Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN BENCANA KESEHATAN LINGKUNGAN

TUGAS 2 RISIKO BENCANA

OLEH :

KHAIRA ILMA (25000221410009)

Dosen Pengampu:

DR. Dra. Nur Endah Wahyuningsih, M.Si

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan
Universitas Diponegoro Tahun 2020/2021
1. Buatlah urutan bencana mana yang sering terjadi di indonesia dan besar dampaknya serta di
berapa propinsi dan kabupaten kota bencana tersebut terjadi

No Bencana Dampaknya provinsi Kab/kota


1 Banjir Masalah Kesehatan Ketika air kotor dalam jumlah 32 394
provinsi kab/kota
banyak menggenang, masalah kesehatan pun tidak dapat (kecuali Tinggi: 332
dihindari. Beragam wabah gangguan kesehatan lebih kepri dan Sedang: 62
mudah menyebar dan menyerang siapa saja, khususnya bali)
kaum lanjut usia dan anak-anak.

Kerugian EkonomiTerjadinya kerusakan pada rumah


dan barang-barang yang ada di dalamnya ternyata
menimbulkan kerugian ekonomi. Di beberapa daerah
yang merupakan tempat strategis bahkan bisa
memperlambat perputaran roda ekonomi.

Sulitnya Air Bersih Apabila banjir datang, jumlah air


bersih pun otomatis berkurang. Padahal air bersih sangat
dibutuhkan dalam keadaan seperti ini.

Aktivitas Warga Terhambat Terhambatnya aktivitas


warga menjadi hasil lain yang mungkin paling terasa saat
kondisi ini melanda. Dampak banjir bagi masyarakat
yang paling sederhana adalah terendamnya rumah
sehingga membuat mereka harus melakukan penanganan
terlebih dahulu sebelum beraktivitas.

Muncul Korban Jiwa Adapun dampak negatif banjir


yang paling parah, yakni munculnya korban jiwa.
Hadirnya korban sebagai dampak banjir bandang sering
kali dikarenakan terseret arus atau luapan air yang tak
terprediksikan.
2 Gempa bumi Dampak gempa juga terjadi di wilayah Kabupaten 32 509
Bireuen. Dua kecamatan yang mengalami provinsi. kab/kota
kerusakan di kabupaten ini adalah Kecamatan (kecuali Tinggi: 368
Samalanga dan Kecamatan Simpang Mamplam. kepri dan Sedang: 141
Dari laporan daerah setempat pada tanggal 21 kalimanta
Desember 2016, tercatat bahwa 2.608 unit rumah n utara)
mengalami kerusakan (108 rusak berat, 208 rusak
dan 2.292 rusak ringan). 31 unit rumah ibadah
mengalami kerusakan, 1 unit perguruan tinggi, 29
unit fasilitas pendidikan, 1 unit kantor Koramil dan
1 unit aula camat mengalami kerusakan
3 Tsunami Terjadi kerusakan di wilayah pesisir pantai, 28 265
baik kerusakan fisik bangunan maupun non provinsi kab/kota
bangunan. (kecuali Tinggi: 189
adanya korban jiwa Bangka Sedang: 76
menghancurkan bangunan belitung,
Menghambat kegiatan perekonomian di
kepri, DKI
wilayah yang terdampak tsunami. Jakarta,
kalbar,
kalteng,
kaltim)
4 Letusan gunung -Lahar panas bisa menyebabkan kebakaran 105
api hutan, dan mengancam makhluk hidup yang 32 kab/kota
ada di dalamnya. Termasuk tumbuhan dan provinsi Tinggi: 64
hewan Banggai Sedang: 41
- panas dan guguran material letusan gunung laut
bisa membahayakan lingkungan Sulawesi
- Terjadinya polusi udara karena zat beracun tengah
kelas
yang terkandung di dalam material letusan
risiko
- Perairan bisa tercemar oleh abu vulkanik dan
36.00
material letusan lainnya kelas
- Kemunculan penyakit kulit, pernapasan, dan risiko
lain-lain akibat material letusan gunung berapi. tinggi

5 Kebakaran hutan Secara langsung dampak dari karhutla berupa asap 32 506
dan lahan yang mencemari udara, mengganggu jarak pandang provinsi kab/kota
serta ribuan bahkan ratusan hektar lahan dan ( kecuali Tinggi: 492
hutan terbakar habis. Pada saat asap mulai DKI Sedang: 14
menyelimuti udara dan kebakaran belum dapat Jakarta)
dipadamkan, maka arah hembusan angin akan Labuhan
membawa asap bahkan sampai ke beberapa negara batu
tetangga. Kepekatan asap dan kandungan yang ada sumatera
di dalamnya dapat menyebabkan makluk hidup utara skor
mengalami gangguan kesehatan. Pada tahun 2016 36.00
ini, walaupun karhutla yang terjadi masih dapat kelas
terkendali dengan baik, namun asap akibat karhutla risiko
sempat sampai ke negara Singapura. Asap ini tinggi
menurunkan kadar kualitas udara di langit
Singapura, sehingga mengganggu kesibukan
masyarakat di sana.

Dampaknegatif(destruktif) yangditimbulkandari
kebakaran hutan terhadap lingkungan antara lain
adalah (Randu, 2006; Syaufina, 2008 dalam
Nurrrochmat et al, 2012): 1. Hilangnya sejumlah
spesies. 2. Memicu terjadinya perubahan iklim. 3.
Kerusakan tanah. 4. Ancaman erosi.
5. Penurunan fungsi hutan sebagai Catchment area.
6. Penurunan kualitas air. 7. Terganggunya
ekosistem terumbu karang. 8. Sedimentasi.
6 Tanah longsor Gerakan tanah yang masih terus bergerak ini dipicu 10 514
karena tanah yang masih belum stabil dan hujan provinsi kab/kota
yang masih turun dengan intensitas sedang. Area Aceh Tinggi: 298
terdampak yang semula seluas 5 hektar menjadi 5,3 timur skor Sedang: 216
hektar. Kawasan terdampak longsor dan tanah 36.00
bergerak membentang mulai dari kawasan kelas
perhutani hingga permukiman. Jumlah rumah yang risiko
rusak bertambah, tercatat 12 rumah rusak berat. tinggi
Pergerakan tanah tercatat cukup jauh hingga 1,5
meter. Sebanyak 76 kepala keluarga (KK) atau 281
jiwa masyarakat Desa Clapar mengungsi. Pengungsi
tersebar di 24 titik lokasi yaitu di TK Harapan Kita,
SD 2 Clapar, dan di rumah warga lain yang tidak
terkena longsor. Pengungsi adalah korban longsor
yang rumahnya rusak dan terancam longsor.
Dampak lain akibat longsor yang terjadi pada akses
jalan utama Kabupaten Banjarnegara di Kecamatan
Pagentan melalui Kecamatan Madukara sempat
terputustotal karena material longsoran yang
menimbun jalan. Daerah disekitar longsor
dikosongkan untuk mengantisipasi longsor susulan
mengingat area longsor cukup luas. Dengan kondisi
seperti itu sudah tidak layak untuk menjadi
permukiman karena tanah sangat labil dan
membahayakan
7 Gelombang Penyusutan lebar pantai secara terus menerus Simeulue 326
ekstrem dan sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk aceh skor kab/kota
abrasi yang tinggal di pinggir pantai. Kerusakan 36.00 Tinggi: 321
sarana dan prasarana, termasuk perumahan, Kelas Sedang: 5
infrastruktur transportasi, dan pelabuhan. risiko
tinggi
8 kekeringan -Sumber Air Minum Berkurang 7 provinsi 511
-Sumber Air untuk Kebutuhan Sehari-hari kab/kota
Berkurang, kebutuhan air untuk MCK, memasak Tinggi: 408
dan lain sebagainya tidak terpenuhi Sedang: 103
-Banyak Tanaman Mati

9 Cuaca ekstrem -bagi kesehatan : dehidrasi, ruang Pesisir 506


kulit,kelelahan, jantung bergerak cepat,dan lain- Barat kab/kota
lain -Lampung Tinggi: 411
-aktivitas terganggu Sedang: 95

2. Wilayah mana yang paling berisiko bencana

Berdasarkan tabel indeks risiko bencana provinsi tahun 2020, provinsi sulawesi barat memiliki
risiko paling tinggi terhadap bencana dengan skor risiko 166,49 sedangkan untuk indeks risiko
kabupaten/kota, kab. maluku barat daya (prov. Maluku) memiliki risiko paling tinggi dengan skor
223,20, diikuti dengan kab. Majene (prov. Sulawesi barat) dengan skor 216,08, lalu kota gunungsitoli
(prov.sumatera utara) dengan skor 215,60.

3. Wilayah mana yang paling rentan

No Bencana Wilayah rentan


1 Banjir Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Ntb,
Kalbar, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat,
Maluku Utara, Papua Barat, Papua.
2 Gempa bumi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Barat, Maluku, Papua Barat, Papua
3 Tsunami Aceh , sumatera utara, sumatera barat, bengkulu, lampung,
jawa barat, jawa tengah, D.I Yogyakarta, jawa timur, banten,
bali, NTB,NTT, Sulut, sultengah, sulsel, sultenggara, gorontalo,
maluku, maluku utara.
4 Letusan gunung api Sulawesi tengah, sulawesi tenggara, lampung, sulawesi barat,
papua barat, jawa tengah, jawa timur, bali, NTB, Kalbar,
Sulawesi utara
5 Kebakaran hutan dan Sumatera utara, sumatera barat, riau, jambi, sumatera selatan,
lahan kepulauan bangka belitung, jawa barat, jawa tengah, D.I
Yigyakarta, jawa timur, banten, bali, NTB, NTT, Kalimantan
barat, kalimantan tengah, kalimantan selatan, kalimantan timur,
sulawesi utara, sulawesi tengah, sulawesi selatan, gorontalo,
sulawesi barat, maluku, maluku utara, papua
6 Tanah longsor Aceh, sumatera utara, sumaetra barat, bengkulu, jawa barat,
jawa tengah, NTB, NTT, Sulawesi tengah, Sulsel, sulbar, papua
barat, papua
7 Gelombang ekstrem Aceh , sumatera utara, sumatera barat, bengkulu, lampung,
dan abrasi kepulauan riau, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, banten,
bali, NTB, Kalimantan barat, kalsel, kaltim, sulawesi utara,
sulawesi tengah, selsel, sulawesi tenggara, gorontalo, maluku,
maluku utara
8 kekeringan Riau, kepulauan bangka belitung, kepulauan riau, jawa barat,
jawa tengah, bali, kalimantan barat, kalimantan tenga,
kalimantan timur, sulawesi selatan, sulawesi barat, maluku
utara, papua
9 Cuaca ekstrem Lampung, sulawesi tengah, sulawesi tenggara

4. Wilayah mana yang paling tangguh

Berdasarkan tabel indeks risiko bencana provinsi tahun 2020, Provinsi DKI Jakarta merupakan
wilayah paling tangguh karena memiliki risiko terkena bencana paling rendah dengan skor 64,02.
Sedangkan untuk indeks risiko kabupaten/kota, kabupaten mamberamo tengah (prov.papua)
merupakan wilayah paling tangguh karena memiliki risiko paling rendah dengan skor 44,80.

5. Bagaimana bentuk pengurangan risiko bencananya

Target pengurangan indeks risiko bencana sangat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya yaitu
komponen bahaya, komponen kerentanan dan komponen kapasitas. Dari ketiga komponen penyusun
indeks risiko, komponen bahaya merupakan komponen yang sangat kecil kemungkinan untuk
diturunkan, maka indeks risiko bencana dapat diturunkan dengan cara menurunkan tingkat
kerentanan (komponen kerentanan) melalui peningkatan tingkat kapasitas (komponen kapasitas).
Pengaruh masing-masing komponen (bobot) dalam penentuan indeks risiko bencana adalah
komponen bahaya 40%, komponen kerentanan 30% dan komponen kapasitas 30%.

Jadi berdasarkan pengaruh dari ketiga komponen penyusun indeks risiko bencana, maka komponen
kerentanan berupa coping capacities dan kapasitas merupakan komponen yang paling
memungkinkan dilaksanakan untuk menurunkan indeks risiko bencana. Berdasarkan uraian pengaruh
masing-masing komponen dalam penurunan indeks risiko bencana, maka target utama dalam
penurunan indeks risiko bencana adalah komponen coping capacities dan kapasitas sebesar 30%
selama 5 tahun (2015-2019). Sehingga strategi penurunan indeks risiko bencana adalah dengan
peningkatan kapasitas penanggulangan bencana.

Operasional Penurunan Indeks Risiko Bencana Penurunan Indeks Risiko Bencana dilaksanakan
dengan melakukan kegiatan peningkatan kapasitas penanggulangan bencana di daerah (Kabupaten
dan Kota) oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota dan masyarakat serta lembaga usaha. Pemerintah pusat bertugas untuk menetapkan
NSPK (norma, standar, prosedur, kriteria), membangun fasilitator di pusat dan daerah, melakukan
pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota dan melakukan monitoring dan evaluasi. Pemerintah
provinsi bertugas membangun fasilitator di daerah bersama pemerintah pusat, melakukan
pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota dan melaporkan kegiatannya kepada pemerintah pusat.
Pemerintah kabupaten/kota bertugas untuk membangun fasilitator di daerah bersama pemerintah
pusat dan pemerintah provinsi, melakukan pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota dan melaporkan
kegiatannya kepada pemerintah pusat.

a. kebiajakn (SNI/SOP/Panduan)
Pemerintah melalui instansi berwenang sesuai tugas dan fungsi, menyediakan kebijakan
dalam bentuk Standart Nasional Indonesia (SNI), standart operational procedure, dan
panduanpanduan yang jelas dan dapat diimplementasikan di tingkat kabupaten/kota.
Kebijakan tidak boleh tumpang tindih dan bertentangan dengan kebijakan lainnya.
Penyusunannya dengan melibatkan para ahli kebencanaan, termasuk praktisi
b. fasilitator
Pemerintah dengan keterbatasan sumberdaya manusia membentuk fasilitator di tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota dan komunitas. Fasilitator ini diberikan pembekalan sesuai
dengan kebijakan yang disiapkan dan disertifikasi oleh lembaga yang berwenang. Serta
membantu kabupaten/kota dalam mengimplementasi kebijakan.
c. implementasi daerah
Semua indikator peningkatan kapasitas penanggulangan bencana dapat diimplementasikan di
kabupaten/kota, baik menggunakan pendanaan dari APBN dan APBD. Implementasi
indikator di kabupaten/kota mengedepankan pelibatan masyarakat dan menggunakan pola
gerakan pengurangan risiko bencana, sesuai dengan karakteristik risiko bencana serta
kapasitas daerah.
d. monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk menilai apakah indikator sudah dilakukan sudah
sesuai kebijakan yang dipedomani. Kegiatan ini juga akan menilai apakah suatu
Kabupaten/Kota sudah bisa disebut tangguh atau belum. Bobot masing-masing indikator
harus disepakati, demikian juga metode penilaiannya. Penanggungjawab monitoring dan
evaluasi dalam implementasi Kebijakan dan Strategi PB dalam penurunan Indeks Risiko
Bencana adalah unit kerja bernama Desk IRBI yang langsung di bawah Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan alat bantu (tools) yang digunakan untuk
pemantauan penurunan Indeks Risiko Bencana (IRB) adalah InaRISK.

6. Dan untuk pembangunan yang berkelanjutan,apakah yang akan dijadikan indicator pada masing2
provinsi dan masing2 bencana

 BNPB,
 BAPPPENAS,
 KEMENDAGRI,
 BMKG,
 KEMEN PUPERA,
 KEMEN ESDM,
 BIG,
 KEMENTAN,
 BPPT,
 LAPAN,
 KEMENKES,
 KEMENSOS,
 KLHK,
 KEMENDES PDTT,
 KEMEN ATR,
 TNI,
 POLRI,
 KKP

 Tabel 1: Indikator terkait penanganan bencana RAN TPB 2015-2019


SUMBER
TUJUAN TARGET KODE & INDIKATOR
DATA
Target 1.5. Pada Jumlah korban
tahun 2030, meninggal,
Tujuan 1. membangun hilang, dan
1.5.1* DIBI BNPB
Tanpa ketahanan masyarakat terkena dampak
Kemiskinan miskin dan mereka bencana per
yang berada dalam 100.000 orang.
1.5.1.(a) Jumlah lokasi BNPB
kondisi rentan, dan


SUMBER
TUJUAN TARGET KODE & INDIKATOR
DATA
mengurangi penguatan
kerentanan mereka pengurangan
terhadap kejadian risiko bencana
ekstrim terkait iklim daerah.
dan guncangan Pemenuhan
Kementerian
ekonomi, sosial, kebutuhan dasar
1.5.1.(b) Sosial; BNPB;
lingkungan, dan korban bencana
Podes
bencana. sosial.
Pendampingan
Kementerian
psikososial
1.5.1.(c) Sosial; BNPB;
korban bencana
Podes
sosial.
Jumlah daerah
Kementerian
bencana
Pendidikan dan
alam/bencana
Kebudayaan;
1.5.1.(d) sosial yang
Kementerian
mendapat
Agama; BNPB;
pendidikan
Podes
layanan khusus.
Indeks risiko
bencana pada
pusat-pusat
1.5.1.(e) BNPB
pertumbuhan
yang berisiko
tinggi.
Jumlah kerugian
1.5.2.(a) ekonomi langsung DIBI BNPB
akibat bencana.
Dokumen strategi
pengurangan
BNPB;
risiko bencana
1.5.3* Kementerian
(PRB) tingkat
PPN/ Bappenas
nasional dan
daerah.
Target 11.5 Pada Jumlah korban
tahun 2030, secara meninggal, hilang
signifikan mengurangi dan terkena
11.5.1* DIBI BNPB
jumlah kematian dan dampak bencana
jumlah orang per 100.000
Tujuan 11. orang.
terdampak, dan secara
Kota dan
substansial (Badan
Pemukiman
mengurangi kerugian Indeks Risiko Nasional
yang
ekonomi relatif 11.5.1.(a) Bencana Penanggulangan
Berkelanjutan
terhadap PDB global Indonesia (IRBI). Bencana
yang disebabkan oleh (BNPB))
bencana, dengan Jumlah kota (Badan
fokus melindungi 11.5.1.(b) tangguh bencana Nasional
orang miskin dan yang terbentuk. Penanggulangan


SUMBER
TUJUAN TARGET KODE & INDIKATOR
DATA
orang-orang dalam Bencana
situasi rentan (BNPB))
Jumlah sistem (Badan
peringatan dini Nasional
11.5.1.(c) cuaca dan iklim Penanggulangan
serta Bencana
kebencanaan. (BNPB))
Jumlah kerugian
(Badan
ekonomi langsung
Nasional
akibat bencana.
11.5.2.(a) Penanggulangan
(Badan Nasional
Bencana
Penanggulangan
(BNPB))
Bencana (BNPB))
Target 11.b Pada
tahun 2020,
meningkatkan secara Proporsi
(Badan
substansial jumlah pemerintah kota
Nasional
kota dan permukiman yang memiliki
11.b.1* Penanggulangan
yang mengadopsi dan dokumen strategi
Bencana dan
mengimplementasi pengurangan
Bappenas)
kebijakan dan risiko bencana.
perencanaan yang
terintegrasi tentang
penyertaan, efisiensi
sumber daya, mitigasi
dan adaptasi terhadap
perubahan iklim,
ketahanan terhadap
bencana, serta
Dokumen strategi
mengembangkan dan (Badan
pengurangan
2015-2030. Nasional
11.b.2* risiko bencana
mengimplementasikan Penanggulangan
(PRB) tingkat
penanganan holistik Bencana)
daerah.
risiko bencana di
semua lini, sesuai
dengan the Sendai
Framework for
Disaster Risk
Reduction
Dokumen strategi
(Badan
Target 13.1 pengurangan
Nasional
Memperkuat kapasitas risiko bencana
Tujuan 13. 13.1.1* Penanggulangan
ketahanan dan (PRB) tingkat
Penanganan Bencana
adaptasi terhadap nasional dan
Perubahan (BNPB))
bahaya terkait iklim daerah.
Iklim
dan bencana alam di Jumlah korban
semua negara. 13.1.2* meninggal, hilang (DIBI BNPB)
dan terkena


SUMBER
TUJUAN TARGET KODE & INDIKATOR
DATA
dampak bencana
per 100.000
orang.

Tabel 2: Indikator terkait penanganan bencana RAD TPB 2018-2022 DIY


SUMBER
TUJUAN TARGET KODE & INDIKATOR
DATA
1.5 Pada tahun 1.5.1 Jumlah desa yang sudah BPBD
2030, secara menjadi Destana/ Katana
signifikan Meningkatnya desa tangguh
1.5.2 BPBD
mengurangi jumlah bencana
kematian dan Presentase korban meninggal
Tujuan 1.
jumlah orang 1.5.3 dan hilang terhadap jumlah Dinsos
Tanpa
terdampak, dan kejadian bencana
Kemiskinan
secara substansial Pencapaian indeks pemulihan
1.5.4 BPBD
mengurangi pascabencana di DIY
kerugian ekonomi Kebutuhan dasar korban
1.5.5 BPBD
relatif terhadap bencana kebakaran
PDB global yang 1.5.7 Jumlah dokumen RPB dan BPBD
SUMBER
TUJUAN TARGET KODE & INDIKATOR
DATA
disebabkan oleh RAD RPB DIY
bencana, dengan
fokus melindungi
orang miskin dan
orang-orang dalam
situasi rentan
11.5 Pada tahun Presentase korban meninggal
2030, secara 11.5.1 dan hilang terhadap jumlah BPBD
signifikan kejadian bencana
mengurangi jumlah Indeks resiko bencana
11.5.2 BPBD
kematian dan indonesia (IRBI) DIY
jumlah orang Indeks ketahanan daerah
11.5.3 BPBD
terdampak, dan (IKD) DIY
Tujuan 11.
secara substansial Jumlah desa/ kelurahan
Kota dan
mengurangi 11.5.4 tangguh bencana yang BPBD
Pemukiman
kerugian ekonomi terbentuk
yang
relatif terhadap Jumlah sistem peringatan dini
Berkelanjutan 11.5.5 BPBD
PDB global yang yang sudah terintegrasi
disebabkan oleh
bencana, dengan
fokus melindungi Capaian indeks pemulihan
11.5.6 BPBD
orang miskin dan pascabencana di DIY
orang-orang dalam
situasi rentan
13.1 Memperkuat Presentase jumlah dokumen
kapasitas rencana kontijensi terhadap 5
13.1.1 BPBD
Tujuan 13 ketahanan dan (lima) jenis ancaman bencana
Penanganan adaptasi terhadap di DIY
Perubahan bahaya terkait
Presentase korban meninggal
Iklim iklim dan bencana
13.1.2 dan hilang terhadap jumlah BPBD
alam di semua
kejadian bencana
negara.

Anda mungkin juga menyukai