TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Protein
Protein merupakan biomolekul yang sangat penting. Beberapa fungsi protein adalah
sebagai katalisator (enzim),pengangkut dan penyimpanan,penyebab gerakan,pendukung
sistem kekebalan ,pembentuk dan transmisi impuls saraf,pengontrol pertumbuhan dan
diferensiasi; pendukung kekakuan struktural,dan lain-lain (Toha, 2005).
Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi ; albumin, globulin,
prolamin, dan glueatin. Protein dapat juga dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama
konformasinya.
Berdasarkan penggolongan,terdapat 2 kelas utama protein,yaitu: protein fibrosa (serat)
dan protein globular (Toha, 2005).
Protein merupakan makromolekul yang terbentuk dari asam amino yang tersusun dari
atom nitrogen, karbon, dan oksigen, beberapa jenis asam amino yang mengandung sulfur
(mrtionin, sistin dan sistein) yang dihubungkan ole ikatan peptide. Dalam mahkluk hidup,
protein berperan sebagai pembentuk struktur sel dan beberapa jenis protein memiliki
peran fisiologis (Bintang, 2010)
Protein merupakan polimer dari sekitar 21 asam amino berlainan yang dihubungkan
dengan ikatan peptide. Asam amino keragaman rantai samping yang terbentuk dengan
ikatan peptide. Asam amino memiliki keragaman rantai samping adalah yang terbentuk
asam-asam amino tersebut disambungkan protein yang berbeda dapat mempunyai sifat
yang berbeda, struktur sekunder dan tersier yang sangat berbeda. Rantai samping dapat
bersifat polar dan nonpolar. Kandungan bagian asam amino polar yang tinggi dalam
protein meningkatkan kelarutannya dalam air (John, 2008).
Protein memiliki peran yang penting bagi tubuh, namun menurut Kurniawan (2014),
terlalu banyak mengkonsumsi protein hewani akan membuat system pencernaan sulit
untuk diuraikan dan diserap secara menyeluruh karena sisa-sisa makanan yang tidak
dapat diserap oleh tubuh akan menumpuk dan akhirnya membusuk didalam usus. Racun
yang dihasilkan oleh sisa-sisa makanan yang menumpuk akan dinetralkan oleh hati.
Kondisi inilah yang mengakibatkan Sebagian besar enzim didalam usus dan hati
menguras energinya hanya untuk melindungi tubuh dari racun-racun yang ada di dalam
pencernaan. Kerugian yang didapatkan oleh tubuh adalah protein akan terbuang sia-sia
melalui urine.
2.3 Darah
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan
dibawah oleh matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih
kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4.(7,35 – 7,45). Warna
darah berfariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan bergantung pada kadar
oksigen yang dibawah oleh sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-
laki dewasa berukuran rata-rata dan kurang sedikit padda perempuan dewasa. Volume ini
bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa
dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi
elektrolitnya (Sloane, 2004)
Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cairan berwarna
merah. Darah dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat menyebar ke
berbagai kompartemen tubuh. Penyebaran tersebut harus terkontrol dan harus tetap
berada pada satu ruangan agar darah benar-benar dapat menjangkau seluruh jaringan di
dalam tubuh melalui suatu system yang disebut system kardiovaskuler, yang meliputi
jantung dan pembuluh darah, dengan system tersebut darah dapat diakomodasikan secara
teratur dan diedarkan menuju organ dan jaringan yang tersebar diseluruh tubuh. Darah
didistribusikan melalui pembuluh darah dari jantung keseluruh tubuh dan akan Kembali
lagi menuju jantung. System ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sel atau jaringan
akan nutrient dari oksigen, serta mentransport sisa metabolisme sel atau jaringan keluar
dari tubuh (Nugraha, 2015).
2.4 Serum
Serum adalah bagian cair darah yang tidak mengandung sel-sel darah dan faktor-faktor
pembekuan darah. Protein-protein koagulasi lainnya dan protein yang tidak terkait
dengan hemostasis, tetap berada dalam serum dengan kadar serupa dalam plasma.
Apabila proses koagulasi berlangsung secara abnormal, serum mungkin mengandung sisa
fibrinogen dan produk pemecahan fibrinogen atau protrombin yang belum di konevensi
(Sacher dan McPerson, 2012)
Serum diperoleh dari spesimen darah yang tidak ditambahkan antikoagulan dengan cara
memisahkan darah menjadi 2 bagian dengan menggunakan sentrifuge, setelah darah
didiamkan hingga membeku kurang lebih 15 menit (Nugraha, 2015). Setelah
disentrifugasi akan tampak gumpalan darah yang bentuknya tidak beraturan dan bila
penggumpalan berlangsung sempurna, gumpalan darah tersebut akan terlepas atau
dengan mudah dapat dilepaskan dari dinding tabung. Selain itu akan tampak pula bagian
cair dari darah. Bagian ini, karena sudah terpisah dari gumpalan darah maka tidak lagi
berwarna merah keruh akan tetapi berwarna kuning jernih. Gumpalan darah tersebut
terdiri atas seluruh unsur figuratif darah yang telah mengalami proses penggumpalan atau
koagulasi spontan, sehingga terpisah dari unsur larutan yang berwarna kuning jernih
(Sadikin, 2014).
Sutedjo, SKM. 2007. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara
Books : Yogyakarta.