Anda di halaman 1dari 2

BERAWAL DARI “STEPHANI”

Berawal dari Stephani Siswi berparas cantik ceria dan juga energik,seorang siswi yang beragama
Nashrani,yang tidak pernah mau meninggalkan kelas ketika pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
ku ampu berlangsung.Meskipun bukan tiga jam pelajaran,dia senantiasa mengikuti Pelajaran PAI
yang terjadwal untuk satu jam pelajaran.

Setiap kali ditawarkan untuk meninggalkan kelas ketika pelajaran berlangsung justru si Stephani
memohon izin untuk tetap dikelas dan mengikuti Pelajaran.Tentu sebuah hal yang unik bagiku tapi
biarlah jika memang itu keinginannya.Kuperhatikan tanpa dia canggung ataupun risih,bahkan ketika
Guru Agama Nashrani nya mengalami sakit dan sampai beberapa bulan Sekolah belum mendapatkan
ganti guru dia si Stephani tetap dengan enjoy mengikuti Pelajaran yang ku ampu.

Perhatian terhadap Stephani menjadi bertambah ada sesuatu yang special dari anak ini.Untuk itu
aku mengumpulkan informasi dari teman temanya termasuk ketua kelas dan teman
sebangkunya.Dari beberapa pertanyaan yang kuajukan kepada teman sebangkunya aku dapat
informasi dimana Stephani sering kali ikut mengantar teman sebangkunya sebut saja Alifya untuk
melaksanakan sholat Dlucha dan Sholat Dluhur berjama'ah.Wwoww gumamku...luar biasa...!

Pelajaran tentang Birrul Walidain tengah kusampaikan dikelas sekilas kuarahkan pandanganku ke
Stephani yang mana kulihat butiran bening mengalir di pipinya,entah apa yang ada di pikiran atau
hatinya kudekati dia ku ajukan pertanyaan “ada apa anakku?jawabnya: gak Pak gak ada apapa-
apa.”ada masalah dirumah? Gak Pak ! Lantas apa yang membuat kamu menangis?Gak Pak ..saya
hanya begitu terharu tentang bagaimana Islam memposisikan orang tua apalagi seorang Ibu,begitu
indah bahkan sampai beliau telah meninggal dunia seorang anak bisa terus membahagiakan orang
tua.Aku tertegun dalam hati aku berdo'a Yaa Allah berikanlah Hidayah untuk Stephani,dan momen
itupun kujadikan media kilas balik bagi siswa siswi yang lain.Ada spirit kedamaian yang begitu kuat
menyeruak diruang Kelas.Alhamdulillah ada pelajaran yang begitu berharga.

Kenaikan kelas telah tiba kini kelas Stephani bukan lagi kelas yang kuajar dan singkat cerita ketika
kelulusan kelas teman sebangku Stephani dan juga wali kelasnya memberikan informasi bahwa
Stephani telah berikrar Syahadat.Subchaanallah MaaaSyaaAllah Tabaarokallaah terucap Do’a dengan
penuh Emosi Ya..Allah bimbing dan jaga Anak Kami Stephani.

Berawal dari pengalaman yang luar biasa tersebut ketika Kepala Sekolah memberikan Tugas
mengikuti Kegiatan Sekolah Damai yang diadakan Wachid Foundation tentu ada tanggung jawab
untuk bagaimana mengaplikasikannya.

Diantara tanggung jawab pengaplikasian Sekolah Damai pada Pelajaran Agama Islam dikelas
terinspirasi dari “Stephani” dari pikiran dan keyakinan awal bahwa tiada agama yang mengajarkan
kejelekan sisi universal dalam setiap ajaran agama pasti ada dan itu patut untuk di pelajari bersama-
sama.

Untuk itu akupun membuat konsep, merencanakan Pelajaran Agama yang terjadwal satu jam
Pelajaran,akan aku gunakan dengan sistem kolaborasi pada kelas Bhineka (kelas yang terdapat non-
muslim didalamnya).Kupilih dan kupilah materi materi yang bersifat universal.Kusampaikan dalam
kelas maksud tujuan “kelas kolaborasi mengais sisi universal yang mendamaikan”Syukur
Alhamdulillah ternyata anak-anak antusias.

Tehnis Pelaksanaan “Kelas Kolaborasi” dipersilahkan masing-masing siswa berkelompok menurut


agamanya masing-masing.Tentunya yang siswa muslim terbagi lagi menjadi beberapa bagian
kelompok.Setelah Aku menjelaskan Role dan pilihan materi Aku mempersilahkan tiap kelompok
berdiskusi dan kemudian secara acak memberikan kesempatan masing-masing kelompok
menyampaikan hasil diskusinya menurut pandangan agamanya masing-masing.

Ketika Kelompok siswa beragama Hindu menyampaikan hasil diskusinya berdasarkan Kitab
“BAGAVAT GITA” satu kelas seakan terhipnotis dengan Langgam dan penjiwaan Siswa yang
membacakan ayat demi ayat Matra demi Matra.Kembali kutertegun ada keyakinan dalam hati ketika
setiap pemeluk dengan sepenuh jiwa menjalankan ajaran Agama yang dipeluknya sungguh ada
Samudra Kedamaian yang terasa.

Pengalaman unik semacam “Stephani” menyiratkan kepada kita semua bahwa Islam sebagai agama
mayoritas bangsa Indonesia bukanlah agama yang menginterpretasikan Wajah Garang penuh
anarkhisme tetapi Islam adalah agama yang mengusung nilai pluralisme nilai universalitas nilai
humanisme yang penuh kasih sayang dan kelembutan yang sudah tentu menyemai perdamaian
yang Hakiki.

Dalam terapan pengajaran “Kelas Kolaborasi Mengais Sisi Universal”dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam kami mendapati berbagai manfaat yang luar biasa dalam usaha menyemai toleransi
memupuk damai di Sekolah Kami.Bahkan antar pemeluk agama mendapati pengalaman dan
pengetahuan baru bahkan menghadirkan “soft kritik” terhadap pengamalan agama masing-
masing.Namun tentunya penekanan terhadap Keyakinan absolut “Lakum diinukum Waliyadiin”
menjadi aturan utama.

Semai Chusnudzon dari hati

Pupuk pluralisme sejati

Kan tumbuh tunas semi Toleransi

Berbunga Rekah Damai mewangi di bumi pertiwi

“SALAM SEKOLAH DAMAI”

Ariful Fatah SPd.I

Penggiat “SEKOLAH DAMAI SMA NEGERI 8 SURABAYA”

Anda mungkin juga menyukai