepribadian
Freud beranggapan bahwa kepribadian manusia tersusun secara struktural. Dalam dunia
kesadaran (awareness) individu terdapat pula subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi
secara dinamis, antara lain:
a) Id, merupakan subsistem kepribadian yang asli, yang dimiliki individu sejak lahir. Id
bersifat primitif dan bekerja pada prinsip kesenangan. Id berperan sebagai sumber libido
atau tenaga hidup dan energi serta merupakan sumber dari dorongan dan keinginan dasar
untuk hidup dan mati.
b) Ego, berbeda dengan id yang bekerja hanya untuk memuaskan kebutuhan naluriah, ego
bertindak sebaliknya. Ego berperan menghadapi realitas hidup dan berasal dari
kebudayaan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Prinsip kerjanya selalu
bertentangan dengan id.
c) Superego, terbentuk dari nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga dan masyarakat yang
dipelajari di sepanjang tahun-tahun pertama hidup manusia. Superego bekerja
berdasarkan prinsip moral yang orientasinya bukan kesenangan tetapi pada
kesempurnaan kepribadian.
3. Perkembangan kepribadian
a) Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak berkembang
berdasarkan pengalaman kenikmatan erotik pada daerah mulut. Anak yang tidak
mendapat kasih sayang dari ibu dan kepuasan dalam makan serta minum akan
menghambat perkembangan kepribadiannya.
5
b) Fase anal, terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan anak pada
fase ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. Selama fase ini, peran latihan buang
air (toilet training) sangat penting untuk belajar disiplin dan moral.
c) Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan berpusat
pada alat kelamin. Istilah yang kerap muncul pada fase ini adalah Oedipus complex
(ketertarikan seksual pada sosok ibu) pada anak laki-laki dan electra complex
(ketertarikan seksual pada sosok ayah) pada anak perempuan.
d) Fase laten, juga disebut tahap pregenital. Periode ini terjadi antara lima atau enam tahun
hingga pubertas. Pada fase ini anak hanya sedikit berminat pada seksualitas karena
disebabkan kesibukan belajar, aktifitas dengan teman sebaya dan keterampilan fisik.
e) Fase genital, terjadi pada masa pubertas (diatas 12 tahun). Perilaku umum yang tampak
pada fase ini adalah kecenderungan tertarik pada lawan jenis, bersosialisasi dan
berkelompok serta menjalin hubungan kerja. Semua tingkah laku yang dilakukan kerap
kali pada proses menciptakan hubungan dengan orang lain
4. Dinamika kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke –19 dan
menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi yang di peroleh
dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of energi) energi
tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Energi
fisik dapat berubah menjadi energi psikis. Jembatan antar energi tubuh dengan kepribadian ialah
id beserta insting – instingnya.
b) Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntunan internal tidak
terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara
lain :
6
1) Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang datang dari luar.
Kecemasan ini bersumber dari ego.
2) Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu mengatasi atau
menekan keinginan-keinginan primitifnya. Kecemasan ini bersumber dari id.
3) Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa bersalah dan ketakutan
dihukum oleh nilai-nilai dalam hati nuraninya. Kecemasan ini bersumber dari super
ego.
c) Mekanisme pertahanan ego
Cara individu menghindari kecemasan biasanya dilakukan dengan mekanisme pertahanan
ego (ego defense mechanism). Di antara contoh bentuk mekanisme pertahanan ego antara
lain :
1) Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis. Contoh : seorang korban tsunami di
Aceh berusaha melupakan peristiwa tersebut.
2) Proyeksi, mengalamatkan pikiran, perasaan, motif yang tidak diterimanya kepada
orang lain. Contoh : seseorang mengatakan bahwa kegagalannya dalam ujian karena
teman sebangkunya yang berisik.
3) Introyeksi, menanamkan nilai-nilai dan standar yang dimiliki orang lain ke dalam
dirinya sendiri. Contoh : seorang anak senang berkelahi karena selalu melihat kedua
orang tuanya berkelahi.
4) Regresi, tindakan melangkah mundur secara tidak sadar ke fase perkembangan yang
terdahulu dimana tuntutan tugas perkembangannya tidak terlalu besar. Contoh : anak
berusia 10 tahun yang kembali minta digendong ketika adiknya lahir.
7
mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada dalam
ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa harus malu,
meskipun materi tersebut menyakitkan, tidak logis, atau tidak relevan.
Selama berlangsung asosiasi bebas, konselor harus mampu menjadi pendengar
yang baik serta mendorong klien agar mampu mengungkapkan secara spontan
setiap ingatan yang terlintas dalam pikirannya, pengalaman traumatik, mimpi,
penolakan, dan pengalihan perasaannya.
Agar konselor dapat menginterpretasikan secara tepat apa yang dikatakan klien,
selama asosiasi bebas berlangsung konselor harus aktif memperhatikan perasaan,
ucapanucapannya, mencatat gerak tubuh, nada suara, dan bahasa tubuh klien
secara umum. Penting bagi konselor untuk mencermati kata-kata yang muncul
diluar kesadarannya (misal : salah ucap, atau kata-kata yang kemudian diralat),
serta menafsirkan segala sesuatu yang dimanifestasikan oleh klien dengan
menunjukkan arti dan maknanya tanpa disertai sikap berprasangka.
2) Interpretasi atau penafsiran
Interpretasi atau penafsiran adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk
menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi perasaan klien
dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari. Dengan
demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui pemahaman baru dan
dengan penuh kesadaran.
Dalam memberikan penafsiran, konselor harus hati-hati serta dapat memilih
waktu dan kata-kata yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau
mengembangkan pertahanan dirinya. Untuk itu, penafsiran hendaknya bersifat
hipotetik, bukan menyatakan fakta, mendekati kesadaran klien, dimulai dari yang
sifatnya permukaan menuju ke arah yang mempunyai bobot emosional yang lebih
mendalam, serta dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan pertahanan diri
klien sebelum ke hal-hal yang dianggap mendasarinya.
3) Analisis mimpi
Bagi Freud mimpi adalah ekspresi simbolik dari kebutuhankebutuhannya yang
terdesak. Dalam keadaaan tidur, kesadaran manusia menjadi lemah, dan pada saat
itulah materi-materi dalam ketidaksadaran sulit untuk dikontrol, diawasi, dan
8
dikendalikan sehingga muncul ke permukaan. Sedangkan mimpi adalah jalan
utama bagi semua keinginan, kebutuhan, ketakutan, dan kecemasan yang tidak
disadari diekspresikan dalam bentuk simbolik. Representasi dari dorongan-
dorongan seksual yang tidak terpenuhi, perasaan berdosa, atau bentuk
penghukuman diri dari super ego.
Setiap mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga yang
bersifat laten (tersembunyi). Isi yang bersifat manifes adalah mimpi sebagai
tampak pada diri orang yang mipi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri atas
motifmotif tersamar dari mimpi tersebut.
Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada
dibalik isi yang manifes, untuk memenukan sumber-sumber konflik terdesak.
Analisa mimpi hendaknya difokuskan kepada mimpimimpi yang sifatnya
berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
4) Analisis resistensi
Freud memandang bahwa resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak
disadari untuk mempertahankan kecemasan. Resistensi atau penolakan adalah
keengganan klien untuk mengungkapkan materi ketidaksadaran yang mengancam
dirinya, yang berarti ada pertahanan diri terhadap kecemasan yang dialaminya.
Apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya merupakan kewajaran. Namun, yang
penting bagi konselor adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos
sehingga dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga
klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5) Analisis transferensi
Transferensi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada
konselor dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien. Pengalihan ini terkait
dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien, baik positif maupun negatif yang
tidak terselesaikan pada masa silamnya.
Teknik analisis transferensi dilakukan dengan mengusahakan agar klien mampu
mengembangkan transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang
dialami pada masa kanak-kanaknya. Apabila transferensi ini tidak ditangani
dengan baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan
9
terapis dan proses terapi dapat dirasakan sebagai suatu hukuman. Karena itu
dalam menghadapi trasferensi, konselor harus mampu bersikap obyektif, netral,
anonim, dan pasif. Tidak mengembangkan sikap perlawanan atau
countertransference berupa respon-respon emosional tertentu yang tidak disadari,
karena akan sangat berbahaya bagi obyektivitas penyuluh dalam memperlakukan
kliennya
Pendekatan psikoanalisa pun sangat berguna bagi seorang konselor untuk melakukan
pendekatan terhadap klien yang mempunyai masalah besar yang terpendam. Dengan cara
membuat klien menjadi tenang, maka hal itu akan menjadikan klien lebih merasa nyaman dan
puas untuk mengikuti pengarahan yang dipaparkan konselor atau psikolog.
Terdapat dua bagian pada tahapan permulaan ini yaitu: 1). disepakati mengenai struktur
situasionalis yang menyangkut tanggung jawab konselor dan konseli, 2). Dimuali dengan
10
konseli menyimpulkan posisinya, sementara konselor terus mempelajari dan memahami
dinamika konflik-konflik ketidaksadaran yang dialami konseli. Pada tahap ini klien menyatakan
tentang dirinya dan konselor mengamati dan merekam untuk referensi tahap berikutnya.
2) Pengembangan Transferensi
Pada fase ini perasaan konseli mulai ditunjukkan kepada konselor, yang dianggap sebagai orang
Pada tahapan ini konselor harus menjaga jangan sampai terjadi kontra transferensi yaitu
transferensi balik yang dilakukan konselor kepada konseli karena konselor memiliki perasaan
Tahap ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian konseli sebagai orang yang
terus melakukan transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih dengan tahap sebelumnya, hanya
saja transferensi terus berlangsung, dan konselor berusaha memahami tentang dinamika konseli
4) Resolusi Transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah untuk memecahkan perilaku neurosis konseli yang s
mulai mengembangkan hubungan yang dapat meningkatkan kemandirian pada klien dan
11
B. TEORI KONSELING BEHAVIORISTIK
a. Teori konseling Behavioristik
Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini.
Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang
menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Muhamad Surya (1988:186)
memaparkan bahwa dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,
sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada
dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar
untuk membantu individu untuk mengubah perilakunya agar dapat memecahkan
masalahnya. Hal yang paling mendasar dalam konseling behavioral adalah penggunaan
konsep-konsep behaviorisme dalam pelaksanaan konseling, seperti konsep reinforcement ,
yang nerupakan bentuk adaptasi dari teori pengkondisian klasik Pavlov, dan pengkondisiaan
operan dari Skinner.
b. Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam pandangan para behavioristik adalah pasif dan mekanistis, manusia
dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan
lingkungan yang membentuknya. Lebih jelas lagi Muhamad Surya (1988:186) menjelaskan
tentang hakikat manusia dalam pandangan teori behavioristic sebagai berikut: dalam teori ini
menganggap manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol
terbatas, hidup dalam alam deterministic dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya.
12
Manusia memulai kehidupnya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya,dan interaksi
ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Perilaku
seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya. Konseling behavioral ini berpandangan bahwa manusia itu:
1) Lahir dalam mempunyai bawaan netral, artinya manusia itu hak untuk berbuat
baik/buruk/jahat.
2) Lahir dengan membawa kebutuhan dasar dan dipengaruhi oleh interaksi dengan
lingkungan.
3) Kepribadian manusia berkembang atas dasar interaksi dengan lingkungannya.
4) Mempunyai tugas untuk berkembang melalui kegiatan belajar.
5) Manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan
13
Dasar teori konseling behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil
kombinasi :
a. Belajar waktu lalu hubungannya dengan keadaan yang serupa
b. Keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan lingkungan
c. Perbedaan-perbedaan biologic baik secara genetic atau karena gangguan
fisiologik.
a. Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat dirubah.
b. Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individual dapat membantu
dalam merubah perilaku-perilaku yang relevan; prosedur-prosedur konseling
berusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku konseli
dengan merubah lingkungan.
c. Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti misalnya “reinforcement” dan “social
modeling”, dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur
konseling.
d. Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-perubahan
dalam perilaku-perilaku khusus konseli diluar dari layanan konseling yang
diberikan.
e. Prosedur-prosedur konseling tidak statik, tetap, atau ditentukan sebelumnya,
tetapi dapat secara khusus didisain untuk membantu konseli dalam
memecahkan masalah khusus.
Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau
tingkah laku yang tidak tepat yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan.Tingkah laku yang salah hakekatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang
14
salah. Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari
lingkungan.
f. Teknik-teknik Konseling
1) Desentisasi sistematik (Systematic desensitization )Desentisasi sistematik, teknik ini
dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan bahwa semua perilaku neurotic adalah
ekspresi dari kecemasan dan respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi dengan
menemukan respon yang antagonistik (keadaan relaksasi).
2) Latihan Asertif (Assertive training), yaitu konseling yang menitik beratkan pada kasus
yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya
(misalnya: ingin marah tetapi tetap berespon manis). Pelaksanaan teknik ini ialah dengan
role playing (bermain peran).
15
3) Terapi Aversi (Aversion therapy ), Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang
negatif dan memperkuat perilaku yang positif. Dalam hal ini konselor dapat menerapkan
punishment (sangsi) dan reward (pujian/hadiah) secara tepat dan proposional terhadap
perubahan perilaku klien.
4) Terapi implosif dan pembanjiran, Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi
secara berulang-ulang tanpa pemberian penguatan. Teknik pembanjiran ini tidak
menggunakan agen pengkondisian balik maupun tingkatan kecemasan. Terapis
memunculkan stimulus-stimulus penghasil kecemasan, klien membayangkan situasi, dan
terapis berusaha mempertahankan kecemasan klien.
5) Pekerjaan Rumah (Home work), Teknik ini berbentuk suatu latihan/ tugas rumah bagi
klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu, caranya dengan
memberikan tugas rumah (untuk satu minggu), misalnya: tidak menjawab apabila klien
dimarahi ibunya atau bapaknya
16
konsep dasar konseling behavior, konselor harus benar-benar mampu menerapkan
berbagai teknik konseling.
d) Tahap evaluasi dan terminasi (Evaluation and Termination)
Yaitu tahapan dimana seorang konselor mengetahui perubahan perilaku klien sebagai
tolok ukur proses konseling berlangsung. Terminasi, yaitu pemberhentian proses
konseling yang bertujuan untuk:
1. Menguji apa yang dilakukan klien pada dekade terakhir.
2. Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan
3. Membantu klien mentransfer apa yang dipelajari klien
4. Memberi jalan untuk memantau tingkah laku klien secara berkelanjutan.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat
psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis jelas terkait dengan tradisi Jerman yang
menyatakan bahwa pikiran adalah wujud yang aktif, dinamis dan bergerak dengan
sendirinya. Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya tertuju
kearah bidang motivasi, emosi, konflik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter
Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada
saat ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi
behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Muhamad
Surya (1988:186) memaparkan bahwa dalam konsep behavioral, perilaku manusia
merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan
mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan
suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu untuk
mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
B. Saran
Dengan kita mempelajari teori konseling psikoanalitik dan behavioristic diharapkan kita
mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan tentunya dapat membantu orang-orang
yang ada disekitar kita yang sekiranya dapat ditangani dengan menggunakan pendekatan
psikoanalitik dan behavioristic.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sunardi (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031-
SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/TEORI_KONSELING.pdf) diunduh pada tanggal 17
February 2021, pukul 14.13 WIB
19