Anda di halaman 1dari 12

Dr.H.

Arwani Syaerozi,Lc,MA
.
Jabatan:
1. Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat
2. Wakil Ketua Rabitah Ma’ahid Islamiyah PBNU
3. Rektor Ma’had Aly Alhikamussalafiyah, Cirebon
4. Pengasuh Pesantren Assalafie, Cirebon
Pendidikan:
1. S1 Universitas Al-Ahgaaf Yaman
2. S2 Universitas Ezzitouna Tunisia
3. S3 Universitas Muhammed V Maroko
Prinsip Dasar Maqashidu Syari’ah
1. Hifdzu din (melindungi agama)
2. Hifdzu nafs (melindungi jiwa)
3. Hifdzu ‘aql (melindungi pikiran)
4. Hifdzu mal (melindungi harta)
5. Hifdzu nasab (melindungi keturunan)
Kaidah dalam maqashid
1. Seluruh ketentuan syari’ah memiliki
maksud (maqashid)
2. Menentukan maqashid atau taqshid itu
harus berdasarkan dalil
3. Menertibkan maslahat dan mafsadat.
HALAL
1. Menjaga tubuh kita dari mengkonsumsi
makanan-makanan haram adalah salah
satu cara dari hifdzun nafs, hifdzu din,
hifdzu mal, hifdzu nasab dan hifdzul mal.
2. Halal merupakan salah satu isu penting
dan prinsip dalam islam, khususnya
dalam kajian maqashidu syari’ah
3. Inti dari ajaran islam adalah menjadi
manusia yang baik dan terjaga dari
segala sesuatu yang diharamkan.
lanjutan
1. Perhatian pemerintah dalam isu halal
melalui uu no.33 tahun 2014 dan
direvisi di UU 32/2020 merupakan
terobosan yang bagus demi
melindungi konsumen muslim
2. Perlu ada gerakan pengarusutamaan
nilai halal di masyarakat
Kategori Najis
Najis terbagi menjadi tiga bagian:
1. Najis mughalladhah (najis berat), yaitu
najisnya babi, anjing, dan turunan
keduanya atau salah satunya.
2. Najis mutawassithah (najis sedang),
yaitu najis selain keduanya.
3. Najis mukhaffafah (najis ringan), yaitu
najisnya urine bayi laki-laki yang belum
berumur dua tahun dan tidak
mengonsumsi apapun selain air susu
ibu,
Sumber hukum
1. Al-Qur’an sebagai rujukan utama
2. Hadist sebagai rujukan utama
3. Ijmak (Kesepakatan Ulama)
4. Qiyas
FATWA
 1. merupakan ketetapan yang
dikeluarkan oleh ulama, baik individu
maupun kolektif
 2. dimintakan oleh umat
 3. Fatwa adalah penjelasan hukum yg
tidak mengikat
Contoh Fatwa
 MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor
12 Tahun 2009 Tentang STANDAR
SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN
HALAL
 ”Maka makanlah binatang-binatang
(yang halal) yang disebut nama Allah
ketika menyembelihnya, jika kamu
beriman kepada ayat-ayatNya.” (QS. Al-
An'am [6]: 118)
FATWA MUI Tentang PENGGUNAAN ORGAN TUBUH, ARI-ARI,
dan AIR SENI MANUSIA BAGI KEPENTINGAN OBAT-OBATAN DAN
KOSMETIKA
1. Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan
a. penggunaan obat-obatan adalah mengkonsumsinya sebagai pengobatan dan
bukan menggunakan obat pada bagian luar tubuh;
b. penggunaan air seni adalah meminumnya sebagai obat;
c. penggunaan kosmetika adalah memakai alat kosmetika pada bagian luar tubuh
dengan tujuan perawatan tubuh atau kulit agar tetap --atau menjadi-- baik dan
indah;
d. dharurat adalah kondisi-kondisi keterdesakan yang bila tidak dilakukan akan
dapat mengancam eksistensi jiwa manusia.
2. Penggunaan obat-obatan yang mengandung atau berasal dari bagian organ
manusia (juz'ul-insan) hukumnya adalah haram.
3. Penggunaan air seni manusia untuk pengobatan, seperti disebut pada butir
1.b hukumnya adalah haram.
4. Penggunaan kosmetika yang mengandung atau berasal dari bagian organ
manusia hukumnya adalah haram.
5. Hal-hal tersebut pada butir 2, 3, dan 4 di atas boleh dilakukan dalam
keadaan dharurat syar’iyah.
6. Menghimbau kepada semua pihak agar tidak memproduksi atau
menggunakan obat-obatan atau kosmetika yang mengandung unsur bagian
organ manusia, atau berobat dengan air seni manusia.

Anda mungkin juga menyukai