Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUGAS PERENCANAAN SISTEM

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


AJREK NATAHESEK NAD NATAMALESEK

SISTEM

HYDRANT

GEDUNG M

DI PPNS

KELOMPOK 1:
1. Agung Setiyo B 0519140098
2. Dardiri Jaya 0519140103
3. Firman N. S 0519140109
4. Nurdiah S. 0519140115
5. Septa P. A 0519140122
6. Zahrotul N. I 0519140128

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (RPL)
2021
LAPORAN SISTEM HYDRANT GEDUNG
M di PPNS

Oleh:
Agung Setiyo B 0519140098
Dardiri Jaya S 0519140103
Firman N. S 0519140109
Nurdiah Siregar 0519140115
Septa P. A 0519140122
Zahrotul Nailul Izah 0519140128

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (RPL)
2021
`

DAFTAR ISI.................................................................................................i
DAFTAR TABEL.........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................iv
BAB I...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan laporan...................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................3
2.1 Prinsip terjadinya api........................................................................3
2.2 Teori Segitiga api.............................................................................3
2.3 Fire Tetra Hedron.............................................................................4
2.4 Prinsip Dasar Pemadaman Kebakaran (Fire Fighting Tehnique)....4
2.5 Integrated system.............................................................................6
2.6 Hydrant ............................................................................................ 6
BAB III.......................................................................................................21
3.1 Tahapan Pengerjaan ..................................................................... 21
3.2 Flowchart.........................................................................................23
BAB IV .................................................................................................... 24
4.1 Gambaran Umum .......................................................................... 24
4.2 Perhitungan sistem Hydrant .......................................................... 25
BAB V........................................................................................................0
5.1 Kesimpulan..........................................................................................0
5.2 Saran...................................................................................................0
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................0
LAMPIRAN................................................................................................0

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 i


`

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 ii


`

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aba-aba dalam pelaksanaan pemadam kebakaran..................18
Tabel 2.2 Pembagian regu dan tugas.......................................................19

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 iii


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Fenomena Kebakaran ............................................3
Gambar 2.2 Segitiga Api ............................................................................4
Gambar 2.3 Fire Tetrahedron ....................................................................4
Gambar 2.4 Peralatan Hydrant...................................................................6

Gambar 2.5 Instalasi Hidran Gedung.........................................................7


Gambar 2.6 Hydrant kelas I........................................................................7
Gambar 2.7 Hydrant kelas II.......................................................................8
Gambar 2.8 Hydrant Kelas III.....................................................................8
Gambar 2.9 Hydrant Halaman....................................................................9
Gambar 2.10 Hydrant kota..........................................................................9
Gambar 2.11 Pilar Hydrant........................................................................10
Gambar 2.12 Selang Hydrant....................................................................10

Gambar 2.13 Siamese connection............................................................11


Gambar 2.14 Nozzle.................................................................................11
Gambar 2.15 Hydrant Box........................................................................11

Gambar 2.16 Hose reel............................................................................10


Gambar 2.17 Semprotan jet.....................................................................16
Gambar 2.18 Pancaran tirai.....................................................................17
Gambar 4. 1 Denah Gedung M PPNS.....................................................33

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 1


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kebakaran merupakan salah satu musibah yang paling sering terjadi
baik di beberapa kota besar maupun di pedesaan. Hampir setiap hari
kita membaca di koran atau melihat siaran di televisi tentang musibah
kebakaran yang terjadi baik dalam rumah penduduk, gedung
perkantoran, hotel, pertokoan atau pasar. Bencana kebakaran sangat
berbahaya karena dapat memakan korban jiwa. Selain itu kebakaran
yang terjadi di kawasan penghunian ataupun perdagangan akan
menimbulkan kerugian material dan ekonomi yang besar
Contoh kasus yang terjadi adalah sebagai berikut “Pemadaman api
di Gedung Korps Adhyaksa sulit dilakukan karena sistem Hydrant tidak
berfungsi dengan baik. Kebakaran di gedung itu sendiri terdeteksi
terjadi sejak sekitar pukul 19.10 WIB.
 Fire System atau Hydrant yang
ada di Gedung Kejaksaan Agung tersebut, kata Mulat, hanya
mengeluarkan sedikit air. Alhasil, alat ini yang mestinya bisa membantu
meringankan beban pemadam kebakaran malah menghambat,
sehingga meski telah lewat tiga jam api belum berhasil dipadamkan
malah cenderung cukup besar. Berdasarkan pantauan
CNNIndonesia.com di lokasi, petugas baru mulai berhasil menjinakkan
jilatan api sekitar pukul 22.00 WIB dengan cara melokalisasi Si Jago
Merah (jhttps://www.cnnindonesia.com/nasional/20200822224437-20-
538207/kebakaran-kejagung-fire-system-disebut-tak-maksimal).
Dari kasus kita dapat mengerti bahwa pentingnya mengatasi
keterlambatan dalam penanganan kebakaran awal yang lebih mudah
pemadamannya diperlukan suatu sistem yang dapat mendeteksi,
mencegah api menjadi lebih besar dan memberikan peringatan baik
kepada pemilik maupun orang–orang yang berada disekitar bangunan
tersebut. Untuk menangani kebakaran pada saat ini memang sudah
banyak gedung yang memasang sistem Hydrant untuk menangani
kebakaran yang mungkin terjadi. Akan tetapi pemilik bangunan tetap

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 1


perlu mendapatkan berita kebakaran tersebut secara cepat agar dapat
mengambil tindakan lebih lanjut untuk mencegah kerugian lebih besar
dan membantu usaha pemadaman api dan memudahkan akses bagi
pemadam kebakaran ke dalam gedung atau bangunan.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah pada laporan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perancangan sistem Hydrant menurut SNI-03-1735-
2000 tentang tata cara perancangan dan pemasangan pada
Gedung M di PPNS untuk pencegahan bahaya kebakaran?

1.3 Tujuan laporan


Adapun tujuan pada laporan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Merancang sistem Hydrant pada menurut SNI-03-1735-2000
tentang tata cara perancangan dan pemasangan Gedung M di
PPNS untuk pencegahan bahaya kebakaran.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat pada laporan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi untuk mengetahui dan menjelaskan type, komponen


kelengkapan, serta fungsi dari sistem Hydrant.
2. Untuk merencanakan suatu sistem Hydrant pada sistem plant di
Gedung M PPNS
3. Sebagai masukan untuk Gedung M PPNS untuk menerapkan
pembuatan sistem Hydrant pada gedung produksi yang ada disana
berdasarkan peraturan yang berlaku dan standar.

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 2


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Prinsip terjadinya kebakaran


Kebakaran bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan, namun
adanya suatu proses atau tahapan-tahapan yang terjadi bisa disebut
juga dengan diagram fenomena kebakaran seperti gambar 2.1 dibawah
ini:

Gambar 2.1 Diagram Fenomena Kebakaran


(Sumber: Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran, 2008)

2.2 Teori Segitiga Api


Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga
api (Triangle of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya
proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu : bahan yang
dapat terbakar (Fuel),

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 3


Oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator, dan
panas yang cukup.

Gambar 2.2 Segitiga Api


(Sumber: http://www.firesafe.org.uk)

2.3 Fire Tetra Hedron


Selama bertahun-tahun konsep dari api telah ditandai dengan
segitiga api. Pembakaran dan dimulai dari adanya bahan bakar, panas
dan oksigen. Namun seiring dengan perkembangan maka reaksi
pembakaran mempunyai tambahan yang terdiri dari empat unsur yaitu
bahan bakar, panas, oksigen, dan suatu reaksi rantai bahan kimia.

Gambar 2.3 Fire Tetrahedron


(Sumber: http://www.firesafe.org.uk)

2.4 Prinsip Dasar Pemadaman Kebakaran (Fire Fighting Tehnique)


Pada dasarnya teori pemadaman kebakaran dapat dilakukan
dengan cara menghilangkan salah satu atau lebih dari unsur yang
terdapat pada bidang empat api (Tetrahedron). Prinsip tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 4


a. Starvation
Teknik pemadaman starvation ini adalah teknik pemadaman yang
dilakukan dengan cara mengambil bahan bakar atau mengurangi
bahan bakar yang terbakar sampai di bawah batas bisa terbakar
bawah (Lower Flammable Limit).

b. Smothering
Smothering adalah teknik pemadaman yang dilakukan dengan
cara memisahkan atau mengisolasi udara dengan bahan bakar yang
terbakar pada proses pembakaran.

c. Dilution
Dillution adalah merupakan suatu pemadaman dengan cara
mengurangi atau melakukan pengenceran kadar O2 di udara sampai
di bawah batas minimum sehingga pembakaran tidak lagi dapat
berlangsung. Teknik pemadaman ini dilakukan misalnya dngan
menggunakan CO2 atau gas inert

d. Break Chain Reaction


Teknik pemadaman ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua
cara yaitu secara fisis dan kimiawi. Secara fisis misalnya dilakukan
dengan cara peledakan atau dengan cara menebas api. Sedangkan
secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan sejumlah
media pemadam seperti halon 1301 pada proses pembakaran. e.
Cooling (Pendinginan) Teknik pemadaman ini dilakukan dengan cara
pendinginan (Cooling) terhadap material yang terbakar sampai titik
dimana bahan bakar tidak cukup untuk cukup mengeluarkan uap yang
dapat terbakar.

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 5


2.5 Integrated system

Integrated system adalah suatu sistem yang terdiri dari sistem


deteksi, sistem alarm dan sistem pemadam secara otomatis. Sistem
tersebut digabung atau diintegrasikan menjadi 1 sistem secara utuh.

2.6 Hydrant
Definisi Hydrant adalah suatu alat yang dilengkapi dengan selang
(fire house) dan mulut pancar (noozle) untuk mengalirkan air
bertekanan yang digunakan untuk keperluan pemadaman kebakaran.
(KepMen.PU no.12/KPTS/1985).
Instalasi Hydrant kebakaran adalah suatu system pemadam
kebakaran tetap yang mengggunakan media pemadam air bertekanan
yang dialirkan melalui pipa- pipa dan selang kebakran. System ini
terdiri dri persediaan air, pompa, perpipaan, couplingoutlet dan inlet
serta selang dan nozzle.
Menurut Departemen Tenaga Kerja dalam bukunya yang berjudul
Training Materi K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran tahun 1996,
Hyrant adalah suatu system pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadaman air bertekanan yang dialirkan
melalui pipa-pipa dan selang kebakaran.
System Hydrant adalah suatu system/rangkaian/jaringan
perpipaan untuk menyalurkan air yang digunakan sebagai sarana
pemadam kebakaran

Gambar 2.4 Peralatan Hydrant


(Sumber: https://fireHydrant.id/Hydrant-gedung/)

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 6


2.6.1 Macam-macam Hydrant
Berdasarkan tempat/lokasinya system Hydrant kebakaran dibagi
menjadi tiga macam yaitu:
1. Sistem Hydrant gedung
Hydrant gedung merupakan Hydrant yang terletak atau
dipasang di dalam bangunan dan system serta peraatannya
disediakan atau dipasang oleh pihak pengelola
bangunan/gedung terebut.

Gambar 2.5 Instalasi Hidran Gedung


(Sumber: https://egsean.com/prinsip-kerja-pompa-
Hydrant-pada-gedung/)
Berdasarkan penggunaanya Hydrant jenis ini diklasifikasikan
kedalam tiga kelompok, yaitu:
a. Hydrant kelas I
Merupakan Hydrant yang dilengkapi dengan selang
berdiameter 2,5 “yang penggunaanya diperuntukkan secara
khusus bagi petugas pemadam kebakaran atau orang yang
lebih terlatih.

Gambar 2.6 Hydrant kelas I


(Sumber:
https://www.slideshare.net/ekokiswantoslide/mate
ri-pelatihan- Hydrant-1)

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 7


b. Hydrant kelas II
Merupakan Hydrant yang dilengkapi dengan selang
berdiameter 1.5” 5yang penggunaanya diperuntukkan bagi
penghuni gedung atau para petugas yang belum terlatih.

Gambar 2.7 Hydrant kelas II


(Sumber: https://www.slideshare.net/ekokiswantoslide/materi-
pelatihan- Hydrant-1)
c. Hydrant kelas III
Merupakan Hydrant yang dilengkapi dengan
selang berdiameter gabungan antara Hydrant kelas I dan
Hydrant Kelas II.

Gambar 2.8 Hydrant Kelas III


(Sumber:
https://www.slideshare.net/ekokiswantoslide/mate
ri-pelatihan- Hydrant-1)
2. System Hydrant Halaman
Hydrant halaman merupakan Hydrant yang terletak di luar /
lingungan bangunan instalasi dan peralatan serta sumber air
disediakan oleh pihak pemilik/pengelola bangunan atau gedung

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 8


Gambar 2.9 Hidran Halaman

(Sumber: https://firesystem.id/t/manfaat-Hydrant/)

3. System Hydrant Kota


Hydrant kota merupakan Hydrant yang terpasang di tepi atau
sepanjang jalan daerah perkotaan yang dipersiapkan sebagai
prasarana kota oleh pemerintah Daerah setempat guna
menanggulangi bahaya kebakaran. Persediaan air untuk Hydrant
jenis ini dipasok oleh Perusahaan Air Minum setempat.

Gambar 2.10 Hydrant kota


(Sumber:
http://wartakota.tribunnews.com/2014/10/02/200-hidran-di-
kota-bogor-tak- berfungsi)

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 9


2.6.2 Komponen-komponen sistem Hydrant
1. Hydrant Pilar
Merupakan bagian peralatan dari instalasi pipa Hydrant
yang terletak diluar bangunan yang dapat dihubungkan

dengan selang kebakaran.


Gambar 2.11 Pilar Hydrant
(Sumber: https://en.indotrading.com/product/fire-Hydrant-
p324165.aspx)

2. Selang Hydrant
Merupakan alat yang digunakan untuk mengalirkan air yang

bersifat flexible.
Gambar 2.12 Selang Hydrant
(Sumber: http://www.tekadjaya.com/fire-hose-hooseiki-
surabaya/78.html)

3. Siamese connection
Merupakan bagian peralatan dari instalasi pipa Hydrant
yang terletak di luar bangunan dan digunakan untuk
menyuplai air dari mobil kebakaran.

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 10


Gambar 2.13 Siamese connection
(Sumber: https://patigeni.com/project-view/fire-Hydrant-
siamese-connection- guardall/)

4. Nozzle
Merupakan suatu alat penyemprot yang terletak pada bagian ujung
dari selang yang digunakan untuk pengaturan pengeluaran air.

Gambar 2.14 Nozzle


(Sumber: https://patigeni.com/fire-Hydrant-nozzle/)

5. Hydrant box
Ialah bagian peralatan dari sistem Hydrant yg berisi kran, slang dan
nozle.

Gambar 2.15 Hydrant Box


(Sumber: https://www.bromindo.com/portfolio/Hydrant-box/)

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 11


6. Hose reel
Ialah slang yg digunakan utk mengalirkan air yang pada bagian
ujungnya selalu terpasang nozzle secara tetap dihubungkan secara
permanen dengan sumber air bertekanan

Gambar 2.16 Hose reel


(Sumber: https://patigeni.com/Hydrant-hose-reel/)

2.6.3 Bagian-bagian dari sistem Hydrant


A. Persediaan Air
System persediaan air untuk system Hydrant adalah sebagai berikut:
• Sumber air untuk memasok kebutuhan system Hydrant
kebakaran dapat berasal dari PAM, sumur dalam, atau
kedua-duanya
• Volume reservoir, sesuai yang diatur dengan ketentuan yang
berlaku, harus diperkirakan berdasarkan waktu pemakaian
yang disesuaikan dengan klasifikasi ancaman bahaya
kebakaran bagi bangunan yang diproteksi.
• Berdasarkan ancaman bahaya kebakaran, maka
banyaknya dapat digunakan untuk lama waktu seperti
ditentukan sebagai berikut:
a. Kelas ancaman bahaya kebakaran ringan: 45 menit
b. Kelas ancaman bahaya kebakaran sedang: 60 menit
c. Kelas ancaman bahaya kebakaran berat: 90 menit
• Bak penampung 9reservoir) untuk perediaan air pada
system Hydrant dapatberupa reservoir bawah tanah (ground
tank), tangki bertekanan (pressure tank) atau reservoir atas
(gravity tank).

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 12


B. Pompa
Merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak
penampung (reservoir) ke ujung pengeluaran (pipa/nozzle).
Pompa-pompa pada Hydrant setidaknya terdiri atas 1 pompa
jockey, 1 unti pompa utama dengan sumber daya listrik dan
generator serta 1 unit pompa cadangan dengan sumber daya
diesel. Spesifikasi pompa untuk kebutuhan Hydrant:
a. Kemampuan pompa dalam liter per menit
b. Tempar dimana pompa akan terpasang
c. Temperature dan berat jenis zat cair
d. Panjang pemipaan, banyaknya belokan, dan banyaknya
penutup atau kaca
e. Tekanan air pada titik tertinggi/terjauh tidak kurang 4-6 kg/cm
f. Bekerja secara otomatis dan stop secara otomatis
Sumber tenaga listrik haryus ada dari generator daryrat dapat
bekerja secara otomatis dalam waktu kurang dari 10 detik bila
sumber utama padam.

C. Pemipaan
Rangkaian jaringan pemipaan pada sistem Hydrant terdiri
atas:
a. Pipa hisap (suction)
Ialah Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter
2,5” yang pengunaanya diperuntukkan secara khusus bagi
petugas pemadam kebakaran atau orang yang terlatih
b. Pipa penyalur
Merupakan pipa yang terentang dari pipa header sampai
pipa tegak yang mmeiliki diameter antara 4,6-8 inchi sesuai
dengan besar kecilnya system Hydrant yang dipasang

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 13


c. Pipa header
Pipa ini merupakan tempat bertemunya pipa pengeluaran
(discharge) dari pompa jockey, pompa utama maupun
pompa cadangansebelum kemudian ke pompa penyalur.
Diameter pipa ini sekitar antara 6,8-10 inchi.
d. Pipa tegak (riset)
Merupakan pipa yang dipasang vertikal dari lantai terbawah
sampai dengan lantai teratas bangunan yang dihubungkan
dari pipa penyalur, diameternya bervariasi sekitar 3,4-6 inchi.
Dalam system pada pipa tegak terdapat pipa tega basah
(wet riser), pipa tegak kering (dry riser), dan pipa tegak
kering dengan system remote control.
e. Pipa cabang
Merupakan pipa yang dihubungkan dari pipa tegak sampai
ke titik pengeluaran / outlet Hydrant pada lantai-lantai
bangunan. Diameternya sekitar 3-4 inchi.
Dalam merencanakan system perpipaan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Diameter pipa induk (pipa suction) minimum 15 cm (6
inchi) dan diameter pipa cabang (pipa discharge )
minimum 10 cm (4 inchi) atau dihitung secara hydrolis
2. Tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya
3. Pipa berdiameter sampai 6,25 cm (2, 5 inchi) harus
menggunakan ulir
4. Pipa berdiameter lebih besar 6,25 cm (2, 5 inchi) harus
menggunakan sambungan las
5. Memasang pipa horizontal
6. Pipa yang menembus beton bangunan harus disediakan
selongsong dari besi tuang / pipa baja dengan kelonggaran
minimum 25 mm diluar pipa.
7. Pipa yang dipasang didalam tanah harus sesuai .

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 14


2.6.4 Komponen sistem Hydrant
Komponen yang merupakan kelengkapan system Hydrant terdiri
dari:
1. katup-katup (valve)
2. saklar tekanan (pressure switch)
3. tangki tekanan (pressure tank)
4. Tangki emancing (priming tank)
5. Manometer
6. Kotak Hydrant isi 1 set selang dan pipa pemancar (nozzle)
7. Katup petugas pemadam kebakaran
8. Sambungan Dinas Pemadam
Yang harus diperhatikan dalam Hydrant system:
a. Perhitungan Hyddraulic Calculation yaitu perhitungan untuk
menentukan kapasitas pompa yang dibutuhkan dalam mensuplai
air sesuai dengan design yang ditentukan
b. Suplay air harus mencukupi (NFPA=30 menit, Indonesia= 90
menit)
c. Pompa Hydrant harus mempunyai Jokey pump untuk
menjaga tekanan selalu ada dalam pipa, dan pompa utama
memakai rangkaian automatis bila tekanan turun, pompa
utama akan jalan secara automatis.
d. Back up engine pimp, bila terjadi kebakaran dan listrik padam.

2.6.5 Teknik Penggunaan Media Pemadam Kebakaran (Media


Pemadam Air)
I. Pancaran Jet
a) Pancaran jet utuh (solid stream) adalah pancaran yang
berasal dari nozzle- nozzle yang dari masukan sampai
moncongnya tidak ada penghalang kecuali penyempitan
diameter (play-pipe nozzle).
b) Pancaran jet lurus (straight stream) adalah ancaran yang
berasal dari nozzle yang antara lubang masukan dengan

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 15


c) keluarannya terdapat penghalang, umumnya pancaran ini
berasal dari nozzle yang bisa diatur dari spray sampai
dengan jet.

Gambar 2.17 Semprotan jet

(Sumber: https://abunajmu.wordpress.com/2013/11/10/pancaran-nozzle-
Hydrant/)

Ciri semprotan jet:


• Jumlah air besar
• Jangkuan semprotan jauh
• Untuk kebakaran kelas A seperti pada pemadam
kebakaran, rumah, hutan, dll
• Untuk kelas B secara tidak langsung untuk pendingin tangki
• Pancaran utuh mempunyai jumlah air yang lebih
banyak dibanding dengan pancaran lurus.

II. Pancaran Tirai (Spray)


• Jumlah air besar
• Jangkauan semprotan dekat/pendek
• Untuk kebakaran kelas A seperti untuk sprinkler
• Kelas B untuk pendinginan dan dilusi
• Juga dipakai sebagai perisai air untuk radiasi panas dari api
dalam usaha menutup kerangan, menutup bocoran
maupun tugas-tugas penyelamatan.

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 16


Gambar 2.18 Pancaran tirai

(Sumber: https://abunajmu.wordpress.com/2013/11/10/pancaran-
nozzle-Hydrant/)

III. Pancaran Kabut (fog)

• Jumlah air relative sedikit

• Jangkauan semprotan deket pendek

• Untuk kebakaran kelas A, B, dan C juga bisa dipakai


sebagai perisai air pecahan/pengurang radiasi pans dari api
walaupun tidak sebaik pancaran tirai.

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 17


2.6.6 Pemadaman Kebakaran sistem Hydrant
A. Aba-aba dalam pelaksanaan pemadam kebakaran
Tabel 2.1 Aba-aba dalam pelaksanaan pemadam kebakaran

Aba-aba Aba-aba
No Tindakan
peringatan pelaksanaan

Semua berkumpul
Satu baris membentuk satu baris
1 Kumpul
bersap bersap

Bersikap tegak (sikap


2 Siap Gerak
sempurna)

Dengan tangan kanan


Setengah diskusikan kekanan
3 lengan Gerak dan tengok ke knan
lencangkanan guna meluruskan
Barisan

Semua kembali
4 Tegak Gerak
bersikap siap

Berhitung dari nomor


5 Hitung Mulai
satu sampai habis
Kepala
Semua anggota
6 instruktur Gerak
hormat
hormat

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 18


8
B. Pembagian Regu dan Tugas
Tabel 2.2 Pembagian regu dan tugas

Persiapan Pemadaman
No. Jabatan
Pemadaman kebakaran Pembenahan

1.Memimpin
regunya
1. Membawa/
Membawa 2.Mengecek
mengum
nozzle dan persiapan
1 Kepala pulkan
regu connecti on pemadaman
nozzle dan
cabang 3.Memerinta
connection
h akan
cabang
membuka
2. Membantu
dan
membenahi
menutup
peralatan
Hydrant

1. Memasang
selang ke 1. Melepaska
Membawa Hydrant atau n selang
Operator kunci pompa dari
2
pompa Hydrantdan 2.Membuka Hydrant
Hydrant membuka atau atau pompa
tutup Hydrant menutup 2. Mengumpulk
kerangan an kunci
Hydrant Hydrant
atau fire dan mentutup
pump Hydrant

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 19


1. Menggela
Membawa r selang 1. 1. Melepas
nozzle
3 Nozzle selang 1,5 5m
Man 2. Mengosongka
inchi 2. Memasang
n selang
nozzle
3. Mengulung
3. Melaksana selang
kan
pemadama
n

1.Menggelang
1. Melepaskan
selang 2. 5 m
sambungan
2. Menyambung
2. 5 inch
Membawa selang
2. Mengosongka
4 Helper selang 2.5 dengan
n selang 2, 5
inchi selang
inch
berikutnya
3. Menggulung
3.Meneruskan selang 2.5
perintah inch

kepala regu

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 20


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Pengerjaan


Dalam pengerjaan tugas ini diperlukan tahap-tahap yang
terstruktur dan sistematis. Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:

1. Menentukan latar belakang


Tahap ini merupakan tahap awal yang bertujuan untuk mengetahui
kondisi awal dan penyebab mengapa perlunya dilakukan
perancangan sistem Hydrant pada bangunan yang terkait.
2. Perumusan masalah, penetapan tujuan, manfaat dan batasan
masalah. Pada tahap ini merupakan acuan agar mendapatkan data
yang sesuai dengan target yang diharapkan.
3. Studi literatur
Sebelum melakukan perancangan sistem Hydrant pada
perusahaan, dibutuhkan teori-teori yang mengacu pada standar-
standar yang berlaku. Pada tugas ini standar yang digunakan yaitu
SNI 03- 1735-2000.
4. Pengumpulan data
Setelah melakukan tahap studi literatur, selanjutnya dilakukan
tahap pengumpulan data. Adapun data yang digunakan berupa
gambar denah atau layout area gedung. Pada tugas ini data yang
akan dilakukan perancangan sistem Hydrant yaitu pada gedung M
PPNS
5. Pengolahan data
Pada tugas ini tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan
data adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sistem Hydrant yang akan dipasang


6. Analisa dan pembahasan

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 21


Setelah dilakukan pengolahan data pada perusahaan, dilakukan
analisa dan pembahasan mengenai hasil perancangan yang telah
disesuaikan dengan standar yang digunakan.

7. Kesimpulan dan saran


Setelah dilakukan analisa dan pembahasan, maka akan didapatkan
kesimpulan dari perancangan yang telah dilakukan. Sedangkan
saran digunakan untuk tugas selanjutnya agar dapat lebih baik.

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 22


3. 2 Flowchart

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 23


BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


Gedung M pada kampus politeknik perkapalan negeri surabya
merupakan gedung yang digunakan untuk ruang kelas, gedung dengan
4 lantai mempunyai karakteristik bahaya yang sama di setiap lantainya,
gedung M yang memiliki luasan bangunan sekitar 2923 m2 dimana
bahaya yang terdapat di dalamnya adalah bahaya ringan dan masuk
kategori kelas A , C. dan masuk klasifikasi bahaya sedang. Menurut
NFAPA 10/2018. Pada Gedung M PPNS terdapat ruangan M-101, M-
102,M-103,M-104,M-105,M-106, dan lab otomasi.

Gambar 4.1 Denah Gedung M PPNS Lantai II

4.2 Perhitungan Detektor


4.2.1 Kriteria Desain Detektor
 Jenis bangunan = Gedung bertingkat 4
 Luas bangunan = 9.45 m
 Bentuk atap = Rata genteng
 Jenis dinding = Semen, batu bata
 Fungsi bangunan = Perkuliaha

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 24


4.2.2 Perhitungan Menenurut SNI 03-1735-2000

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 25


BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada laporan kali ini adalah sebagai berikut:
1.

5.2 Saran
Adapun saran pada laporan kali ini adalah sebagai berikut:
1.

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 25


DAFTAR PUSTAKA

SNI 03-1735-2000

Handoko, Lukman. 2005. Modul Tugas Perencanaan Sistem


Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, Lab Automatic Fire
Extinguisher, Safety Engineering, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
– ITS.

Bagian Pemadam Kebakaran PT. Petrokimia Gresik. (2004).


Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya – ITS.

Bagian Pemadam Kebakaran PT. Petrokimia Gresik, (2004),


Training Material Keselamatan dan Kesehatan Bidang Penanggulangan
Kebakaran, Petrokimia Gresik

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RPL-K3/Kelompok 1 47

Anda mungkin juga menyukai