Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH

PSIKOLOGI PERPUSTAKAAN

Disusun Oleh :
1. Arijal By Massalassa NIM. 043025696
2. Wahid Hariyanto NIM. 043023194
3. Kasmawati NIM. 043023076
4. Nopita Sari NIM. 043023187
5. Puji Lestari NIM. 043023259

PROGRAM STUDI S-1 ILMU PERPUSTAKAAN


MODUL 2
Belajar
Pendahuluan

Pembahasan pengertian belajr akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan


konsep belajar, baik dalam pengertian sehari - hari maupun dalam cakupan bidang
psikologi.
Disamping pengertian mengenai belajar, anda juga akan mempelajari mengenai
teori - teori belajar dlam psikologi, yaitu kondisioning klasik ( Classical Conditioning
), Kondisioning Operan ( Operant Conditioning ) dan Belajar Kognitif ( Cognitive
Learning ).

KEGIATAN BELAJAR 1
Pengertian Belajar

A. PENGERTIAN BELAJAR
Konsep belajar dalam lingkup psikologi sebenarnya lebih luas karena membahas
bagaimana tingkah laku seseorang terbentuk berdasrkan pengalaman yang
diperolehnya. Belajar tidak hanya terbatas pada pendidikan formal tetapi setiap saat
kita belajr dari interaksi kita dengan orang lain dan lingkungan. Mari kita liat
beberapa definisi mengenai belajar.

1. Halonen dan Santrock (1999)


Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang didapat lewat
pengalaman.
2. Williams (1998)
Belajar adalah tujuan yang terarah, berdasarkan pengalaman, yang mempengaruhi
perilaku dan semua jenis pengetahuan yang dimiliki oleh individu yang meliputi
pemikiran, pengetahuan, interpretasi, ide-ide (cognition) dan membawa perubahan
yang relatif permanen.
3. Handbook of Resource Management (2006)
Belajar adalah suatu proses ketika seseorang memperoleh dan memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan baru, keterampilan, kemampuan dan sikap.

4. Hoaward (1995)
Belajar adalah hal penting, proses komplek yang mempromosikan adaptasi kita
terhadap tantangan lingkungan.

Berikut beberapa elemen penting yang dapat kita ambil dalam konsep belajar,
diantaranya adalah :
1. Belajar berkaitan dengan adanya perubahan pada tingkah laku,
2. Perubahan pada tingkah laku itu disebabkan karena adanya latihan atau
pengalaman.
3. Perubahan tingkah laku tersebut biasanya relatif permanen.
4. Perubahan tingkah laku tidak hanya pada perilaku yang terlihat (oven) tetapi juga
pada tingkah laku yang tidak terlihat (coven)
5. Perubahan tingkah laku dilakukan individu untuk beradaptasi pada lingkungannya.

B. PERUBAHAN TINGKAH LAKU


1. Perubahan Tingkah laku disebabkan oleh pengalaman
2. Perubahan tingkah laku realatif permanen
3. Perubahan tingkah laku over dan tingkah laku covert
4. Perubahan tingkah laku untk beradaptasikan denag lingkuangan
KEGIATAN BELAJAR 2
Teori-teori Belajar
A. KONDISIONING KLASIK (CLASSICAL CONDITIONING)
Tokoh kondisioning klasik adalah Ivan P. Pavlov, seseorang ahli fisiologi dari
rusia, yang mengadakan percobaan dengan seekor anjing. Ia melakukan penelitian
mengenai fungsi pencernaan pada seekor anjing dengan mengukur jumlah air liurnya.
Pada eksperimen kondisioning klasik tersebut, ketika makanan ditunjukan kepada
anjing, maka air liurnya akan keluar. Makanan disebut sebagai Uconditioned
Stimulus (US) atau stimulus tak bersyarat. Makanan disebut sebagai stimulus tak
bersyarat karena makanan dapat secara langsung menimbulakan air liur tanpa perlu
persyaratan apapun. Sedangkan air liur yang merupakan respon spontan disebut
Unconditioned Respons (UR) atau respons tak bersyarat, karena air liur tersebut
keluar dengan otomatis ketika makanan disajikan.
Selanjutnya setiap kali akan diberikan makanan, dibunyikan bel terlebih dahulu.
Bunyi bel ini sebelum dipasangkan makanan disebut Neutral Stimulus atau
Stimulus netral, stimulus yang tidak menimbulkan respons. Bunyi bel setelah
dipasangkan dengan makanan disebut sebagai Conditioned Stimulus (CS) atau
Stimulus Bersyarat. Disini terdapat apa yang dinamakan asosiasi, dimana anjing
mengasosiakan bunyi bel dengan makanan. Sedangkan air liur yang keluar karena
mendengar bunyi bel disebut sebagai Conditioned Stimulus (CS) atau Stimulus
Bersyarat. Jenis respon ini adalah respon yang muncul karena adanya proses belajar.
Dari pengalamannya, setelah ada bel berbunyi pasti akan ada makanan yang
menyertainya.
Selain itu kita dapat pula memasangkan conditioner stimulus (CS-1) itu dengan
conditioned stimulus (CS-2). Misalnya sebelum bel berbunyi kita nyalakan dulu
lampu. Maka lama-kelamaan anjing telah mengeluarkan air liur waktu lampu
menyala.
Gambar bisa di liat di modul

Proses belajar condisioning classic dapat diilustrasikan sebagai berikut :


1. Sebelum Kondisioning

Neutral stimulus (Bunyi Tidak ada respon


bel)

Unconditioned stimulus Unconditioned


(makanan) respons (Air liur)

2. Saat Kondisioning

Conditioned stimulus
(bunyi bel)

Diikuti dengan
Unconditioned Conditioned
stimulus(makanan) respons(air liur)

3. Sesudah Kondisioning

Conditioned Conditioned
stimulus(bunyi bel) respons(air liur)

4. Kondisioning dengan stimulus kedua


Conditioned stimulus
2(lampu menyala)

Diikuti dengan

Conditioned stimulus Conditioned respons(air


1(bunyi bel) liur)

5. Sesudah Kondisioning dengan stimulus kedua


Conditioned stimulus 2 Conditioned respons(air
(lampu menyala) liur)
Faktor penting dalam kondisioning klasik adalah kekuatan dan keunikan dari
conditioned stimulus (stimulus bersyarat). Faktor lain yang juga penting adalah urutan
pemberian conditioned stimulus.Faktor yang ketiga adalah jarak waktu antara
unconditioned stimulus dan conditioned stimulus yang sering disebut intersimulus
1. Prinsip-prinsip belajar kondisioning klasik
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan dalam kondisioning klasik
pavlov mengemukakan beberapa prinsip belajar yaitu penghapusan
(extinction’) pengulangan spontan, generalisasi dan diskriminasi
2. Penghapusan dan pengulangan spontan
Respon yang dibentuk dari proses belajar itu tidak akan bertahan selamanya
jika asosiasi antara bel dan makanan tidak dihadirkan iya tidak lagi merespon
dengan mengeluarkan air liur bila mendengar bunyi bel,tetapi respon tersebut
dapat muncul kembali setelah beberapa waktu walaupun tidak sekuat aslinya
peristiwa itu disebut sebagai pengulangan sepontan atau spontaneous
recovery.
3. Generalisasi dan diskriminasi
Dalam kondisioning klasik itu kita mengenal juga proses generalisasi
Stimulus,yaitu menggemari pasukan conditioned respons (respons
bersyarat)atau pada stimulus lain yang serupa dengan Conditioned
stimulus(stimulus bersyarat). Pada percobaan pavlov tadi ternyata anjing itu
tidak saja mengeluarkan air liur pada bunyi bel tertentu, tetapi juga pada
bunyi-bunyi yang mirip dengan bel tersebut.
selain itu kita juga mengenal apa yang disebut diskriminasi stimulus
yang merupakan proses belajar untuk berespon tertentu terhadap suatu
stimulus dan memberikan respon lain pada stimulus lainnya. Pada kasus di
atas, konser ia akan hanya takut pada kucing dan tidak takut pada hewan
berbulu lainnya. Belajar untuk mendiskriminasikan antara stimulus satu
dengan yang lain amat berguna dalam kehidupan manusia.
B. KONDISIONING OPERAN(OPERANT CONDITIONING)
Disebut operan karena memanipulir reinforcement. Menguat atau melemah nya
suatu respons atau tingkah laku dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima individu,
apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan, respons yang menerima
konsekuensi menyenangkan cenderung untuk diulangi dan sebaliknya respons yang
menerima konsekuensi tidak menyenangkan cenderung untuk tidak diulangi.pada
OPERANT conditioning responsnya berupa tingkah laku yang dipelajari lebih dahulu.
Stimulus response reinforcement
Keadaan lingkungan > menginjak pedal < makanan
perilaku tikus yang berawal dari ketidaksengajaan yaitu menginjak pedal yang
menyebabkan tikus tersebut mendapatkan makanan telah membuat tikus belajar untuk
berperilaku lebih efektif yaitu tu tanpa harus menjelajahi kotak dan bergerak kian
kemari.
1. Reinforcementt (penguatan)
Istilah reinforcement berasal dari bahasa Inggris, reinforce yang berarti
penguatan. Dalam psikologi istilah reinforecment berkaitan dengan stimulus
yang dapat memperkuat ataupun meningkatkan respons.
Primary Reinforcement(penguatan primer) adalah reinforcement yang
secara langsung dapat memperkuat atau memperlemah tingkah laku, misalnya
makanan minuman, seks dan oksigen,jenis reinforcement ini tidak perlu di
pelajari.
Scondary Reinforcement (penguatan sekunder) adalah reinforcement yang
tidak secara langsung dapat memperkuat atau memperlemah tingkah laku, ada
kita harus mempunyai pengalaman terlebih dahulu untuk mengetahui bahwa
uang ,kupon pujian ,senyuman adalah sesuatu yang berharga secondary
reinforcement dihasilkan dari proses pemasangan dengan primary
reinforcement . Kelebihan dari secondary reinforcement adalah mengurangi
kejenuhan.
Reinforcement positif adalah stimulasi yang diberikan dengan tujuan
untuk memperkuat tingkah laku. Stimulus yang digunakan dapat berupa primary
atau secondary reinforcement. Contonya seorang anak akan belajar dengan giat
untuk mendapatkan sepeda yang dijanjikan orang tuanya jika mendapat nilai yang
bagus.
Reinforcement negative adalah stimulus yang dihadirkan berupa sesuatu
yang tidak menyenangkan sehingga individu berusaha menghindar dengan cara
meningkatkan tingkah laku tertentu. Reinforcement negative berbeda dengan
hukuman, hukuman adalah memberikan stimulus yang tidak menyenangkan yg
bertujuan untuk menghilangkan tingkah laku. Hukuman akan efektif jika
dilakukan segera setelah prilaku negatif dilakukan, hukuman yg dilakukan secara
tidak konsisten juga dapat menyebabkan prilaku neatif bertambah kuat.
2. Jadwal reinforcement
Penjadwalan reinforcement menerangkan kapan bagaimanan dan kapan kita
memberikan reinforcement untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginankan.
Beberapa penjadwalan yaitu :
a. Continous reinforcement adalah reinforcement yang diberikan setiap kali
individu melakukan respons atau tingkah laku tertentu
b. Ratio reinforcement adalah pemberian reinforcement tergantung dari jumlah
respons yang diberikan , ratio reinforcement terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Fixed ratio schedule adalah pemberian reinforcement setelah sejumlah
respons dilakukan
2. Variable ratio schedule adalah pemberian reinforcement setelah
sejumlah respons yg bervariasi
3. Interval reinforcemen adalah pemberian reinforcement tergantung dari
selang waktu tertentut, interval reinforcement ini terbagi 2 yaitu :
a. Fixed interval schedule adalah pemberian reinforcement setelah
sejumlah waktu tertentu
b. Variable interval schedule adalah pemberian reinforcement setelah
jumlah waktu yang bervariasi.
3. Prinsip-prinsip belajar kondisioning operan
a. Extinction dan spontanceous recovery
bila respons tidak lagi diikuti oleh reinforcement maka lama kelamaan
terjadi penghapusan tingkah laku atau extinction
b. Generalisasi dan diskriminasi
dalam operant conditioning ini ada generalisasi stimulasi dimana individu
berproses sama pada stimulus yg hampir sama

4. Belajar kognitif ( Kognitif learning )


Ada 3 jenis kognitif yaitu belajar melalui observasi ( observational learning )
belajar dengan mendapatkan ilham ( insight learning ) dan belajar bersifat laten
( latent learning ), Berikut penjelasan ketiga hal tersebut.
a. Teori Berharap Obeservasi (Observational Learning Theory)
Menurut Bandura ada 4 mekanisme penting dalam belajar melalui observasi
ini yaitu :
1. Perhatian ( Attention )
Merupakan komponen penting dalam proses belajar lewat observasi
2. Penyimpanan ( Retention )
Retention adalah komponen kedua menurut bandura untuk meniru prilaku
model
3. Motor Reproduction
Adalah komponen penting lain dalam proses belajar observasi
4. Reinforcement
Merupakan komponen terakhir pada belajar observasi.
b. Insight learning
Ketika kita dihadapkan dengan masalah, untuk beberapa lama biasanya kita
tidak dapat memecahkan masalah tersebut namun tiba-tiba timbul ide cemerlang
untuk mengatasi masalah tersebut biasa disebut "AHA" experience.
Insight learning terjadi karena adanya reorganisasi persepsi dari lingkungan.
Selain itu belajar macam ini juga di mungkinkan oleh adanya transfer
pengetahuan sebelumnya
c. Latent learning
Latent learning artinya tersembunyi. Latent learning adalah proses belajar
yang dapat tidak langsung memunculkan tingkah laku yang nyata sebagai hasil
belajar sampai kondisi atau situasi tertentu terjadi.
Selain latent learning, ide tolman mengenai peta kognitif juga dianggap
penemuan penting dalam proses belajar. Peta kognitif menerangkan bagaimana
setelah mengamati lingkungan dapat mempelajari fisik ruang secara mental. Kita
dapat membayangkan mengenai letak suatu tempat baik dalam skala kecil
ataupun besar. Kita dapat menggambar dalam pikiran kita dimana letak kamar
tidur dirumah atau dapat mengetahui dalam pikiran kita lokasi tempat tinggal
kita.
5. Prinsip-prinsip umum pada belajar kognitif
a. Seseorang dapat belajar dengan mengobservasi tingkah laku model
b. Belajar dapat terjadi tanpa perubahan yang ada pada perilaku, seseorang yang
memperhatikan model akan mendapatkan informasi tetapi belum tentu
individu tersebut termotivasi untuk melakukan tindakan yang sama dengan si
model. Walaupun ada proses belajar tetapi tidak ada tingkah laku yang nyata
yang muncul sebagai hasil belajar sampai kondisi atau situasi tertentu terjadi.
c. Belajar dapat terjadi dengan memberikan kesempatan kepada individu untuk
memahami lingkungan nya dan memecahkan masalah.
d. Kognitif memainkan peran yang penting dalam belajar.
KEGIATAN BELAJAR 3
Penerapan Teori Belajar dalam
Kegiatan di Perpustakaan dan
Pusat Informasi Lainnya

A. Aplikasi kondisioning klasik


Kondisioning klasik merupakan belajar yang mengandalkan asosiasi antara
neutral stimulus dan unconditioned stimulus sehingga neutral stimulus menjadi
conditioned stimulus dan menghasilkan conditioned respons.
Untuk membentuk hasil belajar mengenai perpustakaan adalah tempat yang
menimbulkan perasaan nyaman karena pelayanan yang prima tentulah tidak mudah,
para pustakawan jenis perpustakaannya harus lebih giat mempromosikan bahwa
perpustakaan adalah tempat yang menyenangkan.
Perpustakaan sekolah sering menjadi tempat untuk menghukum siswa.
Walaupun harapan guru yang menghukumnya agar siswa tersebut juga akan membaca
tetapi kita telah menanamkan hubungan antara perpustakaan dengan hukuman yang
menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Oleh karena itu, peustakawan sekolah tidak boleh menghukum siswa dengan
menggunakan perpustakaan sebagai tempat hukuman.
Pustakawan juga memerlukan lingkungan kerja yang nyaman jika atasan
perpustakaan memberikan feedback yang baik atas kinerja bawahannya atau
memberikan pujian maka para staf perpustakaan tentunya akan merasa senang jika
atasannya datang untuk mengontrol pekerjaan mereka.
Oleh karena itu, pustakawan di perpustakaan sekolah tidak boleh menghukum siswa
dengan menggunakan perpustakaan sebagai tempat hukuman.
Meskipun tidak semua perpustakaan mempunyai layanan yang buruk, namun
pemakai mungkin akan menggeneralisasikan pengalamannya yang tidak
menyenangkan ketika berkunjung ke perpustakaan. Misalnya, koleksi yagn tidak
memenuhi kebutuhan pemakai, ruangan yang kusam dan berdebu atau petugas yang
galak. Image seperti ini harus di ubah dengan perlahan-lahan memperbaiki pelayanan
perpustakaan menjadi lebih baik. Sehingga pemakai perpustakaan akan mengingat
pustakawan adalah profesi yang prestise dan perpustakaan sebagai tempat yang
nyaman.
Suasana yang menyenangkan di perpustakaan bukan hanya untuk pemakai
perpustakaan, tetapi pustakawan juga memerlukan lingkungan kerja yang nyaman.
Jika atasan perpustakaan memberikan feedback yang baik atas kinerja bawahannya
atau memberikan pujian maka para staf perpustakaan tentunya akan merasa
senangjika atasannya datang untuk mengontrol pekerjaan mereka. Namun jika
sebaliknya, dimana atasan anda selalu mengkritisi apa yang anda lakukan dan selalu
marah. Suasana seperti ini tentunya akan membuat suasana tidak nyaman.
Pustakawan tentunya harus pandai-pandai menggunakan teori untuk
mengaplikasikan dan perpustakaan untuk memperbaiki citra perpustakaan di mata
pemakainya.
B. APLIKASI KONDISIONING OPERAN
Seperti yang telah dibahas, belajar kondisioning operan menekankan pada
hubungan antara respons dan konsekuensinya atau reinforcement. Kita dapat
memulainya dengan bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah yang membuat kita
datang berkunjung ke perpustakaan ? apakah kita berkunjung ke perpustakaan hanya
pada saat mendapat tugas dari sekolah ? dll.
Pertanyaan ini diajukan tentunya untuk mencari jawaban bahwa respons kita ke
perpustakaan disebabkan oleh konsekuensi yang kita dapatkan. Konsekuensi yang
menyenangkan tentunya membuat kita ingin kembali lagi keperpustakaan. Sebaliknya
konsekuensi yang tidak menyenangkan akan membuat kita tidak ingin datang lagi ke
perpustakaan.
Berdasarkan hukum law of effect yang dikemukakan oleh thorndike maka
pustakawan dapat mengupayakan strategi untuk memberikan reinforcement kepada
pemakai sehingga mereka mencintai perpustakaan. Menciptakan kegiatan
perpustakaan yang mendorong pemakai untuk mengasosiasikan respons yang
dilakukannya yaitu datang ke perpustakaan dengan konsekuensi yang ia dapatkan.
Misalnya jika pustakawan ingin mencipatan minat baca di kalangan siswa, maka
reinforcement positif harus digunakan yang dapat berupa hadiah, mendali, atau
mengumumkan nama siswa yang membaca terbanyak dalam 1 minggu. Hal itu
merupakan jenis secondary reinforcement atau pengakuan pustakawan terhadap
perilaku siswa yang suka membaca.
Dalam kegiatan perpustakaan, kita juga menemukan tingkah laku yang tidak kita
inginkan. Tentunya sebagai pustakawan kita ingin mengurangi tingkah laku tersebut.
Misalnya, pada peraturan di perpustakaan adalah sanksi denda kepada para pemakai
perpustakaan jika terlambat mengembalikan buku. Jumlah dendanya bervariasi,
pemberian sanksi ini untuk mengurangi tingkah laku. Di sini kita melihat aplikasi
kondisioning operan yaitu hukuman.
Yang perlu diingat adalah bahwa hukuman yang di berikan harus konsisten. Jika
kita memberi sanksi tidak konsisten maka perilaku tersebut akan semakin
menguat.karenanya pustakawan perlu memperhatikan teori kondisioning operan
dalam hal penjadwalan, kapan waktu yang tepat untuk memberikan reinforcement.

C. Aplikasi Teori Belajar Kognitif


Pustakawan adalah seorang model yang tingkah lakunya diobservasi dan ditiru
oleh pamakai perpustakaan. Hal ini yang harus dicamkan dalam hati setiap
pustakawan yang ingin mengaplikasikan teori belajar observasi. Ketika mendesain
kegiatan di perpustakaan maka pustakawan hendaklah memberikan contoh dan bukan
hanya instruksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Carlsen and Sherrill (1988) menunjukan bahwa
fakto-faktor yang mendorong minat baca adalah panutan yang menyukai membaca;
yaitu pustakawan, keluarga yang membaca, dan orang dewasa atau teman sebaya
yang suka membaca. Salah satu kegiatan yang mendorong minat baca di sekolah
adalah DEAR (Drop Everything and Read) artinya tinggalkan kegiatan lain dan
bacalah ! kegiatan ini dapat dilakukan oleh pustakawan dengan kolaborasi bersama
guru dan pihak terkait di sekolah.
DEAR dilakukan dengan memberikan waktu membaca di sekolah. Lamanya
ditentukan misalnya 15 atau 20 menit. Setiap orang yang terlibat dalam kegiatan ini
harus sudah mempunyai bahan bacaan yang disukai. Untuk memulai kegiatan, dapat
menggunakan bel sekolah. Saat bel berbunyi maka seluruh pihak yang berada di
sekolah di wajibkan membaca.
Selain model langsung atau hidup yang dapat ditiru oleh pemakai perpustakaan,
pustakawan dapat juga memasang poster-poster orang terkenal yang sedang
membaca.
Teori belajar kognitif menekankan pada apa yang terjadi pada proses mental.
Insigth learning yang dikemukakan oleh wolfgang kohler mengidentifikasikan bahwa
individu ketika dihadapkan pada masalah maka akan ada proses belajar yang tidak
terlihat da kemudian individu tersebut dapat menyelesaikan masalahnya.pada era ini,
perpustakaan semakin ditantang dengan hadirnya beragam teknilogi informasi.
Pustakawan harus dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dengan
mempelajari teknologi informasi tersebut baik secara formal maupun non formal.
Apabila sudah mempunyai dasar mengenai teknologi informasi maka ketika ada
masalah timbul berkaitan dengan teknologi, pustakawan akan mampu memecahkan
masalah tersebut.
Selain pustakawan, pemakai perpustakaan juga mesti dilatih mengenai
penggunaan perpustakaan. Istilah yang digunakan untuk mengajarkan kepada
pemakai perpustakaan adalah information literacy, yaitu keterampilan untuk
mengakses, mencari, menemukan informasi yang digunakan secara efektif dan
efisien. Di Indonesia, pengajaran ini biasanya hanya meliputi orientasi perpustakaan
yang dilakukan perpustakaan perguruan tinggi. Kegiatan ini sangat berguna karena
membekali pemakai perpustakaan dengan informasi mengenai lokasi sumber
informasi di perpustakaan. Meminjam istilah Tolman, pemakai perpustakaan akan
membentuk peta kognitif mengenai perpustakaan. Mareka akan membentuk gambaran
mental mengenai ruang-ruang yang ada di perpustakaan sehingga kelak jika mereka
membutuhkan, mereka tidak akan canggung untuk datang ke perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai