Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

“PEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU DAN

TUMBUHAN LUMUT”

DOSEN PENGAMPU :

Rosmini S.Si, M.Pd

OLEH :

NAMA : Sulhijar

NIM : 2020010108012

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan
Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui”. (Q.S Al- Baqarah (2) : 22)

Pola persebaran flora di Indonesia sama dengan pola persebaran faunanya yang
berpangkal pada sejarah pembentukan daratan kepulauan Indonesia pada masa zaman es.
Pada awal masa zaman es, wilayah bagian barat Indonesia (Dataran Sunda: Jawa, Bali,
Sumatera, dan Kalimantan) menyatu dengan benua Asia, sedangkan wilayah bagian timur
Indonesia (Dataran Sahul) menyatu dengan benua Australia. Dengan demikian, wilayah
Indonesia merupakan daerah migrasi fauna dan flora antar kedua benua tersebut. Selanjutnya,
pada akhir zaman es, dimana suhu permukaan bumi meningkat, permukaan air lautpun naik
kembali, sehingga Pulau Jawa terpisah dari benua Asia, Kalimantan, dan Sumatera. Begitu
pula pulau- pulau lainnya saling terpisah satu sama lain.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis antara dua
benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik) yang
terdiri atas sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis pantai sekitar 95.181 km. Wilayah
Indonesia luasnya sekitar 9 juta km² (2 juta km² daratan, dan 7 juta km² lautan). Luas wilayah
Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi, namun mempunyai tingkat keberagaman
kehidupan yang sangat tinggi. Untuk tumbuhan, Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari
spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh
dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau
asli Indonesia

B. Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui proses


pembuatan herbarium dan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tumbuhan lumut
(Bryophyta) dan tumbuhan paku (Pteridophyta).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan tumbuhan yang dapat hidup dengan


mudah di berbagai macam habitat baik secara epifit, terestrial maupun di air. Penyebaran dan
keanekaragaman tumbuhan paku memang sangat besar, begitu pula dengan potensi dan
manfaatnya yang cukup penting baik untuk tanaman hias, sayuran, obat-obatan hingga
peranannya sebagai keseimbangan ekosistem. Namun, data dasar tumbuhan paku berkenaan
dengan komposisi, keanekaragaman dan distribusi belum banyak terungkap. Pteridophyta
merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji, memiliki susunan tubuh khas yang
membedakannya dengan tumbuhan lain. Pteridophyta disebut sebagai Traceophyta berspora,
yaitu kelompok tumbuhan yang berpembuluh dan berkembang biak dengan spora.

Tumbuhan paku mempunyai banyak manfaat bagi manusia, antara lain: sebagai bahan
makanan (sayuran), sebagai bahan untuk pembuatan kerajinan tangan, bahan pupuk organik,
dan tumbuhan obat. Nilai ekonomi tumbuhan paku ada pada keindahannya. Fungsi ekologis
tumbuhan paku adalah berperan dalam keseimbangan ekosistem hutan yaitu sebagai
pencegah erosi, penyebaran tumbuhan paku sangat luas, mulai dari 0-3200 mdpl, sehingga
pada ke dua ekosistem tersebut memungkinkan tumbuhan paku untuk hidup. Faktor
lingkungan seperti kelembaban yang tinggi, aliran air yang banyak, adanya kabut dan curah
hujan yang tinggi mempengaruhi jumlah tumbuhan paku yang tumbuh.

Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan kelompok tumbuhan tingkat rendah yang


tumbuh meluas di daratan. Lumut sejatinya adalah tumbuhan kecil yang tumbuh menempel
pada subtrat (batu, pohon, kayu dan tanah). Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Perbedaan toleransi tiap spesies tumbuhan
lumut terhadap faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap tingkat adaptasi, komposisi
jenis, dan distribusi tumbuhan lumut. Secara ekologi lumut berperan penting dalam
ekosistem, terutama pada daerah hujan hutan tropis lumut berperan dalam menjaga
keseimbangan air, siklus hara dan merupakan habitat penting bagi organisme lain serta dapat
dijadikan sebagai bioindikator karena tumbuhan ini lebih sensitif terhadap perubahan
lingkungan.

Lumut merupakan tumbuhan kecil yang tingginya hanya sekitar 1-2 cm, dan bahkan
yang paling besarpun umumnya tingginya kurang dari 20 cm tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan yang sederhana biasanya tumbuh di tempat-tempat yang basah.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat praktikum ini berlangsung pada hari Minggu, 5 Desember
2021. Pada pukul 16. 30 WITA yang bertempat di Baruga, Kelurahan Baruga, Kecamatan
Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Waktu dan tempat pengambilan bahan objek
pengamatan berupa tumbuhan paku dan lumut berlangsung pada hari Minggu, 5 Desember
2021. Pada pukul 15. 30 WITA yang berlangsung di Desa Tunduno, Kecamatan Ranomeeto
Barat, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 3.1 Alat dan kegunaannya

No Alat Kegunaan
1 Gunting Untuk memotong bahan
2 Isolasi Untuk melekatkan bagian herbarium
3 Koran Untuk membungkus tumbuhan yang dijadikan herbarium
4 Kertas HVS Untuk menyimpan tumbuhan paku yang sudah di cuci
5 Kertas karton Sebagai media penempelan herbarium kering (paku)
6 Toples Sebagai media penyimpanan herbarium basah (lumut)
7 Tisu/lap Untuk mengeringkan bahan tumbuhan paku

Tabel 3.2 Bahan dan kegunaan

No Bahan Kegunaan
1 Paku (Pteridophyta) Sebagai objek pengamatan
2 Lumut (Bryophyta) Sebagai objek pengamatan
3 Alcohol 70 % Membantu proses pembuatan herbarium

C. Prosedur kerja

 Herbarium kering (tumbuhan Paku)


1. Menentukan lokasi pengambilan bahan
2. Mengambil tumbuhan paku
3. Membersihkan atau mencuci bagian-bagian tanaman paku
4. Mengeringkan tanaman paku dengan cara dilap menggunakan tisu.
5. Menyemprotkan tanaman paku dengan alkohol 70 %, penyemprotan tidak perlu
terlalu basah.
6. Tanaman paku tersebut dikeringkan kembali menggunakan tisu.
7. Letakkan tanaman tersebut di atas koran dengan rapi lalu ditutup menggunakan buku.
8. Menindis koran tersebut dengan tumpukan buku agar tanaman dapat kering dengan
baik.
9. Setelah tanaman kering, tempelkan tanaman tersebut di atas kertas karton.
10. Memberi keterangan pada herbarium tersebut.
11. Membungkus ketas karton dengan plastik bening agar herbarium tidak rusak.

 Herbarium basah (tumbuhan Lumut)


1. Mengambil tumbuhan lumut.
2. Membersihkan tanah yang ada pada lumut.
3. Masukkan lumut ke dalam wadah atau toples.
4. Tuangkan alcohol 70% ke dalam toples berisi lumut.
5. Tutup toples hingga rapat, lalu isolasi tutup toples tersebut.
6. Memberi keterangan pada herbarium tersebut.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini dapat di lihat pada tabel berikut:

Nama Bahan Nama ilmiah Klasifikasi


Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Tumbuhan paku paku Adapun Klasifikasi tumbuhan
Nephrolepis. Paku Nephrolepis sebagai
berikut :
Nama ilmiah : Nephrolepis
Kingdom : Plantae
Famili : Lomariopsidaceae
Kelas : Pteridopsida
Divisi : Pteridophyta
Ordo : Polypodiales
Genus : Nephrolepis

Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Tumbuhan lumut Adapun Klasifikasi tumbuhan


daun (Bryopsida). Lumut Daun (Bryopsida)
sebagai berikut :
Nama ilmiah : Bryopsida
Kingdom : Plantae
Famili : Bryopceae
Kelas : Bryopsida
Divisi : Bryopsida
Ordo : Bryopceaeles
Spesies : Bryopsida sp.

B. Pembahasan

Herbarium berasal dari kata “Horcus dan Botanicus”, artinya kebun botani yang
dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah suatu koleksi spesimen
tumbuhan yang umumnya telah dikeringkan, agar mudah di transportasi di bandingkan basah
dan biasanya disusun berdasarkan klasifikasi.. Herbarium juga biasanya disebut sebagai
gedung, institusi atau lembaga yang menyimpan berbagai jenis tumbuhan.

Herbarium merupakan koleksi tumbuhan atau spesimen yang telahdikeringkan atau


diawetkan yang disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Herbarium yang baik adalah
tumbuhan yang diawetkan lengkap dengan organ vegetative dan generatifnya. Organ
vegetative yang dimaksud yaitu akar, batang, dan daun. Sedangkan organ generatifnya yaitu
bunga, buah, dan biji.

Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan atau perbandinganuntuk


mengetahui takson tumbuhan. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian
untuk para ahli botani terutama ahli taksonomi dan ahli bunga, mendukung studi ilmiah
lainnya seperti survey ekologi dan perhitungan kromosom tumbuhan, serta sebagai bahan
untuk mengungkap adanya evolusi. Herbarium dibuat dari spesimen tumbuhan yang telah
dewasa dan tidak terserang hama, penyakit dan tidak memiliki kerusakan fisik lainnya.
Berdasarkan cara pembuatannya herbarium dibedakan menjadi dua yaitu herbarium kering
dan herbarium basah. Herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan,
namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan
perbandingan pada saat determinasi selanjutnya. Sedangkan herbarium basah adalah
specimen tumbuhan yang diawetkan yang disimpan dalam larutan yang dibuat dari
komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ditemukan dua spesies tumbuhan.


Spesies tumbuhan pertama yaitu tumbuhan paku (Pteridophyta) yang merupakan kelompok
tanaman dengan kormus berspora, sehingga bagian akar, batang, dan daun dapat dibedakan
secara jelas meski bentuknya tidak seperti tanaman pada umumnya. Tanaman ini memiliki
jenis akar serabut yang berwarna coklat kehitaman yang dilengkapi dengan kaliptra di bagian
ujungnya berfungsi melindungi akar terhadap kerusakan mekanis pada waktu menembus
tanah dan batuan. Jaringan akar tumbuhan paku terdiri atas epidermis, korteks, serta silinder
pusat. Pada bagian ini juga terdapat berkas pengangkut xylem dan floem. Fungsi akar pada
tanaman ini yaitu sebagai penompang agar tanaman dapat tumbuh tegak.

Batang tumbuhan paku mempunya struktur yang sama dengan akarnya, yaitu terdiri
dari lapisan epidermis, korteks, dan silindris pusat. Para peneliti menganggap akar dan batang
tanaman ini sebagai bagian yang sama dimana separuh batang tumbuhan paku hidup di dalam
tanah. Tinggi tanaman paku sangat bervariasi, mulai yang paling pendek setinggi 2 cm dan
paling tinggi dapat mencapai 5 meter. Ketinggian batang tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan hidup dan habitatnya. Jenis yang hidup di air umumnya lebih pendek. Sedangkan
jenis yang hidup di darat cenderung berukuran besar dan tinggi. Daun pada tumbuhan paku
terdiri atas lapisan epidermis, pembuluh pengangkut berupa xylem dan floem, serta mesofil.
Ukuran daun pada tumbuhan paku dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu daun makrofil yang
berukuran besar dan daun makrofil yang berukuran kecil. Pada daun makrofil mempunyai
ukuran besar dan memiliki tangkai, sistem pertulangan daun, bunga karang, jaringan tiang,
dan terdapat stomata pada berkas mesofilnya. Sedangkan daun mikrofil berukuran kecil dan
belum mempunyai tangkai dan pertulangan, serta berbentuk seperti sisik atau rambut.
Berdasarkan kelasnya tumbuhan paku dibedakan menjadi empat jenis yaitu Psilophytinae,
Lycopodiinae, Equisetinae, dan Filicinae.

Nephrolepis adalah marga sekelompok tumbuhan paku dengan anggota sekitar 40


jenis yang mudah dikenali karena entalnya memanjang. Beberapa anggotanya adalah
tanaman hias populer. Beberapa lainnya dapat menjadi gulma yang mengganggu produksi
dan sanitasi perkebunan. Jenis-jenis yang cukup dikenal adalah N. biserrata, N. hirsutula, N.
cordifolia, dan N. exaltata.

Dalam bahasa Indonesia, paku ini dikenal sebagai paku pedang. Dalam berbagai
bahasa lain, paku ini dikenal dengan sejumlah nama, yang kadang-kadang juga dipakai pada
jenis paku lain. Bahasa Sunda: paku harupat, paku sepat; Jawa: pakis kinca, pakis andam;
bahasa Lingga: paku uban; bahasa Melayu: paku larat. Di Indonesia dan daerah Asia tropis
lainnya, Nephrolepis mudah dijumpai di rumah atau kebun. Tumbuhan ini mudah beradaptasi
karena bersifat epifit dan memiliki rimpang yang tahan kering yang menjalar di mana-mana.

Spesies tumbuhan kedua yaitu tumbuhan lumut (Bryophyta) yang merupakan


tumbuhan yang tidak memiliki daun dan akar asli, tetapi dapat menyerap fotosintesis dan
nutrisi. Tumbuhan ini dapat hidup di atas batu, batang pohon, tanah, dan bahkan tembok.
Lumut memiliki sebuah sel-sel plastid yang dapat menghasilkan sebuah klorofil A dan B
sehingga mereka dapat membuat makanan mereka sendiri dan bersifat autotropik. Selain itu,
lumut termaksud kingdom plantar yang dapat mencangkup semua organisme meltiseluler
dengan dinding yang eukariotik, berdiferensiasi, dan mengandung selulosa.

Lumut berbentuk tumbuhan kecil yang berdiri tegak dan memiliki bagian- bagian
tubuh yang mirip akar, batang, dan daun. Adapun bagian-bagian yang terdapat pada
tumbuhan lumut yaitu rizoid yang berfungsi menyerap air, garam mineral, serta untuk
melekat pada habitatnya. Daun yang hanya terdiri atas satu selapis sel, sporofit yaitu bentuk
tumbuhan lumut yang menghasilkan spora, dan gametofit adalah bentuk tumbuhan lumut
yang tampak berwarna hijau, berbentuk lembaran, dan membentuk alat kelamin
(gametangium) yang menghasilkan gamet (sel kelamin). Struktur sporofit dari tubuh lumut
terdiri dari vaginula yaitu akar yang tertutupi oleh sisa dinding archegonium, seta (tangkai),
apofisis yaitu pelebaran tepi seta dan transisi seta dengan kotak spora, caliptra berasal dari
dinding archegonium ke atas kubah dada spora, dan columnas yaitu jaringan yang tidak
terlibat dalam sporulasi. Selain itu, lumut dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu lumut
daun, lumut tanduk, dan lumut hati.

Lumut sejati atau disebut juga Lumut daun atau Bryophyta juga nama lainnya yaitu
Musci adalah anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang termasuk
dalam superdivisi tumbuhan lumut atau Bryophyta. Lumut ini disebut sebagai lumut sejati,
karena bentuk tubuhnya seperti tumbuhan kecil yang memiliki bagian akar (rizoid), batang,
dan daun. Lumut ini merupakan kelompok lumut terbanyak dibandingkan lumut lainnya,
yaitu sekitar 10 ribu species. Kurang lebih terdapat 12.000 jenis lumut daun yang ada di alam
ini. Lumut daun merupakan tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu dan tumbuhnya
tegak. Lumut ini tidak melekat pada substratnya, tetapi mempunyai rizoid yang melekat pada
tempat tumbuhnya. Bentuk daunnya berupa lembaran yang tersusun spiral. Contoh species
lumut daun yang terkenal adalah lumut gambut atau Sphagnum sp. menutup paling tidak 30%
permukaan daratan di bumi, dengan kerapatan tertinggi terdapat di kutub utara. Gambut pada
lapisan tanah gambut yang tebal dapat mengikat senyawa karbon organik dan mekanisme ini
sangat penting untuk menstabilkan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi, sehingga
mengurangi dampak efek rumah kaca.

Lumut daun dapat tumbuh di tanah-tanah gundul yang secara periodik mengalami
kekeringan, di atas pasir bergerak, di antara rumput-rumput, di atas batu cadas, batang pohon,
di rawa-rawa, dan sedikit yang terdapat di dalam air. Kebanyakan lumut ini tumbuh di rawa-
rawa yang membentuk rumpun atau bantalan yang dari tiap-tiap tahun tampak bertambah luas
sedangkan bagian bawah yang ada dalam air mati berubah menjadi gambut yang membentuk
tanah gambut. Jenis tanah ini bermanfaat untuk menggemburkan medium pada tanaman pot
dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Karena habitatnya sangat luas, maka tubuhnya
pun mempunyai struktur yang bermacam-macam.
Di daerah kering, badan lumut ini dapat berbentuk seperti bantalan, sedangkan yang
hidup di tanah hutan dapat berbentuk seperti lapisan permadani. Lumut di daerah lahan
gambut dapat menutupi tanah sampai beribu kilometer.

Lumut ini hampir tidak pernah mengisap air dari dalam tanah, tetapi justru banyak
melindungi tanah dari penguapan air yang terlalu besar. Lumut daun merupakan tumbuhan
yang berdiri tegak, kecil, dan letak daunnya tersusun teratur mengelilingi tangkainya seperti
spiral.

Pada lumut daun, alat-alat kelaminnya terkumpul pada ujung batang atau ujung
cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Ada lumut daun
berumah satu, yaitu jika terdapat anteridium dan arkegonium, sedangkan yang bersifat
berumah dua jika kumpulan anteridium dan arkegonium terpisah tempatnya. Apabila
anteridium ini sudah masak, maka akan membuka pada ujungnya, hal ini terjadi karena sel-
sel dinding yang letaknya di ujung menjadi berlendir dan mengembang sehingga kutikulanya
pecah. Hal tersebut juga terjadi pada arkegonium yang sel telurnya telah siap untuk dibuahi.
Pada arkegonium, tepi bagian dindingnya terbuka dan akan membengkok ke luar dan
berbentuk seperti corong. Apabila ada hujan, air ini sangat membantu spermatozoid menuju
sel telur, dan sel telur ini menghasilkan sakarose untuk menarik spermatozoid dan
gerakannya disebut sebagai gerak kemotaksis. Setelah terjadi pembuahan, akan terbentuk
zigot, selanjutnya akan berkembang menjadi embrio kemudian berkembang menjadi sporofit.

Pada tempat yang sesuai, spora akan berkecambah membentuk protonema. Protonema
ini terdiri atas benang berwarna hijau, fototrof, bercabang-cabang, dan dapat dilihat dengan
mata biasa karena mirip seperti hifa cendawan. Dari protonema, muncul rizoid yang masuk
ke dalam tanah. Pada keadaan cukup cahaya, protonema akan membentuk kuncup yang dapat
berkembang menjadi tumbuhan lumut. Terjadinya kuncup diawali dengan adanya tonjolan-
tonjolan ke samping pada cabang protonema. Lama-kelamaan pada ujungnya akan terjadi sel
berbentuk piramida yang meristematik. Jika sel piramida terputus, akan tumbuh anakan baru
dari sel tersebut.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat di tarik kesimpulan bahwa
herbarium merupakan koleksi tumbuhan atau spesimen yang telah dikeringkan atau
diawetkan yang disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Dalam pembuatan herbarium
sebaiknya menggunakan spesimen yang sudah tua dan tidak memiliki cacat fisik serta tidak
terserang penyakit. Herbarium juga dibedakan menjadi dua yaitu herbarium basah dan
herbarium kering. Pada bagian-bagian herbarium lumut terdiri dari beberapa bagian yaitu
rizoid, daun, sporofit, dan gametosis. Tumbuhan ini termaksud dalam kingdom palntae, divisi
bryophyta kelas bryopsida. Sedangkan bagian-bagian herbarium paku terdiri dari akar,
batang, dan daun sejati. Tumbuhan ini termaksud dalam Super domain biota, super kerajaan
eukariota, kerajaan plantae, sub kerajaan viridi plantae, infra kerajaan streptophyta, super
divisi embryophyta, dan divisi pteridophyta.

B. Saran

Adapun saran pada praktikum ini yaitu sebaiknya dalam pembuatan herbarium tidak
menggunakan tanaman yang masih muda dan terserang hama atau mempunyai kelainan fisik,
agar bagian-bagian tanaman dapat diketahui dengan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Trisilia, Dini. 2020. Laporan pembuatan Herbarium Tumbuhan Lumut Dan Paku.
Astuti, Fitri Kusuma. dkk. 2017. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku
(PTERIDOPHYTA) di jalur Pendakian Selo Kawasan Taman Nasional Gunung Merabu,
Jawa Tengah. Jurnal Biologi. Vol. 6 No. 2. hal. 1.

Ayatusa’adah dan Nor Apriyani Dewi. 2017. Inventarisasi Tumbuhan Paku


(PTERIDOPHYTA) di Kawasan Kampus IAIN Palangka Raya Sebagai Alternatif Media
Pembelajaran Materi Klasifikasi Tumbuhan. Jurnal Pendidikan Sains &Matematika, Vol.5
No.2. hal. 50-51.

Ending, Titi. dkk. 2020. Inventarisasi Jenis-Jenis Lumut (Bryophyta) di Daerah AliranSungai
Kabura Burana Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan. Jurnal BiologiTropis. Vol. 20
No. 2. hal. 161-162.

Anda mungkin juga menyukai