Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MEMINTA PERLINDUNGAN DARI SETAN BERDASARKAN

TAFSIR QS. AN-NAHL : 98-100”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Tafsir Ayat Ibadah”

Dosen Pengampu :

Ahmad Wafi Nur Safaat, M.Ag

Disusun oleh :

Fikarullaili Sayidiya Fitriya (2176231016)

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS

NAHDHATUL ULAMA (UNU) BLITAR

OKTOBER

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya milik Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Meminta
Perlindungan dari Setan Berdasarkan Tafsir QS.An-Nahl ayat 98-100 ”. Sholawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membwa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman terang benderang yakni agama islam, dan semoga kita
mendapatkan syafa’atnya dihari akhir nanti.
Tak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Rektor Prof Dr H M. Zainuddin.,M.Pd
2. Bapak Ahmad Wafi Nur Safaat.M.Ag. selaku dosen pengampu serta Kepala Prodi
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
3. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang mana telah membantu
demi terselesaikannya tugas ini dengan lancar. Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikannya. Amiin.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan dalam menulis, menyampaikan, kepustakaan yang sekiranya perlu
perbaikan dari pembaca oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini mendatang baik dari pembaca maupun
dosen pembimbing.
Demikian kata pengantar dari kami penulis, semoga makalah yang telah kami susun ini
dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan bermanfaat bagi kami sendiri maupun bagi
pembaca.

Blitar, 23 November 2021

Fikarullaili Sayidiya Fitriya


NIM: 2176231016

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................................1
1.2 Perumusan masalah.....................................................................................................................1
1.3. Tujuan.........................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. QS. An-Nahl : 98.......................................................................................................................3
B. QS. An-Nahl : 99.......................................................................................................................4
C. QS. An-Nahl : 100.....................................................................................................................5
D. Hadis yang terkait dengan penafsiran QS. An-Nahl : 98-100....................................................6
BAB III.................................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam QS. An-Nahl : 98-100 Allah berfirman: “Apabila kamu meminta perlindungan
kepada Allah dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya setan itu tidak ada
kekuasaannyaatas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada tuhannya.
Sesungguhnya kekuasaan (setan) hanyalah atas orang-orang yang mempersekutukannya
dengan Allah.
Segolongan qori dan yang lainnya berpendapat bahwa ta’awudz itu dilakukan setelah
membaca ayat Al-Qur’an. Mereka berpegang pada zahir susunan ayat diatas ( qara’ta :
kamu telah membaca) dan dimaksudkan untuk menolak rasa bangga pada diri sendiri
selesai ibadah.
Pendapat lain mengatakan bahwa ta’awudz itu dilakukan saat memulai dan setelah
selesai membaca Al-qur’an. Pendapat yang masyhur dan dipegang oleh mayoritas ulama
mengatakan bahwa ta’awudz dilakukan sebe;um membaca guna menyingkirkan
pengganggu. Menurut mereka ayat “ Apabila kamu meminta perlindungan kepada Allah
dari setan yang terkutuk” berarti “apabila kamu hendak membaca”. Penafsiran demikian
sama dengan penafsiran firman Allah “apabila kamu mendirikan shalat maka basuhlah
wajahmu dan kedua tanganmu” maksudnya apabila kamu hendak mendirikan sholat.
Syaithon (setan) terambil dari syathana ‘bila dia menjauh’. Setan itu jauh dari segala
kebaikan karena tabiat dan kefasikannya. Sedangkan Ar-rajim artinya setan itu dirajam
dan diusir dari segala kebaikan.

1.2 Perumusan masalah


1) Bagaimana terjemah QS. An-Nahl : 98-100 baik dari segi per-kata maupun
kalimat?
2) Bagimana tafsir dari QS. An-Nahl : 98-100 dilihat dari beberapa keterangan kitab
tafsir yang ada?
3) Apa saja hadis-hadis yang berkaitan dengan penafsiran QS. An-Nahl : 98-100?

1
1.3. Tujuan
1) Mengetahui terjemah QS. An-Nahl : 98-100 baik dari segi per-kata maupun
kalimat
2) Mengetahui tafsir dari QS. An-Nahl : 98-100 dilihat dari beberapa keterangan
kitab tafsir yang ada
3) Menyebutkan hadis-hadis yang berkaitan dengan penafsiran QS. An-Nahl : 98-

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. QS. An-Nahl : 98
1. Arti per-kata dan terjemah

َّ ‫ستَ ِع ْذ ِباهّٰلل ِ ِمنَ ال‬


‫ش ْي ٰط ِن ال َّر ِج ْيم‬ ْ ‫فَا ِ َذا قَ َر ْأتَ ا ْلقُ ْر ٰانَ فَا‬

Artinya: “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan


kepada Allah setan yang terkutuk” (QS. An-Nahl : 98)

Terjemah per-kata:

‫ فَا ِ َذا‬: maka apabila

َ‫ قَ َر ْأت‬: kamu membaca

َ‫ ا ْلقُ ْر ٰان‬: Al-Qur’an

‫ست َِع ْذ‬


ْ ‫ فَا‬: maka hendaklah kamu memohon perlindungan
‫هّٰلل‬
ِ ‫ بِا‬: kepada Allah

‫ش ْي ٰط ِن‬
َّ ‫ ِمنَ ال‬: dari setan

‫ ال َّر ِج ْيم‬: yang terkutuk

2. Makna Tafsir
a) Tafsir Jalalain
ْ ُ‫ َر ْأتَ ا ْلق‬SSَ‫ا ِ َذا ق‬SSَ‫))ف‬
‫ر ٰان‬SS “apabila kamu membaca Al-Qur’an”, maksudnya hendak
َّ ‫ستَ ِع ْذ بِاهّٰلل ِ ِمنَ ال‬
membacanya (‫ َّر ِج ْيم‬S‫ش ْي ٰط ِن ال‬ ْ ‫ “ )فَا‬mintalah perlindungan kepada Allah
َّ ‫))أَعُو ُذ بِاهَّلل ِ ِمنَ ال‬
ِ ‫ش ْيطَا ِن ال َّر ِج‬
dari (godaan) setan yang terkutuk.” maksudnya bacalah: ‫يم‬
“aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk” 1

1
As-Suyuthi, Al-Imam Jalaluddin Muhammad Al-Mahalli Al-Imam Jalaluddin Abdurrahman. Tafsir Jalalain. Hlm 289

3
b) Tafsir Darul Haq
Maksudnya, jika kamu hendak membaca Kitabullah yang merupakan kitab
termulia dan paling agung, -didalamnya terkandung muatan yang memperbaiki
hati dan ilmu yang banyak-, maka sesungguhnya setan sangat antusias menggoda
seorang hamba saat ia akan memulai mengerjakan amalan-amalan yang utama,
lalu berusaha untuk membelokkannya dari tujuan dan nilai-nilainya. Jalan menuju
keselamatan dari gangguan ialah kembali kepada Allah dan berlindung kepada
َّ َ‫و ُذ بِاهَّلل ِ ِمن‬SSُ‫( أَع‬aku berlindung
ِ ‫ َّر ِج‬SS‫ ْيطَا ِن ال‬SS‫الش‬
Allah dari kejahatannya, membaca, ‫يم‬
kepadaNya dari godaan setan yang terkutuk) dengan merenungi maknanya dan
hatinya berserah diri kepada Allah agar menyingkirkan setan darinya, tekun untuk
mengenyahkan bisikakan-bisikan dan imajinasi-imajinasinya, mengerahkan
tenaga untuk menempuh faktor paling kuat untuk mengusirnya. Yaitu menghiasi
diri dengan baju iman dan tawakal.2
c) Tafsir Ibnu Katsir
Ini merupakan perintah dari Allah SWT kepada hamba-hambanya melalui lisan
Nabi-nya (Rosulullah) bahwa apabila mereka akan membaca Al-Qur’an
hendaklah meminta perlindungan kepada Allah SWT dari setan yang terkutuk.
Tujuan berta’awudz saat mulai membaca Al-Qur’an ialah supaya bacaan
seseorang tidak kacau, tidak tertukar-tukar, dan dapat melakukan tadabur serta
tafakur.3

B. QS. An-Nahl : 99

1. Arti per-kata dan terjemah

‫س ْل ٰطنٌ َعلَى الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُ ْون‬
ُ ‫س لَ ٗه‬
َ ‫اِنَّ ٗه لَ ْي‬

Artinya : “Sesungguhnya setan itu tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang
beriman dan bertawakal pada TuhanNya”

Terjemah per-kata:

Sesungguhnya ia (syaithon) : ‫اِنَّ ٗه‬ Kekuasaan : ٌ‫س ْل ٰطن‬


ُ

َ ‫لَ ْي‬
Tidak ada : ‫س‬ Atas : ‫َعلَى‬

Baginya : ‫لَ ٗه‬ Orang-orang : َ‫الَّ ِذيْن‬


2
As-Sa’adi, Syaikh Abdurrahman bin Nashir. Tasir Al-Qur’an jilid 4. Hlm 203
3
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 2. Hlm 1065

4
Beriman : ‫ٰا َمنُ ْوا‬

Dan atas : ‫َوع َٰلى‬

Tuhan mereka : ‫َربِّ ِه ْم‬

Mereka bertawakal : ‫يَتَ َو َّكلُ ْون‬

2. Makna Tafsir
a) Tafsir Jalalain
ٌ‫س ْل ٰطن‬ُ ‫س لَ ٗه‬ َ ‫“ ))اِنَّ ٗه لَ ْي‬sesungguhnya setan itu tidak mempunyai kuasa”, yakni kendali
‫“ )) َعلَى الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُ ْون‬atas orang-orang yang beriman dan bertawkal
kepada tuhan mereka.”4
b) Tafsir Darul Haq
Sesungguhnya setan itu ) ٌ‫س ْل ٰطن‬ ُ ‫س لَ ٗه‬
َ ‫“ )لَ ْي‬tidak ada kekuasaannya,” maksudnya,
penguasaan (‫“ ) َعلَى الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َوع َٰلى َربِّ ِه ْم‬atas orang-orang yang beriman dan kepada
ْ Sُ‫“ ) يَتَ َو َّكل‬mereka bertawakal,” maka
Rabbnya” semata, tiada sekutu bagiNya (‫ون‬S
Allah menyingkirkan keburukan setan dari kaum Mukminin yang bertawakal
kepadaNya, hingga tiada celah tersisa baginya atas mereka.5
c) Tafsir Ibnu Katsir
“Sesungguhnya setan itu tidak memiliki kekuasaan atas orang-rang yang beriman
dan bertawakal kepada Tuhannya.” Yakni, setan tidak memiliki kekuasaan atas
orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabbnya dengan sungguh-sungguh.
Setan tidak mampu mengalahkan kaum mukminin yang bertawakal.6

C. QS. An-Nahl : 100

1. Arti per-kata dan terjemah

ْ ‫س ْل ٰطنُ ٗه َعلَى الَّ ِذيْنَ يَتَ َولَّ ْونَ ٗه َوالَّ ِذيْنَ ُه ْم بِ ٖه ُم‬
َ‫ش ِر ُك ْون‬ ُ ‫اِنَّ َما‬
Artinya : “ Sesungguhnya kekuasaannya hanyalah atas orang-orang yang
mengambilnya jadi pemimpin, sedang mereka mempersekutukannya dengan Allah.”
Terjemah per-kata:

‫ اِنَّ َما‬: sesungguhnya hanyalah َ‫ َعلَى الَّ ِذ ْين‬: atas orang-orang yang
ٗ‫ س ُْل ٰطنُه‬: kekuasaan
4
As-Suyuthi, Al-Imam Jalaluddin Muhammad Al-Mahalli Al-Imam Jalaluddin Abdurrahman. Tafsir Jalalain. Hlm 290
5
As-Sa’adi, Syaikh Abdurrahman bin Nashir. Tasir Al-Qur’an jilid 4. Hlm 203
6
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 2. Hlm 1065

5
ٗ‫ يَتَ َولَّوْ نَه‬: mereka menjadikan
pemimpin dia
َ‫ َوالَّ ِذ ْين‬: dan orang-orang yang
‫ هُ ْم‬: mereka
‫ بِ ٖه‬: dengannya
َ‫ ُم ْش ِر ُكوْ ن‬: orang-orang yang
mempersekutukan tuhan

2. Makna Tafsir
a) Tafsir Jalalain

‫س ْل ٰطنُ ٗه َعلَى الَّ ِذيْنَ َيت ََولَّ ْونَ ٗه‬


ُ ‫“ ))اِنَّ َما‬Sesungguhnya kuasa setan itu hanya terbatas pada
orang-orang yang menjadikannya sebagai teman setia” dengan cara mematuhi
ٖ ِ‫“ ) َوالَّ ِذيْنَ ُه ْم ب‬dan orang-orang yang kepadaNya”, yakni kepada
perintahnya (‫ه‬SS
Allah) َ‫ش ِر ُك ْون‬
ْ ‫“ ) ُم‬menyekutukanNya (dengan setan itu).”7

b) Tafsir Darul Haq

‫ ْل ٰطنُ ٗه‬SSS‫س‬
ُ ‫ا‬SSS‫))اِنَّ َم‬ “Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah,” maksudnya,
ٗ َ‫“ ) َعلَى الَّ ِذيْنَ يَتَ َولَّ ْون‬atas orang-orang yang menjadikannya
penguasaannya ( ‫ه‬SSS
pemimpin,” menjadikannya sebagai pemimpin bagi mereka. Demikian itu, dengan
cara melepaskan diri dari (bimbingan) kepemimpinan Allah dan masuk ke dalam
ketaatan kepada setan serta bergabung dengan pasukannya. Mereka sendirilah
yang memberikan (tongkat) kepemimpinan bagi setan atas diri mereka. Maka
setan betul-betul mendorong mereka ke kubangan maksiat dan menghalau mereka
ke neraka dengan sungguh-sungguh.8

c) Tafsir Ibnu Katsir


“Sesungguhnya kekuasaannya hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya
jadi pemimpin” yakni atas orang-orang yang mematuhi setan dan menjadikannya
sebagai pelindung selain Allah. “Sedang mereka mempersekutukannya dengan
Allah” yakni dengan menaati setan itu berarti mereka menyekutukannya dalam
penyembahan terhadap Allah.”9

7
As-Suyuthi, Al-Imam Jalaluddin Muhammad Al-Mahalli Al-Imam Jalaluddin Abdurrahman. Tafsir Jalalain. Hlm 290
8
As-Sa’adi, Syaikh Abdurrahman bin Nashir. Tasir Al-Qur’an jilid 4. Hlm 203
9
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 2. Hlm 1065

6
D. Hadis yang terkait dengan penafsiran QS. An-Nahl : 98-100

Ahmad bin Hambal r.a. meriwayatkan dari Abu Said Al-Khuduri, dia berkata:
“Apabila Rasulullah hendak mendirikan sholat malam maka beliau membuka sholatnya,
bertakbir, dan berkata “Maha suci engkau Ya Allah, dengan segala pujiMu, Maha suci
namaMu, dan maha tinggi kemuliaanMu, tidak ada tuhan melainkan engkau.” Kemudian
beliau berucap “tidak ada tuhan kecuali Allah” sebanyak tiga kali, lalu Kembali berucap
“aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan
yang terkutuk dari godaannya, tiupannya, dan hembusannya.” Tirmidzi mengatakan
bahwa hadis ini merupakan yang paling masyhur dalam bidang ini. Abu Hanifah r.a. dan
Muhammad berpendapat bahwa ta’awudz hanya untuk membaca Al-Qur’an , dan Abu
Yusuf mengatakan bahwa ta’awudz justru dibaca untuk sholat. Ibnu Sirrin berkata
“Apabila seseorang berta’awudz sekali seumur hidup, maka hal itu memadai untuk
menggugurkan kewajiban, dan bahwa Rasulullah SAW mendawamkan ta’awudz.
Ta’awudz yang dhohir dan sirri adalah sama saja maknanya, demikian menurut Syafi’.”10

10
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 1. Hlm 54-55

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah terkemuka, ada beberapa kesimpulan yang bisa ditulis
sebagaimana berikut:

1. Apabila hendak membaca Al-Qur’an hendaknya membaca (ta’awudz) َ‫أَعُو ُذ ِباهَّلل ِ ِمن‬
ِ ‫ش ْيطَا ِن ال َّر ِج‬
‫يم‬ َّ ‫“ ال‬aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk”
dengan merenungi maknanya dan hatinya berserah diri kepada Allah, dengan tujuan
supaya bacaan seseorang tidak kacau, tidak tertukar-tukar, dan dapat melakukan
tadabur serta tafakur karena setan sangat antusias menggoda seorang hamba yang
hendak mengerjakan amal kebaikan, dan berusaha untuk membelokkan dari tujuan
dan nilai-nilainya.
2. Setan tidak ada kuasa (kendali) bagi orang-orang yang beriman kepada Allah, maka
Allah menyingkirkan keburukan setan dari kaum mukminin yang bertawakal
kepadaNya, sehingga setan tidak akan mampu mengalahkan kaum mukmin yang
bertawakal.
3. Sesungguhnya kuasa setan sebatas kepada orang-orang yang menjadikan mereka
sebagai pemimpin, maksudnya orang yang melepaskan diri dari bimbingan Allah.
Sehingga setan benar-benar mendorong mereka pada jalan kemaksiatan dan
menghalau mereka ke neraka karena mereka telah menyekutukan Allah SWT.

8
B. Saran
Pemakalah sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, pemakalah sangat mengharap komentar pembaca, baik berupa saran ataupun
kritikan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 1. Gema Insani:
Jakarta.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 2. Gema Insani:
Jakarta.

As-Sa’adi, Syaikh Abdurrahman bin Nashir. 2005. Tasir Al-Qur’an jilid 4. Dar Ibn al-Jauzi:
KSA.

As-Suyuthi, Al-Imam Jalaluddin Muhammad Al-Mahalli Al-Imam Jalaluddin Abdurrahman.


2015. Tafsir Jalalain. PT. eLBA Fitrah Mandiri Sejahtera: Surabaya

Anda mungkin juga menyukai