Anda di halaman 1dari 19

IQTISAD Journal of Islamic Economics ISSN 1411 – 013X

Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002


pp. 16 -34

RELEVANSI AJARAN AGAMA


DALAM AKTIVITAS EKONOMI (STUDI KOMPARATIF
ANTARA AJARAN ISLAM DAN KAPITALISME)
Syafiq Mahmadah Hanafi
IAIN Sunan Kali jaga
Achmad Sobirin
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Abstract

This paper discusses the effect of the values and interpretations of religion on economic
activity. We argue that although the religions influence the economic activities, but the
interpretations on the religions prove to have more profound impact on the activities. Islam
and Protestant –i.e. the interpretations on them- have different views on the nature of
behavior and the institutions involved, being Islam emphasis ‘social’ nature and Protestant
emphasizes ‘individual’ nature. These emphases lead to differences in economic activities
and institutions involved.

PENDAHULUAN dipahami dapat menjadi pendorong kehidupan


Bisnis merupakan kegiatan ekonomi yang individu sebagai acuan dalam berinteraksi
dilakukan manusia sebagai homo economicus kepada Tuhan, sesama manusia maupun
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. alam sekitarnya, ( Nanat Fatah Nasir, 1999).
Kegiatan bisnis secara global meliputi jual- Faktor lain sebagai pendorong kegiatan
beli, produksi dan jasa melibatkan banyak ekonomi seseorang adalah kondisi alam,
pihak untuk dapat mencapai tingkat komposisi mayoritas-minoritas, kontrol sosial,
keberhasilan, (Vernon A. Musselman, Eugne kepentingan masyarakat dan bahkan
H. Hughes, 1981). Keterlibatan berbagai pemahaman terhadap ajaran agama itu sendiri,
pihak tersebut menuntut pola hubungan yang (R.H. Tawney, 1954).
harmonis dan ideal sebagai kesinambungan Agama dan ideologi tertentu yang dianut
kerja sama, saling membutuhkan dan saling sebagai pandangan kuat memuat berbagai
menguntungkan. bentuk ajaran positif dalam mendorong
Kegiatan bisnis tersebut dimulai dari manusia untuk melakukan sebuah tindakan.
keputusan-keputusan individu maupun Ajaran-ajaran agama yang menjadi wacana
perusahaan dan keputusan perusahaan akan keseharian manusia secara sadar maupun
direspon secara cepat oleh masyarakat. tidak, secara imperatif menjadi dorongan
Keputusan tersebut sangat mempengaruhi teologis seseorang untuk melakukan berbagai
penilaian terhadap kredibilitas individu, aktivitas termasuk dalam kegiatan ekonomi.
perusahaan dan kelangsungan usaha dalam Ajaran-ajaran agama, Islam maupun Kristen,
jangka panjang. yang terangkum dalam doktrin kemanusiaan
Agama merupakan sistem yang sudah baik hubungan dengan Tuhan, sesama
terlembaga dalam setiap masyarakat sebelum manusia maupun alam serta tanggung jawab
individu, dan secara mendasar menjadi individu kepada Khalik memerlukan bukti-
norma yang mengikat dalam keseharian dan bukti konkrit dalam kerja-kerja kemanusiaan
menjadi pedoman dari sebagian konsep sebagai nilai keberhasilan dalam mengemban
ideal. Ajaran-ajaran agama yang telah amanat yang diberikan dalam statusnya

16
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif...), Syafiq M. H & Achmad S

sebagai makhluk, (lihat QS Al-Isra 17: 36 membandingkan pengaruh ajaran agama


dan Matius 25:40). Islam dan Kapitalisme terhadap aktivitas
Kerja-kerja kemanusiaan merupakan bisnis. Pembahasan berikut menjelaskan
elemen dari doktrin yang mendasar ketika item-item ajaran Agama Islam dan Ideologi
dihubungkan dengan penciptaan alam Kapitalisme yang berkaitan dengan motivasi
sebagai karunia Tuhan yang harus dikelola kerja dan aktivitas bisnis. Kemudian
sebaik mungkin. Ajaran-ajaran agama, baik pembahasan berikutnya berkaitan dengan
dalam Islam maupun Protestan, mendorong institusi negara dan perannya terhadap
kepada umatnya untuk bekerja, baik untuk kebijakan-kebijakan ekonomi. Pada pembahasan
memenuhi kebutuhan dasarnya maupun akhir, tulisan ini akan memfokuskan pada
orang lain. Secara mendasar tidak ada ajaran aspek sosial Islam dan aspek individual
agama yang menentang dan melarang usaha kapitalisme sebagai kerangka dasar aktivitas
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi bisnis. Kesimpulan akan disajikan pada bagian
tersebut pada tingkatan tertentu, (lihat akhir dari tulisan ini.
penelitian Russel A. Stone dalam Taufik
Abdullah (ed.) 1988). Pada tahapan AJARAN AGAMA
berikutnya agama mempunyai peran yang DALAM AKTIVITAS BISNIS
perlu diperhitungkan dalam perubahan- Manusia sebagai Pelaku Ekonomi
perubahan sosial yang lebih luas baik pada Dalam Ajaran Kristen, pembicaraan
aspek hukum, politik maupaun ekonomi, tentang manusia terbagi dalam dua sejarah
(Peter Beyer, dalam Richard H. Robert (ed.) kemanusiaan yang sangat besar yaitu,
1995). manusia yang terlahir sebagai pembawa
Kegiatan bisnis sebagai gejala sosial dosa dan manusia yang dapat membersihkan
yang ideal meliputi tiga aspek yang saling dirinya dari dosa dengan mengikuti ajaran
berhubungan yaitu: faktor ekonomis, hukum Kristus. Allah, sebagai Khalik langit dan
dan etika. Secara ekonomis kegiatan bisnis bumi, mempunyai peranan sentral dalam
merupakan kegiatan untuk memperoleh pembicaraan Ajaran Kristen. Allah telah
keuntungan secara maksimal dengan menempatkan sebuah pola hubungan tertentu
pengeluaran minimal dan terpisah secara dengan alam semesta dan manusia sebagai
tegas dengan kegiatan sosial non-profit. ciptaan-Nya, (Yohanes 19:5). Doktrin
Faktor ini mendorong para pelaku bisnis Keimanan Kristen menyebutkan bahwa
untuk bertindak efisien dengan meningkatkan manusia adalah ciptaan Allah menurut
kinerja dan pemanfatan sumber daya yang gambar-Nya, (Kejadian I:26). Kondisi
tersedia. Sudut pandang hokum mengharuskan tersebut menempatkan manusia sebagai
kegiatan bisnis merupakan usaha yang tidak makhluk yang mulia, istimewa, mempunyai
melanggar hukum masyarakat, negara maupun tugas dalam mengemban amanat dari Tuhan
internasional. Usaha legal merupakan syarat dibandingkan makhluk lainnya, (SAE
mutlak untuk dapat tetap beroperasi dan Nababan, 1968). Demikian juga sebagai
melakukan transaksi-transaksi sebagai bukti otentik dari keadilan Tuhan dari
perbuatan hukum yang diharapkan dan seluruh kebijakan dan kebaikan paling luhur
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, yang paling pantas untuk dipandang. Atribut
(K. Bertens, 2000). tersebut terputus ketika manusia melakukan
Tulisan ini berusaha menjelaskan dosa yang menyebabkan hubungan manusia
pengaruh ajaran agama dan kapitalisme dengan Tuhan menjadi rusak, sehingga
terhadap aktivitas bisnis dan institusi yang hanya dengan Kasih Allah manusia
terkait. Secara khusus tulisan ini akan didamaikan dalam Jesus Kristus sehingga

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002 17
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif…),Syafiq M. H & Achmad S.

menjadi manusia baru yang bertugas sebagai amanah dan memakmurkan bumi, (Yusuf Q,
juru damai, (Y. Calvin, 1980). 1995). Nilai moral dan spiritual terkandung
Kebebasan manusia merupakan anugerah dalam agama sebagai acuan dasar dan
Allah kepada manusia (Galatia 5:1, 13) dan memberikan legitimasi setiap perbuatan,
dengan kebebasan tersebut manusia dapat sedangkan kemampuan akal memerlukan
mengambil keputusannya sendiri (Kejadian kemerdekaan dan kebebasan dalam setiap
2:16, 17), dan dipertanggung jawakan kepada tindakan manusia. Perpaduan antara kepatuhan
Allah. Inti pertanggung jawaban mencakup dan kebebasan tersebut berkaiatan dengan
seluruh kesyukuran terhadap kasih sayang pertanggungjawaban setiap manusia atas
Tuhan di dunia, kehidupan sesama manusia, semua perbuatannya di dunia pada hari akhir
kehidupan sehari-hari, terhadap masyarakat kelak.
maupun negara. (Matius 25:40 dan Rum Karena setiap manusia akan memper-
14:10). Atribut manusia sebagai pembawa tanggung jawabkan perbuatannya di hadapan
dosa menuntut manusia menggunakan Allah (Sahih Bukhari), kebebasan individu
kebebasannya untuk menghapus dosa tersebut. dalam berkreasi di dunia merupakan
Ajaran Islam menempatkan manusia gambaran riil sebuah pertanggung jawaban
sebagai makhluk (hamba) dan sebagai manusia terhadap Tuhan. Sifat pertanggung
khalifah (wakil) pada saat bersamaan. Konsep jawaban yang dituntut bersifat individual,
manusia sebagai makhluk merupakan tidak bersifat kolektif dalam bentuk
totalitas kepatuhan kepada pencipta-Nya keluarga, suku, bangsa maupun golongan.
dengan menjalankan seluruh perintah dan Konsep tersebut tidak mengenal “dosa
menjauhi segala larangan yang telah warisan”, (QS 6:164, 17:15, 35:18, 39:7).
ditetapkan untuk mencapai kriteria sebagai Doktrin Ajaran Agama Islam dan Kristen
manusia yang terpilih. Ibadah merupakan tentang manusia serta hubungannya dengan
pengabdian kepada Tuhan dan merupakan Tuhan, sesama dan alam, tidak berbeda
tujuan penciptaan manusia dan makhluk karena berangkat dari ajaran yang sama.
lainnya, (QS 51:56). Kedudukan manusia Doktrin tersebut lebih ditegaskan pada
sebagai khalifah merupakan atribut yang pertanggungjawaban yang sangat bersifat
menuntut manusia yang merdeka, bebas, individulistik sebagai konsekuensi keberadaan
menguasai seluruh tindakannya dan manusia sebagai makhluk yang telah
mempunyai kemampuan obyektif dalam diberikan keistimewaan dan kemerdekaan
mengaktualisasikan dirinya sebagai bagian dalam perbuatannya. Tujuan penciptaan
dari tugas yang diberikan pencipta-Nya manusia yang paling utama adalah beribadah
dalam rangka membangun dan memakmurkan kepada Allah dengan mengikuti seluruh
bumi, (QS 33: 72). Dua kedudukan yang Hukum-hukum Allah, (bandingkan QS
disandang manusia membawa pada 51:56 dan Roma 14:8). Kedudukan manusia
pembagian konsep yang sangat mendasar yang paling sempurna adalah yang bertakwa
tentang kajian keilmuan dalam Islam. dan menjawab panggilan untuk menjadi
Pembagian tersebut ditempatkan dalam yang terpilih dengan tidak melihat kepada
melihat antara hubungan manusia dengan unsur manusianya, tetapi pemberian karunia
Tuhan maupun manusia dengan makhluk dan perbuatan selama hidupnya. Perbedaan
lainnya. Keberadaan manusia sebagai khalifah secara mendasar dalam doktrin keimanan
mempunyai konsekuensi pada kemampuan Islam dan Kristen tentang manusia terletak
yang dimilikinya, yaitu kemampuan akal pada dosa warisan. Dalam Islam setiap
(material) dan moral (spiritual) yang harus kelahiran bernilai suci dan tidak mempunyai
berjalan secara seimbang dalam mengemban sangkut paut dengan orang tua maupun garis

18 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif...), Syafiq M. H & Achmad S

keturunan sebelumnya. (Sahih Bukhari) kewajiban duniawi pada segala kondisi


Kewajiban orang tua mengantarkan anak merupakan satu-satunya jalan untuk bisa
pada usia dewasa sehingga seluruh akibat hidup dan dikehendaki oleh Tuhan, dan setiap
perbuatan seorang anak yang telah dewasa panggilan yang sah mempunyai manfaat
menjadi tanggung jawab dirinya sendiri. yang sama di hadapan Tuhan. Manusia
selalu mengharap kedatangan Tuhan. Sesuatu
Ajaran Agama dan Motivasi Kerja yang dikerjakan manusia di alam dunia
Doktrin bekerja dalam kalangan Kristiani adalah pekerjaan duniawinya sebagaimana
merupakan bentuk pengaruh pemikiran manusia ditakdirkan untuk selalu bekerja
teologi yang didasarkan pada dosa warisan. dan mengemban tugas suci. Pengejaran
Kerja merupakan bentuk hukuman Tuhan keuntungan di bidang materi berkaitan erat
yang harus dilakukan manusia karena dosa dengan adanya panggilan terhadap tugas
warisan Adam yang telah dikeluarkan dari duniawi manusia, (Max Weber, 1958).
kerajaan sorgawi. Ajaran tersebut mempunyai Karya-karya Luther dikembangkan oleh
pengaruh yang kuat sehingga kerja keras Calvinis sehingga mencapai bentuk yang
merupakan bentuk perlakuan daging dan lebih konkrit dan kesuksesan yang riil.
bertentangan terhadap kepercayaan Tuhan, Dalam pandangan Calvin, Tuhan hidup dan
(Kejadian 7). ada bukan untuk manusia, tetapi manusialah
Ajaran Protestan secara mendasar tidak yang hidup dan ada untuk kemuliaan Tuhan.
memiliki kekuatan yang dapat mendorong Alam dan seluruh isinya tidak akan
umatnya untuk melakukan kegairahan kerja mempunyai makna jika tidak untuk kebesaran
(militansi kerja) dan menjadi pelopor dalam Tuhan. Sangat sedikit manusia yang terpilih
pertumbuhan kapitalisme awal yang disisi-Nya. Tugas manusia adalah mencari
mempunyai kekuatan dogma setelah dilengkapi rakhmat Tuhan untuk menjadi yang terpilih
dengan ajaran-ajaran baru oleh para tokoh dengan menjaga seluruh karunia dan sarana
reformisnya. Ajaran tersebut merupakan Tuhan untuk melakukan kewajiban dan
reinterpretasi terhadap ajaran-ajaran baku menghindari isyarat-isyarat Tuhan yang
yang dianggap tidak relevan dan menjadi telah diberitakan melalui peringatanNya, (J.
milik golongan masyarakat tertentu dan Calvin, 1980). Allah telah menetapkan
pihak gereja. kewajiban tiap-tiap manusia menurut jalan
Konsep mendasar yang dirumuskan oleh hidup masing-masing. Setiap jalan hidup
Luther adalah Beruf (calling) yang dinamakan dengan Panggilan, dan penetapan
mempunyai arti panggilan. Rumusan tersebut ini ditekankan agar setiap manusia tidak
merupakan konsepsi keagamaan dan berupa melampaui batasnya secara sembrono. Allah
tugas suci yang dikehendaki Tuhan dalam menjadi pembimbing dalam setiap perbuatan
kehidupan sehari-hari yang secara dan setiap orang diberi beban. Dengan
berkesinambungan telah dijadikan wacana demikian, tidak ada satupun pekerjaan yang
keseharian orang-orang Protestan. Secara tidak bersinar dan berharga di hadapan
dogmatik, faktor keagamaan harus Tuhan, (J Calvin, 1980).
diaplikasikan dalam aktivitas duniawi dan Panggilan merupakan bentuk kesaksian
panggilan merupakan konsep agama tentang yang tetap tersembunyi pada Allah dan
suatu tugas yang telah ditetapkan, suatu ditujukan terhadap orang yang terpilih,
tugas hidup dan direalisasikan dalam bentuk (Roma 8:29). Jika manusia mencari
kerja, (Max Weber, 1958). keselamatan, kekekalan surgawi maka hanya
Puncak dari doktrin tersebut adalah sebuah Allah-lah yang mempunyai kehidupan
penegasan bahwa pemenuhan kewajiban- tersebut dan hanya Kristus sebagai cermin

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002 19
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif…),Syafiq M. H & Achmad S.

yang menatapi pemilihan manusia dan kebutuhan tetapi merupakan tugas suci
manusia dapat menatap tanpa tertipu. setiap manusia, (Max Weber, 1958).
Perkataan Kristus bahwa banyak yang Pengaruh ajaran Calvin telah melahirkan
dipanggil tetapi sedikit yang dipilih berbagai aliran dalam kalangan gereja
menunjukkan bahwa ada dua macam Calvin itu sendiri. Kelompok Puritanisme
panggilan yang bersifat umum dan khusus, Inggris yang berasal dari Calvin telah
(Matius 22:14). Perbuatan-perbuatan yang memberikan dasar keagamaan yang
baik adalah perbuatan yang dibenarkan konsisten bagi lahirnya ide panggilan.
secara iman dan hanya didasarkan pada Richard Baxter (1615-91) adalah seorang
ajaran Kitab. Kebenaran iman ialah pendeta kaum puritan yang konsisten dengan
perdamaian kembali dengan Allah yang sikap yang realistis dan praktis. Ajaran dan
dapat dilakukan dengan penebusan dosa. kepercayaannya secara perlahan menjauh dan
Secara substansial, orang yang tidak beriman berbeda dari Calvinis murni walaupun lahir
tidak mungkin menghasilkan perbuatan yang dari kalangan Calvinis taat. Kepemilikan
baik. Perbuatan manusia akan mendapatkan harta yang menyebabkan relaksasi (hidup
imbalan dari Allah tetapi bukan merupakan santai) seseorang sangat ditentang, karena
balas jasa, firman-firman Allah tentang istirahat abadi orang-orang suci adalah di
imbalan tidaklah menjadikan kita untuk dunia nanti. Tujuan manusia di bumi adalah
melakukan perbuatan atas dasar imbalan mengerjakan suatu pekerjaan dari Tuhan
semata, (Roma 2:6). yang telah mengutusnya, bukan dengan
Ajaran Calvin tentang takdir dan nasib waktu santai tetapi dengan aktivitas yang
manusia merupakan kunci utama dalam dapat meningkatkan kemuliaan Tuhan
menentukan sikap hidup Komunitas dengan ukuran yang pasti sesuai kehendak-
Protestan. Takdir manusia telah ditentukan Nya, (Max Weber, 1958).
dan keselamatan Tuhan diberikan kepada Dalam pandangan Baxter, membuang-
orang yang terpilih. Hal tersebut selamanya buang waktu adalah dosa pertama dan secara
menjadi misteri dan dalam ketidakpastian prinsip merupakan dosa yang paling
abadi manusia. Dalam ketidakpastian mematikan. Rentang waktu kehidupan
tersebut terdapat kewajiban setiap manusia manusia adalah pendek dan sangat berharga
untuk menganggap dirinya orang yang untuk memastikan pilihan hidup seseorang.
terpilih dengan memerangi segala godaan Membuang waktu untuk kegiatan tidak
dan keraguan, sikap ketidakpercayaan berarti berguna merupakan kesalahan moral yang
kurangnya Rakhmat, (Max Weber, 1958). absolut, berarti membuang kesempatan untuk
Untuk memupuk kepercayaan pada dirinya, memuliakan Tuhan. Dengan demikian,
maka manusia harus bekerja keras, karena aktivitas kontemplasi pasif patut dicela
kerja keras merupakan satu-satunya yang apabila biaya yang dikeluarkan sama dengan
bisa menghilangkan keraguan relijius dan kerja-kerja produktif dan hal itu tidak
memberikan kepastian tentang rakhmat membahagiakan Tuhan. Ritual hari Minggu
tersebut. Tuhan dalam kalangan Calvinis merupakan aktivitas bagi manusia yang tidak
mengharuskan umat-Nya tidak hanya bekerja tekun karena tidak mempunyai waktu untuk
baik tetapi suatu yang hidup dari kerja baik Tuhan ketika situasi menghendakinya.
dan digabungkan dalam sisitem yang terpadu. Ketekunan individu dalam setiap kedudukan
Tuhan hanya menolong orang-orang yang dan keterbatasan yang telah ditentukan
menolong dirinya dan Tuhan berkarya pada Tuhan merupakan suatu tugas relijius, (Max
manusia yang bekerja. Calvin, menegaskan Weber, 1958).
bahwa kerja bukan hanya untuk memenuhi

20 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif...), Syafiq M. H & Achmad S

Semangat kerja yang telah dirumuskan kebutuhan rohani dan jasmani yang terpadu
para pendahulu kalangan reformis Protestan dan berimbang, (QS 2:201-2). Hal tersebut
telah mengantarkan pada pengertian kapitalis akan menjadi tolok ukur keberhasilan sebagai
murni. Dalam perkembangannya rumusan khalifah dengan puncak keberhasilannya
semangat kapitalis tersebut dipraktekkan adalah nilai ketakwaan, sehingga Islam tidak
dalam keseharian oleh Benyamin Franklin mengakui sistem kelas dan prioritas-prioritas
(1706-90). Sebelum masa Benyamin, Ajaran individual, (QS 49:13).
Protestan tidak memiliki kekuatan untuk Kedudukan kerja dalam Ajaran Islam
mendorong semangat kerja sesuai dengan ciri bukan sekedar kewajiban kemanusiaan untuk
kapitalisme modern, dan melalui ajarannya memenuhi kebutuhan tetapi lebih ditegaskan
rumusan Protestan mempunyai keterkiatn erat sebagai kewajiban yang bersifat relijius
dengan perkembangan semangat kapitalisme. dengan menempatkan hubungan kata-kata
Ajaran Franklin yang merupakan pendapatnya ‘amal (kerja) dengan kata-kata iman pada
menyatakan bahwa waktu adalah uang firman-firman-Nya. Hubungan tersebut
sehingga orang harus bekerja dan tidak mengandung konsekuensi bahwa kerja-kerja
bermalas-malasan, (Max Weber, 1958). kemanusiaan yang tanpa dasar keimanan
Ajaran Franklin tetap dipandu dengan akan menjadi sia-sia, demikian juga dengan
ajaran Calvinisme melalui ayahnya seorang keimanan yang tidak diaktualisasikan pada
Calvinistis keras dan secara konsisten tetap sebuah kerja riil hanya akan menjadi
mengajarkan dia untuk mencari uang dalam rumusan yang kering dan mengambang.
tata ekonomi modern secara legal, karena Aktivitas-aktivitas di dunia yang bernilai
merupakan hasil dari ekspresi kebajikan dan merupakan sesuatu yang penting bukan
kecakapan dalam panggilan tugas. Kebajikan sekedar untuk agama tetapi berguna bagi
yang saleh akan menyenangkan Tuhan seluruh hal yang berhubungan dengan
disamping membawa keberuntungan bagi agama. Frekuensi penyebutan kata kerja
pelakunya. Yang paling pokok adalah dalam Al-Qur’an sangat banyak dan dalam
moralitas, bukan kepercayaan sehingga berbagai kontek pembicaraan menunjukkan
ajarannya lebih ditekankan pada praktek pentingnya arti sebuah kerja yang bersifat
keseharian. Perpaduan ajaran dan kepercayaan produktif, (Mustaq Ahmad, 1995).
yang dianutnya menjadikan kehidupan Keberadaan makhluk dan khalik menun-
Franklin sangat teliti, hati-hati, bijaksana, jukkan bahwa Islam tidak sekedar agama,
rajin sungguh-sungguh dalam mengelola melainkan keterpaduan antara agama dan
bisnis, serta penolakan dengan keras terhadap dunia, ibadah dan muamalah, aqidah dan
kenikmatan hidup spontanitas. Tujuan hidup syariah, sehingga kajian-kajian ekonomi
adalah kemakmuran dan kekayaan, waktu tidak dibatasi pada sudut agama tetapi lebih
adalah uang, memanfaatkan modal sesuai ditekankan pada sudut pandang Islam. Islam
kepentingan, jujur dalam mengembalikan memberikan kesempatan yang luas dalam
pinjaman, hemat dalam pemakaian uang dan memakmurkan bumi dan meningkatkan
sedikit demi sedikit uang tersebut ditabung kesejahteraan manusia. Hal ini berkaitan
untuk dijadikan modal yang akan bahwa manusia adalah wakil Tuhan demikian
mendatangkan keuntungan berlipat, (Kurt juga dengan penciptaan alam dan seluruh
Samuelson, 1964). isinya untuk kepentingan manusia, (QS
Islam sangat menganjurkan sebuah kerja 14:32).
yang produktif sebagai motivasi awal yang Doktrin dalam Islam bahwa bekerja
harus dimiliki setiap individu. Kerja-kerja merupakan ibadah berimplikasi pada banyak
kemanusiaan merupakan perimbangan dari hal. Dengan bekerja manusia dapat melan-

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002 21
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif…),Syafiq M. H & Achmad S.

jutkan kehidupan dalam menjalankan amanat tidak begitu relevan dijadikan referensi
Tuhannya, menjaga dirinya serta dapat me- mutlak dalam kehidupan keseharian.
realisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar,
(QS 9:105). Demikian juga dapat memenuhi Apresiasi Agama tentang Aktivitas Bisnis
kebutuhannya, keluarga dan masyarakat Agama Kristen dan Islam tidak melarang
merupakan tindakan yang sangat terpuji. aktivitas perekonomian yang dilakukan
Setiap usaha manusia akan mendapatkan secara benar menurut ajaran agama. Aktivitas
imbalan berupa karunia (rizqi) di dunia dan perekonomian diidentikkan dengan dunia
berlaku untuk seluruh makhluk hidup dan perdagangan yang merupakan mayoritas
berupa pahala di akhirat, (QS 11: 6, 11). mata pencaharian penduduk, di samping
Hadits juga banyak menganjurkan nilai- pertanian, (Ahmad Abdel Fattah, 1987).
nilai yang mendorong bekerja walaupun Aktivitas perniagaan, merupakan bentuk
tidak harus ada yang memanfaatkan hasil profesi yang banyak mengundang diskusi
yang diperoleh, sebagaimana anjuran untuk berkaitan dengan kualitas etis yang dimiliki
menanam biji pohon walaupun akan datang para pelakunya, sehingga masyarakat dan
hari kiamat. (Bukhari Muslim). Dalam ajaran agama sangat concern terhadap
kondisi normal, manusia diwajibkan untuk kegiatan tersebut.
bekerja dan tidak diperkenankan menjadi Doktrin Kristen yang secara mendasar
beban orang lain dalam perekonomian. sangat kritis terhadap kekayaan dan uang
Anjuran bekerja secara produktif merupakan serta hampir seluruh firman yang terdapat
doktrin yang asasi sebagai lawan dalam perjanjian lama dan baru yang
pengangguran dan meminta-minta. Banyak berkaitan dengan harta adalah perintah untuk
periwayatan hadistt dan pendapat sahabat menyerahkan kekayaan kepada orang miskin,
yang mencela pengangguran ekonomi, sebagaimana yang dituntut Yesus kepada
(Sahih Bukhari): Kehidupan muslim yang Yudas. Konsep tersebut menyatukan orang
baik sangat identik dengan keteraturan kaya yang hampir-hampir tidak dapat lepas
penggunaan waktu, baik untuk menjalankan dari dosa dan kutukan Tuhan, (Lukas 6:12).
aspek ibadah maupun untuk bekerja. Secara Dalam pemahaman ajaran Gereja Kristen
mendasar, Al-Qur’an menentang tindakan lama, aktivitas keduniaan bersifat daging
malas, menyia-nyiakan waktu dan mela- dan perdagangan merupakan aktivitas yang
kukan hal-hal yang tidak produktif, (QS dapat membawa manusia menuju kekayaan
103:1-3). Bekerja merupakan tindakan dan harta. Pandangan tersebut menempatkan
kongkrit manusia yang dapat memberikan profesi dagang menjadi aktivitas yang
status keberhasilan seseorang di dunia dan di kurang pantas untuk dilakukan umat Kristen.
akhirat, karena segala sesuatunya akan dinilai Para teolog telah merumuskan pandangan
berdasarkan proses kerja kemanusiaan, (QS mereka tentang penolakan terhadap profesi
6:132). perdagangan yang dihubungkan dengan
Perbedaan secara mendasar antara Al- keimanan. Umat Kristen yang tetap memilih
Qur’an dan Injil adalah sebagai berikut. profesi perdagangan dikeluarkan dari gereja,
Dalam Al-Qur’an kerja bukanlah sebagai bahkan dihadapkan pada pilihan yang keras
hukuman, akibat Adam dikeluarkan dari menjadi seorang pedagang atau hidup dalam
Sorga dan diturunkan ke dunia. Dalam Injil keimanan Kristen, (K. Bertens, 2000).
kerja merupakan hukuman sebagai dampak Pandangan para teolog yang sangat negatif
dikeluarkannya Adam dari kerajaan Surgawi. terhadap perdagangan menjadi referensi
Perbedaan tersebut sekedar perbedaan mutlak yang sangat terkenal.
teologis dari ajaran masing-masing, yang

22 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif...), Syafiq M. H & Achmad S

Tidak semua tokoh Kristen berpan- untuk saling berhadapan untuk tetap hidup.
dangan negatif terhadap perdagangan, Proses kepercayaan diri yang sangat kuat
Thomas Aquinas melihat profesi dagang dalam kalangan protestanis telah melahirkan
pada proporsinya dengan menekankan pada sikap individualisme kuat pada tahap kedua,
pelaku bisnis. Dalam pandangannya, bekerja yaitu ide pemisahan semua urusan yang
untuk melanjutkan kehidupan tetapi menolak berhubungan antara negara dengan Tuhan,
penipuan dan praktek curang dalam bisnis (Max Weber, 1958).
tetapi secara implisit mengakui adanya profesi Islam, dalam ajarannya sangat memandang
perdagangan sebagai kegiatan mencari positif terhadap aktivitas perdagangan,
keuntungan. kegiatan ekonomi dan kepemilikan harta.
Pandangan dunia Kristen terhadap Agama Islam turun pada lingkungan
kekayaan mengalami perubahan secara masyarakat pedagang secara turun-temurun,
mendasar pada era protestanisme. Allah telah sehingga apresiasi ajarannya sejak era pra
memanggil manusia dengan menetapkan modernpun tidak ditemukan sikap yang
tugasnya, dan selalu berusaha untuk menjadi memusuhi dan mencurigai kegiatan tersebut.
yang terpilih dengan mendapat rahkmat- Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah
Nya. Misteri-misteri Protestan tersebut dapat Islam merupakan seorang pedagang, demikian
dijalankan melalui aktivitas duniawi, hal juga perkembangan Ajaran Islam generasi
tersebut merupakan sarana paling sesuai pertama banyak dilakukan melalui perdagangan
untuk menghilangkan segala keraguan imani. ke seluruh negara, (Hasan Ibrahim, 1957).
Reformasi tersebut menimbulkan sikap yang Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist banyak
lebih positif dalam melihat dunia perda- memuat tema bisnis sebagai kegiatan
gangan. Dalam pandangan Protestan, men- ekonomi yang tidak lepas dari kriteria agama
dapatkan keuntungan melalui perdagangan itu sendiri. Ajaran tersebut memuat pujian
merupakan berkat Allah terhadap kerja keras terhadap pelaku bisnis yang menjalankan
orang beriman, (Max Weber, 1958). secara benar dan mencela bagi pelaku yang
Pandangan klasik tersebut berkembang mengabaikan Ajaran Islam dan memprak-
dan mendominasi pembicaraan tentang tekkan perilaku bisnis sebelum datangnya
kesetiaan buruh dan tingkat upah yang Islam, (Subhi Mahmasani, 1952). Islam
rendah sehingga ketergantungan kaum buruh sangat menekankan perdagangan yang jujur
semakin besar dianggap sebuah keadaan dan adil sebagai kegiatan mencari keuntungan,
yang sangat membahagiakan Tuhan. karena hal tersebut merupakan cerminan
Perubahan konsep tersebut yang membawa umat dalam merefleksikan agamanya. Dunia
pada pembenaran eksploitasi terhadap buruh perdagangan merupakan kegiatan yang
dan hanya aktivitas majikan saja yang dapat membawa pelakunya pada kelompok
merupakan panggilan Tuhan. Terdapat yang mendapat pancaran Illahi, (QS 24:37)
semboyan bahwa kerja dan industri dan merupakan karunia dari Tuhannya,
merupakan kewajiban mereka kepada Tuhan. walaupun dilakukan dengan menempuh
Ide-ide ajaran Protestan tersebut dianggap perjalanan jauh pada semua musim, (QS
sebagai awal dari kapitalisme modern, yang 106:1-4). Legalitas Al-Qur’an dalam
merupakan bentuk rasionalisme kerja dengan perdagangan memberikan kebebasan kepada
ketelitian, ketekunan, hemat, sanggup umatnya dengan tidak merugikan orang lain
menahan diri. Ide ini telah menjadi sikap dan melanggar batasan agama, (QS 2:275).
imperative individu protestanis. Kapitalis Banyak statement yang memuji pelaku bisnis
modern telah menjadi proses survival of the yang jujur dan adil, tetapi juga mengutuk
fittest yang menempatkan manusia dilahirkan

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002 23
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif…),Syafiq M. H & Achmad S.

perbuatan tercela dalam profesi tersebut, kepemilikan, penggunaan, dan konsumsi


(Sunan Tirmidzi, 1964). suatu benda atau modal dengan batas-batas
Kedudukan bisnis dalam Islam sangat sosial yang kuat.
penting. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya ayat Al-Qur’an dan Hadist yang PERAN NEGARA DALAM AKTIVITAS
memberi pengajaran cara bisnis yang benar EKONOMI
dan praktek bisnis yang salah, bahkan Negara merupakan institusi yang penting
menyangkut hal-hal yang sangat kecil. dalam aktivitas perekonomian suatu negara.
Prinsip-prinsip dasar dalam perdagangan Tetapi peranan ideal negara tersebut dalam
tersebut dijadikan referensi utama dalam aktivitas ekonomi suatu masyarakat masih
pembahasan-pembahasan kegiatan ekonomi menjadi perdebatan. Adam Smith dengan
lainnya dalam Islam, sebagaimana pada konsep invisible hand-nya menganjurkan
mekanisme kontrak dan perjanjian baru yang peranan negara yang minimal, sementara
berkaitan dengan negara non muslim yang Nabi Muhammad juga menolak untuk
tunduk pada hukum perjanjian barat, menetapkan harga ketika terjadi kenaikan
(William Ballantyne, 1990). harga korma, (HR Anas bin Malik).
Iklim perdagangan yang akrab dengan Konsep negara dalam Islam sering
munculnya Islam, telah menempatkan dirujukkan pada contoh ideal masyarakat
beberapa tokoh sebagai pedagang yang yang dibangun oleh Nabi di Madinah.
berhasil. Keberhasilan tersebut ditunjang oleh Praktek negara yang terjadi pada saat itu
kemampuan skill maupun akumulasi modal merupakan gambaran sebuah masyarakat
yang dikembangkan. Dalam pengertiannya yang sangat ideal, karena merupakan
yang sangat umum, maka dunia kapitalis perpaduan antara otoritas wahyu dan
sudah begitu akrab dengan ajaran Islam manusia yang selalu dilindungi wahyu.
maupun para tokohnya. Kondisi tersebut Kedudukan Nabi sebagi Rasul dan pemimpin
mendapatkan legitimasi ayat Al Qur’an negara merupakan potensi yang sangat besar
maupun Hadist dalam mengumpulkan harta untuk memadukan seluruh aspek kehidupan
dari sebuah usaha secara maksimal (Maxime manusia dengan ajaran agama secara
Rodinson, 1982). bersamaan. Tema-tema umum bidang ekonomi
Ajaran-ajaran keagamaan secara khas terfokus pada keadilan, pemberantasan
melalui doktrin yang dikembangkan dari kemiskinan maupun distribusi kekayaan
ajaran dasarnya baik oleh tokoh generasi melalui berbagai institusi keagamaan saat itu.
awal, pengikutnya, maupun doktrin Dalam menghadapi pembiayaan negara,
sekundernya telah mengambil posisi tertentu Nabi mendirikan bait al-mal, suatu tradisi
antara individualisme dan sosialisme. yang terpelihara sampai khalifah dan
Masing-masing ajaran mempunyai titik tekan penerusnya, bait al mal adalah lembaga
yang berbeda walaupun secara doktrin keuangan negara yang mempunyai otoritas
mendasar mengakui keduanya sebagai untuk menerima pajak, zakat, ataupun
pandangan hidup yang berlaku bagi umatnya. pemberian lain, dan mendistribusikan kepada
Ajaran individualisme dalam Protestan yang memerlukan. Institusi ini juga berguna
mempengaruhi sikap kebebasan, dan lebih untuk membiayai peperangan dan membayar
luas dalam hak kepemilikan, penggunaan, para pegawai pemerintahan, (Ahmaed Abdul
dan konsumsi suatu modal atau benda dalam Fattah, 1987). Arti pentingnya negara dalam
lalu lintas perekonomian. Demikian juga perekonomian telah dikemukakan ekonom
ajaran Islam yang cenderung sosialis klasik dalam sejarah muslim, seperti Ibn
mempunyai pengaruh yang signifikan pada

24 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif...), Syafiq M. H & Achmad S

Sina, Imam al-Ghazali maupun Ibn Khaldun, menjadi realitas yang aplikatif. Tugas
(Zainal Abidin, 1979). tersebut ditunjang dengan mendirikan
Tugas negara Islam secara prinsip adalah lembaga dan instansi yang menjaga,
melindungi warganya untuk melakukan mengawasi dan mengembangkan sektor
kebebasan dan hak-hak mendasar bagi ekonomi dengan menerapkan kedisiplinan,
manusia, (Fazlur Rahman, 1980). Titik tekan serta menghukum bagi para pelanggar
yang sangat penting, sebagaimana tema hukum. Ajaran agama dan prinsip-prinsip
besar yang dikemukakan Rasul, adalah ekonomi perlu diterjemahkan dalam bahasa
negara berkewajiban untuk mendistribusikan dunia sehingga tidak menjadikan sebuah
kekayaan secara adil merata sehingga dapat ajaran yang mengambang dan melangit tanpa
menjamin kehidupan layak bagi setiap bisa direalisasikan, (M. Yusuf Q dan Umer
individu, (M. Baqir Sadr, 1987). Bidang lain Chapra).
yang perlu penanganan serius adalah Hubungan negara dengan ekonomi telah
pengelolaan secara terbuka perolehan dikenal pada tahapan kedua dari sikap
kekayaan negara melalui institusi keagamaan individualistik yang kuat. Ajaran tersebut
seperti zakat, infak, sodaqoh dan pajak. menjadi embrio lahirnya orde kapitalisme
Keterlibatan negara dalam mekanisme pasar tahap pertama, yaitu pemisahan negara
bersifat temporer, yaitu ketika mekanisme dengan Tuhan. Konsep yang telah menjadi
harga mengalami gangguan yang dapat wacana keseharian berpadu dengan faham
mengganggu jalannya perekonomian, (Ibn liberalisme yang berkembang secara pesat
Taimiyah dalam Yusuf Qorodhowi, 1997). dengan slogan utamanya laissez faire.
Peran negara dianggap sebagai perencana, Slogan tersebut menolak segala bentuk
pengawas, produsen dan sekaligus campur tangan pemerintah atau negara
konsumen, (Monzer Kahf, 1995). Negara dalam bidang ekonomi dengan memberikan
bertanggung jawab untuk memerangi kebebasan yang sebesar-besarnya kepada
praktek monopoli, penimbunan barang yang individu. Pasar bebas, dalam asumsi aliran
bermotif ekonomi, memberantas pasar gelap ini merupakan sebuah solusi yang dapat
dan seluruh praktek jahat dalam dunia usaha. menyelesaikan persalan-persoalan ekonomi.
Perusahaan negara berhak mengambil alih Relasi ekonomis harus berjalan sesuai
kepemilikan pribadi terhadap sumber dengan hukum permintaan dan penawaran,
produksi yang bersifat publik, karena keadaan ekonomi ideal terjadi apabila
menyangkut kepentingan hajat orang mekanisme pasar dapat mempengaruhi
banyak, (M. Baqir Sadr, 1987). Negara seluruh relasi ekonomi, (K. Bertens, 2000).
berhak menghukum aktivitas ilegal, seperti Adam Smith adalah pendukung fanatik
penimbunan barang dagangan, dan juga laissez faire dengan menganjurkan
berhak memobilisasi dana jika diperlukan, perdagangan sistem pasar bebas. Kondisi ini
(Musthaq Ahmad, 1990). berkaitan dengan kuatnya campur tangan
Peran negara yang terpenting dalam pemerintah dalam peraturan ekonomi saat
bidang ekonomi adalah merealisasikan itu sehingga individu tidak dapat secara bebas
ajaran-ajaran agama dalam sebuah tindakan menentukan pilihan, (Sonny Keraf, 1996)
yang riil yang dituangkan dalam program Sikap penolakan Smith terhadap persoalan
kerja dan kebijakan bidang ekonomi. Tugas ekonomi tidak menutup kemungkinan bagi
ini adalah mengubah pemikiran menjadi pemerintah untuk melakukan campur tangan
sebuah tindakan nyata, mengubah nilai pada hal lain.
menjadi undang-undang yang diterapkan Dari beberapa tokoh liberalisme-
secara adil, serta mengubah moralitas kapitalisme, Adam Smith merupakan tokoh

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002 25
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif…),Syafiq M. H & Achmad S.

yang paling rasional dalam mempolakan tersebut merupakan upaya konkrit dalam
hubungan antara pemerintah dengan ekonomi. mengatur perekonomian untuk kemakmuran
Pentingnya campur tangan pemerintah individu yang perlu dipelajari oleh negara-
terlihat dalam keyakinannya bahwa campur negara muslim.
tangan pemerintah demi menjamin
kebebasan kodrati, keadilan, tatanan sosial ASPEK INDIVIDU DAN SOSIAL
dan keamanan setiap orang. DALAM INSTITUSI EKONOMI
Tugas utama pemerintah terfokus pada Kepemilikan dalam Islam dan Kapitalisme
tiga hal, yaitu: pertahanan-keamanan, Kepemilikan terhadap harta benda
penegakkan keadilan, pelaksanaan pekerjaan merupakan hal mendasar bagi setiap individu
dan pranata umum. Secara umum tugas dalam pengelolaan dan pemanfaatan pada
pemerintah paling pokok adalah menjaga dan aktivitas bisnis. Pemikiran sosial dan
menegakkan keadilan dengan menggunakan individual secara berkelanjutan mengakumulasi
segala kekuatan agar masyarakat tunduk dalam bentuk sistem kompetisi dan
terhadap sebuah kekuasaaan untuk tidak pengembangan usaha dengan modal yang
merugikan atau mengganggu orang lain. dimiliki serta batasan-batasan yang
Tugas tersebut menjadi semakin penting diperbolehkan dalam masing-masing ajaran
karena Smith melihat kenyataan bahwa di dalam penggunaannya, (Taleqani, 1983).
masyarakat timbul kesenjangan ekonomi Secara mendasar, doktrin ajaran Islam
yang disebabkan adanya hak milik pribadi. mengajarkan bahwa kepemilikan yang
Faktor kedua dalam pandangan Smith, paling asasi dari seluruh harta adalah Allah,
bahwa pasar bebas merupakan potensi yang manusia menjadi “pemilik” atas harta hanya
menimbulkan konflik dan benturan sebagai amanat dari Tuhannya. Pemanfaatan
kepentingan berbagai pihak yang didasarkan kepemilikan oleh manusia sebatas sebagai
pada hak pribadi. Peran pemerintah sangat makhluk yang harus sesuai dengan ketetapan-
dibutuhkan untuk melaksanakan keadilan dan Nya dan untuk tujuan yang telah ditetapkan
mengaplikasikannya pada hukum positif dan melalui ajaran-ajaran agama. Pengakuan
berlaku untuk seluruh individu dan Allah terhadap kepemilikan manusia dapat
masyarakat. dilihat dari Firman-Nya, praktek dan
Pandangan Smith dan Keynes tentang rumusan yang telah dilakukan oleh generasi
peran pemerintah dalam perekonomian awal. (QS 33:27) Kepemilikan dalam Islam
dijadikan model oleh negara-negara modern dapat diperoleh melalui berbagai mekanisme
yang berbasis pada sistem kapitalis. Amerika seperti pengakuan terhadap benda tak bertuan,
merupakan perpaduan antara ekonomi yang bekerja, pelimpahan hak dan transaksi yang
didasarkan pada kebebasan individu dalam dilakukan secara benar, (Wahbah, 1989).
menentukan pilihan bisnisnya, tetapi di satu Kepemilikan individu dalam Islam
sisi peran pemerintah sangat dominan dalam dibatasi oleh kesejahteraan orang lain,
kebijakan ekonomi, (Vernon A. Musselman, kepentingan umum dan ketentuan agama
1981). Peran pemerintah bukan sekedar yang memberikan kewajiban tertentu pada
menjadi wasit yang adil, tetapi lebih kelebihan kepemilikan yang telah melampaui
berpartisipasi aktif dalam mendorong kegiatan batas minimal. Kepentingan umum merupakan
ekonomi. bentuk kepemilikan yang sangat kuat
Kebijakan pemerintah yang dituangkan kedudukannya dalam Ajaran Islam, dan
secara nyata pada perundangan tersebut sangat dianjurkan ketika menyangkut hajat
memberikan jaminan sebuah usaha baik orang banyak. Doktrin tersebut dibarengi
secara hukum maupun keamanan. Hal dengan anjuran-anjuran yang bersifat kolektif

26 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif...), Syafiq M. H & Achmad S

seperti lembaga wakaf, tanah mahmiyah dan Kepemilikan dalam Islam merupakan
status masjid yang dianggap sebagai rumah pertengahan antara faham kapitalisme dan
Allah. sosialisme. Ajaran-ajaran dasar dalam Islam,
Kepemilikan yang diperoleh secara benar tidak ada satupun yang menentang
dan telah dikeluarkan kewajiban-kewajiban kepemilikan dan harta. Sindiran-sindiran
seperti zakat dijamin oleh agama, bahkan yang diberikan Al-Qur’an dan tradisi
diwajibkan untuk selalu dijaga dari kejahatan berikutnya menyatakan bahwa harta terkadang
orang lain yang ingin menguasai secara tidak sebagai cobaan dan dapat menjadikan fitnah
sah. Banyak hadist yang memformulasikan di dunia dan akhirat bagi pemiliknya, (QS
dengan ungkapan mati syahid ketika orang 64:15).
yang berusaha mempertahankan hartanya itu Dalam doktrin mendasar Ajaran Kristen
meninggal. (HR Muslim). Demikian juga manusia merupakan milik Allah, bukan
dengan rumusan yang diberikan oleh Syatibi milik dirinya sendiri, (Korintus I 6:19).
dalam merumuskan kebutuhan primer Penegasan tersebut untuk menghindarkan
(doruriyat), termasuk didalamnya adalah akal manusia dan kehendaknya menguasai
menjaga harta, (As-Syatibi, tt). Kewajiban seluruh aktivitas kehidupannya. Usaha-
melindungi harta bukan hanya kewajiban usaha yang dilakukan bukan untuk tujuan
pemerintah, tetapi merupakan kewajiban kebahagiaan daging manusia melainkan
setiap individu, baik terhadap muslim untuk mengabdi kepada Allah sebagai satu-
maupun non muslim. satunya tujuan dalam kehidupan maupun
Implikasi ajaran Islam terhadap kematian, (J. Calvin, 1980). Doktrin tersebut
kepemilikan sangat berpengaruh pada meletakkan dasar kepercayaan bahwa
penggunaan, distribusi dan konsumsi sebuah keberhasilan dan kesejahteraan hidup
komoditas. Batasan penggunaan tersebut manusia sangat tergantung pada berkat dari
melihat pada konsep halal dan haram yang Allah. Penggunaan kekayaan yang benar
merupakan doktrin mendasar pada ajaran dalam Kristen adalah apabila tidak
Islam. Islam melarang penggunaan kepemilikan menyimpang dari tujuan yang telah
yang dapat mengakibatkan kerusakan, ditetapkan Allah kepada manusia.
membahayakan dan merugikan orang lain, Ajaran Richard Baxter mengenai
karena hal tersebut bertentangan dengan kepemilikan dan penggunaannya menegaskan
konsep dasar pemanfaatan kepemilikan penggunaan kekayaan dengan sikap yang
sebagai wujud amanat dan khalifah Allah bodoh dan terpengaruh godaan daging
dan kemaslahatan umat, (Musthaq Ahmad, merupakan perbuatan tercela yang
1990). Konsep mendasar ini yang membedakan menyebabkan adanya sikap santai (relaksasi).
dengan sistem ekonomi lainnya. Istirahat abadi bagi orang-orang suci adalah
Perbedaan antara halal dan haram bukan di dunia nanti, sedangkan tugas manusia di
hanya mengharuskan adanya sebuah tujuan bumi adalah menjalankan state of grace-nya
yang benar, tetapi meliputi seluruh sarana demi kemuliaan Tuhan. Doktrin ini
yang dipergunakan tidak mengandung unsur- melarang penggunaan harta orang-orang
unsur yang dikategorikan sebagai barang kaya tanpa bekerja, walaupun dapat
haram, (Ibn Rusyd, 1950). Kegiatan bisnis memenuhi kebutuhannya sendiri. Bekerja
Islami tidak pernah mengenal investasi dan dan berbuat produktif merupakan firman
usaha yang mempunyai obyek bersifat Tuhan yang berlaku pada orang kaya maupun
haram, gharar, walaupun hal tersebut miskin. Doktrin kerja produktif pada tahapan
diperlukan sebagai kebutuhan manusia dan ini masih dibingkai oleh etika agama yang
mendatangkan keuntungan secara materi. secara mendasar sangat menentang praktek

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002 27
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif…),Syafiq M. H & Achmad S.

ketidakjujuran, ketamakan dan usaha-usaha produktivitas upah rendah para buruh dalam
untuk memperkaya diri sendiri, (Max Weber, sistem produksi, (Max Weber, 1958).
1958). Praktek-praktek bisnis yang berkembang
Perpaduan antara bekerja, penggunaan tersebut telah mematikan akar-akar
harta kekayaan sebagai suatu panggilan keagamaan dan kegiatan bisnis yang secara
secara riil menghasilkan dua patokan, antara fungsional telah terpisah dari semangat
moral agama dan tingkat pentingnya keagamaan. Secara historis, lahirnya
produksi barang-barang oleh masyarakat kapitalisme dilandasi semangat keagamaan.
yang berarti keuntungan. Dalam Tetapi dalam perjalanannya kapitalisme telah
perjalanannya, kriteria keuntungan menjadi mematikan nilai-nilai keagamaan dengan
sangat penting dibanding penghargaan moral, melemahkan nilai-nilai etis dan ajaran itu
sehingga dirumuskan doktrin pendukungnya. sendiri.
Tuhan dalam pandangan kaum puritan, telah John Locke merupakan tokoh yang
memberikan kesempatan kepada umat-Nya pertama kali merumuskan liberalisme dalam
untuk mendapatkan keuntungan yang harus hak milik, yang merupakan hak terpenting
secara sungguh-sungguh untuk diraih. Jika atas kehidupan dan kebebasan. Ide
Tuhan menunjukkan jalan yang lebih banyak liberalisme menguat ketika digunakannya
mendatangkan keuntungan tetapi memilih uang sebagai alat tukar yang memiliki fungsi
jalan lain yang lebih sedikit mendatangkan tak terbatas. Ide kapitalisme pada diri Locke
keuntungan maka manusia telah adalah pandangannya terhadap pekerjaan
menghilangkan salah satu tujuan panggilan yang harus diukur dengan nilai tukar
dan telah menolak untuk menjadi pelayan komoditas yang ada di masyarakat. Tokoh
Tuhan serta menghindar dari segenap lain sebagai pendukung liberalisme adalah
anugrah-Nya. Adam Smith yang mengikuti tokoh
Pergeseran era ini ditandai menguatnya sebelumnya mengenai pentingnya hak milik
kaum borjuis yang mulai tumbuh dengan pribadi. Ungkapan yang dipergunakan Smith
semangat keagamaan dan kebenaran adalah the sacred rights of private property
formalnya, dan dengan perilaku yang tanpa terhadap pentingnya hak milik. Secara
cacat serta penggunaan kekayaan yang tidak substansi Smith, sebagaimana John Locke,
bertentangan maka seorang borjuis merasa menganggap bahwa kerja merupakan dasar
sedang menjalankan perintah Tuhan. Pada kodrati dari hak milik pribadi tetapi
sisi lain, kekuatan askes keagamaan telah memandang lebih jauh terhadap sifat
menyediakan tenaga buruh yang setia, rajin eksklusif (sempurna) terhadap hak milik.
dan tekun dalam pekerjaannya sebagai Secara moral, menurut Smith legitimasi
tujuan hidup yang dikehendaki Tuhan. penonton tak berpihaklah yang mendukung
Kondisi yang demikian telah memberikan terciptanya hak sempurna pada hak milik
jaminan kepada kalangan borjuis untuk tetap manusia, (Sonny Keraf, 1996).
mengakumulasi modal dengan tingkat Kepemilikan sebagai aset produksi dapat
keuntungan yang besar. Distribusi kekayaan terkonsentrasi pada seseorang, walaupun
dari Tuhan yang tidak merata tersebut tidak melanggar hak dan hukum tetapi
dianggap sebagai dispensasi khusus dari membuka peluang untuk melakukan
“takdir illahi” yang merupakan misteri bagi monopoli, (Maurice Z dalam Anthony
manusia. Prinsip-prinsip tersebut menjadi Giddens, 1982). Hak milik yang tidak
elemen mendasar bagi ekonomi kapitalis dibatasi menjadikan si kaya semakin kaya,
yang berlanjut pada kemudian hari dengan sebaliknya si miskin yang tetap dalam
teori-teori ekonomi modern mengenai kemiskinan. Sistem ini menempatkan

28 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif...), Syafiq M. H & Achmad S

manusia pada posisi yang rancu dan tidak (bukan di pasar) yang dimasukkan dalam
mampu menempatkan manusia sebagai golongan orang yang berdosa besar, (Ibn
makhluk individu dalam bingkai sosial. Rusyd, 1950). Kebijakan tersebut untuk
Dalam kapitalisme unsur kebersamaan menjaga keseimbangan informasi harga
sebagai manifestasi tanggung jawab bersama dasar pedagang dengan harga pasaran,
tidak direspon hampir pada keseluruhan lini sehingga dapat dicegah upaya-upaya untuk
sistem tersebut. Kondisi ini menimbulkan melakukan monopoli dengan melakukan
sikap egoisme dan kebebasan yang pembelian secara besar-besaran pada harga
dikembangkan pada semua aspek yang di bawah pasaran.
berkaitan dengan ekonomi. Kerangka kebebasan dalam perekonomian
Islam lebih ditujukan pada mekanisme kerja
Mekanisme Kompetisi dalam Islam dan sama dibanding sistem persaingan. Hal
Kapitalisme tersebut dapat terlihat dari beberapa praktek
Mekanisme perdagangan merupakan dagang yang diadopsi oleh ajaran Islam dari
cara-cara yang ditempuh untuk membuka, tradisi sebelumnya dan penekanan aspek
mempertahankan, maupun memperluas sosial itu sendiri. Lembaga kerja sama yang
jaringan pemasaran, untuk mendapatkan paling tua dalam perekonomian Islam adalah
keuntungan yang diharapkan. Kondisi yang musyaraka dan mudaraba. Tradisi kerja
paling ideal dalam sebuah persaingan yang sama inilah yang menjadi latar belakang
sempurna dengan menyerahkan sepenuhnya sistem perekonomian Islam pada seluruh
pada mekanisme pasar. Hukum permintaan aspek, baik yang berkaitan dengan modal,
dan penawaran diserahkan sepenuhnya pada tenaga, pikiran, maupun tanah dan sumber
para konsumen yang mempunyai hak pilih daya ekonomi lainnya.
dan para produsen yang mempunyai hak Secara umum lembaga perekonomian
untuk menawarkan. Mekanisme pasar yang dalam Islam terbentuk dalam dua pola besar,
sempurna hampir tidak pernah tercipta yaitu jual-beli dan kerja sama. Sikap
dengan masuknya beberapa intervensi yang individualisme dan konsep sosial dalam
bermuatan politik, ekonomi maupun bentuk Islam merupakan dua faktor yang dipadukan
lain yang dapat mewarnai mekanisme pasar secara harmonis sehingga setiap pekerjaan
itu sendiri. dinilai mempunyai kegunaan yang maksimal
Kebebasan ekonomi dalam sejarah umat ketika menguntungkan dan membantu orang
Islam sangat dijamin oleh ajaran Islam itu lain (HR dalam Jalaluddin as-Suyuthi,
sendiri maupun negara yang menganut 1966). Pendekatan sosial dalam Ajaran
sistem pemerintahan Islam. Tradisi tersebut Islam sangat hirarkis dari setiap ajaran dan
berjalan sejak zaman Nabi sendiri yang doktrin yang dikembangkan setiap generasinya
ditunjukkan dengan ketidaksediaan Nabi yaitu berupa kepentingan umum lebih
menetapkan harga. Harga didasarkan pada diutamakan daripada kepentingan pribadi.
prinsip tawar menawar secara suka rela Unsur sosialisme dalam Islam diperkuat
dalam perdagangan. Tidak ada satu dengan dirumuskannya kewajiban kolektif
mekanismepun yang dapat memaksa penjual (fard kifayah) sebagai salah satu kewajiban
untuk melepaskan komoditasnya dengan yang harus dijalankan oleh seorang muslim.
harga yang rendah dari harga pasar selama Sistem kerja sama dan kerja kolektif
perubahan harga tersebut terjadi secara pada suatu kebaikan dalam Islam merupakan
wajar. Dalam menjalankan mekanisme tema umum yang didukung oleh ajaran-
persaingan yang fair, Nabi melarang ajaran dasarnya sebagai bentuk sosialisme
pembelian barang dari pedagang di jalan dalam Islam, (QS 5:2). Prinsip persaudaraan

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002 29
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif…),Syafiq M. H & Achmad S.

merupakan titik tekan dalam doktrin ekonomis yang paling baik terjadi jika
keagamaan melalui wahyu maupun tradisi kebebasan tersebut diartikan dengan
keNabian, (QS 49:10). Tradisi kebersamaan memberikan kesempatan yang sama dalam
tersebut terlembaga dalam Sistem kompetisi dan persaingan. Kapitalisme
Perekonomian Islami dengan menekankan sangat menolak sikap monopoli dan
kerja sama pada beberapa bidang usaha. proteksionisme yang dapat mengganggu
Pembahasan mekanisme kerja sama sangat iklim usaha dan menjadikan usaha pada
menonjol dan menjadi kajian utama dalam tingkat persaingan yang tidak fair.
fikih muamalat setelah pembahasan jual- Hak untuk berkompetisi merupakan dasar
beli. dari sebuah demokrasi yang merupakan
Praktek perekonomian muslim saat ini, upaya untuk mendapatkan sesuatu dan orang
sistem kerja sama tersebut sangat jarang lain, juga mendapatkan kesempatan tersebut
dipraktekkan terutama yang berkaitan dengan dengan iklim yang sama dan pada waktu
Lembaga Keuangan Islam. Musyaraka yang yang sama. Kompetisi merupakan
dianggap sebagai bentuk kerja sama paling mekanisme yang menguntungkan untuk
ideal dalam perekonomian Islam dan sebuah usaha dan konsumen, (Sonny Keraf,
mudaraba hampir tidak mendapat respon 1996). Para produsen komoditas yang sama
dan hanya menempati prosentase yang akan bersaing dalam menciptakan produk
paling rendah dari seluruh produk-produk yang terbaik dengan harga rendah, dan
bank Islam, (Abdullah Saeed, 1996). pelayanan yang baik untuk mendapatkan
Kalangan kapitalisme menganggap konsumen. sehingga konsumen dapat
bahwa kompetisi merupakan mekanisme menentukan pilihan sesuai dengan keinginan
yang paling sempurna dalam menjalankan mereka.
sebuah usaha sepanjang persaingan tersebut Pada kenyataannya, pasar persaingan
dilakukan secara adil dan fair. Pasar bebas sempurna tidak pernah terjadi dengan
merupakan mekanisme yang dapat menjamin berbagai macam alasan terutama yang
dari aktualisasi hak kebebasan dan hak berkaitan dengan hal-hak di luar faktor
kepemilikan pribadi. Pasar bebas mendorong ekonomi. Mekanisme harga pasar tidak
dan melindungi hak kebebasan sampai batas tercipta dan persaingan mengarah pada sikap
kemampuan maksimal individu dan terbebas yang tidak fair dan memungkinkan
dari campur tangan pemerintah. Demikian terjadinya monopoli/oligopoli, (Robert B.
halnya juga sangat melindungi hak Carson, 1987). Kondisi tersebut merupakan
kepemilikan pribadi terhadap kebebasannya konsekuensi logis dari prinsip liberalisme
untuk melakukan apa saja terhadap yang memungkinkan untuk menggunakan
kepemilikan pribadinya tanpa campur tangan sebebas-bebasnya hak milik untuk melakukan
pemerintah, (Velasques, 1998). Aliran ini usaha, sehingga para pemilik modal besar
menolak setiap campur tangan dalam dapat mengalahkan pemodal kecil bahkan
perekonomian. Mereka berkeyakinan bahwa mematikannya. Prinsip tersebut menjadi
relasi-relasi ekonomi didasarkan pada mekanisme yang legal karena dianggap tidak
hukum permintaan dan penawaran. Kondisi melanggar hukum sehingga terjadi raksasa
perekonomian yang baik terjadi jika perusahaan dengan penguasaan bidang
mekanisme pasar dapat menentukan semua usaha dari hulu sampai hilir.
aspek yang berkaitan dengan ekonomi
seperti, harga jual, besar gaji, kesempatan
kerja, volume produksi dan tingkat
keuntungan yang diperoleh. Kondisi sosio-

30 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif...), Syafiq M. H & Achmad S

Peran Institusi Ajaran Islam dan Kapitalisme menentukan relasi ekonomi baik yang
dalam Struktur Perekonomian berkaitan dengan jumlah komoditas, tingkat
Akar kapitalisme lahir dari dua kekuatan upah, harga, kesempatan kerja dan seluruh
doktrin yaitu doktrin keagamaan dan pada aspek ekonomi dan tidak memerlukan
saat bersamaan bersanding dengan doktrin rumusan moral tersendiri. Doktrin yang
kebebasan. Ide panggilan Martin dipertajam dikembangkan bahwa business is amoral ,
oleh Calvin dengan mengumandangkan bisnis tidak ada sangkut pautnya dengan
bahwa setiap manusia harus berusaha moral sepanjang dilakukan melalui mekanisme
mengekspresikan panggilan melalui akses yang tidak melanggar hukum.
keduniaan dengan cara bekerja keras. Sifat Sistem individualisme sangat menolak
bekerja keras merupakan sikap kemandirian sikap free rider sebagai benalu yang
yang secara bersamaan dikenalkan pada menumpang hidup pada orang lain tanpa
doktrin kalangan protestan dengan tidak mengeluarkan keringat. Pandangan kapitalis
mempercayai segala bentuk perantaraan bahwa orang tersebut tidak mengakui dan
magis dalam berhubungan dengan Tuhan. menghormati hak sesama untuk menikmati
Sikap inilah yang menjadi tonggak hasil, sehingga rumusan paling mendasar
munculnya faham individualistik tahap bagi mereka bahwa orang tidak berusaha
pertama dan melahirkan etos kerja yang tidak mempunyai hak untuk memperoleh
tinggi, teliti, tekun dan rasional dalam sesuatu.
tindakan-tindakan ekonominya, (Taufiq Tujuan utama sebuah usaha adalah
Abdullah, 1988). mencari keuntungan sebesar-besarnya. Hal
Ajaran Islam dan Protestan sangat ini merupakan pergeseran doktrin bahwa
menghargai aktivitas bisnis sebagai kegiatan bekerja untuk memenuhi kepentingan pribadi
mencari keuntungan sepanjang dilakukan dan membantu sesama manusia. Penyimpangan
menurut ajaran agama yang telah ditetapkan. ide-ide keagamaan yang membangun dasar
Doktrin Protestan yang tidak mengenal semangat kapitalisme ditunjukkan dengan
sarana magis kecuali Tuhan itu sendiri adanya fakta bahwa sikap kaum borjuis
menimbulkan sikap percaya diri yang sangat selalu ingin mendapatkan keuntungan dan
tinggi sebagai embrio individulisme tahap memperluas bidang usaha dengan membayar
pertama. Sikap individualistik berkembang seminim mungkin upah buruh. Sikap rajin,
dan mendorong tuntutan pemisahan negara tekun dan ketergantungan yang kuat dari
dengan Tuhan. Hubungan antar individu kaum buruh terhadap tuannya merupakan
dengan diserahkan kepada masing-masing modal yang sangat berarti dengan
individu sebagai manifestasi pertanggung merumuskan bahwa membangun industri
jawabannya. Sikap-sikap inilah yang menjadi merupakan kewajiban asasi terhadap Tuhan.
embrio kapitalisme tahap pertama. Doktrin Kelebihan harta yang dimiliki kaum borjuis
individualistik tersebut bersamaan dengan merupakan pengecualian dari sikap keadilan
lahirnya faham kebebasan individu yang Tuhan dari orang-orang yang tidak beruntung.
dikenal dengan slogan mereka laissez faire. Agama telah menjadi alat legitimasi setiap
Dalam bidang ekonomi aliran liberalisme tindakan kaum kapitalis yang secara
sangat mengagungkan hak milik pribadi dan bersamaan telah mematikan nilai-nilai
menolak segala bentuk campur tangan agama itu sendiri. Ide-ide pemisahan antara
negara. Doktrin mereka adalah pasar bebas ekonomi dan agama, Tuhan dan peran negara
sebagai sistem paling sesuai dengan telah mengarahkan sikap mengkultuskan
menekankan pada hukum permintaan dan individu di atas segalanya, (Carson, 1987).
penawaran. Pasar bebas tersebut dapat Sikap individualistik tersebut mendorong

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002 31
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif…),Syafiq M. H & Achmad S.

ketidak sempurnaan pasar, seperti monopoli Aspek sosial dalam Islam yang sangat
dan praktek kecurangan lainnya. Pergeseran- kental tersebut mempunyai pengaruh yang
pergeseran nilai individualistik ke arah yang sangat besar pada aspek kehidupan yang lain,
lebih sosial dan humanis mulai dikembangkan sebagaimana halnya dalam perekonomian.
para pemikir kapitalis modern sebagai upaya Pengakuan terhadap milik pribadi sebatas
kepedulian sosial perusahaan terhadap kebutuhan untuk memenuhi kewajiban
lingkungan. Masyarakat kapitalis telah agama, sedangkan memajukan kepentingan
merumuskan dasar filosofi sebagai kerangka umum dan hak milik umum tidak terbatas.
dasar yang memberikan ciri khas dari Walaupun, secara timbal balik kepentingan
eksistensi mereka, (Fred L. Fry, 1998). umum haruslah menjamin berlangsungnya
Islam dalam doktrinnya merupakan kemerdekaan pribadi.
agama yang berlaku untuk semuanya, Konsep sosial dalam ajaran Islam yang
merupakan agama terakhir dari agama sangat menekankan kebersamaan, sering
samawi. Islam menyebut dirinya sebagai diterjemahkan sebagai pelaksanaan sebuah
agama yang universal, sehingga ajarannya kerja secara bersama-sama tanpa
mencakup seluruh aspek kehidupan. Dalam menekankan pada sisi kualitas yang harus
Islam, seluruh aspek kehidupan merupakan disandang individu sebelum melakukan
kaitan yang erat yang tidak dapat dipisahkan pekerjaan secara bersamaan. Pemahaman
dengan agama itu sendiri. Kepatuhan yang demikian menimbulkan etos kerja yang
terhadap agama berarti mentaati seluruh rendah. Bahkan, ulama merumuskan sebuah
ajaran yang terkandung di dalamnya, (QS kewajiban bersama (fard al-kifayah) sebagai
21:107). kewajiban yang dapat diselesaikan oleh
Ajaran individualistik dalam Islam seorang muslim saja yang difahami secara
sebatas pertanggungjawaban manusia kepada sempit. Pemahaman semacam ini bisa
pencipta-Nya, sebagaimana halnya otoritas mendorong free rider dalam umat Islam, di
Tuhan dalam menentukan derajat ketaqwaan mana satu golongan umat Islam mengandalkan
seseorang dalam hidupnya. Konsep pada lainnya untuk mendapatkan hasil yang
individualistik tersebut tidak berlaku diinginkan. Konsep sosial digabung dengan
(setidaknya tidak pernah dianjurkan) faham fatalistik melahirkan kepasifan yang
terhadap perbuatan yang bersifat muamalat, ekstrem, suatu konsep yang bertentangan
bahkan pada pelaksanaan ibadah mahdah dengan konsep kemerdekaan manusia.
(murni). Melakukan sholat merupakan Manusia digariskan oleh nasib misteri tanpa
kewajiban setiap individu muslim sebagai ada upaya untuk memperbaiki dan mengubah
konsekuensi terhadap kepatuhan terhadap keadaan untuk menjadi lebih baik.
ajaran agama akan tetapi pengerjaannya
dianjurkan (bahkan sebagian mewajibkan) PENUTUP
dengan konsep jama’ah (secara bersama- Ajaran agama mempunyai relevansi
sama). Konsep kebersamaan dalam ritual positif yang signifikan terhadap aktivitas
keagamaan inilah yang menjadi konsep ekonomi melalui berbagai ajaran-ajarannya.
sosial dalam Islam, sehingga hampir seluruh Akar individualistik Protestan telah
aktiifitas ibadah pokok dalam Islam selalu melahirkan etos kerja yang tinggi, rasional
dikaitkan dengan nilai sosial itu sendiri. dalam tindakan ekonomi, dan menjadi
Shalat berjamaah dan zakat merupakan embrio kapitalisme. Islam yang didukung
contoh institusi dalam Islam yang oleh ajaran yang lengkap dan berciri sosialis
mendorong semangat kebersamaan/sosial. belum dapat melahirkan sikap etos kerja dan
cenderung kurang fokus pada level konsep

32 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif...), Syafiq M. H & Achmad S

operasional (misal, pemahaman terhadap Carson, Robert B. (1980). Economic Issues


fikih). Ajaran agama tersebut memberikan Today, New York: St. Martin Press.
ciri tersendiri ketika diimplementasikan Chapra, M. Umer, (1999). Islam dan Tantangan
dalam aktivitas keseharian. Corak sosialisme Ekonomi, cet. I, a.b Nurhadi Ihsan ,
yang dominan pada ajaran Islam menekankan Rifqi Amar SE, Surabaya: Risalah
sistem kerja sama dibandingkan sistem Gusti.
kompetisi yang diadopsi oleh kapitalisme. Cristensen, C. Roland, & Irwin, tt Business
Ajaran sosial Islam tersebut dalam tahap Policy (text and cases., cet. 5
implementasi melahirkan ekses-ekses negatif El-Ashker, Ahmed Abdel-Fattah, The Islamic
yang tidak diinginkan, seperti free-rider atau Business Enterprise, Sdney: Croom
pasifisme ekstrim, meskipun pada beberapa Helm Ltd. 1987
segi ajaran tersebut mempunyai kelebihan. Faridi, Dr. F.R., (1995). Islamic Principles
Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk of Business Organisation and
merumuskan pendekatan yang tepat untuk Management, cet. 1, New Delhi: Qazi
meminimalkan ekses negatif tersebut, sambil Pub.
mempertahankan kelebihan pendekatan Fitzpatrick, Joseph P., S.J. (1967). dalam
sosial tersebut. Kapitalisme pada tahap awal Donald N. Barret (ed.) Values in
menunjukkan sisi negatif, seperti ditunjukkan America, London : Notre Dame.
oleh eksploitasi terhadap kaum lemah Giddens, Anthony (ed.), (1982) Classes, Power
(misal, buruh) oleh kapitalis. Tetapi pada and Conflict, USA: UCLA Press.
perkembangan selanjutnya, kapitalisme Dr. G.C. van dan Dr. B.J. Boland, (1987).
mampu menampilkan perbaikan-perbaikan Dogmatika Masakini, cet. IV,
sehingga sisi humanisme kapitalisme Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
menjadi terlihat. Sejarah kapitalisme tersebut Halim, Fahrizal A., Privatisasi Agama
memperlihatkan bahwa perbaikan terhadap dalam Masyarakat Kapitalistik,
sisi negatif Islam sangat mungkin dilakukan. www.google.com
Hasan, DR. Hasan Ibrahim, (1957). Tarikh
DAFTAR PUSTAKA al-Islam, cet.IV, jilid. 1, Cairo: an-
Ahmad, Musthaq, (1995). Business Ethics in Nahdah al-Misriyyah.
Islam, CET. I, Islamabad: IIIT. Hasan, Ahmad, (1984). The Early
Ahmad. H. Zaenal Abidin, (1979). Dasar-dasar Development of Islamic Jurisprudence,
Ekonomi Islam, Jakarta: Bulan cet I, a.b. Abah Garnadi, Bandung:
Bintang. Pustaka.
Al-Asqolaniy, ibn Hajr, tt. Bulughu al-Maram, K. Bertens, (2000). Pengantar Etika Bisnis, cet.
Bandung: Al-Ma’arif. I Yogyakarta: Kanisius.
Al-Khafif, Ali, (1996). Ahkamu al-Mu’amalat Kahf, Monzer, Ph.D. (1995). Ekonomi
as-Syar’iah, cet. 1, Cairo: Dar al-Fikr. Islam, cet. I, a.b. Machnun Husein,
Al-Qodi, Mukhtar, (1949). Ar-Ra’yu fi al-Fiqh Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
al-Islamiy, cet. 1, Cairo: al-Fikrah. Keraf, DR. A. Sonny, (1996). Pasar Bebas
Az-Zuhaili, DR. Wahbah, (1989). al-Fiqh Keadilan dan Peran Pemerintah,
al-Islamiy wa adillatuhu, cet. 3, jilid Yogyakarta: Kanisius, cet. I Niftrik,
IV Damaskus : Dar al-Fikr. Keraf, DR. A. Sonny, (1999). Etika Bisnis
Calvin, Yohanes, (1980). Institutio (Pengajaran Tuntutan dan Relevansinya, cet. 2
Agama Kristen), ab. Ny. Winarsih Yogyakarta: Kanisius.
Arifin, Th. Van den End, Jakarta:
BPK Gunung Mulia.

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002 33
Relevansi Ajaran Agama dalam Aktivitas Ekonomi (Studi Komparatif…),Syafiq M. H & Achmad S.

Khafif,Ali, (1952). Ahkamu al-Mu’amalat as- Roberts, Richard H (ed.) (1995). Religion
Syar’iyyah, cet. 4 Cairo: as-Sunnah and The Transformations of
Muhammadiyah. Capitalism, cet. I, London: Routledge.
Mahmasani, DR. Subhi, 1952/1371 Roberts, Richard H (ed.), (1995). Religion
Falsafatu at-Tasyri’ fi al-Islamiy, and The Transformations of
cet. 2 Beirut : Dar al-Kasyaf. Capitalism, cet. I, London : Routledge.
Mannan, Prof. M. Abdul, MA, Ph.D. (1995) Rodinson, Maxime, (1982) Islam dan
Teori dan Praktek Eakonomi Islam, Kapitalisme, cet. I, a.b. Asep
a.b. Drs. M. Nastangin, Yogyakarta: Hikmat, Bandung : Iqra.
Dana Bhakti Wakaf. Sadr, Muhammad Baqir, (1987) Iqtisoduna,
McGrath, Alister E, (1997). Reformation cet. XX, Beirut : Dar al-Ma’arif.
Thought, cet. VII, Britain : MPG Saeed, Abdullah, (1996). Islamic Banking
Book Ltd. and Interest, Leiden: EJ. Brill
More, Richard K., The Story of Capitalism Seminari Theologia Injili Indonesia, (1985),
Begins, www.cyberjournal.org, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen,
Musa, DR. M. Yusuf, (1954). Al-Buyu’ wa cet. I, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
al-Mu’amalah al-Mu’asiroh, Mesir: Sunan at-Tirmidzi, Libanon: dar al-Fikr,
Dar al-Kutub al-Arabiy. 1964/1384, jilid I, cet. 1.
(Musnad Ahmad, Bab 6 Baqi Musnad al- Syaltut, M, (1959). Islam Aqidah wa
Mukassirin, hadis ke-12512, CD Syari’ah, Cairo: al-Azhar,
Hadis) Taufiq Abdullah (ed.) (1988), Agama Etos
Musselman, Vernon A, Eugene H. Hughes, Kerja dan Perkembangan Ekonomi,
(1981). Introduction to Modern cet. V, Jakarta: LP3ES.
Business, cet. 8 America: Prentice- Tawney, R.H., (1954) Religion and The Rise
Hall. of Capitalism, New York: New
Nababan, Dr. SAE. (1968). (red.), Panggilan American Library Inc.
Kristen dalam Pembaharuan Velasquez, Manuel G, (1998) Business Ethics,
Masjarakat (Laporan Konprensi New Jersey: Prentice Hall Inc.
Nasional Geredja dan masjarakat). Weber, Max, (1958). The Protestant Ethics
Jakarta : BPK. and The Spirit of Capitalisme, ab
Naqvi, Syed Nawab Haider, (1981). Ethics Talcott Parsons, New York: Charles
and Economics An Islamic Synthesis, Scribner’s Son’s.
Leicester: The Islamic Foundation. ______, (1965). The Sosiology of Religion,
Nasir, Nanat Fatah, (1999). Etos Kerja a.b. Ephraim Fischoff, London :
Wirausahawan Muslim, cet. I, Methuen Ltd.
Bandung : Gunung Jati Press. Al-Qur’anu al-Karim, (1983). Jakarta:
Qardhawi, DR. Yusuf, (1997) Peran dan Departemen Agama.
Nilai Moral dalam Perekonomian Al-Kitab, (1963). Jakarta: Lembaga al-Kitab
Islam, ab. KH, Didin Hafidhuddhin, Indonesia.
Msc. Dkk, Jakarta: Rabbani Press. Jurnal Ulumul Qur’an Nomor 3 VII Tahun
Qutb, Sayyid, (tt). Islam the Religion of the 1997.
Future, Beirut : The Holy Koran.

34 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram 1423 H/Maret 2002

Anda mungkin juga menyukai