Anda di halaman 1dari 10

DEFISIENSI VITAMIN,

MINERAL DAN ZAT BESI


No.ICD-10 : Defisiensi Mikronutrien, Defisiensi Fe
No. ICPC-2 : Defisiensi Mikronutrien, Defisiensi Fe
Tingkat Kompetensi: 4A

PENDAHULUAN
Peningkatan kejadian kekurangan zat gizi mikro berkontribusi secara substansial terhadap
beban global penyakit, terutama pada negara industri dan negara berkembang. Hal ini dapat
meningkatkan minat mempelajari, meneliti dan memperbaiki kekurangan zat gizi tersebut.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi kekurangan besi atau
anemia defisiensi besi (ADB) meningkat menjadi 48,9% atau lebih tinggi dari angka global
yaitu sebesar 38%. Jumlah ibu hamil yang mengalami anemia berusia 15-24 tahun berkisar
84,6%. Data Riskesdas 2013, pada anak, kelompok usia 12-24 bulan menjadi yang terbanyak
mengalami anemia yaitu 36,1% diikuti kelompok usia 25-36 bulan sebesar 28,4%, usia 49-
60 bulan (19,2%), dan umur 37-48 bulan sebanyak 16,3%.

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah menyelasaikan modul ini, maka dokter mampu menguatkan kompetensinya pada
penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu:


1. Menganalisis data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis masalah kesehatan pasien
2. Mengembangkan strategi untuk menanggulangi kekurangan zat gizi mikro yang menjadi
beban substansi dari berbagai penyakit yang ditimbulkannya
3. Menentukan penanganan penyakit baik klinik, farmakalogis, diet gizi seimbang
kecukupan makro dan mikronutrien, olahraga atau perubahan perilaku secara rasional
dan ilmiah.
4. Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan prinsip
kendali mutu, kendali biaya, manfaat dan keadaaan pasien serta sesuai pilihan pasien.
5. Mengidentifikasi dari analisis asupan makan, menerapkan dan melakukan monitor
evaluasi kegiatan pencegahan kekurangan mikronutrien yang tepat, berkaitan dengan
pasien, anggota keluarga dan masyarakat.
DEFINISI
Mikronutrien (zat gizi mikro) meliputi vitamin dan mineral. Mikronutrien adalah zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim serta mengatur fungsi imun dan sistem
reproduksi. Vitamin dapat dibagi larut dalam air dan larut lemak. Mineral dibagi menjadi
dua kelompok yaitu mineral makro yang dibutuhkan tubuh lebih dari 100 mg/hari seperti
kalsium, fosfor, natrium, kalium, klorida dan sulfur. Sedangkan mineral mikro dibutuhkan
tubuh kurang dari 100 mg/hari seperti besi, tembaga, iodine, seng, kobalt, dan selenium.
Perbedaan vitamin dan mineral adalah jika vitamin merupakan senyawa organik, jika
mineral merupakan senyawa inorganik. Vitamin dan mineral sangat penting perananya
dalam metabolisme tubuh.

ETIOLOGI
Defisiensi mikronutrien terjadi akibat keadaan malnutrisi yang dapat dialami anak dan
dewasa. Malnutrisi dalam hal ini adalah ketidakcukupan pemenuhan gizi seimbang sesuai
angka kecukupan gizi harian dari pasien.

PETA KONSEP

FAKTOR RISIKO
1. Berat badan normal berisiko malnutrisi
2. Malnutrisi ringan, sedang dan berat, marasmik, kwashiorkor, marasmik-kwashiokor
3. Obesitas grade 1, 2, 3 dan obesitas morbid
4. Penderita anoreksia
5. Penderita kaheksia
6. Penderita infeksi akut seperti; Tuberkulosis, infeksi virus, gangguan imunitas
7. Penderita infeki kronis dan gangguan metabolik seperti: penderita Diabetes tidak
terkontrol, penderita gagal ginjal, penderita jantung, penderita stroke
8. Penderita keganasan
9. Perokok berat
10. Peminum alcohol
PENEGAKAN DAGNOSIS

ANAMNESIS

Gejala klinis bervariasi tergantung beratnya dan lamanya anemia, berupa rasa lemah, lelah
dan sakit kepala, light headedness, kesemutan, rambut rontok, restless leg, dan gejala angina
pektoris pada kasus berat. Anemia defisiensi besi ditegakkan diagnosis berdasarkan adanya
gejala pucat menahun dengan atau tanpa disertai perdarahan, lemah, asupan zat besi yang
kurang,kehamilan, pertumbuhan yang cepat masa remaja, mestruasi, mengalami infeksi akut
atau kronik, dan perdarahan akut dan kronik, menderita malabsorpsi (chron’s disease).

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, cepat, jantung berdebar dan roaring in the ears),
konjuctiva anemis, glossitis (lidah berwarna merah dan permukaan licin), stomatitis, angular
cheilitis, palmar pucat, disfagia, pica, koilonychia (spoon nail) jarang ditemukan, perdarahan
maupun adanya eksudat pada retina dapat ditemukan pada anemia berat, splenomegali
mengindikasi adanya penyebab defisiensi besi lainnya.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

DPL: Hb menurun, leukosit menurn, trombosit meningkat/menurun, retikulosit: normal atau


menurn, morfologi erotrosit: mikrositik hipokrom, sediaan darah tepi: anisositosis, besi
serum: menurun, ferritin serum: menurun, transferin: meningkat, saturasi transferin:
menurun, aspirasi sumsum tulang: sideroblas menurun atau negatif. Pemeriksaan darah tepi
menunjukkan anemia mikrositer hipokrom, sedangkan jumlah leukosit, trombosit dan hitung
jenis normal. Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan kadar besi dalam serum.

DIAGNOSIS KLINIS

Anemia defisiensi besi

DIAGNOSIS BANDING

Talasemia, anemia sideroblastic, anemia penyakit kronik, keracunan logam berat

SARANA PRASARANA

1. Pemberian terapi gizi yang adekuat meliputi kecukupan makro dan mikronutrien oleh
dokter spesialis gizi klinik
2. Suplementasi mikronutrien yang mengandung multivitamin dan mineral sesuai angka
kecukupan gizi harian oleh dokter spesialis gizi klinik
3. Pembentukan kader edukator untuk mencegah ADB dan kondisi berulang oleh dokter
umum

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Tatalaksana Diet:
1. Makan makanan yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
2. Makan makanan yang mengandung zat besi tinggi, seperti daging merah

TERAPI FARMAKOLOGIS

1. Preparat besi oral:


Preparat besi inorganic mengandung 30 dan 100 mg besi elemental
Dosis 200-300 mg besi elemental per hari harus diabsorbsi sebanyak 50 mg/hari
Tujuan terapi tidak hanya memperbaiki anemia, tetapi juga menambah cadangan besi
minimal 0,5-1 gram, sehingga diperlukan terapi selama 6-12 bulan setelah anemia
terkoreksi.
Dosis: 3-4 kali 1 tablet (150 dan 200 mg) diminum 1 jam sebelum makan.
Efek samping: mual, heartburn, konstipasi, metallic taste, buang air besar hitam
Macam-macam preparat besi oral seperti : ferrous sulfate, extended release, ferrous
fumarate, ferrous gluconate. Polysaccharine iron

2. Preparat besi parenteral:


a. Indikasi: malabsorbsi, intoleransi terhadap preparat oral, dibutuhkan dalam jumlah
banyak
b. Dosis besi (mg) = (15-Hb yang diperiksa) x berat badan (kg) x 2.3 + 500 atau 1000
mg (untuk cadangan)
c. Iron sucrose 5 ml (100 mg besi elemental) diberikan secara intravena tidak melebihi
3x seminggu. Efek samping: hipotensi, kram, mual, sakit kepala, muntah dan diare.
d. Iron dekstran: dosis untuk tes 0,5 ml secara intravena sebelum terapi dimulai,
selanjutnya diberikan 2 ml setiap dosis. Efek samping: hipotensi, myalgia, sakit
kepala, nyeri perut, mual dan muntah, limfadenopati, efusi pleura, pruritus, urtikaria,
kejang, flushing, menggigil, flebitis, dizziness

3. Transfusi sel darah merah;


Diberikan jika ada gejala anemia, instabilitas kardiovaskular, perdarahan masih
berlangsung, dan membutuhkan intervensi segera.

KONSELING DAN EDUKASI

1. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai segala informasi


penyakit, terutama tentang kekambuhan, tatalaksana gizi seimbang yang tepat, jenis dan
mekanisme obat-obatan.
2. kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan memonitor anemia secara berkala
3. Pola hidup sehat
4. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan asupan gizi yang tepat
5. Mengingatkan untuk konsumsi obat secara teratur

MONITORING PENGOBATAN
Pencapaian kondisi anemia agar terkontrol dengan baik meliputi terapi gizi dengan optimal
dan pengobatan rutin secara oral

KRITERIA RUJUKAN
Bila pasien mengalami keadaan tidak stabil atau keadaan malabsorpsi terhadap sediaan oral
preparat besi.
Persiapan dalam melakukan rujukan bagi pasien ADB ini, yaitu:
1. Penggunaan oksigen
2. Surat rujukan dan pendampingan keluarga pasien serta didampingi tim kesehatan yang
terlatih selama perjalnan menuju ke pelayanan sekunder

KOMPLIKASI
Gangguan jantung (kardiomegali atau gagal jantung), gangguan pertumbuhan pada anak dan
remaja.

PROGNOSIS
Jika defisiensi besi diatasi maka prognosis akan baik. Terapi inadekuat akan menyebabkan
anemia rekuren, sehingga terapi harus diberikan minimal 12 bulan setelah anemia terkoreksi.

PENCEGAHAN
edukasi, preventif dan promotif rutin dilaksanakan dalam lingkup masyarakat terkecil
hingga nasional
TABEL MIKRONUTREIN

MIKRONUTREIN SUMBER FUNGSI DEFISIENSI

VITAMIN LARUT AIR


Vit B1 (Thiami) Padi, serelia, Katalisator Beriberi, selera makan
polong- metabolisme menurun, metabolisme
polongan, karbohidrat, karbohidrat terhambat
sayuran, hijau, mempengaruhi
susu, kuning Penyerapan lemak
telur, ikan, hati dalam usus

Vit B2 (Riboflavin) Susu,telur,hati, Penghasil energi, Mata lelah dan pusing,


sayuran, mentega membebaskan energi pandangan kabur, kornea
dari metabolisme meradang, mulut dan
KH, lemak dan lidah meradang
protein, memelihara
jaringan tubuh
terutama di sekitar
mulut,
mempengaruhi
impuls menuju mata

Vit B6 Buah, sayuran, Sebagai koenzim Kulit muka luka, dan


(Asam panthotenat) daging, hati, ikan, proses metabolisme, meradang, nafsu makan
susu, kentang, mempengaruhi berkurang absorbsi
telur produksi antibodi

Vit B5 Buah, sayuran, Sebagai koenzim A Gangguan pencernaan,


(asam panthotenat) daging, hati, ikan, dalam metabolism nafsu makan berkurang,
susu, kentang, karbohidrat lemak mudah lelah, otot
telur dan protein, menjaga mengalami tegang
agar gula darah
normal

Vit B12 Ikan, kerang, Pertumbuhan Anemia, mudah lelah,


(Sianokob alin) udang, hati, jaringan, nyeri saat bernafas,
daging, susu, metabolisme sel peradangan pada saraf
telur, keju darah merah

Vit B3 (asam Hati, ikan, telur, Sebagai koenzim Gangguan pencernaan,


nikotrinat) (Niasin) daging, tomat, dalam proses terjadi pellagra, kulit
kacang, sayuran metabolisme, dapat kasar, mulut luka, diare,
hijau membebaskan energi mudah lelah
dari karbohidrat,
memelihara fungsi
alat-alat pencernaan
Asam folat (Vit M) Hati, daging, Menjaga Berat badan menurun,
sayuran hijau, metabolisme metal, Mudah lelah, Rusaknya
kacang, pisang, berpengaruh dalam sel darah merah, Diare,
polong-polongan pembentukan DNA Kerusakan kulit
atau RNA,
mempengaruhi
pembentukan
koenzim yang
memproduksi sel
darah merah dan
protein

Biotin (Vit H) Hati, susu, Koenzim Nafsu makan berkurang,


polong- metabolisme, mudah lelah
polongan, karbohidrat, lemak,
kacang, sayuran dan protein

Vit C Buah-buahan, Berperan dalam Nyeri pada otrot


(Asam askorbat) sayuran, hati proses oksidasi, Kerusakan pembuluh
mengaktifkan enzim darah, proses
protein dan lemak, metabolisme protein dan
mempengaruhi lemak terhambat, nafsu
pembentukan makan berkurang, nyeri
kolagen, memelihara otot, kulit kusam, luka
pembuluh darah sukar sembuh

VITAMIN LARUT LEMAK


Vitamin A Wortel, tomat, Menjaga kesehatan Mata meradang, mudah
papaya, sayuran, mata, kulit, tulang lemah, kulit kusam
hati, kuning, dan gigi
telur, susu,
mentega

Vitamin D Susu, ikan, telur, Mempenagruhi Penyakit tulang yaitu


sinar UV, minyak proses metabolisme rakitis dan osteomalasia,
ikan kalsium, memelihara resiko penurunan daya
tulang dan gigi, tahan tubuh
membunuh absorbs
fosfor, mendukung
imunitas

Vitamin E Sayuran hijau, Menjaga sel-sel Rusaknya sel-sel darah


kecambah, biji- darah, menjaga merah, kulit kusam,
bijian,polong- kehalusan kulit, penimbunan lemak pada
polongan, menyuburkan pada otot, luka sukar sembuh
gandum wanita, mendukung
kolagenisasi
Vitamin K Hati, daging, Mempengaruhi Menghambat proses
dapat dibuat oleh pembentukan pembekuan darah
bakteri usus protrombin Perdarahan Menghambat
penyembuhan luka

MAKROMINERAL
Natrium Garam dapur, Menjaga tekanan Meningkatkan tekanan
telur, susu, ikan, osmotic, memelihara darah, kejang otot, tulang
daging PH tubuh, menjaga dan gigi rapuh, darah
fungsi sistem saraf sukar membeku,
pertumbuhan terhambat,
gangguan jantung dan
ginjal

Kalsium (ca) Susu, keju, ikan, Memelihara tulang Jantung mudah berdebar,
brokoli, biji- dan gigi, mengatur denyut jantung tidak
bijian, polong- proses pembekuan normal, lemahnya otot,
polongan darah, mengatur gannguan persarafan,
konstraksi dan
relaksasi otot

Kalium (K) Buah-buahan, Sebagai katalisator Tulang dan gigi keropos,


sayuran, daging, reaksi kimia, sintesis berat badan turun, nyeri
serelia protein, respirasi tulang, nafsu makan
seluler, penting berkurang
untuk darah, tulang
dan gigi

Fosfor (P) Susu, daging, Memelihara PH Gangguan otot, mudah


ikan, kuning tubuh, memelihara emosi dan gangguan
telur, kacang, keseimbangam tubuh mental
polong-polongan

Magnesium (M) Padi,serelia,susu, Mengatur kerja Pengaturan otot


polong-polongan, enzim tertentu, terganggu, kerusakan
daging meningkatkan proses ginjal dan jantung,
pembekuan mudah lelah
Darah

Klor (Cl) Garam dapur, Mengatur Gangguan pencernaan,


susu, telur, penyimpanan dan rusaknya gigi, rusaknya
daging pembebasan energi rambut

Belerang (S) Susu telur, Memlihara saraf dan Belum diketahui


daging, keju, otot
polong-polongan,
sayur, dan buah
MIKROMINERAL
Zat Besi (Fe) Susu, daging, Mengatur Mudah lelah, pusing,
hati, kuning telur, metabolisme. berat badan turun, nafsu
padi, buah, sayur Membentuk makan berkurang,
haemoglobin, anemia, penyakit gondok
mengatur transport
CO2 ke sel dan
dari sel,
mengaktifkan
kelenjar tiroid,
pembentukan
hormone dalam
kelenjar tiroid

Yodium (I) Garam dapur, Pembentukan Pertumbuhan


ikan enzim-enzim, terhambat dan luka
berperan dalam sulit sembuh
penyembuhan
luka, mengatur
metabolisme

Seng (Zn) Ikan, susu, telur, Menguatkan tulang gangguan imunitas


hati, daging, dan gigi, berperan tubuh, gangguan saraf,
gandum dalam imunitas, luka sukar sembuh
mendukung
penyembuhan luka

Flour (F) Ikan,susu, kuning Mencegah Anemia, gangguan


telur, otak osteoporosis tulang, kulit luka

Tembaga (Cu) Biji-bijian, Membantu Pengaturan otot


polong polongan, pembentukan terganggu, kerusakan
hati, serelia,ginjal haemoglobin, ginjal dan jantung,
memelihara fungsi mudah lelah, luka sukar
saraf, sebagai sembuh
komponen enzim,
biosintesis melanin
dan kolagen

Selenium Serelia, hati, Mendukung Kerusakan jantung,


susu, seafood, imunitas, mencegah imunitas yang menurun,
ginjal, jantung kerusakan oksidatif, terganggunya aktivitas
komponen katalitik hormon tiroid
enzim dan
Protein
DAFTAR PUSTAKA
1. Marks DB, Marks AD, Smith CM, Basic Medical Biochemistry a Clinical Approach,
Philadelphia, Pennsylvania.2012:385-98 lip
2. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. 2013.
3. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. 2018.
4. Sareen S Gropper, Jack L Smith. Advanced Nutrition and Human Metabolism 7th.2013
5. Laurelee Sherwood, Human Faal. 6 th. EGC. 2007
6. Lee-ellen Copstead, Jacquelyn Banasik. Pathophysiology. 7th. Elsevier.2013
7. Mahan LK, Krause’s food and The nutrition care process 14th 2015
8. Shils M, Modern Nutrition and Health Disease 11th ed, 2014
9. Erdman Jr et al, Present Knowledge in Nutrition 10th ed, 2012
10. Allen Lindsay, Guidelines on food fortification with micronutrients, WHO, 2006
11. Adamson J, Iron deficiency and other hypoproliferative anemias. In: Longo DL, Kasper
DL, Jameson DL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrison’s
12. Principals of Internal medicine 18th ed, Mc Graw Hill. Chapter 98
13. Bakta I, Suega B, Charmayuda T. Anemia defisiensi besi. Dalam: Suyono s, Waspadji S,
Lesmana L, Alwi I, Setiati S, Sundau H, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II.
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing: 2010. Hal. 1127-1140

Anda mungkin juga menyukai