Anda di halaman 1dari 16

Makalah

KEWAJIBAN BELAJAR
Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
TAFSIR TARBAWI
Dosen Pengampu : Dr. H. Mukhlisin Muzarie, M.Ag

Dibuat Oleh:
Irpan Maulana (10120016)
M Dani Akbar (10120022)
Nurazhari Novitriani (10120032)
Nurlaeli Abidah (10120035)
Nurul Hidayah (10120037)
Sopiatul Maula (10120044)

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM CIREBON (IAIC)
2021

Komplek Islamic Centre Kab. Cirebon Jl. Tuparev No. 111 Telp./fax. (0231) 231816 Cirebon
45153 Website: www.iaicirebon.ac.id e-mail: info@iaicirebon.ac.id
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ruang Lingkup PAI” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Perencanaan Pengajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Ruang Lingkup PAI dalam Perencanaan Pembelajaran bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ajat Sudrajat, M.Pd.i selaku dosen mata
kuliah Perencanaan Pengajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi penulisan makalah di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan semoga Allah SWT memberikan keberkahan bagi kita
semua. Aamiin.

Cirebon, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................... 1

C. Manfaat dan Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. Pengertian Wajib Belajar Dalam al-Qu‟an ................................................................................. 3

B. Surat Al-Alaq Ayat 1-5 ............................................................................................................... 3

C. Surat Al-Ghasyiyah Ayat 17-20 .................................................................................................. 5

D. Surat Ali Imron Ayat 190-191 .................................................................................................... 6

E. Surat At-Taubah Ayat 122........................................................................................................... 7

F. Surat Al-Ankabut Ayat 19-20 ...................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 12

B. Saran .......................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan darikemajuan ilmu
pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses pendidikan yang terjadi. Proses
pendidikan itu dapat dikatakan berlangsungdalam semua lingkungan pengalaman hidup
manusia mulai dari lingkupterkecil seperti keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat luas.
Hal ini berlangsung dalam semua tahapan perkembangan seseorang sepanjanghayatnya yang
dikenal dengan istilah longlife education.
Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan waktutertentu saja,
melainkan dilakukan sepanjang usia. Islam juga memotivasi pemeluknya untuk selalu
membaca, menelaah dan meneliti segala sesuatu yangmenjadi fenomena dan gejala yang
terjadi di jagad alam raya ini dalam rangkameningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan
yang pada akhirnya akanmeningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam pandangan
Islam tuaatau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi yang samadalam
menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkaiturusan ukhrowi saja
yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yangterkait dengan urusan duniawi juga.
Karena manusia dapat mencapaikebahagiaan hari kelak dengan melalui jalan kehidupan
dunia ini.
Berbicara tentang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pembahasantentang kegiatan
belajar mengajar yang merupakan bagian tak terpisahkan daridunia pendidikan itu sendiri.
Belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting karena tanpa itu proses transformasi
dan aktualisasi pengetahuanmoderen sulit untuk diwujudkan. Maka pada kesempatan ini
penulis akanmembahas tentang kewajiban belajar dalam Q.S Al-Alaq ayat 1-5, Q.S Al-
Ghasyiyah ayat 17-20, Q.S Ali Imron ayat 190-191, Q.S At-Taubah ayat 122, Q.S Al-Ankabut
ayat 20.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari kewajiban belajar dalam Al-Qur‟an ?
2. Bagaimana tafsir surat Al-Alaq ayat 1-5 ?
3. Bagaimana tafsir surat Al-Ghasyiyah ayat 17-20 ?
4. Bagaimana tafsir surat Ali Imron ayat 190-191?
5. Bagaimana tafsir surat At-Taubah ayat 122 ?
6. Bagaimana tafsir surat Al-Ankabut ayat 19-20 ?

1
C. Manfaat dan Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kewajiban belajar dalam Al-Qur‟an.
2. Untuk mengetahui tafsir surat Al-Alaq ayat 1-5.
3. Untuk mengetahui tafsir surat Al-Ghasyiyah ayat 17-20.
4. Untuk mengetahui tafsir surat Ali Imron ayat 190-191.
5. Untuk mengetahui tafsir surat At-Taubah ayat 122.
6. Untuk mengetahui tafsir surat Al-Ankabut ayat 19-20.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kewajiban Belajar dalam Al-qur’an


Belajar atau menuntut ilmu merupakan sebuah aktivitas yang biasadijalani oleh
manusia. Sebab ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang akandiperoleh tidak lain dari
proses yang namanya belajar. Tanpa ilmu manusia akantersesat dari jalan kebenaran.
Tanpa ilmu manusia tidakakan mampu merubahsuatu peradaban. Bahkan dirinya pun
tidak bisa menjadi lebih baik. Secarasederhana, belajar berarti berusaha mengetahui
sesuatu, berusaha memperolehilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan).
Al-Qur‟an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yangdiperuntukkan bagi
manusia, mengimaninya adalah bagian dari rukun iman,disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibrilas, dan wahyu pertama yang diterima
oleh Rasulullah SAW adalah suratal-„Alaq ayat 1-5. Allah SWT menurunkan Al-Qur‟an
untuk menjadi undang-undang bagi umat islam, menjadi petunjuk, sebagai tanda atas
kebesaran Rasul,serta penjelasan atas kenabian dan kerasulannya, juga sebagai dalil yang
kuat dihari kemudian.
Kewajiban menuntut ilmu telah diterangkan dalam Al-Quran dan Hadits.Belajar
merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia, karena dengan belajar manusia bisa
meningkatkan kemampuan dirinya. Dengan belajar, manusia jugadapat mengetahui hal-
hal yang sebelumnya tidak ia ketahui. Selanjutnya, kitakhususnya sebagai umat muslim
haruslah lebih memperhatikan lagi dalam hal belajar, karena di dalam agama Islam sudah
dijelaskan keutamaan bagi para penuntut ilmu.

2. Surat Al-‘Alaq ayat 1-5


١ – ‫ْس َرب ّ َِم ذ ِاَّل ْي َخوَ َق‬ِ ْ ‫ِا ْك َر ِب ِِب‬
٢ – ‫َخوَ َق ْ ِاْلو ْ َس َان ِم ْن عَوَ ٍق‬
٣ – ‫ِا ْك َر ِب َو َرب ُّ َم ْ َاْل ْن َر ُُۙم‬
٤ – ‫ذ ِاَّل ْي عَ ذ ََّل ِِبمْلَ َ َُِّۙل‬
‫عَ ذ ََّل ْ ِاْلو ْ َس َان َما م َ ْم ي َ ْع َل‬
Artinya :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

3
Tafsir Al-Maraghi surat Al-‘Alaq ayat 1-5

‫ْس َرب ّ َِم ذ ِاَّل ْي َخوَ َق‬


ِ ْ ‫ِا ْك َر ِب ِِب‬
Jadilah engkau orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dankehendak
Allah yang telah menciptakanmu. Sebelum itu beliau tidak pandai membaca dan
menulis. Kemudian datang perintah Illahi agar beliau membaca, sekalipun tidak bisa
menulis. Dan Allah menurunkansebuah kitab kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia
tidak bisa menulisnya.

‫َخوَ َق ْ ِاْلو ْ َس َان ِم ْن عَوَ ٍق‬


Sesungguhnya zat yang maha menciptakan manusia, sehinggamenjadi
Makhluknya yang paling mulia ia menciptakan dari segumpaldarah ('Alaq).
Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasaialam bumi, dan dengan
ilmu pengetahuan bisa mengolah bumi sertamenguasai apa yang ada padanya untuk
kepentingan umat manusia. Olehsebab itu Zat Yang menciptakan manusia, mampu
menjadikan manusiayang paling sempurna, yaitu Nabi SAW bisa membaca,
sekalipun beliau belum pernah belajar membaca.

‫ِا ْك َر ِب َو َرب ُّ َم ْ َاْل ْن َر ُُۙم‬


Perintah ini diulang-ulang, sebab membaca tidak akan bisameresap ke dalam
jiwa, melainkan setelah di ulang ulang dan dibiasakan.Berulang ulangnya perintah
Illahi bepengertian sama dengan berulangulangnya membaca. Dengan demikian maka
membaca itu merupakan bakat Nabi SAW. Tuhanmu maha pemurah kepada orang
yang memohon pemberian-Nya. Baginya amat mudah menganugerahkan
kepandaianmembaca kepadamu, berkat kemurahan-Nya. Kemudian
Allahmenambahkan ketentraman Nabi SAW. Atas bakat baru yang ia milikimelalui
firman-Nya :

‫ذ ِاَّل ْي عَ ذ ََّل ِِبمْلَ َ َُِّۙل‬


Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia,
sekalipun letaknya saling berjauhan. Dan ia tak ubahnyalisan yang bicara. Qalam atau
pena, adalah benda mati yang tidak bisamemberikan pengertian. Oleh karena itu Zat
yang menciptakan bendamati bisa menjadi alat komunikasi – sesungguhnya tidak ada
kesulitan bagi-Nya menjadikan dirimu (Muhammad) bisa membaca dan memberi
penjelasan serta pengajaran. Apalagi engkau manusia yang sempurna.Disini Allah
menyatakan bahwa dirinyalah yang telahmenciptakan manusia dari 'alaq, kemudian
mengajari manusia dengan perantara qalam. Demikian itu agar manusia menyadari
bahwa dirinyadiciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia

4
mencapaikesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang
hakekatsegala sesuatu. Seolah-olah ayat ini mengatakan "Renungkanlah
wahaimanusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah daritingkatan
yang paling randah dan hina, kepada tingkatan paling mulia.Demikian itu tentu ada
kekuatan yang mengaturnya dan kekuatan yangmenciptakan kesemuanya dengan
baik". Kemudian Allah menambahkan penjelasan-Nya dengan menyebutkan nikmat-
nikmat-Nya kepadamanusia melalui firmannya :

‫عَ ذ ََّل ْ ِاْلو ْ َس َان َما م َ ْم ي َ ْع َ َّْل‬


Sesungguhnya Zat yang memerintahkan Rasul-Nya membaca Dialah yang
mengajarkan berbagai ilmu yang dinikmati oleh umat manusia,sehingga manusia
berbeda dari makhluk lainnya. Pada mulanya manusiaitu bodoh, ia tidak mengetahui
apa-apa. Lalu apakah mengeherankan jikaia mengajarimu (Muhammad) membaca
dan mengajarimu berbagai ilmuselain membaca, sedangkan engkau memiliki bakat
unutk menerimanya?Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan tentang
keutamaanmembaca, menulis, dan ilmu pengetahuan.

3. Surat Al-Ghasyiyah ayat 17-20


‫ون ا ََل ْاْلب ِِل َن ْي َف ُخ ِولَ ْت‬ َ ‫َبفَ ََل ي َ ُنظ ُر‬
ّ ّ
‫امس َما ِء نَ ْي َف ُرِف َع ْت‬
‫َوا ََل ذ‬
ّ
‫َوا ََل امْجِ َبالِ َن ْي َف ه ُِصبَ ْت‬
ّ
‫َوا ََل ْ َاْل ْر ِض َن ْي َف ُس ِط َح ْت‬
Artinya :
ّ
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,?
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk
istifham (bertanya) yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan
kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada
hari kebangkitan.
Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya
untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan,
bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka
akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian
Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan
bijaksana.

5
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya
untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada
kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta
bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang
menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai
kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?”
yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat
agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya
tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring
bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia
dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan.
Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi
orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang
akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas,
ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di
sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau
menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar.

4. Surat Ali Imron ayat 190-191


‫امس َم َاو ِاث َو ْ َاْل ْر ِض َوا ْخ ِت ََل ِف انو ذ ْيلِ َواهَّنذ َ ِار َْل ٓ ََي ٍث ِ ُْل ِوِل ْ َاْلمْ َب ِاة‬
‫ ّا ذن ِِف َخوْ ِق ذ‬- 190
ِِ ‫ ِكيَا ًما َوكُ ُعودًا َوعَ َ َٰل ُجنُوِبِ ِ ْم َوي َ َت َفكذ ُر َون ِِف َخوْ ِق ذامس َم َاو ِاث َو ْ َاْل ْر ِض َرب ذ َنا َما َخوَ ْل َت َه َٰ َذا َِب ِط ًَل ُس ْب َحاه ََم فَ ِلنَا عَ َذ َاة امنذار‬- 191
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali
Imran: 190-191)

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 190-191

Surat Ali Imran ayat 190-191 menerangkan bahwa ketika penciptaan langit
dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang yang menandakan kekuasaan Allah
SWT untuk ulul albab. Buya Hamka menjelaskan dalam Tafsir Al Azhar bahwa Allah
mengarahkan hamba-hamba-Nya untuk merenungkan alam, langit, dan bumi. Dia
mengarahkan semua hamba-Nya supaya memakai pikirannya dan memperhatikan
pergantian antara siang dan malam.
Semua itu penuh dengan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.
Setiap orang yang bisa memahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian

6
siang dan malam adalah tanda kekuasaan Allah SWT, maka mereka adalah ulul albab.
Menurut Ibnu Katsir, mereka merupakan orang yang memiliki akal sempurna dan
memiliki kecerdasan.
Ali Imran ayat 191 menerangkan tentang ciri-ciri ulul albab. Ulul albab
merupakan orang yang sering berzikir dan berpikir. Ia berzikir dalam semua kondisi,
baik berdiri, duduk, maupun berbarig. Ia juga memikirkan penciptaan alam semesta
sampai pada kesimpulan bahwa Allah yang menciptakan alam tidaklah sia-sia. Oleh
sebab itu, ia pun kemudian berdoa kepada Allah SWT dan memohon perlindungan
dari kejamnya siksa neraka.

Kandungan Surat Ali Imran Ayat 190-191

 Surat Ali Imran ayat 190 mengatakan bahwa penciptaan langit dan bumi
beserta penggantian malam dan siang merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah
SWT.
 Tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta tersebut hanya disadari
oleh ulul albab.
 Kemudian surat Ali Imran ayat 191 menegaskan bahwa ada dua ciri ulul albab.
Yaitu berzikir dan berpikir. Setiap ulul albab selalu mengingat Allah dalam
semua kondisi dan ulul albab juga menggunakan akalnya untuk melakukan
tafakur dan memikirkan penciptaan alam semesta.
 Tafakur yang benar akan mengantarkan pada simpulan bahwa Allah SWT
menciptakan alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya tidak ada yang sia-
sia karena semua adalah benar dan semuanya bermanfaat.
 Tafakur yang benar juga akan melahirkan kedekatan kepada Allah SWT,
mengakui kelemahan makhluk dan juga mengakui kekuasaan Allah SWT,
serta akan memanjatkan doa kepada Allah.

5. Surat At-Taubah ayat 122


ِّ ُ ‫و َما ََك َن امْ ُم ْؤ ِمنُ ْو َن ِم َي ْن ِف ُر ْوا َ َۤكف ذ ً ًۗة فَوَ ْو َْل ه َ َف َر ِم ْن‬
‫ك ِف ْركَ ٍة ِ ّمَّنْ ُ ْم َط ۤاى َف ٌة ِم ّ َيتَ َفلذه ُْوا ِِف ّ ِال ْي ِن َو ِم ُي ْن ِذ ُر ْوا كَ ْو َمه ُْم ِا َذا َر َج ُع ْوْٓا‬
ّ
‫ِاه َْيْ ِ ْم م َ َعوذه ُْم َ َْي َذ ُر ْو َن‬
Artinya : “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (Q.S
At-Taubah : 122)

7
Tafsir surat At-Taubah ayat 122 oleh Kementrian Agama RI

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa tidak semua orangmukmin harus
berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapatdilakukan oleh sebagian kaum
Muslimin saja. Tetapi harus ada pembagiantugas dalam masyarakat, sebagian
berangkat ke medan perang, dansebagian lagi harus menuntut ilmu dan mendalami
agama Islam, supayaajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan secara merata, dan
dakwah dapatdilakukan dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat
sehinggakecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan. Perang bertujuan untuk
mengalahkan musuh-musuh Islam serta mengamankan jalan dakwahIslamiyah.
Sedang menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama bertujuan untuk
mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam,agar dapat disebarluaskan dan
dipahami oleh semua macam lapisanmasyarakat.
Dengan demikian, ayat ini mempunyai hubungan yang erat dengan ayat-ayat
yang lalu, karena sama-sama menerangkan hukum berjihad, akan tetapi dalam bidang
dan cara yang berlainan. Tugas ulamadalam Islam adalah untuk mempelajari
agamanya, serta mengamalkannyadengan baik, kemudian menyampaikan
pengetahuan agama itu kepada yang belum mengetahuinya. Tugas-tugas tersebut
merupakan tugas umat dansetiap pribadi muslim, sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan masing-masing, karena Rasulullah SAW telah bersabda:
Sampaikanlah olehmu (apa-apa yang telah kamu peroleh) dari padaku,walaupun
hanya satu ayat Alquran saja.(Riwayat Bukhari).
Akan tetapi, tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan untuk menuntut
dan mendalami ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu agama,karena sibuk dengan
tugas di medan perang, di ladang, di pabrik, di tokodan sebagainya. Oleh sebab itu
harus ada sebagian dari umat Islam yangmenggunakan waktu dan tenaganya untuk
menuntut ilmu dan mendalamiilmu-ilmu agama, agar kemudian setelah mereka selesai
dan kembali kemasyarakat, mereka dapat menyebarkan ilmu tersebut, serta
menjalankandakwah Islamiyah dengan cara dan metode yang baik sehingga
mencapaihasil yang lebih baik pula.Apabila umat Islam telah memahami ajaran
agamanya, dan telah mengertihukum halal dan haram, serta perintah dan larangan
agama, tentulah merekaakan lebih dapat menjaga diri dari kesesatan dan kemaksiatan,
dapatmelaksanakan perintah agama dengan baik dan dapat menjauhi larangan- Nya.
Dengan demikian, umat Islam menjadi umat yang baik, sejahteradunia dan
akhirat. Di samping itu perlu diingat, bahwa apabila umat Islammenghadapi
peperangan yang memerlukan tenaga manusia yang banyak, maka dalam hal ini
seluruh umat Islam harus dikerahkan untuk menghadapimusuh. Tetapi bila
peperangan itu sudah selesai, maka masing-masingharus kembali kepada tugas semula,
kecuali sejumlah orang yang diberitugas khusus untuk menjaga keamanan dan
ketertiban, dalam dinaskemiliteran dan kepolisian.Oleh karena ayat ini telah

8
menetapkan bahwafungsi ilmu adalah untuk mencerdaskan umat, maka tidak dapat
dibenarkan bila ada orang Islam yang menuntut ilmu pengetahuan hanya untuk
mengejar pangkat dan kedudukan atau keuntungan pribadi saja, apalagiuntuk
menggunakan ilmu pengetahuan sebagai kebanggaan dankesombongan diri terhadap
golongan yang belum menerima pengetahuan.
Orang-orang yang telah memiliki ilmu pengetahuan harus menjadi pelitadan
pembimbing bagi umatnya. Ia harus menyebarluaskan ilmunya, danmembimbing
orang lain agar memiliki ilmu pengetahuan pula. Selain itu, iasendiri juga harus
mengamalkan ilmunya agar menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang sekitarnya
dalam ketaatan menjalankan peraturan danajaran-ajaran agama.
Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu
pengetahuan, setiap orang mukmin mempunyai tiga macamkewajiban, yaitu:
menuntut ilmu, mengamalkannya, dan mengajarkannyakepada orang lain. Menurut
pengertian yang tersurat dari ayat ini,kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yang
ditekankan di sisi Allah adalahdalam bidang ilmu agama. Akan tetapi agama adalah
suatu sistem hidupyang mencakup seluruh aspek dan segi kehidupan manusia.
Setiap ilmu pengetahuan yang berguna dan dapat mencerdaskankehidupan
mereka, dan tidak bertentangan dengan norma–norma agama,wajib dipelajari. Umat
Islam diperintahkan Allah untuk memakmurkan bumi ini dan menciptakan kehidupan
yang baik. Sedang ilmu pengetahuanadalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Setiap sarana yangdiperlukan untuk melaksanakan kewajiban, adalah wajib pula
hukumnya.
Dalam hal ini, para ulama Islam telah menetapkan suatu kaidahyang berbunyi:
Sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan yang wajib, maka ia wajib pula
hukumnya. Karena pentingnya fungsi ilmu dan parasarjana, maka beberapa negara
Islam membebaskan para ulama (sarjana)dan mahasiswa pada perguruan agama, dari
wajib militer, agar pengajarandan pengembangan ilmu senantiasa dapat berjalan
dengan lancar, kecuali bila negara sedang menghadapi bahaya besar, yang harus
dihadapi olehsegala lapisan masyarakat.

6. Surat Al-Ankabut ayat 19-20


ِ ‫اَّلل امْ َخوْ َق ُ ذُث يُ ِعيدُ ُه ا ذن َذ ِ َِل عَ ََل ذ‬
ٌ‫اَّلل ي َِسي‬ ُ ‫ – َب َوم َ ْم يَ َر ْوا َن ْي َف يُ ْب ِدئُ ذ‬19
ّ
‫َش ٍء كَ ِد ٌير‬ ِّ ُ ‫اَّلل عَ ََل‬
َْ ‫ك‬ ُ ‫ – كُ ْل ِس ُيوا ِِف ا ْٔل ْر ِض فَاه ُْظ ُروا نَ ْي َف بَدَ َب امْ َخوْ َق ُ ذُث ذ‬20
َ ‫اَّلل يُن ْ ِش ُئ امن ذ ْشأَ َت اْل ٓ ِخ َر َت ا ذن ذ‬
ّ
Artinya :
19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

9
20. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali
lagi*. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
* Maksudnya: Allah membangkitkan manusia sesudah mati kelak di akhirat

Makna Mufradat
Dalam makna mufradat pada surat Al-Ankabut ayat 19 Kata (‫ )يَ َر ْوا‬yarau
terambil dari kata ra‟a yang adapat berarti melihat dengan mata kepala atau mata hati
atau memikirkan atau memperhatikan.
Kata (ُ‫ئ‬ ُ ‫ )يُ ْب ِد‬yubdi‟u terambil dari kata bada‟a. kata yang terdiri dari huruf-
hurufba‟, dal‟ dan hamzah, berkisar maknanya pada memulai sesuatu.
Sementara ulama membatasi kata (َُ‫)الخ َْلق‬ ْ al-khalq pada ayat ini dalam
pengertian manusia. Ini karena mereka memaknai kata (ُُ‫ )يُ ِعيدُه‬yu‟iduhu atau
mengulanginya yakni mengembalikan manusia hidup kembali diakhirat setelah
kematiannya didunia ini.
Sedangkan makna mufradat surat Al-Ankabut ayat 20 kata (َُ‫ )النَّ ْشأَة‬an-nasy‟
yaitu kejadian. akhirat yang digunakan dalam ayat ini menunjukkan terjadinya sekali
kejadian.
Penyebutan kata Allah pada firman-Nya: kemudian Allah menjadikannya di
kali lain- walaupun telah disebut nama agung itu ketika berbicara tentang penciptaan
pertama kali, untuk menegaskan bahwa yang memulai penciptaan yaitu Allah, Dia
juga melakukan kejadian pengulangannya.
Perintah berjalan yang dirangkaikan dengan perintah melihat seperti firmannya
(‫يروا‬ ِ ‫واُاْل َ ْر‬
ُ ِ ‫ض ُ ِف‬
‫س‬ُ‫ي‬ ْ ‫ظ ُر‬ ُ ‫ )فَا ْن‬stru fi al-ardhi fanzhuru, ditemukan sebanyak tujuh kali dalam
Al-Qur‟an. Ini mengisyaratkan perlunya melakukan apa yang diistilahkan dengan
wisata ziarah.

Tafsir
Dalam tafsir pada surat Al-Ankabut ayat 19 adalah Sebenarnya menciptakan
pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan kembali. Keduanya adalah
memberi wujud terhadap sesuatu, kalau pada penciptaan pertama yang wujud belum
pernah ada, dan ternyata dapat wujud maka penciptaan kedua juga memberi wujud
dan ini dalam logika manusia tertentu lebih mudah serta lebih logis daripada
penciptaan pertama itu.
Dikali pertama Allah mampu menciptakan manusia tanpa contoh terlebih
dahulu. Maka kini setelah kalian menjadi tulang atau bahkan natu atau besi pun Allah
akan mampu. Bukankah menurut logika kalian lebih mudah menciptakan sesuatu
yang telah ada bahannya dan ada juga pengalaman melakukannya, daripada
menciptakan pertama kali dan tanpa contoh terlebih dahulu.

10
Kemudian tafsir surat Al-Ankabut ayat 20 adalah pengarahan Allah swt untuk
melakukan riset tentang asal-usul kehidupan lalu kemudian menjadikannya bukti
ketika mengetahuinya tentang keniscayaan kehidupan akhirat. Dalam Al-Qur‟an surat
ini memberi arahan-arahannya sesuai dengan kehidupan manusia dalam berbagai
generasi, serta tingkat, konteks, dan sarana yang meraka miliki. Masing-masing
menerapkan sesuai dengan kondisi kehidupan dan kemampuannya dan dalam saat
yang sama terbuka peluang bagi peningkatan guna kemaslahatan hidup manusia dan
perkembangannya tanpa henti.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan Belajar mengajar adalah kewajiban bagi setiap muslim, al-qur‟an
menjelaskan tentang kewajiban belajar mengajar yaitu :
1. Q.S. Al-alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca Dan mengkaji ilmu.
2. Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji keagungan Allah SWT.
3. Q.S At-taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu yang
bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang.
4. Q.S Ali-Imran ayat 191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan ridha,
berserah dan mengakui kelemahan diri.
5. Q.S Al-Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan perjalanan Dan
observasi lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendudkung
pembelajaran.

B. Saran
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi penulisan
makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan semoga Allah
SWT memberikan keberkahan bagi kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M. Quraisy. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Lentera Hati : Jakarta.


Tim Redaksi Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat
Bahasa :Jakarta.
Hamid, Abdul. 2016.Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.

13

Anda mungkin juga menyukai