Anda di halaman 1dari 19

Laporan Antara

Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

ANALISIS SOSIAL BUDAYA

B
Ab ini membahas mengenai analisis sosial budaya di Wilayah
Perkotaan Fakfak dengan bahasan mengenai elemen-elemen kota
yang memiliki nilai historis dan budaya, nilai dan norma yang dianut
dalam masyarakat setempat (local wisdom) di Kawasan Perkotaan
Fakfak serta peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dan lingkungan

5.1 ELEMEN KOTA YANG MEMILIKI NILAI HISTORIS DAN BUDAYA


1. Sejarah Kabupaten Fakfak
Sejarah mencatat mengenai asal-usul Fakfak, keberadaan kampung, dan
orang asli (indigenous people) Fakfak sangat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah
lebih banyak mengungkap perjalanan masuk dan berkembangnya tiga nama yakni
agama Islam, Katolik, dan Kristen Protestan yang dianggap agama keluarga di
Fakfak sehingga didapati semboyan untuk mempererat hubungan pertalian ini
dengan nama "Satu Tungku Tiga Batu, Satu Hati Satu Saudara".
Asal-usul kata Fakfak' sendiri dimaknai secara tidak tunggal oleh
masyarakat setempat. Ada yang mengatakan bahwa kata Fakfak' pada awalnya
tidak dilafalkan dalam huruf F', tetapi huruf P' sehingga Fakfak' yang sebenarnya
adalah Pakpak'. Konotasi nama Fakfak masih simpang siur. Awalnya Kabupaten

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V-1


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

Fakfak disebut dengan Pakpak kemudian mengalami perubahan menjadi Fakfak


hingga saat ini. Dalam salah satu bahasa setempat, "Pakpak" dimaknai dalam
beberapa cara. Berdasarkan asal-usulnya, orang Fakfak mengidentifikasi dirinya ke
dalam 2 (Dua) kategori, yakni orang asli dan pendatang. Orang asli (indegeneous
people) merupakan orang-orang yang dipandang telah ada dan bermukim di Fakfak
sejak nenek moyang awal mereka. Mereka ini sering di sebut juga anak negeri'.
Sedangkan kalangan pendatang adalah orang-orang yang berasal dari berbagai
tempat di luar Fakfak, baik masih berasal dari dalam Papua maupun dari luar
Papua, yang datang ke Fakfak dengan berbagai alasan. Migrasi masuk ke Fakfak
oleh kalangan pendatang di dorong oleh alasan ekonomi, alasan kerja hingga
alasan perkawinan. Dari hasil pendataan tergambar bahwa suku asli (indegeneous
people) di Fakfak meliputi suku Mbaham, Mata, Onim, Irarrutu, Kimbaran dan
Arguni. Di masa lalu, suku-suku ini memiliki kerajaan dengan wilayah petuanannya
sendiri-sendiri. Tujuh wilayah petuanan di Fakfak adalah Petuanan Ati-Ati di
Werpigan, Petuanan Fatagar di Fakfak, Petuanan Arguni di Arguni, Petuanan
Rumbati di Rumbati, Petuanan Patipi di Patipi Pasir, serta Petuanan Pikpik-Sekar
dan Petuanan Wertuar di Kokas (Bappeda Kabupaten Fakfak, 2012). Peran
penduduk asli atau di sebut dengan anak negeri' di Fakfak sangat dominan
terutama dalam urusan hak ulayat. Mereka (orang asli) memiliki penguasaan hak
ulayat atas bidang tanah tertentu yang terdapat di Fakfak. Seiring dengan
perubahan sistem pemerintahan, peran pemerintahan kerajaan lalu dimasukkan
dalam sistem pemerintahan modern dalam penatakelolaan bermasyarakat.
Sementara para warga pendatang di Fakfak berasal dari berbagai daerah di dalam
dan luar Fakfak. Melalui pengamatan, diketahui bahwa mereka (pendatang) ini
berasal dari berbagai daerah lainnya di papua. Dari luar Papua, kalangan
pendatang yang cukup menonjol di Fakfak diidentifikasi berasal dari daerah Jawa,
Sulawesi, Ambon, Sumatera, dll. Berdasarkan daerah asalnya tersebut, suku para
pendatang ini meliputi orang Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Manado, Ambon,
Ternate, dll. Selain itu, di Fakfak terdapat warga keturunan Tionghoa dan Arab yang
telah berdomisili di daerah ini sejak beberapa abad silam. Kedatangan Orang Arab
di Fakfak pada awalnya, selain untuk kepentingan perniagaan rempah-rempah,
juga untuk menyiarkan agama islam. Sementara itu, kedatangan nenek moyang
keturunan Tionghoa ke tanah Fakfak sepenuhnya karena alasan ekonomi, yakni
untuk berdagang hasil-hasil bumi. Hingga saat ini, kawasan
Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V-2
Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

pembelanjaan/pertokoan di Kota Fakfak didominasi oleh kalangan keturunan


Tionghoa ini, yang sekaligus merupakan kawasan permukiman bagi kelompok
masyarakat ini. Kawasan perbelanjaan/pertokoan yang panjangnya tidak lebih dari
1Km ini, oleh masyarakat setempat, disebut sebagai kawasan pecinaan di Fakfak
yang terletak di jalan Izak Tellusa Fakfak.
2. Hubungan Masyarakat Fakfak dengan Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Berbagai sumber menyatakan bahwa Fakfak memiliki hubungan erat
dengan beberapa kerajaan di Indonesia. Salah satunya yang sering disebutkan
dalam beberapa literatur adalah kerajaan Majapahit dengan bukti Kitab
Negarakertagama. Kemudian Kerajaan Ternate dan Tidore hingga Bacan
melakukan invasi ke Fakfak. Hubungan tersebut bermula dari relasi migrasi dagang
hingga sebagai vassal. Salah satu alasan terjalinya relasi tersebut lantaran Fakfak
kaya dengan sumber daya alam berupa rempah, hasil hutan, dan hasil laut. Sampai
kini tanaman rrempah-rempah berupa Pala menjadi bukti tanaman unggulan
masyarakat Fakfak. Yamin (1956, dalam Bangi, 2011) menyebutkan bahwa
hubungan Majapahit dengan Fakfak dijelaskan dalam Kitab Negarakertagama.
Dalam buku tersebut diungkap beberapa daerah Majapahit yang meliputi Wanin,
Seram, dan Timur. Wamin diyakini sebagai nama lain dari daerah Onim yang tidak
lain adalah Fakfak dengan banyak komoditas dagang, seperti rempah-rempah,
wangi-wangian, mutiara dan hasil laut. Pada abad ke-16 Kerajaan Majapahit
mengalami keruntuhan. Bersamaan dengan itu, agama islam mulai berkembang di
Indonesia sehingga bermunculan kerajaan Islam di pesisir pantai Nusantara. Salah
satunya muncul Kerajaan Ternate dan Tidore di Indonesia Timur. Handoko (2010)
menyebutkan bahwa hubungan antara Maluku dan Papua terjalin lantaran adanya
kepentingan dagang antara suku Fakfak dengan para penghulu di Ceram (Seram),
Goram, dan Bacan yang disusul dengan Buru, Ternate, dan Tidore. Hanya saja,
Tidore memiliki pengaruh lebih besar di Fakfak karena pengerahan Armada Hongi
oleh Kesultanan Tidore untuk memungut pajak dari penduduk papua dalam bentuk
hasil hutan. Pada dasarnya Kesultanan Tidore telah mengenal islam sejak abad ke-
15. Sejak itulah sedikit demi sedikit agama islam mulai berkembang di daerah
kekuasaan kesultanan Tidore termasuk beberapa distrik yakni Teluk Patipi, Karas
dan Kokas. Beberapa studi lain juga banyak mengungkap hubungan Maluku
dengan Papua, seperti yang diungkapkan dalam studi Handoko (2010).

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V-3


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

3. Masa Pemerintahan Kolonial Belanda


Dari sejarah pemerintahan dimasa lalu, pada Pemerintahan Kolonial
Belanda di West Nieuw Guinea (Irian Barat/Irian Jaya/Tanah Papua sekarang) sejak
1898, dibagi dalam 2 (dua) afdeeling (keresidenan) yaitu Afdeeling Noord Nieuw
Guinea yang berkedudukan di Manokwari dan Afdeeling West en Zuid Nieuw
Guinea yang berkududukan di Fakfak. Dipilihnya Fakfak karena letaknya di
Tepi/Teluk kecil yang dilindungi oleh sebuah pulau dan dikelilingi oleh bukit- bukit.
Dalam perkembangannya pada tanggal 10 Mei 1952 Gubernur Van Waardenburg
mengadakan perubahan dalam pembagian wilayah tersebut menjadi 4 Afdeeling
yaitu Afdeeling Noord Nieuw Guinea dengan ibu kota Merauke, Afdeeling Centraal
Nieuw Guniea dengan ibu kota sementara Enarotali dan Afdeeling West Nieuw
Guinea dengan ibu kota Sorong. Khusus Afdeeling West Nieuw Guinea membawahi
9 Onderafdeeling yaitu Sorong, Makbon, Raja Ampat, Manokwari, Ransiki,
Wandamen, Ayamaru, Bintuni dan Fakfak. Dari pembagian wilayah di Nieuw Guniea
yang sebelumnya 4 Afdeeling (Keresidenan) pada tahun 1961 diubah menjadi 6
Afdeeling yaitu Hollandia, Geelvikbaai, West Nieuw Guinea, Fakfak, Zuid Nieuw
Guinea dan Central Bergland. Afdeeling Fakfak membawahi 3 Onderafideeling yaitu
Fakfak, Kaimana dan Mimika.
4. Masa Pemerintahan RI
Fakfak dalam perjalannya masuk dalam Provinsi Irian Jaya. Sesuai dengan
UU Nomor 12 Tahun 1969 Tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Jaya Barat
dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat, Kabupaten Fakfak terus
mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan menjadi bagian dari provinsi Irian
Jaya Barat yang kini bernama Papua Barat sesuai dengan UU Nomor 45 Tahun
1999. Kabupaten Fakfak setelah berada dalam Provinsi Papua Barat menjadi 2
(dua) kabupaten perluasan. Pada tahun 1996 melakukan pemekaran wilayah
dengan menjadikan Mimika (Timika) kabupaten senndiri dan kemudian diikuti oleh
kabupaten Kaimana pada tahun 2004. Kedepan Kabupaten Fakfak sendiri akan
dibagi lagi menjadi Kabupaten Fakfak dan Kabupaten Kokas yang saat ini masih
sebagai distrik, sesuai dengan rencana yang sedang diusulakan dan di lakukan
oleh Pansus DPRD Kabupaten Fakfak bersama Eksekutif dan dukungan
masyarakat.
Kabupaten Fakfak yang dimekarkan menjadi Kabupaten Fakfak dan
Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V-4
Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

Kabupaten Kaimana berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2002, tepatnya pada


tanggal 12 November 2002, secara geografis terletak pada 131o 531 0311 BT -
133o 291 1911 BT dan 2o 301 5811 - 3o 571 5111 LS. Luas Kabupaten Fakfak
setelah pemekaran berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2002 adalah 14.320 km 2
yang terdiri 9 (sembilan) distrik dan terbagi dalam 122 kampung pada tahun 2010.
Kabupaten Fakfak mempunyai luas 14.320 km2, dengan wilayah yang mempunyai
luas terbesar adalah Distrik Karas 17,40% dari luas total wilayah Kabupaten
Fakfak, pesatnya perkembangan wilayah di Kabupaten Fakfak mengarahkan pada
perhatian terhadap ciri khas wilayah itu sendiri, untuk menjaga nilai-nilai sosial dan
budaya yang ada didalamnya aspek perancangan kota menjadi penting untuk
diperhatikan dalam upaya penataan ruang kota, aspek perencanaan yang ideal
harus menerapkan teori tentang arsitektur dan perencanaan kota (elemen-elemen
perancangan) yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai
karakteristik yang jelas.
Menurut Hamid Shirvani dalam bukunya “Urban Design Process”, terdapat 8
(delapan) macam elemen yang membentuk sebuah kota (terutama kawasan pusat
kota/kawasan perkotaan), yakni sebagai berikut:

5.1.1 Tata Guna Lahan (land Use)


Tata Guna Lahan merupakan elemen pokok dalam urban design yang
menentukan dasar perencanaan dalam dua dimensi, bagi terlaksananya ruang tiga
dimensi. Tata guna lahan merupakan pengaturan suatu lahan dan keputusan untuk
menggunakan lahan bagi maksud tertentu sesuai dengan peruntukannya.
Dalam peruntukkan lahan terdapat pembagian penggunaan lahan menjadi
kelompok- kelompok sesuai dengan interaksi antara unsur aktivitas, manusia, dan
lokasi pertama menghasilkan Land Use Plan dengan pengelompokan aktivitas,
fungsi dan karakter tertentu, kedua menghasilkan Mixed Land Use Plan sebagai
alternative dalam pembagian penggunaan lahan yang terbatas. Untuk masa yang
akan datang, kebijaksanaan Mixed Use digunakan untuk meningkatkan kehidupan
24 jam, dengan jalan memperbaiki sirkulasi melaluifasilitas pejalan kaki dan
penggunaan yang lebih baik dari sistem sistem infrastruktur, analisa-analisa dasar
lingkungan alam dan perbaikan atau peningkatan sistem infrastruktur dengan
rencana rencana serta operasi pemeliharaan.

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V-5


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

Dalam intensitas pembangunan seorang developer akan mendapatkan ijin


membangun hingga FAR maksimum, sebagai bonus dari kompensasi atas
kesediaannya membangun fasilitas tambahan bagi kepentingan umum. Aturan
zoning memperhatikan aspek fisik bangunan yang mengatur ketinggian,
pemunduran (setback) dan lantai dasar yang diperlukan untuk menunjang public
space.
Kesalahan di masa lalu dalam peraturan tata guna lahan, antara lain
urangnya keanekaragaman penggunaan lahan dalam suatu area dan kesalahan
dalam memperhitungkan faktor lingkungan dan fisik alamiah. Oleh karena itu, hal
yang harus diperhatikan untuk tata guna lahan di masa mendatang adalah mixing
use dalam suatu urban area, untuk meningkatkan kehidupan 24 jam dengan
memperbaiki sirkulasi melalui fasilitas pedestrian dan penggunaan infrastruktur
yang lebih baik, analisis yang berdasarkan lingkungan alami danperbaikan sistem
infrastruktur serta rencana perawatan yang diperlukan
Kebijaksanaan Tata Guna Lahan mempertimbangkan hal-hal berikut:
 Tipe penggunaan lahan yang diizinkan
 Hubungan fungsional yang terjadi antara area yang berbeda
 Jumlah maksimum floor area yang ditampung dalam suatu area tata guna
lahan.
 Skala pembangunan baru
 Tipe intensif pembangunan yang sesuai untuk dikembangkan pada area
dengan karakteristik tertentu.
Dalam hal ini yang termasuk dalam penggunaan lahan pada elemen perancangan
kota antara lain:
 Tipe penggunaan dalam suatu area
 Spesifikasi fungsi dan keterkaitan antar fungsi dalam pusat kota
 Ketinggian bangunan
 Skala fungsi.
Penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan Fafak terdiri dari beberapa
penggunaan fungsi (mixed use) kawasan perkebunan, kawasan permukiman di
yang memusat dan berkembang di Distrik Fakfak, kawasan perkantoran, kawasan
pendidikan, kawasan peribadatan, kawasan kesehatan, kawasan bandara,
pelabuhan, kawasan perdagangan, terminal, TPU, dan TPA, TPA yang ada sekarang
terletak di Puncak (Jalan Lintas Utara) dibangun pada Tahun 1997 berada di lokasi
Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V-6
Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

yang topografinya tinggi, karena lahan dan lokasi yang mendukung (cukup
strategis) serta jauh dari lokasi penduduk. Dalam pengelolaannya sistem open
dumping cenderung tidak memberikan proses sanitasi yang baik mengingat cairan
sampah (lindi) yang terjadi tidak mengalami pengolahan terlebih dahulu. Apabila ini
terjadi maka cairan lindi akan bergerak terus ke bawah lapisan tanah dan
mencemari air tanah yang tidak mustahil air tanah ini mengalir ke kawasan
Perkotaan Fakfak. Untuk itu dikemudian hari pengelolaan sampah di Kawasan
Perkotaan Fakfak perlu dipertimbangkan cara atau teknologi lain yang lebih aman
seperti dilakukannya sistem sanitary landfill atau dengan pengelolaan 3R (reclye,
reduce, reuse).
Secara keseluruhan luas penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan adalah
sebesar 3.004,65 Ha, mempunyai kondisi sumberdaya lahan dan tanah yang
berbeda-beda untuk masing-masing kawasan, dibagian selatan pada umumnya
didominasi oleh kawasan perkantoran, Kawasan terbangun baik yang berupa
kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa serta kawasan perkantoran.
Kawasan terbangun ini mengarah ke daerah pesisir yang berada di bagian selatan
Kawasan Perkotaan Fakfak.
Keterkaitan antar fungsi dalam pusat kota di tujukan berdasarkan struktur
ruang kawasan perkotaan dimana masing-masing kp memiliki fungsi yang
terhubung oleh jaringan jalan. Sistem pusat pelayanan dan kegiatan dalam struktur
ruang Kawasan Perkotaan Fakfak, dikembangkan dalam 3 (tiga) pusat yaitu pusat
kota, sub pusat kota dan lingkungan.
1. Pusat Kota (pusat kegiatan); sebagai pusat primer terletak di Kelurahan
Wagom, Kelurahan Fakfak Utara dan Kelurahan Fakfak Selatan (BWK I/ Blok
A ), melayani seluruh sub pusat kota.
2. Sub pusat kota; sebagai pusat pelayanan sekunder dan berperan sebagai
pendukung kegiatan pada sub kota. Penempatan sub pusat kota ditetapkan
pada pusat-pusat BWK atau Blok dan kawasan-kawasan dengan kegiatan
yang cukup komplek dan atau kegiatan khusus guna terbentuknya
desentralisasi pelayanan pusat kota dengan skala pelayanan satu atau
beberapa bagian wilayah kota.
3. Pusat Lingkungan; merupakan pusat ketiga dari sistem pusat pelayanan dan
kegiatan di Kawasan Perkotaan Fakfak, dimana fungsinya untuk bagian
wilayah lingkungan.
Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V-7
Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

Pengaturan ketinggian bangunan mengacu pada arahan Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten Fakfak yang berdasarkan pada Keputusan Menteri PU
No. 64/KPTS/1986 dibagi kedalam blok ketinggian yaitu sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi, sangat tinggi dengan masing-masing jumlah lantai dan Ketinggian
Lantai Bangunan yang berbeda disetiap bloknya, ketinggian bangunan di Kawasan
Perkotaan Fakfak termasuk kedalam blok ketinggian dengan bangunan bertingkat
maksimum4 lantai dan KLB maksimum = 4 x KDB dengan tinggi puncak
bangungan maksimum 20 m dan minimum 12 m dari lantai dasar mengingat
adanya bandara, pengaturan intensitas bangunan perlu dibatasi karena terdapat
Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)
Infrastruktur yang terdapat di Kawasan Perkotaan Fakfak sangat beragam
dan memiliki nilai yang penting bagi perkembangan wilayah Perkotaan Fakfak,
adanya terminal, rencana bandara, pelabuhan, fasilitas kesehatan berskala
kota/kabupaten serta terdapatnya prasarana persampahan seperti TPA dan sarana
lainnya seperti fasilitas olahraga dll, menjadikan trigger bagi perkembangan
diwilayah tersebut, skala pelayanan dari fasilitas dan infrastruktur yang ada
berpotensi melayani wilayah yang ada disekitarnya, sehingga perlu diperhatikan
upaya peningkatan kualitas pelayanan.

5.1.2 Bentuk dan Masa Bangunan (Building Form and Massing)


Bentuk dan massa bangunan berkaitan erat dengan ketinggian bangunan,
Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan,Garis Sempadan Bangunan,
style, skala, bahan bangunan, tekstur dan warna bangunan. Building form and
massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan bangunan,
yaitu:
a. Ketinggian bangunan
Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang pemerhati,baik yang
berada dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan kaki.
Ketinggian bangunan pada suatu kawasan membentuk skyline. Skyline
dalam skala kota mempunyai makna:
 Sebagai simbol kota
 Sebagai indeks sosial
 Sebagai alat orientasi

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V-8


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

 Sebagai perangkat estetis


 Sebagai perangkat ritual
b. Kepejalan Bangunan
Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam konteks kota.
Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh tinggi, luas-lebar-panjang, olahan
massanya dan variasi penggunaan material.
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Lantai Bangunan adalah perbandingan maksimum yang
diperkenankan antara jumlah luas lantai suatu bangunan dengan luas
pekarangannya (luas tapak). Koefisien Lantai Bangunan dipengaruhi oleh
daya dukung tanah, daya dukung lingkungan, nilai harga tanah dan faktor-
faktor khusus tertentu sesuai dengan peraturan atau kepercayaan daerah
setempat.
d. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)
Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan maksimum yang
diperkenankan antara luas lantai dasar suatu bangunan dengan luas
pekarangannya (luas tapak). Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan untuk
menyediakan area terbuka yang cukup di kawasan perkotaan agar tidak
keseluruhan tapak diisi dengan bangunan sehingga daur lingkungan
menjadi terhambat.
e. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak minimum yang diperkenankan
berdirinya suatu bangunan, terhitung dari as jalan. Garis ini sangat penting
dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan kota.
f. Langgam
Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik
bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam
satu periode atau wilayah tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala
urban jika direncanakan dengan baik dapat menjadi guideline yang
mempunyai kekuatan untuk menyatukan fragmen-fragmen kota.
g. Skala
Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau
bangunan dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual
yang dapat membangkitkan daya hidup dan kedinamisan.
Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V-9
Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

h. Material
Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan.
Komposisi yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antar elemen visual.

i. Tekstur
Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat
dari jarak tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-
efek tekstur.
j. Warna
Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna), dapat
memperluas kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan.

5.1.3 Sirkulasi dan Parkir (Parking and Circulation)


Sirkulasi dalam kota merupakan salah satu alat sangat kuat
untukmenstrukturkan lingkungan perkotaan, karena dapat membentuk,
mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas suatu kota. Selain itu sirkulasi
juga dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas, dan lain
sebagainya.
Latar belakang perencanaan sirkulasi dan parkir didaerah perkotaan adalah:
 Bertambahnya penggunaan sepeda motor, karena faktor efesiensi.
 Kurangnya fasilitas transportasi umum.
 Tempat parkir yang ada kualitasnya rendah, lokasinya tidak tepat,
dan kurang perawatan.
Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan,
yaitu:
 Kelangsungan aktivitas komersial.
 Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota.
Kegagalan untuk merespon pengaturan kendaraan bermotor, dan
penyediaan arena parkir yang menarik dan memadai, mengakibatkan sejumlah
pusat kota tampak kotor dan kumuh.
Beberapa penyelesaian parkir yang mengurangi ruang parkir dikota adalah:
 Menyatukan tempat parkir dalam satu fungsi bangunan, misal bagian

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 10


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

dasar parkir digunakan untuk tempat pedagang eceran.


 Membagi tempat parkir dalam dua kegiatan yang berbeda, dalam
waktu yang berbeda pula.
 Membuat perencanaan paket parkir, misal dalam suatu kantor
dengan karyawan banyak disediakan sebuah distrik parkir.
 Membuat daerah parkir yang diusahakan developer melalui progam
urban edge parking
Potensi perkembangan kegiatan perdagangan jasa, perkantoran, di CBD
yang berada di Kawasan Perkotaan fakfak mengakibatkan daya tarik terhadap lalu-
lintas semakin meningkat, melihat kondisi demikian perlu adanya penyediaan
fasilitas perparkiran pada zona-zona atau lokasi yang berpotensi mengakibatkan
kemacetan, sistem penyediaan fasilitas perparkiran di Kawasan Perkotaan tersebut
diarahkan pada sistem On street parking dan Off street parking, fasilitas di dalam
(on street parking) menggunakan pinggir/tepi badan jalan. Fasilitas parkir pada
badan jalan areal yang memanfaatkan badan jalan sebagai fasilitas parkir, hanya
pada kawasan parkir terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk, menurut
menurut Clarkson Grg Lesby dan Bary Hicks (1988:424) On street parking (parkir di
jalan) adalah ruang yang tersedia untuk memarkir kendaraan pada tepi jalan di
kawasan pusat kota dan sepanjang jalan raya utama yang dilakukan dengan tetap
ada pembatasan dan pengendalian serta pengaturan. Sementara fasilitas off street
parking dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang memiliki bangunan khusus/ruang
khusus bagi kendaraan
Penyediaan fasilitas parkir juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat
pengendali lalu lintas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pada kawasan-
kawasan tertentu dapat disediakan fasilitas parkir untuk umum yang diusahakan
sebagai suatu kegiatan usaha yang berdiri sendiri dengan memungut bayaran,
penyediaan fasilitas parkir ini dapat pula merupakan penunjang kegiatan ataupun
bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pokok misalnya gedung pertokoan
ataupun perkantoran.

5.1.4 Ruang Terbuka (Open Space)


Definisi Ruang terbuka berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 01
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Kawasan Perkotaan adalah ruang-

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 11


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas balk dalam bentuk area/kawasan
maupun dalam bentuk area memanjang jalur di mana dalam penggunaannya lebih
bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Tujuan pembentukan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Fakfak adalah untuk menjaga keserasian dan
keseimbangan ekosistem perkotaan; mewujudkan keseimbangan antara
lingkungan alam dan lingkungan buatan.
Fungsi dari keberadaan ruang terbuka di Perkotaan Fakfak adalah sebagai
pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; pengendali pencemaran dan
kerusakan tanah, air dan udara; tempat perlindungan plasma nuftah dan
keanekaragaman hayati; pengendali tata air; dan sarana estetika kota. keberadaan
ruang terbuka saat ini di Kawasan Perkotaan Fakfak dirasa masih sangat kurang,
hal ini tentunya perlu perhatian dengan cara peningkatan kualitas dan kuantitas
dari ruang terbuka di kawasan perkotaan hal ini dilakukan agar nilai manfaat
lingkungan tetap terjaga, sebagaimana manfaat dari adanya ruang terbuka yaitu
adalah sebagai sarana untuk mencerminkan identitas daerah sarana penelitian;
sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; meningkatkan nilai ekonomi
lahan perkotaan; menimbulkan rasa bangga dan meningkatkan prestige daerah,
sarana aktivitas sosial bagi anak, remaja dewasa dan manula, sarana ruang
evakuasi untuk keadaan darurat, memperbaiki iklim mikro dan meningkatkan
cadangan oksigen di perkotaan.

5.1.5 Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways)


Jalur pedestrian merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki
melakukan aktivitas dan berfungsi sebagai ruang sirkulasi bagi pejalan kaki yang
terpisah dari sirkulasi kendaraan lainnya, baik kendaraan bermotor atau tidak. Jalur
pedestrian ini seharusnya memberikan kenyamanan bagi manusia atau pejalan
kaki itu sendiri pada saat melintasinya. Namun terkadang kebutuhan akan jalur
pedestrian itu kurang memadai dari kenyamanan yang dicapai pada jalur
pedestrian tersebut. Elemen pejalan kaki harus dibantu interaksinya pada elemen-
elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan
pola-pola aktivitas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik bagi
kota di masa mendatang.
Masalah pokok dalam perencanaan jalan pada pejalan kaki adalah pada

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 12


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

kebutuhan akan keseimbangan antara ketentuan elemen bagi pejalan kaki untuk
menciptakan pusat kota yang nyaman untuk dinikmati serta pembagian dari akses-
akses pelayanan umum lainnya. Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan
raya yang dapat mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan
dengan memperhatikan aspek- aspek sebagai berikut:
 Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial
seperti toko, restoran, cafe.
 Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu, lampu, tempat
duduk, dan sebagainya.
Fasilitas jalur pedestrian di Kawasan Perkotaan Fakfak dibutuhkan pada:
 Pada daerah-daerah perkotaan secara umum yang jumlah
penduduknya tinggi.
 Pada jalan-jalan pasar dan perkotaan.
 Pada daerah-daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi,
seperti misalnya pada jalan-jalan pasar dan perkotaan.
 Pada lokasi-lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi,
dengan periode yang pendek, seperti misalnya terminal dan kereta
api, sekolah, rumah sakit, dan lapangan olah raga.
 Pada lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari
tertentu, misalnya lapangan/gelanggang olah raga, masjid.
 Pada daerah-daerah rekreasi.

5.1.6 Aktifitas Pendukung (Activity Support)


Aktivitas pendukung merupakan penunjang kegiatan terdiri dari semua
kegiatan yang memperkuat penggunaan ruang publik. Penunjang kegiatan tersebut
tidak hanya berupa jalur pedestrian atau plaza tetapi fungsi-fungsi yang dapat
menumbuhkan aktivitas lain, sehingga kawasan tersebut hidup setiap waktu dan
menunjang terciptanya interaksi pengguna kawasan.
Bentuk pendukung kegiatan di Kawasan Perkotaan Fakfak terdiri dari ruang
terbuka dan bangunan umum, pada ruang terbuka aktifitas kegiatan pendukung
berupa: taman rekreasi, kawasan pedagangan kaki lima, jalur pedestrian,
kumpulan pedagang makanan ringan, makanan khas daerah. Sementara aktifitas
pendukung kegiatan bangunan umum berupa: kelompok pertokoan eceran, pusat

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 13


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

pemerintahan, pusat jasa dan kantor, pusat perbelanjaan dan bangunan yang
dijadikan sebagai pendukung kegiatan kawasan perkotaan lainnya.

5.1.7 Tanda-Tanda (Signage)


Penandaan berguna untuk menunjukkan arah dan fungsi bangunan serta
kawasan tertentu. Penandaan tidak hanya dapat dilakukan melalui pemberian
papan nama dan arah panah, tetapi juga dapat dilakukan melalui pembedaan
bentuk atau ciri visual lain. Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan,
rambu lalu lintas, media iklan,dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan
penandaan akan sangat mempengaruhi visualisasi kota, baik secara makro
maupun mikro, jika jumlahnyacukup banyak dan memiliki karakter yang berbeda.
Sebagai contoh, jika banyak terdapat penandaan dan tidak diatur perletakannya,
maka akan dapat menutupi fasadbangunan di belakangnya. Dengan begitu, visual
bangunan tersebut akan terganggu.Namun, jika dilakukan penataan dengan baik,
ada kemungkinan penandaan tersebut dapat menambah keindahan visual
bangunan di belakangnya.

5.1.8 Preservasi dan Konservasi (Preservation and Conservation)


Preservasi diarahkan pada perlindungan permukiman yang ada dan urban
space, hal ini untuk mempertahankan kegiatan yang berlangsung di wilayah
Kawasan Perkotan Preservasi di Kawasan Perkotaan Fakfak sesuai dengan kaidah
perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal
(permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang adadan
mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah.
Manfaat dari adanya preservasi antara lain:
 Peningkatan nilai lahan.
 Peningkatan nilai lingkungan.
 Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek
komersial.
 Menjaga identitas kawasan perkotaan
 Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi.

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 14


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

5.2 NILAI DAN NORMA DALAM MASYARAKAT (LOCAL WISDOM)


Kearifan lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan
budaya tertentu (budaya lokal) dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat
tertentu (masyarakat lokal). Dengan kata lain, kearifan lokal bersemayam pada
budaya lokal (local culture) dan merupakan bentuk warisan budaya indonesia yang
telah berkembang sejak lama Kearifan lokal lahir dari pemikiran dan nilai yang
diyakini suatu masyarakat terhadap alam dan lingkungannya. Didalam kearifan
lokal terkandung nilai-nilai, norma-norma, sistem kepercayaan, dan ide-ide
masyarakat setempat.
Kearifan Lokal atau sering disebut Local Wisdom adalah semua bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau
etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis (Keraf, 2002). Sedangkan menurut Gobyah, 2009 kearifan lokal
didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu
daerah, dari kedua definisi tersebut maka local wisdom dapat diartikan sebagai
nilai yang dianggap baik dan benar yang berlangsung secara turun-temurun dan
dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan sebagai akibat dari adanya
interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma,
etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Secara
substansi kearifan lokal dapat berupa aturan mengenai:
1. Kelembagaan dan sanksi sosial;
2. Ketentuan tentang pemanfaatan ruang dan perkiraan musim untuk bercocok
tanam;
3. Pelestarian dan perlindungan terhadap kawasan sensitif;
4. Bentuk adaptasi dan mitigasi tempat tinggal terhadap iklim, bencana atau
ancaman lainnya.
Kearifan lokal memiliki banyak fungsi sebagaimana yang diungkapkan oleh
Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004) sebagaimana dikutip oleh
Aulia (2010), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam
masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus.
Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi
bermacam-macam pula. Fungsi tersebut antara lain adalah:

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 15


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

1. Untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam;


2. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
3. Untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya
upacara- upacara suatu adat tertentu.
4. Sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
5. Tertatanya tatanan masyarakat

5.2.1 Kependudukan Dan Sosial Budaya


Penduduk di Kawasan Perkotaan Fakfak memiliki rasa nasionalis yang
tinggi, selain itu masyarakat di Kawasan Perkotaan Fakfak terbuka terhadap orang-
orang pendatang/turis, masyarakat masih kental dengan gotong royong, tolong
menolong dan kebersamaan, hal ini terbukti dalam segala aktivitas yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menolong mereka tidak melihat suku, ras dan
agama karena mereka menganggap semuanya adalah saudara, terbukti dengan
beraneka ragam suku, bangsa dan agama yang tinggal di Kawasan Perkotaan
Fakfak. Dari segi budaya masih memegang adat nenek moyangnya, tetapi mereka
tidak menutup terhadap adat kebiasaan suku-suku yang lain.

5.2.2 Perkembangan Sosial Budaya


Dalam kelompok masyarakat terdapat suatu pola interaksi yang membentuk
suatu kepribadian dan budaya dari lingkungan tempat tinggal mereka, dalam hal ini
Kabupaten Fakfak yang memiliki 7 kerajaan atau pertuanan terdiri dari beberapa
suku asal yaitu Suku Mbaham, Suku Ma‟ta, Suku Mor, Suku Onim, Suku Irarrutu
dan Suku Arguni serta memiliki bahasa masing-masing, pada awalnya masyarakat
tertutup terdapat pengaruh yang berasal dari luar lingkungannya. Dalam kurun
waktu yang cukup lama akhirnya masyarakat dapat menerima budaya yang berasal
dari luar wilayah serta karena pengaruh era globalisasi. Keterbukaan masyarakat
terhadap budaya luar dapat memperkaya budaya dan akan menunjang dalam
kegiatan perencanaan pembangunan wilayah.
A. Adat, Budaya dan Warisan Budaya
Adat istiadat yang ada di lingkungan masyarajat khususnya komunitas yang
tinggal di kampung-kampung masih bersifat mengikat. Namun dengan adanya

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 16


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

perubahan dinamika lingkungan terjadi seperti meingkatnya akses dalam


memperoleh informasi, serta komunikasi maka nampaknya mulai terjadi interaksi
sosial sehingga adat-istiadat yang tadinya mengikat berangsur mengarah kepada
adat-istiadat yang bersifat transisi. Terdapat beberapa suku, yaitu Suku Mbaham,
Suku Ma‟ta, Suku Mor, Suku Onim, Suku Irarrutu serta Suku Arguni dan setiap suku
memiliki bahasa tersendiri. Sedangkan untuk aspek pemerintahan, di Kabupaten
Fakfak terdapat 7 (tujuh) kerajaan atau petuanan yang terdiri dari : Petuanan Ati-Ati
di Werpigang, Petuanan Fatagar di Fakfak, Petuanan Arguni di Arguni, Petuanan
Sekar di Kokas, Petuanan Werluar di Kokas, Petuanan Rumbati di Rumbati dan
Petuanan Patipi di Patipi Pasir, dimana hal ini sangat mempengaruhi pada
kehidupan sosial dan pemerintahan. Kehidupan sosial masyarakat yang sangat
dipengaruhi oleh adat istiadat adalah upacara ’’Tombor mage” atau taruh harta
untuk acara perkawinan.
B. Adat dan Pola Kepemilikan Lahan
Kondisi adat istiadat masyarakat masih kental, yang terdiri dari 7 (tujuh)
kerajaan atau Petuanan yang terdiri dari Petuanan Ati-Ati di Werpigang, Petuanan
Fatagar kepemilikan lahannya di Fakfak, Petuanan Arguni dengan kepemilikan
lahannya di Arguni yang berada di Kawasan Bomberay, Petuanan Arguni dengan
kepemilikan lahannya di Arguni yang berada di Kawasan Bomberay, Petuanan
Sekar dengan kepemilikan lahan di Kokas, Petuanan Wertuar dengan kepemilikan
lahan Patipi Pasir, dengan demikian sistem kepemilikan lahan di Kabupaten Fakfak
dilakukan oleh 7 kerajaan atau petuanan.
C. Konflik dan Penguasaan Sumberdaya Alam
Dalam pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan oleh 7 kerajaan atau
petuanan yang ada, dalam pemanfaatan sumberdaya alam tidak terdapat suatu
konflik karena antara satu kerajaan dengan kerajaan yang lainnya saling hormat
menghormati dan tepat terhadap kesepakatan yang telah dibuat, dimana dalam
perumusan kesepakatan pembagian penguasaan sumberdaya alam dilakukan
secara adat, dan masyarakat Fakfak adalah suatu kelompok masyarakat yang taat
terhadap adat istiadat.
D. Pola Kekerabatan
Masyarakat di Kawasan Perkotaan Fakfak yang terdiri dari 7 kerajaan atau
petuanan memiliki pola kekerabatan yang kental, sikap hormat menghormati,
tolong menolong serta tenggang rasa yang masih tinggi. Meskipun pola
Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 17
Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

kekerabatan yang kental tidak membuat masyarakat tertutup terhadap pendatang,


justru masyarakatnya memiliki sifat yang ramah dan tolong menolong terhadap
pendatang. Hal yang demikian tidak membuat masyarakat di Kabupaten Fakfak
tidak terdapat suatu konflik yang memakan banyak korban seperti dengan daerah
di sekitarnya.
E. Pola Permukiman Penduduk
Kondisi permukiman pada umumnya mengikuti pola mengelompok,
disamping ada juga yang mengikuti pola linier sesuai jaringan jalan. Lokasi
kawasan permukiman umumnya berkonsentrasi di pusat pemerintahan baik pusat
pemerintahan distrik maupun kampung. Hal ini disebabkan karena kondisi wilayah
secara fisik merupakan dataran tinggi dengan kemiringan > 4%. Pola permukiman
pada Kawasan Perkotaan Fakfak ini adalah pola mengelompok yang pada
umumnya mengikuti kemiringan lahan yang mengarah ke wilayah pesisir. Tingkat
kepadatan permukiman pada kawasan perkotaan adalah tinggi, dimana batas
antarrumah sangat dekat dan sangat jarang sekali ada ruang terbuka.

5.3 PERAN & PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN


LINGKUNGAN
Tujuan perencanaan lingkungan adalah untuk mendapatkan „gambaran‟
lingkungan seperti apayang diinginkan oleh masyarakat setempat (yang menghuni).
Untuk mendapatkan ini, tentunya partisipasi masyarakat mutlak diperlukan. Dalam
kenyataannya, pada level ini, jumlah masyarakat yang terlibat sangat kecil, padahal
di tingkat inilah adalah kemungkinan penentuan kebijakan yang demokratis yang
dapat diwujudkan.
Peran serta masyarakat dalam perencanaan ruang wilayah secara formal
baru tertuang pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Selanjutnya
diikuti oleh Peraturan Pemerintah, pada tanggal 3 Desember 1996, yaitu PP No.68
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban,serta Bentuk dan Tata Cara
Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. PP tersebut diatur berdasar
tingkatan hirarki pemerintahan dari tingkat nasional, tingkat propinsi dan tingkat
kabupaten/kota. Dalam PP ini diatur secara rinci pula hak masyarakat dalam
proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. Tidak hanya hak,
tetapi diatur pula kewajiban masyarakat dalam proses penataan ruang.

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 18


Laporan Antara
Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi Perkotaan Fakfak – Kabupaten Fakfak

Peran serta masyarakat Kawasan Perkotaan Fakfak dalam pembangunan


dan lingkungan dilakukan melalui peningkatan kegiatan perekoniman skala lokal,
partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah ikut serta dalam proses pengolahan
produksi manisan pala maupun olahan lainnya umumnya masih dilakukan secara
tradisional, tanpa bahan pengawet, dan mengandalkan panas matahari untuk
penjemurannya. Walaupun manisan pala hasil produksi ibu-ibu tersebut
pemasarannya masih berkisar di dalam kota Fakfak namun sebenarnya sudah
banyak dinikmati oleh masyarakat di luar kota Fakfak. Hal ini dikarenakan
banyaknya para tamu maupun warga Fakfak sendiri yang membeli manisan dan
olahan daging pala lainnya untuk dijadikan sebagai oleh-oleh dari Kawasan
Perkotaan Fakfak. Pada awalnya, permasalahan yang dihadapi oleh ibu-ibu yang
memiliki usaha industri manisan pala tersebut antara lain: belum memiliki nomor
ijin Produksi Pangan (P-IRT) dari Dinas Kesehatan, masalah pengemasan yang
belum memenuhi standart Kesehatan serta masalah pemasaran. Kini,
permasalahan tersebut sudah mulai terjawab dengan pelaksanaan kegiatan
“Pelatihan Keamanan Pangan Bagi Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Dalam
Rangka Sertifikasi Produksi Pangan” atas bantuan dana dari program PcDP - UNDP.

Bab Analisis Sosial Budaya Perkotaan V - 19

Anda mungkin juga menyukai