KABUPATEN JEMBER
Disusun oleh:
Ilham Firmansyah
NIM. 201710201037
bentuk akhir yang stabil agar aman untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu. Kriteria mutu biji kopi
yang meliputi aspek fisik, citarasa dan kebersihan serta aspek keseragaman dan konsistensi sangat
ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses produksinya. Oleh karena itu, tahapan proses
dan spesifikasi peralatan pengolahan kopi yang menjamin kepastian mutu harus didefinisikan secara
jelas. Demikian juga, perubahan mutu yang terjadi pada setiap tahapan proses perlu dimonitor secara
rutin supaya pada saat terjadi penyimpangan dapat dikoreksi secara cepat dan tepat. Sebagai langkah
akhir, upaya perbaikan mutu akan mendapatkan hasil yang optimal jika disertai dengan mekanisme
teknologi dan sarana pascapanen yang cocok dengan kondisi petani agar mereka mampu
menghasilkan biji kopi dengan mutu sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Adanya jaminan
mutu yang pasti, ketersediaan dalam jumlah yang cukup dan pasokan yang tepat waktu, serta
keberlanjutan merupakan syarat yang dibutuhkan agar kopi rakyat dapat dipasarkan pada tingkat
harga yang lebih menguntungkan. Pengembangan penanganan pascapanen hasil pertanian saat ini
tidak akan lepas dari upaya meningkatkan daya saing produk unggulan pertanian yang potensinya
cukup besar untuk menjadikan kekuatan ekonomi rakyat terutama di perdesaan. Tujuan utama dari
peningkatan penanganan pascapanen hasil pertanian adalah mengurangi kehilangan hasil baik yang
disebabkan kehilangan fisik maupun penyusutan, peningkatan rendemen hasil pertanian, perbaikan
mutu dan nilai tambah produk pertanian (Mayrowani, 2013).
Menurut Prastowo dkk. (2010) kegiatan pascapanen kopi dibagi dalam dua bagian atau
tahapan. Pertama adalah penanganan pascapanen (postharvest) atau sering disebut pengolahan primer
(primary processing). penanganan primer yang meliputi penanganan komoditas hingga menjadi produk
setengah jadi atau produk siap olah, dimana perubahanatautransformasi produk hanya terjadi secara
fisik, sedangkan perubahan kimiawi biasanya tidak terjadi pada tahap ini. Kedua adalah pengolahan
(processing) atau sering disebut pengolahan sekunder (secondary processing). Kegiatan ini meliputi
kegiatan yang mengubah bentuk komoditas pertanian ke bentuk lain (baik secara fisik maupun
kimiawi) dengan tujuan mengawetkan, mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk
penggunaan lain.
Proses pengolahan hulu atau yang biasa disebut pengolahan primer merupakan suatu proses
pengolahan buah kopi menjadi biji kopi kering dengan kadar air 12 – 13%. Pengolahan primer atau
pengolahan hulu dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode basah dan metode kering.
Metode kering dilakukan dengan mengeringkan buah kopi sampai kadar air mencapai 12 – 13%
selanjutnya baru dikupas kulitnya. Sedangkan metode basah dilakukan dengan pengupasan kulit buah
kopi terlebih dahulu baru selanjutnya dicuci dan dikeringkan sampai kadar air 12 – 13% (Prastowo dkk.,
2010).
Kapasitas : 10 kg/jam
Buah kopi yang dimasukkan melalui hopper
Dapat digunakan pada bahan baku kopi HS
pada bagian atas mesin, kemudiam diproses
kadar air 12% dan 35 % atau dijemur 4-6 jam
menggunakan poros yang dilengkapi dengan
(wet hulling)
plat yang berputar dengan kecepatan dalam
Motor penggerak : motor listrik 1 HP, 220 Volt
rpm sesuai spesifikasi, dimensi dan daya putar
Bagian pemasukan (Hopper) : plat esyer
dalam horse power. Proses ini merupakan
Silinder pengupas kulit : pipa 4 dim
proses pengupasan kulit dan biji kopi.
Rangka mesin : besi kotak dan plat esyer, besi
Huller Selanjutnya blower digunakan untuk
siku
memisahkan kulit dan biji kopi secara otomatis
Sistem transmisi: pulley dan sabuk karet V
tanpa perlu memisahkan satu persatu secara
Terdapat elektrik blower sebagai pemisah kulit
manual. Dengan adanya gaya gravitasi, biji kopi
Terdapat wadah penampung kulit HS
lebih berat dari kulitnya berjalan kebawah
Corong pengeluaran biji kopi dapat flendes
melalui saluran pertama dan kulit kopi
katup
dihembuskan menggunakan blower menuju
Flendes katup pengeluaran dapat
saluran kedua.
Kapasitas : 100 kg/jam
Tipe : silinder horisontal
Biji kopi HS dimasukkan ke dalam corong
Penggerak : motor bakar 5,5 PK Honda GX 160
silinder secara kontinyu dan disertai dengan
Bagian pemasukan (Hopper) : plat besi
semprotan aliran air ke dalam silinder. Sirip
Silinder luar terbuat : plat besi
pencuci yang diputar dengan motor bakar
Silinder dalam pencuci (screen) : plat baja
mengangkat massa biji kopi ke permukaan
berlubang
silinder. Pada saat yang bersamaan, sisa-sisa
Corong pengeluaran : 2 buah untuk saluran biji
Washer lendir pada permukaan kulit tanduk akan
dan kotoran
terlepas dan tercuci oleh aliran air. Kotoran-
Rangka : baja profil
kotoran akan menerobos lewat lubang-lubang
Sistem transmisi : pulley dan V-belt
yang tersedia pada dinding silinder, sedang
Dilengkapi pompa air sentrifugal dengan
massa biji kopi yang sudah bersih terdorong
transmisi dan V-belt
oleh sirip pencuci ke arah ujung pengeluaran
Dimensi keseluruhan [P x L x T] mm : 1400 x 560
silinder.
x 1150
Unit Sangrai
Kapasitas 1 kg/batch
Tipe : silinder datar berputar – digital
Silinder sangrai : plat stainless steel tebal 2
mm, dimensi Diameter : 200 mm
Pengaduk dalam silinder: beton stainless steel Produk dipanaskan dengan suhu yang
Bahan corong pengumpan dan pengeluaran biji terkontrol secara otomatis dalam mesin. Selama
: stainless steel pemanasan tersebut, alat ini terus berputar
Sumber pemanas : burner LPG infrared. hingga suhu merata. Dengan meratanya suhu,
Coffee Roaster
Sistem pemanasan : tidak langsung (indirect) akan membuat biji kopi matang secara
Terdapat indikator suhu (thermometer) sempurna. Selanjutnya biji kopi matang
dan thermostat tipe digital, solenoid valve gas ditiriskan pada bak tempering untuk
Terdapat kipas sentrifugal pneumatik untuk didinginkan menggunakan blower.
debu, asap dan kulit ari.
Penggerak : motor listrik variable speed + gear
head 40 Watt, 220 Volt
Sistem transmisi: rantai dan gear
Rangka : pipa kotak
Selimut silinder sangrai dari bahan plat SS
Dimensi keseluruhan [P x L x T]mm : 1500 x
1100 x 1600
Unit pendingin
Kapasitas : 15 kg/jam
Bagian pengumpan (Hopper) : plat stainless
steel
dimensi lubang atas [P x L] mm : 250 x 255
dimensi lubang bawah [P x L] mm : 55 x 70
Bagian penepung : bahan stainless steel, berupa
piringan dan gigi penghancur (disk mill) dari
Bahan baku berupa biji kopi yang dimasukkan
stainless steel
kedalam corong pemasukan (Hopper) dan
Unit saringan sebagai penyaring bahan yang
digiling didalam mesin disk mill dimana
Grinder telah digiling
komponen ini tepat dibawah corong
Bagian pengeluaran : stainless steel
pemasukan, lalu hasil penggilingan akan keluar
Rangka : besi kotak dan besi UNP
dari corong pengeluaran.
Motor penggerak : motor bakar 5,5 PK Honda
GX 160 atau motor listrik 2 HP, 220/380 Volt
Sistem transmisi: pulley dan V-belt
Dimensi keseluruhan [P x L x T] mm : 700 x 875
x 1160
C. Pascapanen Kakao
Produksi kakao di Indonesia mencapai 774,2 ribu ton pada 2019. Jumlah ini meningkat 0,9%
dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 767,3 ribu ton. Sebanyak 768,77 ribu ton atau
97,29% dari total produksi kakao pada 2019 berasal dari perkebunan rakyat. Sebanyak 3,81 ribu ton
atau 0,49% dari total produksi kakao berasal dari perkebunan besar swasta. Sementara, 1,62 ribu ton
atau 0,21% dari total produksi kakao berasal dari perkebunan negara (BPS, 2020). Penanganan
pascapanen kakao merupakan rangkaian kegiatan setelah panen hingga diperoleh biji kakao kering
yang siap diolah menjadi berbagai produk olahan coklat, baik berupa makanan ataupun minuman
(Nurhayati dkk., 2016). Penanganan pascapanen kakao berlangsung di negara penghasil kakao dan
merupakan faktor penetu terbentuknya flavour pada biji kakao kering (Hartuti dkk., 2020). Tahapan
penanganan pascapanen kakao secara umum yaitu: pemeraman buah kakao, fermentasi, pengeringan,
sortasi, pengemasan dan penggudangan. Penanganan pascapanen yang baik dan benar diharapakna
akan menghasilkan biji kakao sesuai standar mutu biji kakao yang berkualitas tinggi, sesuai dengan SNI
2323 – 2008 tentang biji kakao dan sesuai dengan permintaan konsumen, terutama untuk tujuan
ekspor dan industri pengolahan kakao. Menurut Aris dan Jumiono (2020) penanganan pascapanen
kakao dibedakan menjadi penanganan pascapanen kakao hulu dan penanganan pascapanen kakao
hilir. Penanganan pascapanen kakao hulu meliputi pemanenan buah kakao, pemecahan, pengupasan
lendir biji kakao, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penggudangan. Sedangkan
penanganan pascapanen kakao hilir meliputi penyangraian, pengempanan dan pengayakan.
Gambar 3. Diagram alir penanganan pascapanen kakao hulu
Penanganan pascapanen kakao hilir merupakan pengolahan barang setengah jadi menjadi
barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dinikmati oleh konsumen. Tahapan
pengolahan kakao hilir untuk menghasilkan bubuk cokelat disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram alir penanganan pascapanen kakao hilir
D. Alat dan Mesin Pascapanen Kakao
Kapasitas 5 kg/batch
Tipe : silinder datar berputar
Silinder sangrai : plat stainless steel tebal 2
mm, dimensi [Diameter x Panjang] mm :
360 x 520
Pengaduk dalam silinder : plat stainless
steel
Corong pengumpan dan pengeluaran biji
: Stainless steel
Cerobong asap : pipa baja Produk dipanaskan dengan suhu yang telah di setting.
Sumber pemanas : kayu bakar/burner LPG, Selama pemanasan tersebut, alat ini terus berputar hingga
Sistem pemanasan : tidak langsung suhu merata. Dengan meratanya suhu, akan membuat biji
Cocoa Roaster
(indirect) kakao matang secara sempurna. Selanjutnya biji kakao
Dilengkapi thermometer tipe analog matang ditiriskan pada bak tempering untuk didinginkan
Penggerak : motor listrik ¼ PK, 220 Volt menggunakan blower.
Sistem transmisi: koppel, gear box, rantai
dan gear
Rangka : besi profil kotak, besi siku
Dimensi keseluruhan [P x L x T]mm : 1240 x
660 x 1970
Unit Pendingin:
Kapasitas : 25 kg
Alat ini bekerja secara mekanis dengan cara membenturkan
Tipe : Silinder Berputar
biji kakao yang sudah rapuh pasca sangrai oleh silinder
Penggerak : Motor listrik 0.5 PK, 220 Volt
pemukul yang berputar ke dinding bagian dalam alat
Transisi : Pulley & V-Belt
tersebut. Biji yang sudah dikupas kemudian akan jatuh
Desheller Rangka : Besi Siku dan Besi Kotak
ke wadah penampung biji kakao yang sudah dikupas,
dilengkapi dengan blower
sedangkan kulit arinya yang ringan akan diterbangkan oleh
Dimensi keseluruhan (P x L x T) mm = 1030
blower ke atas hingga masuk ke dalam penampungan kulit
x 730 x 1360
ari.
Kapasitas 20 kg/jam
Tipe : ulir horisontal
Corong pengumpan : plat stainless steel
Bagian pemasta : stainless steel berbentuk
ulir, ruang pemasta : stainless steel Mesin ini bekerja dengan cara menggiling atau
berbentuk silinder datar menghaluskan butiran – butiran biji coklat setelah melalui
Mesin Saringan (screen) : plat stainless steel proses sangrai. Didalam mesin pemasta ini menggunakan
Penggiling/Pemasta berbentuk lingkaran dan berpori mekanisme screw press dimanamesin ini bekerja dengan
Kasar Corong pengeluaran : stainless steel cara memanfaatkan screw untuk menekan biji kakao
Meja pemastaan : plat aluminium sehingga dihasil pasta kakao kasar
Penggerak : motor listrik 1 PK, 220 Volt
Sistem transmisi : pulley dan V-belt
Rangka : besi siku dan besi kotak
Dimensi keseluruhan [P x L x T]mm : 870 x
560 x 1240
Kapasitas : 10 Kg/batch
Tipe : Ball Mill vertical
Sistem Pemanas : elemen pemanas listrik
300 watt dengan media air Mekanisme kerja darimesin ballmill adalah dengan memutar
Motor penggerak : motor listrik 1 – 2 PK , atau mengaduk formula coklat bersamaan dengan bola-
Ball mill/Pemasta
220 Volt bola stainless steel sehingga terjadi gesekkan antara bola-
Halus
Sistem Transmisi : Gear box dan roda bola stainless steel di dalam formula coklat yang teraduk,
gigi, Pulley dan V belt serta tekstur menjadi halus.
Rangka : pipa kotak, Plat alumunium
Panel kontrol : Thermostat dan Indikator
suhu digital
Dimensi (P x L x T) mm : 800 x 650 x 1070
Badan Pusat Statistik. 2020. Produksi Kakao di Indonesia (2015-2019). Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. 2013. Alat pengolah Kopi dan Kakao. Surabaya: Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Timur.
Hartuti, S., Juanda. dan R. Khathir. 2020. Upaya peningkatan kualitas biji kakao (Theobroma Cacao L.)
Melalui tahap penanganan pascapanen (ulasan). Jurnal Industri Hasil Perkebunan 15 (2): 38-52.
Mayrowani, Henny. 2013. Kebijakan penyediaan teknologi pascapanen Kopi dan masalah
pengembangannya. Forum Penelitian Agro Ekonomi 31 (1): 31 – 49.
Nurhayati, R. R. Utami, dan Yusdianto. 2016. Teknologi Digital Sensor Warna Untuk Mengukur Tingkat
Fermentasi Kakao (Ulasan). Jurnal Industri Hasil Perkebunan 1: 16–23.
Prastowo, B., E. Karmawati., Rubiyo., Siswanto., C. Indrawanto. dan S. J. Munarso. 2010. Budidaya dan
pasca panen Kopi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2021. Alat dan mesin. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia.
Rohmawati, Yuyun. 2016. Teknologi pengeringan biji kakao (Theobroma cacao. L) pada pusat penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia di Kabupaten Jember. Laporan Praktek Kerja Lapang. Malang:
Universitas Brawijaya.